114 Surat Al Qur'an (2)

21. Al Anbiyaa’ (Nabi-nabi)
Surat Al Anbiyaa’ yang terdiri atas 112 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai surat ini dengan "Al Anbiyaa’" (nabi-nabi), karena surat ini mengutarakan kisah beberapa orang nabi. Permulaan surat Al Anbiyaa’ menegaskan bahwa manusia lalai dalam menghadapi hari berhisab, kemudian berhubung adanya pengingkaran kaum musyrik Mekah terhadap wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. maka ditegaskan Allah, kendatipun nabi-nabi ini manusia biasa, akan tetapi masing-masing mereka adalah manusia yang membawa wahyu yang pokok ajarannya adalah tauhid, dan keharusan manusia menyembah Allah Tuhan Penciptanya.

Orang yang tidak mau mengakui kekuasaan Allah dan mengingkari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi itu, akan diazab Allah di dunia dan di akhirat nanti. Kemudian dikemukakan kisah beberapa orang nabi dengan umatnya. Akhirnya surat itu ditutup dengan seruan agar kaum musyrik Mekah percaya kepada ajaran yang dibawa Muhammad s.a.w. supaya tidak mengalami apa yang telah dialami oleh umat-umat yang dahulu.
Surat Al Anbiyaa’ menerangkan bahwa sudah menjadi sunah Allah bahwa para nabi atau rasul yang diutus-Nya adalah dari jenis manusia yang diberikan kepada mereka kitab dan mu’jizat. Dasar agama (akidah) yang dibawa oleh para nabi itu adalah sama, hanya berbeda dalam syari’at (hukum furu’), karena ini disesuaikan dengan perkembangan masa dan keadaan.

22. Al Haajj (Haji)
Surat Al Hajj, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, terdiri atas 78 ayat, sedang menurut pendapat sebahagian ahli tafsir tarmasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Sebab perbedaan ini ialah karena sebahagian ayat-ayat surat ini ada yang diturunkan di Mekah dan sebagian lagi diturunkan di Madinah. Dinamai surat ini "Al Hajj", karena surat ini mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji, seperti ihram, thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, mencukur rambut, syi’ar-syi’ar Allah, faedah-faedah dan hikmah-hikmah disyari’atkannya haji. Ditegaskan pula bahwa ibadah haji itu telah disyari’atkan di masa Nabi Ibrahim a.s., dan Ka’bah didirikan oleh Nabi Ibrahim a.s. bersama puteranya Ismail a.s. Menurut Al Ghaznawi, surat Al Hajj termasuk di antara surat-surat yang ajaib, diturunkan di malam dan di siang hari, dalam musafir dan dalam keadaan tidak musafir, ada ayat-ayat yang diturunkan di Mekah dan ada pula yang diturunkan di Madinah, isinya ada yang berhubungan dengan peperangan dan ada pula yang berhubungan dengan perdamaian, ada ayat-ayatnya yang muhkam dan ada pula yang mutasyabihaat. Surat Al Hajj mengingatkan manusia kepada adanya hari berbangkit dengan mengemukakan bukti-bukti tentang kejadian dan proses perkembangan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab ini sudah sewajarnya manusia bersyukur dan menyembah Allah Tuhan semesta alam. Juga mengemukakan tentang disyari’atkannya haji, mengenai waktu-waktu yang boleh melakukan peperangan dan yang tidak boleh melakukannya berhubung adanya bulan-bulan suci yang ditentukan Allah.

23. Al Mu’minuun (Orang-orang Yang Beriman)
Surat Al Mu’minuun terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai "Al Mu’minuun", karena permulaan surat ini menerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mu’min yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia selah menjadi akhlak bagi Nabi Muhammad s.a.w. Surat Al Mu’minuun dimulai dengan sifat-sifat yang dipunyai oleh seorang mu’min yang berbahagia hidup di dunia dan di akhirat sekalipun Allah tidak membeda-bedakan pemberian rezeki di dunia ini kepada manusia apakah ia mu’min atau kafir, tetapi kebahagiaan yang sebenarnya hanya diberikan kepada orang-orang yang mu’min di akhirat kelak. Kemudian dikemukakan apa yang telah dialami oleh para nabi dan kaum-kaum kepada siapa mereka diutus; orang-orang yang mengikuti nabi selain mendapat pertolongan dari Allah, sedang orang-orang yang mengingkari nabi dihancurkan dan dimusnahkan Allah agar menjadi iktibar bagi umat-umat yang datang kemudian. Setelah menggambarkan kedahsyatan hari kiamat, maka surat ini ditutup dengan menggambarkan hasil yang diperoleh oleh orang-orang mu’min dan orang-orang kafir di akhirat nanti.

24. An Nuur (Cahaya)
Surat An Nuur terdiri atas 64 ayat, dan termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Dinamai "An Nuur" yang berarti "Cahaya", diambil dari kata An Nuur yang terdapat pada ayat 35. Dalam ayat ini, Allah s.w.t. menjelaskan tentang Nuur Ilahi, yakni Al Qur’an yang mengandung petunjuk-petunjuk. Petunjuk-petunjuk Allah itu, merupakan cahaya yang terang benderang menerangi alam semesta. Surat ini sebagian besar isinya memuat petunjuk-petunjuk Allah yang berhubungan dengan soal kemasyarakatan dan rumah tangga. Dalam surat An Nuur terdapat ayat-ayat hukum dan petunjuk-petunjuk Allah bagi manusia, baik yang berhubungan dengan hidup kemasyarakatan maupun dengan hidup berumah tangga. Kesemuanya itu merupakan cahaya yang menyinari kehidupan manusia dalam menempuh jalan yang menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

25. Al Furqaan (Pembeda)
Surat ini terdiri atas 77 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai "Al Furqaan" yang artinya "pembeda", diambil dari kata "Al Furqaan" yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud kata Al Furqaan dalam ayat ini ialah Al Qur’an. Al Qur’an dinamakan Al Furqaan karena dia membedakan antara yang haq dengan yang batil. Maka pada surat inipun terdapat ayat-ayat yang membedakan antara kebenaran keesaan Allah s.w.t. dengan kebatilan kepercayaan syirik. Surat Al Furqaan mengandung penjelasan tentang kebenaran keesaan Allah, kenabian Muhammad s.a.w. serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat dan mengemukakan pula kebatalan kemusyrikan dan kekafiran. Kejadian alamiyah seperti pergantian siang dan malam, bertiupnya angin, turunnya hujan dan lain-lain diterangkan Allah dalam surat ini sebagai bukti dari keesaan dan kekuasaan-Nya. Akibat umat-umat yang dahulu yang ingkar dan menentang nabi-nabi dikisahkan pula secara ringkas. Pada bagian terakhir, Allah menerangkan sifat-sifat yang terpuji dari hamba-Nya yang beriman.

26. Asy Syu’araa’ (Para Penyair)
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan "Asy Syu’araa’" (kata jamak dari "Asy syaa’ir" yang berarti penyair) diambil dari kata "Asy Syu’araa’" yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair-penyair. Para penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul. mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Qur’an dituduh sebagai syair, Al Qur’an adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia. Sebagian besar surat Asy Syu’araa’ menerangkan kisah nabi-nabi dengan umatnya masing-masing. Mereka mengalami penderitaan dan permusuhan dari kaumnya, tetapi pada akhirnya mereka mendapat kemenangan, dan lawan-lawan mereka mengalami kehancuran. Kisah-kisah ini diceritakan oleh Allah untuk menghibur hati Rasulullah s.a.w. dan kaum muslimin; karena kelak mereka akan mendapat kemenangan sebagaimana para rasul zaman dahulu itu.

27. An Naml (Semut)
Surat An Naml terdiri atas 93 ayat, termasuk golongan surat Makkiyyah dan diturunkan sesudah surat Asy Syu’araa’. Dinamai dengan "An Naml", karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan "An Naml" (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya yang akan lalu di tempat itu. Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan takjub atas keteraturan kerajaan semut ini dan beliau mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan ni’mat kepadanya, berupa kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas jin, manusia, burung dan sebagainya. Nabi Sulaiman a.s. yang telah diberi Allah ni’mat yang besar ini tidak merasa takabur dan sombong, dan sebagai seorang hamba Allah mohon agar Allah memasukkannya ke dalam golongan orarg-orang yang saleh. Allah s.w.t. menyebut binatang semut dalam surat ini agar manusia mengambil pelajaran dari kehidupan semut ini. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut ini, dinyatakan Allah dalam ayat ini dengan bagaimana rakyat semut mencari perlindungan segera agar jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya. Secara tidak langsung Allah mengingatkan juga kepada manusia agar dalam berusaha untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari, mementingkan pula kemaslahatan bersama dan sebagainya, rakyat semut mempunyai organisasi dan kerja sama yang baik pula. Dengan mengisahkan kisah Nabi Sulaiman a.s. dalam surat ini Allah mengisyaratkan hari depan dari kebesaran nabi Muhammad s.a.w. Nabi Sulaiman a.s. sebagai seorang nabi, rasul dan raja yang dianugerahi kekayaan yang melimpah ruah, begitu pula Nabi Muhammad s.a.w. sebagai seorang nabi, rasul dan seorang kepala negara yang ummi dan miskin akan berhasil membawa dan memimpin umatnya ke jalan Allah. Surat An Naml dimulai dengan menerangkan sifat-sifat Al Qur’an, menerangkan beberapa orang rasul dengan umat-umatnya yang mengikuti ajaran-ajaran yang dibawanya dan yang tidak mau mengikutinya. Kemudian surat ini diakhiri dengan perintah menyembah Allah dan membaca Al Qur’an dan bahwa Allah memperlihatkan kepada kaum musyrikin kebenaran ayat-ayat-Nya

28. Al Qashash (Cerita)
Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan Makkiyyah. Dinamai dengan "Al Qashash", karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata "Al Qashash" yang berarti "cerita". Ayat ini menerangkan bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syu’aib a.s. ia menceritakan cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir’aun, sampai waktu ia diburu oleh Fir’aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja, Syu’aib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran orang-orang lalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barang siapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin ini, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah. Surat Al Qashash ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa a.s. sehingga menurut suatu riwayat, surat ini dinamai juga surat Musa. Surat Al Qashash diturunkan di waktu kaum muslimin dalam keadaan lemah, sedang orang musyrik Mekah sebagai penguasa di waktu itu mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang besar. Dalam surat ini Allah mengemukakan sebagaimana Fir’aun sebagai seorang raja yang mempunyai kekuasaan yang tak terbatas, begitu pula Karun sebagai seorang yang berilmu dan mempunyai harta benda yang tak terhingga banyaknya. Akhirnya Fir’aun dan Karun hancur lebur beserta apa yang dipunyainya karena mengingkari agama Allah, sedangkan Musa a.s. yang semulanya tidak mempunyai apapun, mendapat kemenangan karena mengikuti agama Allah, ayat 59 menegaskan lagi bahwa Allah menghancurkan negeri-negeri yang penduduknya zalim. Kemudian surat ini ditutup dengan menerangkan bahwa kaum muslimin sekalipun dalam keadaan lemah, nanti setelah hijrah ke Madinah akan kembali lagi ke Mekah sebagai pemenang, karena itu tetaplah menyembah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dialah Yang Maha Kuasa dan menentukan segala sesuatu.

29. Al ’Ankabuut (Laba-laba)
Surat Al’Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan Makkiyyah. Dinamai "Al ’Ankabuut" berhubung terdapatnya perkataan Al ’Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, di mana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu’aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.
Surat Al ’Ankabuut menerangkan bahwa seseorang yang mengatakan dirinya beriman, belum dapat dikatakan benar-benar beriman sebelum imannya itu dicoba dan diuji. Orang yang imannya lemah setelah disakiti barang sedikit saja hancurlah imannya, adakalanya mereka menjadi orang yang munafik dan adakalanya mereka kembali menjadi kafir. Orang yang munafik dan orang yang kafir tidak akan luput dari azab Allah, sebagaimana yang telah dialami oleh umat-umat yang dahulu. Juga Allah mengumpamakan kepercayaan orang-orang musyrikin terhadap kekuatan berhala-berhala yang disembahnya sama dengan kepercayaan laba-laba terhadap kekuatan sarangnya. Dan juga Allah menyuruh orang yang beriman mengerjakan sembahyang mengingat Allah dan menyampaikan agama-Nya. Apabila orang-orang musyrik itu tetap enggan, itu adalah urusan Allah, bila mereka bertindak sewenang-wenang dan kaum muslimin belum mempunyai kekuatan, kaum muslimin haruslah hijrah ke tempat lain karena bumi Allah luas dan Allahlah yang menentukan dan menjamin rezeki tiap-tiap makhluk. Dan juga dunia adalah fana, sedang akhiratlah yang kekal. Di akhirat orang-orang kafir mendapat azab yang kekal sedang orang-orang yang berjihad di jalan Allah mendapat kesenangan yang abadi.

30. Ar Ruum (Bangsa Rumawi)
Surat Ar Ruum yang terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan Makkiyyah diturunkan sesudah ayat Al Insyiqaaq. Dinamakan Ar Ruum karena pada permulaan surat ini, yaitu ayat 2, 3 dan 4 terdapat pembicaraan bangsa Romawi yang pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ruum dapat menuntut balas dan mengalahkan kerajaan Persia kembali. Ini adalah salah satu dari mu’jizat Al Qur’an, yaitu memberitakan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan juga suatu isyarat bahwa kaum muslimin yang demikian lemahnya di waktu itu akan menang dan dapat menghancurkan kaum musyrikin. Isyarat ini terbukti pertama kali pada perang Badar.
Surat Ar Ruum menyebutkan hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan Allah yang mutlak terhadap semua umat baik sebelum atau sesudah maupun di saat terjadinya suatu peristiwa; agama tauhid (Islam) pasti menang; ancaman-ancaman terhadap kaum musyrikin; watak-watak manusia; penyebutan kejadian-kejadian pada alam ini sebagai bukti kekuasaan dan keesaan Allah.

31. Luqman
Surat Luqman terdiri dari 34 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Ash Shaffaat. Dinamai "Luqman" karena pada ayat 12 disebutkan bahwa "Luqman" telah diberi oleh Allah ni’mat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu dia bersyukur kepada-Nya atas ni’mat yang diberikan itu. Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya. Ini adalah sebagai isyarat dari Allah supaya setiap ibu bapak melaksanakan pula terhadap anak-anak mereka sebagai yang telah dilakukan oleh Luqman. Surat Luqman mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan hari berbangkit, keesaan Allah, kebenaran risalah yang dibawa para rasul dan nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya.

32. As Sajdah (Sujud)
Surat As Sajdah terdiri atas 30 ayat termasuk golongan Makkiyyah diturunkan sesudah surat Al Mu’minuun. Dinamakan "As Sajdah" berhubung pada surat ini terdapat ayat Sajdah, yaitu ayat yang kelima belas(1). Surat As Sajdah mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasul Allah dan Al Qur’an yang diturunkan kepadanya merupakan petunjuk bagi manusia, menegaskan tentang ketauhidan dan kekuasaan Allah dengan mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan masa terciptanya alam, proses kejadian manusia dan kebangkitan di hari kiamat serta keajaiban yang terdapat pada alam semesta. Semuanya itu dikemukakan sebagai bantahan terhadap hujjah-hujjah yang dikemukakan oleh orang-orang musyrikin dan untuk menghilangkan keragu-raguan mereka.

33. Al Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
Surat Al Ahzab terdiri atas 73 ayat, termasuk golongan Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Ali ’Imran. Dinamai "Al Ahzaab" yang berarti "golongan-golongan yang bersekutu" karena dalam surat ini terdapat beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai dengan ayat 27 yang berhubungan dengan peperangan Al Ahzab, yaitu peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi, kaum munafik dan orang-orang musyrik terhadap orang-orang mu’min di Madinah. Mereka telah mengepung rapat orang-orang mu’min sehingga sebahagian dari mereka telah berputus asa dan menyangka bahwa mereka akan dihancurkan oleh musuh-musuh mereka itu. Ini adalah suatu ujian yang berat dari Allah untuk menguji sampai di mana teguhnya keimanan mereka. Akhirnya Allah mengirimkan bantuan berupa tentara yang tidak kelihatan dan angin topan, sehingga musuh-musuh itu menjadi kacau balau dan melarikan diri. Surat Al Ahzab mengemukakan tingkah laku orang-orang munafik dan usaha-usaha mereka menyakiti Nabi Muhammad s.a.w., sebab-sebab perang Ahzab dan kesudahannya, tentang perkawinan Nabi dengan isteri-isterinya, sopan-santun di rumah Nabi; fitnah terhadap Nabi Muhammad s.a.w., dan adab sopan santun menurut Islam yang semuanya itu diperlukan untuk membentuk masyarakat Islam yang baru berdiri di Madinah terutama sesudah perang Badar. Dari surat Al Ahzab ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa kemenangan orang-orang mu’min terhadap musuh-musuhnya adalah karena persatuan kaum muslimin itu dan keta’atan mereka kepada pimpinan. Fitnah terhadap Nabi Muhammad s.a.w. bagaimanapun pandainya musuh-musuh Islam melancarkannya, akhirnya terbongkar juga.
34. Saba’ (Kaum Saba’)
Surat Saba’ terdiri atas 54 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Luqman. Dinamakan Saba’ karena di dalamnya terdapat kisah kaum Saba’. "Saba’" adalah nama suatu kabilah dari kabilah-kabilah Arab yang tinggal di daerah Yaman sekarang ini. Mereka mendirikan kerajaan yang terkenal dengan nama kerajaan Sabaiyyah, ibu kotanya Ma’rib; telah dapat membangun suatu bendungan raksasa, yang bernama Bendungan Ma’rib, sehingga negeri mereka subur dan makmur. Kemewahan dan kemakmuran ini menyebabkan kaum Saba’ lupa dan ingkar kepada Allah yang telah melimpahkan ni’mat-Nya kepada mereka, serta mereka mengingkari pula seruan para rasul. Karena keingkaran mereka ini Allah menimpakan kepada mereka azab berupa "sailul ’arim" (banjir yang besar) yang ditimbulkan oleh bobolnya bendungan Ma’rib. Setelah bendungan Ma’rib bobol negeri Saba’ menjadi kering dan kerajaan mereka hancur.

35. Faathir (Pencita)
Surat Faathir terdiri atas 45 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Furqaan dan merupakan surat akhir dari urutan surat-surat dalam Al-Qur’an yang dimulai dengan "Alhamdulillah". Dinamakan "Faathir" (pencipta) ada hubungannya dengan perkataan "Faathir" yang terdapat pada ayat pertama pada surat ini. Pada ayat tersebut diterangkan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, Pencipta malaikat-malaikat, Pencipta semesta alam yang semuanya itu adalah sebagai bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya. Surat ini dinamai juga dengan "surat Malaikat" karena pada ayat pertama disebutkan bahwa Allah telah menjadikan malaikat-malaikat sebagai utusan-Nya yang mempunyai beberapa sayap. Surat Faathir ialah mengajak manusia mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada manusia, menjauhi perbuatan yang jahat memikirkan tentang keindahan-keindahan semesta alam dan manusia adalah sebagai khalifah Allah di muka bumi.

36. Yaa Siin
Surat "Yaa Siin" terdiri atas 83 ayat, termasuk golongan Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Jin. Dinamai "Yaa Siin", karena dimulai dengan huruf "Yaa Siin". Sebagaimana halnya arti huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surat Al Qur’an, maka demikian pula arti "Yaa Siin" yang terdapat pada ayat permulaan surat ini yaitu Allah mengisyaratkan bahwa sesudah huruf tersebut akan dikemukakan hal-hal yang penting antara lain: Allah bersumpah dengan Al Qur’an bahwa Muhammad s.a.w. benar-benar seorang rasul yang diutus-Nya kepada kaum yang belum pernah diutus kepada mereka rasul-rasul. Surat Yaa Siin mengemukakan tentang Al Qur’an, kenabian Muhammad, menegaskan adanya hari berbangkit disertai bukti-bukti baik bukti-bukti alamiah maupan bukti-bukti akliah; kemudian mengemukakan beberapa perumpamaan di antaranya dengan mengemukakan kisah utusan-utusan Nabi ’Isa Al Masih a.s. dengan penduduk Anthiokia. Kesemuanya dikemukakan sebagai penghibur hati Rasulullah s.a.w. dan untuk menambah keyakinan orang-orang yang beriman yang sedang mengalami tekanan-tekanan dari kaum musyrikin.

37. Ash Shaaffaat (Yang Bershaf-shaf)
Surat Ash Shsaffaat terdiri atas 182 ayat termasuk golongan surat Makkiyyah diturunkan sesudah surat Al An’aam. Dinamai dengan "Ash Shaaffaat" (yang bershaf-shaf) ada hubungannya dengan perkataan "Ash Shaaffaat" yang terletak pada ayat permulaan surat ini yang mengemukakan bagaimana para malaikat yang berbaris di hadapan Tuhannya yang bersih jiwanya, tidak dapat digoda oleh syaitan. Hal ini hendaklah menjadi iktibar bagi manusia dalam menghambakan dirinya kepada Allah. Surat ini mengemukakan tentang keesaan Tuhan dan dan bukti-bukti tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tauhid akan menang. Dari kisah-kisah yang dikemukakan surat ini dapat diambil kesimpulan bahwa kaum yang menentang rasulnya akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrik Mekah yang menentang Nabi Muhammad s.a.w. akan mengalami kehancuran.

38. Shaad
Surat Shaad terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Qamar. Dinamai dengan "Shaad" karena surat Ini dimulai dengan "Shaad" (selanjutnya lihat not ayat 1 surat Al Baqarah). Dalam surat ini Allah bersumpah dengan Al Qur’an, untuk menunjukkan bahwa Al Qur’an ini suatu kitab yang agung dan bahwa siapa saja yang mengikutinya akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat dan untuk menunjukkan bahwa Al Qur’an ini adalah mukjizat Nabi Muhammad s.a.w. yang menyatakan kebenarannya dan ketinggian akhlaknya. Dari surat ini dapat disimpulkan bahwa tiap nabi yang dahulu selalu mendapat tentangan dan perlawanan dari musuh-musuhnya, tetapi musuh-musuhnya itu dihancurkan Allah. Demikian juga halnya Nabi Muhammad s.a.w. yang mendapat tentangan, dan perlawanan dari kaum musyrikin, tetapi akhirnya kaum musyrikin itu hancur. Juga dapat disimpulkan bahwa Al Qur’an itu adalah semata-mata wahyu dari Tuhan, karena di dalamnya dikabarkan hal-hal yang hanya dapat diketahui dengan perantaraan wahyu, yaitu hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang dan hal-hal yang telah terjadi dahulu kala tanpa ada yang menceritakannya, hal-hal yang terjadi di alam atas dan di akhirat nanti.

39. Az Zumar (Rombongan-rombongan)
Surat Az Zumar terdiri atas 75 ayat, termasuk golongan Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Saba’. Dinamakan "Az Zumar" (Rombongan-rombongan) karena perkataan "Az Zumar" yang terdapat pada ayat 71 dan 73 ini. Dalam ayat-ayat tersebut diterangkan keadaan manusia di hari kiamat setelah mereka dihisab, di waktu itu mereka terbagi atas dua rombongan; satu rombongan dibawa ke neraka dan satu rombongan lagi dibawa ke surga. Masing-masing rombongan memperoleh balasan dari apa yang mereka kerjakan di dunia dahulu. Surat ini dinamakan juga "Al Ghuraf" (kamar-kamar) berhubung perkataan "ghuraf" yang terdapat pada ayat 20, di mana diterangkan keadaan kamar-kamar dalam surga yang diperoleh orang-orang yang bertakwa. Dari surat Az Zumar dapat diambil pelajaran sebagai berikut: a. Al Qur’an adalah petunjuk yang paling sempurna bagi manusia. b. Tiap makhluk akan mati dan di akhirat akan dihisab tentang amalan-amalannya. c. Sekalipun manusia itu banyak dosanya, dilarang berputus asa terhadap rahmat Allah.

40. Al Mu’min (Orang Yang Beriman)
Surat Al Mu’min terdiri atas 85 ayat, termasuk golongan Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Az Zumar. Dinamai "Al Mu’min" (Orang yang beriman), berhubung dengan perkataan "Mu’min" yang terdapat pada ayat 28 surat ini. Pada ayat 28 diterangkan bahwa salah seorang dari kaum Fir’aun telah beriman kepada Nabi Musa a.s. dengan menyembunyikan imannya kepada kaumnya, setelah mendengar keterangan dan melihat mukjizat yang dikemukakan oleh Nabi Musa a.s. hati kecil orang itu mencela Fir’aun dan kaumnya yang tidak mau beriman kepada Nabi Musa a.s., sekalipun telah dikemukakan keterangan dan mukjizat yang diminta mereka. Dinamakan pula "Ghafir" (yang mengampuni), karena ada hubungannya dengan kata "Ghafir" yang terdapat pada ayat 3 surat ini. Ayat ini mengingatkan bahwa "Maha Pengampun" dan "Maha Penerima Taubat" adalah sebagian dari sifat-sifat Allah, karena itu hamba-hamba Allah tidak usah khawatir terhadap perbuatan-perbuatan dosa yang telah telanjur mereka lakukan, semuanya itu akan diampuni Allah asal benar-benar memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya dan berjanji tidak akan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa itu lagi. Dan surat ini dinamai "Dzit Thaul" (Yang Mempunyai Karunia) karena perkataan tersebut terdapat pada ayat 3. Surat Al Mu’min mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan bantahan orang-orang kafir dan pengakuan orang-orang mu’min terhadap Al Qur’anulkarim terutama yang berhubungan dengan ketauhidan, penegasan kebangkitan dan kerasulan, kemudian mengemukakan bahwa keadaan orang-orang musyrik akan sama halnya dengan keadaan Fir’aun, Karun. dan Haman, bila orang-orang musyrik tetap pada kemusyrikannya.

0 komentar: