Yahudi Menggenggam Dunia (15)

Oleh : William G. Carr
Penterjemah : Musthalah Maufur MA

Revolusi Perancis dan Marie Antoinette
Negara-negara yang diberi peringatan tentang adanya ancaman bahaya Konspirasi ternyata tidak menanggapi sepenuhnya, dan tidak mengambil langkah apa-apa untuk menanggulangi. Maka pemerintah Bavaria beberapa kali menulis surat kepada ratu Perancis, Marie Antoinette, yang isinya mengingatkan ratu tentang adanya bahaya Konspirasi yang telah membuat
rancangan khusus untuk menguasai Perancis lewat Perkumpulan Free Masonry Perancis. Akan tetapi, ratu Marie Antoinette, putri Raja Francois I dari kerajaan Austria itu tidak bisa mempercayai peringatan itu. Karena peringatan itu terus datang bertubi-tubi, maka ratu Marie Antoinette kemudian membalas surat-surat yang datang dari pemerintah Bavaria itu. Dengan panjang lebar ratu membantah peringatan itu, yang diantaranya ia mengatakan, "Tentang masalah yang berhubungan dengan Perancis, keprihatinan Anda terlalu dibesarbesarkan
mengenai kegiatan Free Masonry itu. Aku percaya, gerakan itu di Perancis merupakan gerakan yang terkecil diantara yang ada di seluruh Eropa."



Dalam lembaran sejarah terdapat bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan besar yang telah dilakukan oleh ratu Marie Antoinette. Kesalahan ini mengakibatkan ia sendiri dan suaminya Raja Louis XVI mengakhiri riwayatnya di atas tiang maut Guilotin, dan mayoritas sejarawan sepakat menyatakan, bahwa Marie Antoinette adalah seorang ratu yang bergaya hidup mewah dan boros, serta mempengaruhi gaya hidup seluruh kerabat sentana istana kerajaan Perancis. Selain itu, Marie Antoinette juga dicatat dalam sejarah sebagai playgirl kelas elit, yang mengkhianati suaminya bersama teman-teman karibnya ..... dan seterusnya.

Padahal deskripsi busuk seperti itu tidak lain adalah hasil gosip Palsemo dan para Propagandis revolusi dalam rangka mengangkat tuduhan palsu ke atas permukaan publik, sehingga mereka akan bertambah benci kepada ratu.

Dengan demikian, tangan-tangan tersembunyi akan mudah menuntut keluarga kerajaan di depan pengadilan.

"Masalah isu krisis ekonomi telah menjadi buah bibir masyarakat luas. Pada saat kas kerajaan Perancis kosong, dan pemerintah terpaksa pinjam dari para pemilik modal Yahudi Internasional, maka terbukalah kesempatan untuk membuat gosip yang menggemparkan Tangan Terselubung. pihak Konspirasi membuat surat palsu atas nama ratu, untuk memerintahkan seorang perajin membuat kalung dari batu mulia kelas wahid, mirip permata dalam dongeng.
Batu permata itu seharga seperempat juta Franc, suatu harga yang amat tinggi saat itu."

Setelah perajin permata itu selesai mengerjakan instruksi palsu itu, ia membawanya ke istana kerajaan. Alangkah terkejutnya baginda ratu dan menolak mentah-mentah surat palsu atas nama ratu itu. Di luar kepalsuan itu, berita tentang kalung permata tersebut telah menjadi berita populer di seluruh Perancis, karena Palsemo telah menyebarluaskan secara besar-besaran. Tidak pelak lagi, Marie Antoinette telah menjadi tumbal gosip, dan nama sang ratu
jatuh sedemikian parahnya akibat tuduhan pemborosan, kebejatan dan tuduhan busuk lain yang ditujukan kepadanya. Ketika ketegangan gosip telah mencapai titik runcing, Palsemo bermaksud membuat pukulan yang mematikan terhadap Marie Antoinette. Palsemo mencetak selebaran dalam jumlah yang besar, yang isinya menghasut dan memperuncing kebencian terhadap sang ratu. Dikatakan, bahwa sang ratu telah diberi hadiah berupa kalung itu dari seorang pacar gelapnya, sebagai tanda mata setelah keduanya dengan diam-diam terlibat dalam skandal seks. Bukan hanya itu. Nama baik Marie Antoinette dilucuti habis-habisan di mata umum, dengan munculnya surat palsu lagi atas nama ratu, yang ditujukan kepada seorang bangsawan
Perancis, yaitu seorang Kardinal bernama De Rohand. Dalam surat itu disebutkan, bahwa ratu minta agar sang Kardinal menemuinya pada tengah malam di sebuah tempat peristirahatan di taman Palais Royal, untuk membicarakan masalah isu kalung permata di atas. Sementara itu, seorang dayang kerajaan yang telah dipersiapkan oleh Konspirasi menemui Kardinal di
tempat yang telah ditentukan itu dengan berpakaian menyamar seperti ratu layaknya di tengah malam itu. Ketika itulah fitnah berbau gosip itu disebarluaskan untuk menjatuhkan nama baik sekaligus juga mencemarkan nama baik tokoh gereja. Sejarah telah mengungkap, bagaimana kalung permata hasil fitnahan itu dipindah dan disembunyikan di London. Diduga permata
mahal yang terdapat pada kalung itu disimpan oleh jutawan Yahudi di London bernama Elyason.

Di London masih terdapat bukti-bukti yang menguatkan keterlibatan tokohtokoh Yahudi Inggris dengan persekongkolan yang merancang meletusnya Revolusi Perancis. Bukti-bukti itu merupakan rahasia selama beberapa tahun lamanya, dan terbongkar oleh Lady Queensburgh, permaisuri Lord Queensburgh. Dalam bukunya yang berjudul 'Pemerintahan Gereja
Terselubung', Lady Queensburgh mencatat bukti-bukti yang pernah ditemukan dalam sebuah manuskrip lama yang berjudul 'Permusuhan terhadap Unsur Semitik', ditulis oleh seorang Yahudi Benjamin Gold Smidt pada tahun 1849.

Berkat wawasannya yang luas, Lady Queensburgh berhasil mempelajari manuskrip tersebut dan menganalisanya, yang pada akhirnya mendapat buktibukti kuat yang menunjukkan, bahwa Benjamin Gold Smidt dan saudaranya Abraham Gold Smidt serta kawannya Sir Moshe Montifor, yang ketiganya adalah pemilik modal keuangan di Inggris, merupakan anggota jaringan
Konspirasi Yahudi di seluruh Eropa yang telah merancang revolusi Perancis itu. Juga terdapat bukti lain yang menguatkan pernyataan Lady Queensburgh di atas manuskrip yang lama, yaitu seorang konglomerat Yahudi berasal dari kota Berlin Jerman, bernama David Erend Lander dan seorang konglomerat Yahudi lainnya bernama Henzegerber adalah anggota jaringan Konspirasi yang bekerja di bawah pimpinan langsung Rothschild.

Demikianlah tabir-tabir itu terungkap oleh kita, sehingga para tokoh di balik tabir itu tampak dengan jelas. Dan itulah para anggota kekuatan Konspirasi. Kita tidak banyak membicarakan masalah sarana yang dipakai oleh para tokoh Yahudi itu dalam kegiatan mereka untuk menjatuhkan ekonomi pemerintah kerajaan Perancis. Kita bisa melihat data-data sejarah, lalu menganalisanya untuk mengambil kesimpulan dari sarana-sarana yang dipakai oleh kekuatan
Konspirasi, seperti yang terjadi di Rusia, Spanyol dan Amerika. Tentang sarana yang dipakai Konspirasi berkenaan dengan situasi revolusi Perancis, seorang sejarawan Inggris bernama Sir Walter Scott mengatakan,

"Para pemilik modal itu memperlakukan pemerintah kerajaan Perancis seperti rentenir yang siap mewarisi harta kekayaan milik yang berhutang dengan boros dan mewah. Mereka mengulurkan hutang besar-besaran dengan satu tangan, dan tangan lainnya menerima bunga hutang tersebut yang berlipat ganda jumlahnya. Maka tidak mengherankan kalau kas negara menjadi kosong dalam waktu singkat. Sebagai akibatnya, para pemberi hutang itu mendapat
fasilitas dan hak-hak istimewa di negeri itu, sebagai jaminan timbal balik atas hutang-hutang tersebut. Dengan begitu lengkaplah jeratan yang mengikat leher pemerintah Perancis."

Setelah Perancis mengalami krisis ekonomi yang parah, yang mendorong pemerintah terus mencari pinjaman dengan bunga sangat tinggi untuk membiayai perang dan pergolakan, para pemilik modal dengan senang hati mengulurkan pinjaman yang dibutuhkan itu, dengan syarat mereka diberi wewenang mencetak mata uang Perancis dengan leluasa. Syarat itu pada
awalnya tidak terasa begitu berat. Namun pada hakikatnya itu tidak berbeda dengan peribahasa Perancis yang mengatakan 'Memasukkan seekor ular berbisa ke dalam kamar'. Maksudnya adalah memasukkan wakil pihak pemilik modal dalam keuangan rumah tangga kerajaan Perancis. pihak pemberi pinjaman itu tidak lain adalah Jacques Necker, yang kemudian dipilih oleh raja sebagai menteri keuangan Perancis. Setelah para pemilik modal berhasil mengorbitkan Necker, mereka memujinya lewat berbagai sarana propaganda yang mereka kuasai, bahwa Necker adalah seorang pakar ekonomi kelas kakap, dan satu-satunya orang yang mampu menyelamatkan perekonomian Perancis dari krisis yang sedang berjalan. Padahal, setelah 4 tahun Necker berkuasa memegang kementerian keuangan, kondisi perekonomian Perancis makin bertambah buruk, sejajar dengan naiknya hutang-hutang yang dibuatnya.

Seorang sejarawan Inggris Captain A. Romsey melukiskan kondisi ekonomi Perancis kala itu dalam bukunya yang berjudul 'Sebuah Perang Tanpa Nama' (A War Without a Name) sebagai berikut :

"Revolusi Perancis merupakan pukulan maut bagi orang yang sedang sakit, karena kuku-kuku hutang yang menancap, disusul dengan dikuasainya media massa dan kegiatan politik oleh para tokoh Yahudi. Tidak luput pula para tokoh lapisan masyarakat bawah juga mereka kuasai. Panggung massal telah siap menyajikan pertunjukan drama revolusi. Dengan segala cara para
perancang Konspirasi menggerakan revolusi, dan dengan cengkeraman kukunya yang kuat mereka membuat raja tidak berdaya."

Waktu itu Palsemo menghujani dengan selebaran-selebaran gelap. Sambil melaknat tokoh-tokoh istana dan gereja, para kaki tangan Konspirasi terus mengatur langkah dan strategi, dan melatih kader-kader yang kelak dijadikan pemimpin setelah sistem kerajaan runtuh. Di antara tokoh yang berhasil dipersiapkan oleh Konspirasi adalah Robespierre, Danton dan lain-lain. Ada
pula yang secara khusus dipilih orang-orang yang bertugas menyerbu penjara Bastilles dengan maksud membebaskan para narapidana, agar narapidana ini melampiaskan kebenciannya kepada istana, sehingga seluruh kota Paris diliputi oleh iklim pergolakan. Di antara pusat penataran itu adalah biara Saint Yacob di Paris. Jadi, rancangan berdarah itu disusun dari balik tembok tempat suci untuk beribadah. Di biara Saint Yacob itu pula dicatat daftar nama
bangsawan dan pendukung kerajaan yang bakal dienyahkan dari muka bumi oleh para aktivis revolusi. Mereka ini juga memperalat orang-orang yang sakit jiwa dan para pejabat agar melakukan tindakan kriminal, sehingga situasi akan makin kacau.

Tujuan kekuatan Konspirasi di balik revolusi Perancis adalah untuk menguasai Perancis dari balik layar, dan dari sini melangkah lagi untuk menguasai dunia secara keseluruhan. Peristiwa demi peristiwa terjadi berturut-turut seperti telah kita ketengahkan sebelumnya. Konspirasi telah memperalat Duke Durlian sebagai kuda tunggangan. Mereka minta agar Durlian menghukum mati anak pamannya sendiri, raja Louis XVI, dan dia pula yang mengemban
tanggungjawab atas kematian raja dan permaisurinya. Sesungguhnya pihak Konspirasi lah yang bertanggungjawab atas semua peristiwa itu tapi para tokohnya bersembunyi dari balik kegelapan. Instruksi dari konspirasi kepada kalangan revolusioner untuk membunuh beberapa orang istana ternyata terulang kembali. Kali ini yang harus dibunuh adalah Durlian sendiri. Tokoh tunggangan ini difitnah melalui media massa, seperti pernah dialami oleh Marie Antoinette sebelumnya. Dalam waktu sekejap tuduhan keji dari publik Perancis dilontarkan kepada Durlian, yang akhirnya mengalami nasib sama seperti Marie Antoinette. Durlian digiring ke Guilotin. Sementara itu terdengar pula cemoohan dari para hadirin yang menyaksikan pertunjukan yang mengerikan itu. Ini merupakan cemoohan ulang seperti pernah terjadi pada
kematian Antoniette dan raja Louis XVI.

Adapun Mirabeau, setelah merasa dirinya terancam oleh bahaya, dan menyadari dijadikan alat permainan oleh kelompok Konspirasi dari balik layar, segera menyadari adanya kebejatan moral yang digerakkan oleh para penggerak revolusi. Sebenarnya Mirabeau menentang perlakuan sadis terhadap raja Louis XVI. Dia tahu pula, bahwa mendiang raja sebenarnya orang yang
lugu, baik hati dan berkemauan lemah, sehingga kurang waspada menanggapi kejadian di sekitarnya. Mirabeau hanya menghendaki untuk menyingkirkan kekuasaan mutlak yang ada pada raja, untuk digantikan dengan raja yang memerintah berdasarkan konstitusi. Kemudian Mirabeau sendiri akan tampil sebagai penasihat raja. Oleh karena itu, ketika ia menyaksikan kekuatan Konspirasi bermaksud membunuh raja Louis XVI, Mirabeau berusaha untuk
melarikan raja dari penjara Paris, dan memindahkan ke markas pasukan yang masih setia kepada raja. Usaha Mirabeau ini gagal dan bahkan akan dibunuh oleh kekuatan Konspirasi. Berbagai fitnah dilancarkan untuk mencari alasan bisa menuntut Mirabeau ke pengadilan. Akhirnya pihak Konspirasi memakai cara dengan meracun Mirabeau, dengan kesan seolah-olah Mirabeau mati bunuh diri.

Setelah peristiwa demi peristiwa mengantar meletusnya revolusi Perancis, tibalah saatnya sebuah periode dikenal dalam sejarah Perancis dengan sebutan "Pemerintahan Teror". Pada masa itu, para mangsa pergolakan digiring ke tempat pembantaian dalam jumlah ribuan setiap hari seperti ternak. Sebagai algojo telah ditunjuk Robespierre (1758-1794) dan Danton (1759-1794). Setelah kedua algojo ini menyelesaikan tugasnya, mereka berdua juga dibantai dalam
usia yang relatif muda.

Seorang sejarawan Inggris Walter Scott mengetahui dengan pasti peran yang dimainkan oleh kekuatan terselubung, yang mendalangi peristiwa yang terjadi di Perancis. Dalam karya tulisnya berjudul 'Kehidupan Napoleon' kita bisa menemukan data-data yang cukup tentang keterlibatan Konspirasi Yahudi dalam revolusi Perancis itu, dan peristiwa besar lainnya di Eropa. Walter Scott memaparkan bukti-bukti yang bisa menimbulkan tanda tanya dengan mengungkapkan, bahwa kebanyakan wajah yang tampil dalam revolusi Perancis tampak asing bagi alam Perancis. Lebih lanjut ia mengungkapkan secara khas, bagaimana seorang majhul bernama Manuelle muncul seketika di permukaan umum, dan seketika itu pula bisa menempati posisi sebagai jaksa
Agung di Paris. Padahal Manuelle adalah orang yang bertanggung jawab atas penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dikirim ke tempattempat hukuman mati di seluruh Perancis pada bulan September 1792. Dalam penjara Paris saja ditemukan 7.000 orang menemui ajalnya. Manuelle didampingi oleh seorang Yahudi lainnya bernama David, seorang
eksekutif Komite Keamanan Nasional di Paris, yang dikenal sebagai penjagal maut selama perjalanan revolusi berlangsung. David pula yang memasukkan faham Naturalisme ke dalam pemerintahan pada masa pasca revolusi, untuk menggantikan agama Kristen.

Karya besar Sir Walter Scott The Life of Napoleon sebanyak 9 jilid sudah lama tidak beredar. Diduga kuat karena pihak Konspirasi telah mengupayakan, agar buku itu lenyap dari peredaran umum. Perlu juga kita simak sebuah karya lain yang ditulis oleh Renoult dengan judul 'Kehidupan Robespierre' (The Life of Robespierre). Buku ini menampilkan fakta-fakta penting, antara lain ucapanucapan Robespierre, ketika revolusi sedang panas-panasnya. Pemerintahan
Teror mencapai puncaknya antara tanggal 27 April-27 Juli 1794. Pada saat itu Robespierre berbicara panjang lebar di depan Majelis Nasional. Ia menyerang sengit apa yang dinamakan dengan kelompok teroris ekstrimis. Dia menuduh adanya suatu pihak yang berada di belakang tindakan teror itu. Namun dia tidak menyebutkan siapa pihak yang dimaksud. Kata-kata asli yang diucapkan Robespierre adalah : "Aku tidak berani menyebut nama mereka di tempat ini
dan di saat ini pula. Aku juga tidak bisa membuka tirai yang menutupi kelompok ini sejak awal peristiwa revolusi. Akan tetapi, aku bisa meyakinkan Anda sekalian, dan aku percaya sepenuhnya, bahwa di antara penggerak revolusi ini terdapat kaki tangan yang diperalat dan melakukan kegiatan amoral dan penyuapan besar-besaran. Kedua sarana itu merupakan taktik yang paling efektif untuk memporak-porandakan negeri ini."

Renoult memberikan komentar, seandainya Robespierre tidak mengucapkan kata-katanya di atas, nasib yang dialami akan lain. Ia telah mengucapkan katakata melewati batas yang dibolehkan. Kata-kata pedas meluncur dari mulutnya, sehingga hari berikutnya ia digiring ke tempat hukuman mati.
Demikianlah nasib seorang Free Mason yang telah diberi kesempatan untuk mengetahui gerakan Free Masonry lebih dari apa yang seharusnya. Hanya sedikit orang yang tahu, bahwa Robespierre, Danton dan tokoh-tokoh revolusi Perancis lainnya yang muncul pada periode pemerintahan teror merupakan alat yang digenggam oleh komplotan 13 Sesepuh Yahudi. Setelah bonekaboneka yang diperalat oleh Konspirasi satu per satu lenyap dari bumi, mereka
mulai dengan tahap baru lagi dalam persekongkolan internasional selanjutnya. Esleim Mayer Rothschild mengirimkan putranya Nathan Mayer ke Inggris untuk membuka cabang perusahaan raksasa milik mereka di kota London. Tujuannya untuk mempermudah hubungan antar-sesepuh Yahudi Internasional di seluruh kota Eropa, dan untuk menancapkan kuku mereka dalam bidang politik dan ekonomi lebih dalam lagi. Tujuannya yang lebih khusus lagi ialah, agar mereka bisa mengadakan hubungan lebih mudah antar konglomerat yang menguasai bank Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman.
Untuk itu, Rothschild telah mempersiapkan Nathan selama 26 tahun, yang sekaligus ini menunjukkan kehebatan Rothschild dalam pembinaan kader Konspirasi, sejak Nathan masih belia.

0 komentar: