BAB 1: SOLAT TIDAK DITERIMA TANPA WUDU.
135 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda, "Sholat orang yang berhadas1 tidak diterima sebelum dia berwudu". Seorang laki-laki dari Hadhramaut bertanya, "Hai Abu Hurairah, apa hadas itu?" Abu Hurairah menjawab, "kentut, bersuara atau tidak".
1): Bukan hadas besar, misalnya: kentut, buang air besar, keluar madzi, kencing dan lain-lain.
BAB 2: KEUTAMAAN WUDU
136 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dengan keadaan bersinar-sinar karena bekas wudu pada anggota tubuh mereka. Siapa yang melebihkan batas sinarnya, maka lakukanlah (yakni tidak hanya membasuh sampai pada batas minimal, tetapi dilebihkan sedikit agar lebih sempurna)".
BAB 3: TIDAK HARUS BERWUDU LAGI KARENA RAGU-RAGU ADANYA HADAS, KECUALI JIKA YAKIN.
137 Diriwayatkan dari Abdullah bin Yazid Al-Anshari Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tentang seseorang yang merasa sepertinya dia kentut samar-samar ketika dia sedang solat. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Dia tidak perlu membatalkan solatnya, kecuali jika dia mendengar suara atau merasakan/ mencium kentutnya".
BAB 4: KERINGANAN DALAM BERWUDU.
138 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah tidur sehingga terdenganr suara nafasnya, lalu beliau solat tanpa berwudu lagi. Atau Ibnu Abbas mengatakan: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berbaring sehingga terdengar suara nafasnya, lalu beliau bangun untuk solat.
BAB 5: MENYEMPURNAKAN WUDU.
139 Diriwayatkan dari Usamah bin Zayd Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertolak dari Arafah, setibanya di jalan perbukitan beliau berhenti, lalu beliau buang air kecil, kemudian beliau berwudu namun bukan wudu yang sempurna. Saya bertanya, "Apakah kita salat di sini, ya Rasulullah?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Di depan sana nanti saja kita solat". Beliau kemudian naik kendaraan lagi. Ketika sampai di Muzdalifah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam turun, kemudian berwudu dengan sempurna, lalu azan dan iqamat dikumandangkan, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melakukan salat Maghrib, dan setiap orang dalam kafilah itu menambatkan ontanya. Kemudian iqamat dikumandangkan lagi untuk solat Isya, lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengerjakan solat Isya, tanpa solat sunat diantara dua solat itu.
BAB 6: MEMBASUH MUKA DENGAN AIR SEPENUH CIDUKAN DUA TELAPAK TANGAN.
140 Diriwayatkan oleh Atha' bin Yasar bahwa Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berwudu dengan membasuh muka sebagai berikut: Dia mengambil air dengan telapak tangan, lalu dia berkumur dan membersihkan lubang hidungnya dengan air itu. Setelah itu dia mengambil air lagi seperti itu kemudian dia basuhkan pada wajahnya. Dia mengambil air lagi lalu dia basuhkan pada tangan hingga lengan kanannya. Dia mengambil air lagi lalu dia basuhkan pada tangan hingga lengan kirinya. Kemudian dia mengusap kepalanya. Dia mengambil air lalu dia basuhkan pada kaki kanannya. Dia mengambil air lalu dia basuhkan pada kaki kirinya. Setelah itu dia mengatakan, "Seperti inilah saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudu".
BAB 7: BACAAN KETIKA MASUK KAMAR KECIL (WC)
142 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika masuk kamar kecil (wc) Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca doa (yang artinya), "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan".
BAB 8: MENYIAPKAN AIR DI WC/KAMAR KECIL.
143 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu, bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke kamar kecil/wc, lalu saya menyampaikan airnya. Beliau bertanya: "Siapa yang telah menyiapkan air ini?" Setelah diberitahu bahwa saya yang menyiapkannya beliau bersabda: "Ya Allah, berikan kepadanya (Ibnu Abbas) kefahaman dalam ilmu keislaman".
BAB 9: BUANG AIR KECIL DAN BUANG AIR BESAR TIDAK BOLEH MENGHADAP KIBLAT.
144 Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Apabila seseorang berak janganlah dia menghadap atau membelakangi kiblat. Menghadaplah ke timur atau ke barat".1
1) : Ka'bah ada di selatan Madinah, maka dengan menghadap ke timur atau ke barat berarti menghadap dan tidak membelakangi ka'bah. Demikian itu berlaku ketika seseorang buang air di tanah lapang tanpa tabir.
BAB 10: BUANG AIR BESAR DENGAN BERJONGKOK DI ATAS DUA BATU.
145 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Orang-orang mengatakan, "Jika kamu duduk untuk buang air janganlah kamu menghadap kiblat atau Bayt Al-Maqdis", padahal pada suatu hari saya naik ke atas rumah saya, ketika itu saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam duduk berjongkok di atas dua batu untuk buang air dengan menghadap Bayt Al-Maqdis".
BAB 11: KELUARNYA WANITA UNTUK BUANG HAJAT
146 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa para istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya keluar ke tanah lapang yang luas untuk buang hajat (sebagaimana tradisi setempat saat itu). Umar pernah mengusulkan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Buatkanlah tabir untuk buang hajat istri-istri anda". Tetapi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak melaksanakannya. Pada suatu malam sekitar Isya Saudah binti Zam'ah istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar ke tanah lapang untuk buang hajat. Dia perempuan yang bertubuh tinggi, lalu Umar memanggilnya: "Aku mengenali anda, hai Saudah". Umar berbuat begitu karena mengharap agar turun ayat tentang hijab. Maka Allah 'Azza wa Jalla menurunkan ayat tentang hijab.
BAB 12: ISTINJA' (BERSUCI SEHABIS BUANG AIR) DENGAN AIR
150 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Apabila Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar untuk buang hajat, saya dan anak-anak sebaya saya seringkali menyediakan satu wadah penuh air.
BAB 13: MEMBAWA 'ANAZAH BESERTA AIR UNTUK ISTINJA'
152 Menurut riwayat lain dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu juga: Apabila Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar untuk buang hajat, saya dan anak-anak seusia saya seringkali menyediakan satu wadah penuh air beserta 'anazah (tongkat yang ujungnya bercabang).
BAB 14: LARANGAN ISTINJA' DENGAN TANGAN KANAN.
153 Diriwayatkan dari Abu Qatadah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Apabila kamu minum janganlah bernafas di dalam wadah minuman, dan apabila kamu buang air janganlah menyentuh kemaluan dan beristinja' dengan tangan kanan".
BAB 15: ISTINJA' (BERSUCI SEHABIS BUANG AIR) DENGAN BATU.
155 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau keluar untuk buang hajat. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berjalan lurus tanpa menoleh. Kemudian saya mendekati beliau, lalu beliau bersabda, "Carikan untukkku beberapa batu untuk aku gunakan istinja' - atau beliau bersabda semakna dengan itu - jangan kau bawakan tulang atau kotoran hewan". Saya pun membawakan beberapa buah batu untuk beliau dengan menggunakan ujung jubah saya, lalu saya letakkan di samping Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian saya menjauh. Setelah beliau selesai buang hajat, beliau pergunakan batu-batu tersebut untuk istinja'.
BAB 16: JANGAN BERISTINJA' (BERSUCI SEHABIS BUANG AIR) DENGAN KOTORAN
156 Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar untuk buang hajat, kemudian beliau meminta saya mencarikannya tiga buah batu. Saya hanya menemukan dua buah batu, saya tidak bisa mendapatkan sebuah batu lagi, kemudian saya mengambil kotoran hewan (yang kering sebagai pengganti batu tersebut), lalu saya membawanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Beliau mengambil dua buah batu itu dan membuang kotoran tersebut seraya mengatakan, "ini adalah benda kotor".
BAB 17: BERWUDU DENGAN MEMBASUH SEKALI SAJA PADA BAGIAN TUBUH YANG WAJIB DI BASUH.
157 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah berwudu dengan membasuh bagian tubuh yang wajib dibasuh masing-masing hanya sekali basuhan.
BAB 18: BERWUDU DENGAN MEMBASUH DUA KALI PADA BAGIAN TUBUH YANG WAJIB DIBASUH
158 Diriwayatkan dari Abdullah bin Zayd Al-Anshari Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah berwudu dengan membasuh pada bagian tubuh yang wajib dibasuh masing-masing dua kali basuhan.
BAB 19: BERWUDU DENGAN MEMBASUH BAGIAN TUBUH YANG WAJIB DIBASUH MASING-MASING TIGA KALI.
159 Diriwayatkan dari Humran (pelayan Utsman bin Affan) bahwa dia pernah melihat Utsman bin Affan meminta satu wadah berisi air, kemudian dia tuangkan air itu ke kedua tangannya tiga kali untuk membasuhnya. Setelah itu dia memasukkan tangan kanannya ke dalam wadah tersebut untuk mengambil air untuk berkumur dan membersihkan lubang hidungnya. Lalu dia membasuh wajahnya tiga kali, kemudian dia membasuh kedua tangannya hingga siku tiga kali, kemudian dia mengusapkan air pada kepalanya, lalu dia membasuh kedua kakinya hingga mata kaki tiga kali. Setelah itu dia mengatakan: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Siapapun yang berwudu seperti wuduku ini, kemudian dia mengerjakan salat dua rakaat dengan khusyu', maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat".
160 Disebutkan dalam riwayat lain bahwa Utsman bin Affan pernah mengatakan: Saya akan menyampaikan sebuah hadis kepada kalian - seandainya tidak ada satu ayat di dalam Al-Quran niscaya hadis ini tidak akan saya sampaikan --, saya pernah mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Seseorang yang berwudu dengan sempurna kemudian dia mengerjakan solat dua rakaat, niscaya diampuni dosa-dosanya antara wudu dan salat dua rakaat yang ia kerjakan itu".
BAB 20: MEMBERSIHKAN LUBANG HIDUNG DENGAN AIR KETIKA BERWUDU.
161 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Siapa yang bersudu hendaklah dia membersihkan lubang hidungnya (dengan menghirup air lalu menghembuskannya), dan siapa yang beristinja' dengan batu hendaklah dia ganjilkan bilangannya".
BAB 21: ISTINJA' DENGAN BATU DENGAN BILANGAN GANJIL
162 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Apabila seseorang berwudu hendaklah dia memasukkan air ke dalam lubang hidungnya kemudian menghembuskannya. Siapapun yang beristinja dengan batu hendaklah dia ganjilkan hitungannya. Apabila seseorang bangun dari tidur hendaklah dia membasuh tangannya sebelum dia memasukkan tangannya ke dalam tempat air, karena dia tidak tahu di mana semalam tangannya berada (mungkin tangannya menyentuh bagian tubuh yang kotor)".
BAB 22: MENGUSAP KAOS KAKI KULIT TANPA MELEPASNYA.
166 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia pernah ditanya oleh Ibnu Juraij: "Saya lihat engkau tidak mengusap dinding Ka'bah kecuali bagian yang menghadap ke selatan (rukun Yamani), saya lihat engkau mengenakan terompah kulit, saya lihat engkau mencelup rambut dengan shufrah (jenis pewarna), dan ketika engkau berada di Mekah saya lihat engkau tidak memulai ihram melainkan sesudah masuk hari Tarwiyah, padahal orang-orang sudah memulai ihram sejak tanggal 1 Dzulhijjah?" Abdullah bin Umar menjawab: "Mengenai rukun Yamani, karena saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap dinding Ka'bah kecuali pada rukun Yamani. Mengenai terompah/kaos kaki kulit, karena saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengenakan kaos kaki kulit yang tidak berbulu dan beliau tidak melepasnya ketika berwudu, maka saya pun suka mengenakannya. Mengenai pewarna rambut (shafrah), karena saya pernah melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menggunakannya, maka saya pun suka mencelup rambut saya dengan shafrah. Adapun mengapa saya tidak memulai ihram pada tanggal 1 Dzulhijjah, karena saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memulai ihram melainkan setelah tiba saat berangkat menuju ibadah haji".
BAB 23: MENDAHULUKAN ANGGOTA TUBUH YANG KANAN KETIA BERWUDU DAN MANDI.
168 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam senantiasanya mendahulukan anggota tubuh yang kanan dalam memakai sepatu, menyisir rambut, bersuci (dari hadas atau dari najis), dan perbuatan baik yang lain.
BAB 24: MENCARI AIR UNTUK WUDU KETIKA WAKTU SOLAT TIBA.
169 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika waktu solat asar tiba saya melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sementara orang-orang mencari air untuk wudu namun mereka tidak mendapatkannya. Setelah itu satu bejana berisi air dibawa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau meletakkan tangannya di dalam bejana itu, lalu beliau menyuruh orang-orang agar berwudu dengan air tersebut. Kata Anas bin Malik: Saya melihat air memancar dari jari jemari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sehingga semua orang bisa berwudu.
BAB 25: AIR UNTUK MEMBASUH RAMBUT.
171 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, bahwa ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mencukur rambutnya, orang yang mula-mula memungut rambut tersebut adalah Abu Thalhah.
BAB 26: APABILA ANJING MINUM AIR DALAM BEJANA.
172 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Apabila anjing minum air dalam bejanamu, basuhlah bejana itu tujuh kali".
174 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada masa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam seringkali anjing-anjing mondar-mandir di dalam masjid, sedangkan para sahabat tidak menyiram tempat bekas anjing-anjing itu.
BAB 27: TIDAK MENGULANG WUDU KECUALI ADA HADAS YANG KELUAR DARI KEMALUAN DAN DUBUR.
176 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Seseorang yang berada di masjid untuk menunggu pelaksanaan solat, nilainya sama dengan melakukan solat selama dia belum berhadas dan tidak bercakap-cakap".
179 Diriwayatkan dari Zayd bin Khalid Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Utsman bin Affan Radliyallaahu 'anhu, "Bagaimana orang yang bersetubuh tetapi tidak sampai mengeluarkan mani?" Utsman menjawab, "Dia harus berwudu seperti wudu untuk solat dan dia harus membasuh zakarnya". Kata Utsman, "Demikian ini saya dengar dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Saya juga menanyakan hal itu kepada Ali, Zubair, Thalhah, dan Ubay bin Ka'b Radliyallaahu 'anhu, mereka semua menjawab seperti itu".1
1): Hadis ini telah dinasikh oleh hadis lain (hadis nomor 202) yang mewajibkan mandi besar karena persetubuhan meskipun tidak sampai mengeluarkan sperma.
180 Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mengutus seseorang untuk memanggil seorang Anshar, lalu dia datang dengan rambut yang masih basah. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Mungkin kami membuatmu tergesa-gesa?" Oran Anshar itu menjawab: "Ya". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kamu bersetubuh lalu segera kamu hentikan sebelum mengeluarkan sperma, maka kamu harus berwudu".1
1): Hadis ini telah dinasikh oleh hadis lain (hadis nomor 202) yang mewajibkan mandi besar karena persetubuhan meskipun tidak sampai mengeluarkan sperma.
BAB 28: MEWUDUKAN ORANG LAIN.
182 Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu'bah Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia pernah menyertai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam suatu perjalanan. Ketika itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar untuk buang hajat. Setelah selesai beristinja, Al-Mughirah menuangkan air ke tangan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau berwudu. Beliau membasuh wajahnya dan kedua tangannya, mengusap air pada kepalanya, dan sepasang terompahnya/kaos kaki kulit.
BAB 29: MEMBACA AL-QURAN DAN LAIN-LAIN SETELAH BERHADAS.
183 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa pada suatu malam dia berada di rumah bibinya, yaitu Maymunah, istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Kata Abdullah bin Abbas: Saya berbaring di atas kasur kecil, sementara Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga berbaring dengan menjulurkan kakinya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidur. Ketika tengah malam atau kurang sedikit beliau bangun. Beliau duduk dan mengusap wajahnya untuk menghilangkan bekas tidurnya, kemudian beliau membaca sepuluh ayat di akhir surat Ali Imran. Kemudian beliau melangkah ke tempat air dari kulit yang tergantung, lalu beliau mempergunakan air itu untuk berwudu dengan sempurna, kemudian beliau mengerjakan solat. Kata Abdullah bin Abbas: Saya pun bangun dan mengerjakan seperti apa yang dikerjakan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu saya mendekat ke samping Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, tetapi beliau kemudian meraba kepala saya dengan tangan kanannya dan menarik telinga saya yang kanan untuk menggeser posisi saya ke sebelah kanannya, kemudian beliau mengerjakan solat dua rakaat enam kali dan menggasalinya dengan satu rakaat lagi. Setelah itu beliau berbaring sampai terdenganr azan, kemudian beliau solat dua rakaat tidak terlalu lama, lalu beliau ke luar (ke masjid) untuk solat Subuh.
BAB 30: MENGUSAP SELURUH KEPALA.
185 Diriwayatkan dari Abdullah bin Zayd Radliyallaahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki memohon kepadanya: "Tunjukkan/peragakan kepada saya bagaimana Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudu". Abdullah bin Zayd menjawab: "Baiklah". Dia meminta air, lalu dia membasuh tangannya dua kali, kemudian dia berkumur dan membersihkan lubang hidungnya dengan air masing-masing tiga kali. Setelah itu dia membasuh mukanya tiga kali, kemudian dia membasuh kedua tangannya sampai siku masing-masing tiga kali, lalu dia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya yang basah, dimulai dari depan, lalu kedua tangannya digerakkan ke tengkuk, kemudian digerakkan lagi ke depan (perbatasan dahi). Setelah itu dia membasuh kedua kakinya.
BAB 31: MENGGUNAKAN AIR SISA/BEKAS WUDU.
187 Diriwayatkan dari Abu Juhayfah Radliyallaahu 'anhu, ketika tengah hari, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemui kami, kemudian beliau diberi wadah berisi air, lalu beliau berwudu. Orang-orang segera mengambil air bekas/sisa wudu beliau, lalu mereka usapkan pada mereka1. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melakukan solat Zhuhur dan Asar masing-masing dua rakaat (qashar) dengan menancapkan sebatang azanah (tongkat yang ujungnya bercabang) di hadapan beliau.
1): untuk tabarruk/mencari berkah
190 Diriwayatkan dari As-Sa'ib bin Yazid Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah diajak bibi saya berkunjung kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Kata bibi saya: "Ya Rasulullah, kemenakan saya ini sakit kepala". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap kepala saya dan memohonkan keberkahan untuk saya. Setelah itu beliau berwudu, lalu saya minum air sisa/bekas wudunya. Kemudian saya berdiri di belakang beliau, sehingga saya melihat cap/stempel keNabian sebesar kancing tenda di antara dua pundak pada punggung beliau.
BAB 32: LAKI-LAKI BERWUDU BERSAMA ISTRINYA.
193 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada masa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam laki-laki dan wanita pernah berwudu bersama-sama.
BAB 33: NABI SAW MENUANGKAN AIR BEKAS WUDUNYA KEPADA ORANG YANG TIDAK SADAR KARENA SAKIT.
194 Diriwayatkan dari Jabir Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membezuk/ menjenguk saya ketika saya sakit hingga tidak sadar. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudu, kemudian air bekas wudunya beliau oleskan pada tubuh saya sehingga saya menjadi sadar. Setelah itu saya bertanya: "Ya Rasulullah, siapa yang akan memiliki harta peniggalan saya karena saya tidak lagi memiliki orang tua dan keturunan?" Maka turunlah ayat tentang waris.
BAB 34: MANDI ATAU WUDU DENGAN AIR BELANGA/PERIUK.
195 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika waktu solat telah tiba, orang-orang yang tinggal di dekat masjid bergegas untuk berwudu, sementara sebagian yang lain tinggal diam. Kemudian sebuah periuk batu berisi air di bawa kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, namun periuk batu tersebut terlalu kecil untuk dimasuki oleh telapak tangan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (dengan mukjizat beliau) semua orang berwudu dengan air di dalam periuk yang kecil itu. Kami bertanya: "Berapa jumlah kalian ketika itu?" Anas menjawab: "80 orang lebih".
196 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, bahwa suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta air dalam mangkok besar/belanga kecil, lalu beliau membasuh kedua tangan dan wajahnya, kemudian beliau semburkan lagi ke dalam wadah itu (sehingga air tersebut cukup untuk berwudu bagi puluhan atau ratusan orang).
198 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, ketika sakit Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sudah sangat berat, beliau meminta izin kepada istri-istrinya agar beliau di rawat di rumah saya, dan merekapun setuju. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar dengan kakinya menyeret tanah dengan dipapah oleh dua orang, yaitu Abbas dan orang satu lagi (maksudnya Ali bin Abu Thalib). Aisyah menambahkan: Setelah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk rumah, beliau memohon, "Tuangi aku dengan air tujuh kantong kulit perlahan-lahan agar aku merasa segara sehingga aku bisa keluar menemui para sahabat". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam didudukkan di atas periuk batu milik Hafsah, istri beliau. Kamipun segera menyiramkan sebagaimana permintaan beliau, sehingga beliau bisa memberikan isyarat kepada kami, lalu beliau keluar menemui para sahabat.
200 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah meminta bejana berisi air. Maka diambilkan sebuah gayung yang dasarnya lebar dengan berisi sedikit air. Beliau kemudian meletakkan jari jemarinya di dalam wadah itu. Kata Anas: Saya melihat air memancar dari sela-sela jari beliau. Saya perkirakan orang yang berwudu dengan air tersebut sekitar 70 hingga 80 orang.
BAB 35: BERWUDU DENGAN AIR SATU MUDD
201 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Seringkali Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mandi dengan air satu sha hingga lima mudd dan berwudu dengan air satu mudd. (1 sha = 4 mudd. 1 mudd = kira2 6 s/d 7.5 ons bila dengan ukuran timbangan).
BAB 36: MENGUSAP SEPASANG KHUFF (KAOS KAKI KULIT)
202 Diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mengusap sepasang khuff (tanpa melepasnya ketika berwudu). Abdullah putra Umar bertanya kepada Umar (ayahnya) tentang hal itu, lalu Umar menjawab: "Ya, benar. Apabila kamu diberitahu oleh Sa'd tentang hadis dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, janganlah kamu tanyakan lagi kepada orang lain.
204 Diriwayatkan dari Amru bin Umayyah Adh-Dhamiri Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia pernah melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap sepasang khuff nya ketika berwudu tanpa melepasnya.
205 Diriwayatkan dari Amru bin Umayyah Adh-Dhamiri Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia pernah melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudu dengan mengusap surbannya dan sepasang khuffnya (tanpa dilepas).
BAB 37: MENGENAKAN SEPASANG KHUFF DALAM KEADAAN SUCI/TIDAK BERHADAS.
206 Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu'bah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam perjalanan. Saya bergegas hendak melepas khuff beliau, namun beliau bersabda, "Biarkan saja, jangan dilepas, karena aku dalam keadaan suci (tidak berhadas) pada saat memakainya". Kata Mughirah: Ketika berwudu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusapkan air dengan tangannya pada khuff tersebut.
BAB 38: TIDAK BERWUDU LAGI SEHABIS MAKAN DAGING KAMBING DAN KUE SAWIQ
208 Diriwayatkan dari Amru bin Umayyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia pernah melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam makan daging dari lengan kambing, lalu tibalah waktu solat, kemudian beliau meletakkan pisaunya, lalu beliau mendirikan solat tanpa berwudu lagi (karena sebelumnya sudah berwudu).
BAB 39: BERKUMUR SEHABIS MAKAN KUE SAWIQ (DARI GANDUM CAPUR KURMA DAN GULA) TANPA PERLU MENGULANG WUDU
209 Diriwayatkan dari Suwayd bin An-Nu'man Radliyallaahu 'anhu, pada tahun berlangsungnya perang Khaybar dia pergi bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Ketika sampai di sahba', suatu tempat di dekat Khaybar, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendirikan solat Asar. Setelah itu beliau meminta diambilkan makanan namun tidak ada makanan kecuali Shallallaahu 'alaihi wa Sallamiq (kue gandum campur kurma dan gula). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan agar kue tersebut dicuci dulu, baru kemudian beliau memakannya bersama kami. Setelah itu beliau berdiri hendak melakukan solat Maghrib. Beliau berkumur dan kami pun berkumur seperti beliau, kemudian beliau mendirikan solat tanpa berwudu ulang.
210 Diriwayatkan dari Maymunah Radliyallaahu 'anhu, bahwa di rumahnya, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah makan daging dari lengan kambing, kemudian beliau solat tanpa berwudu ulang.
BAB 40: HARUSKAH BERKUMUR SETELAH MINUM SUSU?
211 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah minum susu, kemudian beliau berkumur. Beliau bersabda: "Sesungguhnya susu itu mengandung lemak".
BAB 41: BERWUDU SETELAH TIDUR DAN ORANG YANG BERPENDAPAT TIDAK PERLU BERWUDU ULANG KARENA MENGANTUK
212 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Apabila seseorang mengantuk ketika sedang solat hendaklah dia tidur dulu sampai rasa kantuknya hilang, karena jika seseorang solat sambil mengantuk mungkin maunya dia memohon ampunan tetapi karena mengantuk dia akan mengucapkan doa yang mencelakakan dirinya sendiri".
213 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Apabila seseorang mengantuk ketika sedang solat hendaklah dia tidur dulu sampai dia mengerti apa yang dia baca".
BAB 42: BERWUDU MESKIPUN BELUM BERHADAS.
214 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu berwudu sebelum mendirikan solat. Kata Anas: Sebagian kami melakukan solat lebih dari sekali hanya dengan satu wudu selama belum berhadas.
BAB 43: TERMASUK DOSA BESAR JIKA TIDAK MENGHINDARKAN TUBUH DAN PAKAIAN DARI AIR KENCING.
216 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melintasi suatu pekuburan di Madinah atau Mekah. Beliau mendengar dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya, lalu beliau bersabda, "Dua orang ini disiksa karena telah melakukan dosa besar". Sabda beliau selanjutnya, "Memang benar, yang satu tidak membersihkan diri sehabis kencing, dan yang satu lagi selalu menyebarkan fitnah permusuhan". Kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta sebatang pelepah kurma yang basah, lalu beliau memotongnya menjadi dua, kemudian beliau menancapkannya di masing-masing dua kubur tersebut. Ada seorang sahabat bertanya, "Mengapa anda melakukan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Semoga siksa keduanya diringankan selama pelepah kurma tersebut masih basah".
BAB 44: MEMBASUH BAGIAN TUBUH YANG TERKENA AIR KENCING.
217 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Apabila Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pergi hendak buang hajat, saya biasanya membawakan air untuk beliau gunakan bersuci/beristinja.
BAB 45: NABI SAW DAN PARA SAHABAT MEMBIARKAN SEORANG ARAB PEDALAMAN KENCING DI MASJID SAMPAI TUNTAS.
220 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ada seorang Arab pedalaman berdiri dan kencing di dalam masjid. Para sahabat segera menangkapnya, namun Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Biarkan saja dia dan tungguhlah sampai dia kencing tuntas. Setelah itu siramkan sekantong atau setimba air pada bekas kencingnya, karena kalian diperintahkan untuk memberikan kemudahan, bukan untuk mempersulit".1
1): Saat itu lantai masjid berupa tanah biasa.
BAB 46: AIR KENCING BAYI.
223 Diriwayatkan dari Ummu Qays binti Mihshan Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia membawa bayi laki-lakinya yang belum makan apa-apa kecuali air susu ibu (ASI) kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Beliau meletakkan bayi itu pada pangkuan beliau, kemudian beliau meminta air, lalu beliau percikkan pada pakaian yang terkena kencing tersebut tanpa membasuhnya.1
1): Demikian itu dengan syarat bagi bayi tersebut laki-laki/ bukan perempuan dan belum pernah makan atau minum apapun kecuali air susu ibu (ASI).
BAB 47: KENCING SAMBIL BERDIRI ATAU DUDUK.
224 Diriwayatkan dari Hudzayfah (laki-laki, bukan perempuan) Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendatangi tempat orang-orang membuang sampah, kemudian beliau kencing sambil berdiri. Setelah itu beliau meminta air, lalu saya membawakannya, kemudian beliau juga berwudu.1
1): Keterangan: Kencing dengan berdiri pada saat itu (sekali itu saja) bagi Nabi Saw adalah wajib, dalam rangka menyampaikan ajaran dari Allah bahwa kencing dengan berdiri itu boleh, meskipun yang lebih baik adalah dengan jongkok.
BAB 48: KENCING DI DEKAT ORANG LAIN DENGAN DIBERI TABIR.
225 Diriwayatkan dari Hudzayfah Radliyallaahu 'anhu, (seperti hadis sebelumnya dengan perbedaan sebagai berikut): .... Kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sambil berdiri di balik sebuah dinding. Saya menjauh, namun beliau memanggil saya, lalu saya mendekat. Saya menunggu di sebelah beliau sampai beliau selesai kencing.
BAB 49: MEMBASUH DARAH
227 Diriwayatkan dari Asma Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Seorang perempuan datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu dia bertanya, "Apa yang harus dilakukan oleh seorang perempuan apabila pakaiannya terkena darah haid?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Genggamlah bagian yang terkena darah (agar tidak meluas), kemudian gosoklah dan keriklah/ sikatlah dengan dituangi air. Setelah itu pakaian tersebut boleh dipakai untuk solat".
228 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Fathimah binti Hubaisy datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu dia bertanya, "Saya mengalami istihadhah (pendarahan dari dalam uterus di luar haid) sehingga saya tidak pernah suci, apakah saya tidak perlu solat?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Tidak begitu. Darah tersebut berasal dari pembuluh darah, bukan darah haid. Jika kamu mengalami haid berhentilah solat, dan apabila haidmu selesai bersihkanlah darahmu (mandilah), lalu solatlah, kemudian berwudulah setiap kali akan solat sampai tiba lagi masa haid berikutnya".
BAB 50: MEMBASUH DAN MENGGOSOK MANI PADA PAKAIAN.
229 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah membasuh mani pada pakaian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau keluar (ke masjid) untuk melakukan solat, sementara pakaian beliau masih basah pada bekas cucian/basuhan tersebut.
BAB 51: KENCING ONTA, KAMBING, DAN HEWAN LAIN SERTA BEKAS TEMPAT HEWAN-HEWAN TERSEBUT.
233 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Sekelompok orang dari suku Ukayl dan Uraynah datang ke Madinah, namun kemudian mereka sakit karena tidak tahan dengan cuaca di situ. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh mereka mendatangi kawanan onta untuk meminum air kencing dan air susunya. Merekapun pergi sesuai perintah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Setelah mereka sehat, mereka membunuh penggembala onta Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tersebut dan melarikan onta-onta itu. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendengar berita itu pagi hari berikutnya. Kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menugaskan beberapa orang untuk menangkap mereka, lalu tangan dan kaki mereka di potong, serta mata mereka dicolok dengan besi panas. Mereka diletakkan di bawah terik matahari. Mereka minta minum namun tidak diberi.1
1): mereka orang-orang murtad.
234 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah melakukan solat di bekas tempat kambing sebelum masjid dibangun".
BAB 52: NAJIS YANG JATUH KE MENTEGA DAN BENDA ENCER.
235 Diriwayatkan dari Maymunah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai tikus yang jatuh ke mentega. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Buanglah tikus itu dan buang pula mentega yang disekitar tubuh tikus itu, lalu makanlah sisa mentega yang tidak terkena tikus tersebut".
237 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Setiap luka yang diderita oleh seorang muslim dalam pertempuran membela agama Allah kelak pada hari kiamat akan tampak sebagaimana keadaan di dunia ketika luka itu diderita pertama kali dengan memancarkan darah. Warnanya tetap seperti darah, tetapi baunya sewangi misk/minyak wangi kesturi".
BAB 53: KENCING DI AIR YANG TIDAK MENGALIR.
238 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Janganlah seseorang kencing di genangan air yang tidak mengalir kemudian dia mandi di situ atau dengan air itu".
BAB 54: JIKA KOTORAN ATAU BANGKAI DILETAKKAN DI ATAS PUNGGUNG ORANG YANG SOLAT OLEH ORANG LAIN, MAKA ...
240 Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud Radliyallaahu 'anhu, bahwa suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam solat di Baitullah, sementara Abu Jahl dan kawan-kawannya sedang duduk, tiba-tiba sesama mereka saling mengatakan: "Siapa di antara kalian yang sudi mengambil perut bangkai onta di tempat suku Fulan sana lalu meletakkannya di atas punggung Muhammad ketika dia bersujud?" Maka berangkatlah salah seorang yang paling celaka di antara mereka untuk mengambil perut bangkai onta tersebut, lalu dia menunggu hingga Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersujud, kemudian dia meletakkannya di atas punggung antara dua bahu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Sementara saya melihat peristiwa itu namun saya tidak berani melawan. Ketika itu saya berharap agar ada orang-orang yang datang menyertai saya untuk melawan orang-orang kafir itu. Mereka semua tertawa terbahak-bahak dengan saling bersahutan, sedangkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tetap saja bersujud tanpa mengangkat kepalanya sampai Fathimah datang lalu dia menyingkirkan perut bangkai onta itu dari punggung Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, baru kemudian Rasulullah mengangkat kepalanya lalu berdoa: "Ya Allah, hukumlah orang-orang kafir Quraisy". Beliau berdoa tiga kali, sehingga orang-orang kafir itu merasa sedih setelah mendengar doa Rasulullah tersebut. Mereka mengerti bahwa doa yang diucapkan di kota itu (Mekah) akan dikabulkan oleh Allah. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melanjutkan doanya dengan menyebutkan beberapa nama: "Ya Allah, hukumlah Abu Jahl, Utbah bin Rabi'ah, Syaiban bin Rabi'ah, Al-Walid bin Utbah, Umayyah binKhalaf dan Uqbah bin Abu Mu'aith". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga menyebut seorang lagi yang ketujuh, namun perawi tidak ingat namanya. Kata Abdullah bin Mas'ud: Demi Allah yang menguasai diri saya! Saya melihat mayat orang-orang yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam doa beliau itu dilemparkan ke dalam salah satu sumur di Badr.1
1): mereka terbunuh oleh pasukan muslimin dalam perang Badr lalu mayat mereka dilemparkan ke dalam sumur di Badr.
BAB 55: MELUDAH ATAU MEMBUANG INGUS DI PAKAIAN.
241 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah meludah di pakaiannya sendiri.
BAB 56: PEREMPUAN MEMBASUH DARAH PADA WAJAH AYAHNYA.
243 Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'd As-Sa'idi Radliyallaahu 'anhu, bahwa dia pernah ditanya oleh orang-orang: "Dengan apa luka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam diobati (dalam perang Uhud)?" Sahl menjawab: "Tidak ada lagi orang yang lebih tahu daripada saya yang sekarang masih hidup. Ali membawa air dengan perisainya dan Fathimah membasuh darah pada wajah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan air tersebut (tetapi darah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam semakin deras) lalu dibakarlah tikar jerami kemudian abunya ditaburkan pada luka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam".
BAB 57: SIWAK
244 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika saya mendatangi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Saya melihat beliau menggenggam siwak di tangannya untuk menyikat giginya. Ketika siwak masih berada di dalam mulut Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersuara uk uk, seolah beliau hendak muntah.
245 Diriwayatkan dari Hudzayfah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu menggosok giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur pada malam hari.
BAB 58: MENYERAHKAN SIWAK KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA.
246 Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Aku bermimpi membersihkan gigiku dengan siwak, kemudian aku didatangi oleh dua orang laki-laki, yang satu lebih tua daripada yang lain, lalu aku menyerahkan siwak kepada yang lebih muda, kemudian aku diberi petunjuk, "Berikanlah kepada yang lebih tua diantara dua orang itu". Maka akupun memberikannya kepada yang lebih tua".
BAB 59: KEUTAMAAN ORANG YANG TIDUR DENGAN MENYANDANG WUDU (TIDAK BERHADAS).
247 Diriwayatkan dari Al-Barra bin Azib Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Apabila kamu akan tidur berwudulah sebagaimana wudu untuk solat, kemudian berbaringlah dengan miring ke kanan, lalu ucapkanlah doa: Allaahumma .... s/d wa Nabiyyikalladzii arsalta (yang artinya): "Ya Allah, aku berserah diri kepadaMu. Aku bergantung kepadaMu. Aku serahkan segala urusanku kepadaMu. Aku bergantung kepadaMu dengan penuh harap dan rasa takut kepadaMu. Tidak ada tempat berlindung dan tempat mencari keselamatan dari murka dan siksaMu kecuali kepadaMu. Ya Allah, aku beriman kepada KitabMu yang telah Engkau turunkan dan kepada NabiMu yang telah Engkau utus". Jika kamu mati di malam itu, maka matimu dalam keadaan beriman. Jadikanlah ucapan/doa tersebut sebagai kata-katamu yang terakhir. Kata Al-Barra: Saya mengulang doa tersebut di hadapan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Setelah sampai pada bacaan Allaahumma aamantu bikitaabikalladzii anzalta saya lanjutkan dengan wa rasuulika...., lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menegur saya, "Jangan begitu, ucapkanlah wa Nabiyyikalladzii arsalta".
0 komentar:
Posting Komentar