Oleh : Toto Tasmara
Ini adalah sebuah perintah Allah dan sekaligus sebagai aksioma Ilahiah. Bila umat tercerai-berai, berkelompok (firqah) dalam bentuk puing-puing kecil, mana mungkin mampu mengalahkan raksasa "buldozer kafirisasi"?Ketika musuh sudah mengacungkan tinjunya. Ketika panji-panji kafirisasi telah menancapkan tiangnya di setiap sudut kehidupan, kebodohan seperti apa yang paling pantas ditudingkan ke hati kita semua, kecuali perpecahan karena kehilangan pimpinan.
Sebab itu, getarkan jiwa nurani kita semua. Kalahkan segala ambisi diri yang akan menjadi penghalang persatuan. Buang jauh jauh segala ashabiyah. Berhentilah beretorika untuk menolak persatuan umat (ittihadul-ummah) ini. Sungguh umat Islam membutuhkan satu kepemimpinan. Bukankah domba-domba yang diterkam srigala adalah domba yang menyempal dari kelompoknya? Karenanya, hati nurani kita semua ditantang agar tidak ada lagi satu gelintir umat pun yang kehilangan pegangan panutan. Karena jiwa sudah putih bersih, apa pun yang disodorkan kepada kita, asalkan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin, dengan hati penuh bahagia kita akan menerimanya. Kalaupun Majelis Ulama dijadikan sebagai Dewan Imamah tempat kata putus diambil, kita pun tidak pernah beretorika untuk menolaknya. Mengapa? Karena musuh sudah satu langkah di hadapan kita dan siap menohok jantung iman kita semua.
Kita sedang dalam kondisi perang. Perang ldeologi global yang memorak-porandakan seluruh tatanan kehidupan iman. Karenanya persyaratan untuk memenangkan peperangan ini hanyalah memperkokoh persatuan, membangun satu wawasan, satu kepemimpinan, serta satu harakah yang kokoh sebagaimana firman-Nya:"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh." (ash Shaff: 4).
1. Zikirlah Sebanyak-banyaknya
Zikir yang menggentarkan jiwa karena kerinduan kepada Allah SWT melahirkan zikir aktual. Hal itu lindap dalam rasa cinta kepadaAllah (mahabbah lillah) yang tiada tara. Ketika musuh-musuh Allah sedang memfitnah dengan cara mengganggu dan menggoncangkan hamba-Nya, maka zikir dan jihad fisabilillah-lah sebagai jalan keluarnya.
Zikir melahirkan kewaspadaan. Sehingga perintah Allah agar kita berzikir sebanyak-banyaknya, berarti seluruh umat Islam yang telah menjual dirinya kepada Allah harus waspada sepenuhnya terhadap gerakan musuh-musuh Allah. Mereka tidak saja melakukan teror kepada para pemimpin Islam, tetapi melakukan pula gerakan "cuci otak" di kalangan kaum muda dengan berbagai budaya duniawi-matrialistik dengan mengatas-namakan kebebasan berpendapat.
Gerakan kafirisasi ini telah nyata di hadapan kita. Islam telah dikepung, sehingga seharusnya kita sadar dengan perintah Allah:"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur)." (al-Anfal:15).
Tidak ada kata "mundur" bagi umat Islam untuk mempertahankan jati diri dan akidahnya dalam menghadapi musuh yang nyata ini. Jiwa militan harus tampil, para ulama dan mujahid harus segera mengambil tindakan konseptual agar kaum kafir tersungkur membatalkan niat buruknya untuk memecah belah umat Islam.
2. Penuhi Masjid dan Majelis Taklim
Bagian dari semangat zikir harus diteruskan dalam bentuk yang nyata dengan memenuhi masjid-masjid dan majelis taklim. Inilah salah satu cara untuk menggalang kesatuan dan persatuan umat serta menjadikan masjid sebagai pelabuhan hati umat Islam. Masjid yang telah dibangun dengan gaya arsitektur indah dengan biaya yang mahal, seakan-akan meratapi nasibnya karena sepi dari jamaah. Masjid meneteskan air matanya karena masjid sudah berubah bagaikan "kuburan Cina", bagus bangunannya, tetapi hampa roh jihadnya. Masjid yang indah dengan bahana suara pengeras suara menggelegar dan menerpa seluruh sudut kehidupan, tetapi sepi dari zikir dan muru'ah Islamiyah. Sebagaimana bait berikut:
Lihatlah masjid di hadapanmu
Indah bangunannya mahal harganya
Tengok dan masuklah
Reguk dan nikmatilah ratapannya
Mihrab berukir itu telah mulai lapuk
Tikar dan karpet mulai mumuk
Bukan penat menyangga jiwa gemuruh
Tetapi terlalu lama tak lagi disentuh
Lihatlah masjid di hadapanmu
Ketika muazin melaungkan mutiara Ilahi
Angin menerpa sepi
Fajar berlalu mengiringi mimpi
Membalut jiwa yang telah lama mati
Masjid semakin menjerit
Takutkan diri bagaikan fosil Seperti Borobudur dan Taj Mahal
Tidakkah jiwamu tergetar
Bila seribu tahun lagi ada anak kecil yang bertanya
Wahai kakek, bangunan apakah yang berkubah ini?
Dan sang kakek berkata, "Wahai cucuku, kata orang namanya 'Masjid'.
"Zaman dahulu nenek moyang kita beragama Islam dan inilah tempat ibadah
Tempat para turis kafiri mencuci mata.
Masjid semakin menangis
Karena dibangun sekadar saksi sejarah
Fosil tanpa jiwa muru'ah!
Audzubillah min dzaalik
Kadang-kadang, kita diusik sebuah pertanyaan, masih perlukah membangun masjid lagi? Sedangan masjid yang ada pun sepi dari umat. Jawaban berpulang kepada kita. Tentu saja, masjid masih perlu dibangun karena pertimbangan rasio penduduk pemeluk Islam, tetapi jauh lebih penting dari sekadar membangun masjid secara kuantitas, adalah upaya kita semua menjadikan nilai masjid sebagai pelita umat dan melahirkan berbagai kegiatan yang berkualitas. Masjid harus kita jadikan pusat perjuangan umat
3. Jauhkan Silang Sengketa
Jangankan memenangkan peperangan global, sedangkan memenangkan pertempuran skala kecil pun diragukan untuk menang, bila kita semua pecah dan berselisih yang akan memperlemah dan melengahkan perhatian dari tatapan musuh di sekitar kita. Harus disadari bahwa perpecahan itu bukanlah datang dari kita, tetapi seringkali kita terperangkap dalam strategi neo-zionisme Dajal melalui gerakan memecah belah. Mereka membuat "kemasan fitnah" yang cantik, seakan-akan itu benar adanya. Setelah itu, mereka melemparkannya ke tengah-tengah umat Islam. Bila umat Islam tidak tabayyun (memeriksa dengan teliti kebenaran fitnah tersebut) dan bereaksi untuk membuat analisis, bahkan menambah rumor tersebut. Apabila hal ini ada di hati kita, niscaya kita telah ikut berpihak untuk memenangkan keberhasilan gerakan kafirisasi tersebut. Dan tanpa disadari, sesungguhnya kita telah "bunuh diri" karena ikut memasarkan fitnah tersebut.
E. Membangun Sistem
Bila kita menyimak sejarah Rasulullah saw. dengan nyata benar bahwa yang diletakkan oleh ajaran Islam adalah hamparan sistem kehidupan yang terkonsep dengan sempurna (syumul-kamil) di atas landasan tauhid.
Sistem yang kita maksudkan adalah sebuah visi dan keyakinan yang merangkum mekanisme aturan kehidupan secara menyeluruh. Di dalam membangun sistem tersebut harus diletakkan dasar-dasar fundamental, sehingga mekanisme kehidupan dapat berjalan dengan baik, yaitu sebagai berikut:
a. Menumbuhkan pribadi-pribadi, khususnya para pemimpin yang jujur atau berakhlak mulia, melalui tindakan keteladanannya. Tanpa adanya pribadi atau pemimpin yang mendemonstrasikan uswatun hasanah, maka akan sulit mekanisme dari sistem tersebut dilaksanakan. Untuk itu, sistem harus dipagari dengan "ganjaran dan hukurnan" sehingga setiap pribadi menjadi seorang ahli atau profesional dalam bidangnya.
b. Mekanisme kontrol merupakan bagian tidak terpisahkan dari pelaksanaan sistem tersebut. Sehingga, membuka koridor partisipasi umat secara demokratis. Lapisan rakyat yang paling bawah dan tidak terdengar suaranya sekalipun diberikan tempat untuk melaksanakan mekanisme kontrol melalui berbagai saluran dan pranata sosialnya. Sebagaimana Umar bin Khaththab ra memberi ruang yang luas kepada rakyat untuk mengkritik kepemimpinannya, karena dia sadar bahwa menjadi pemimpin, berarti menjadi pelayan rakyat. Menjadi seorang birokrat, berarti seorang pengabdi rakyat yang sebenarnya, untuk rakyatnya.
c. Menjadikan hukum sebagai sumber aturan dan mekanisme kegiatan kehidupan. Hukum yang mandul atau berlaku tidak adil akan menjadi pedang tajam, melainkan akan menghancurkan kehidupan bermasyarakat. Ketidakadilan merupakan penyakit paling durjana dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
d. Dengan memiliki hukum yang kuat, sistem yang jelas, serta akhlak yang jujur, niscaya umat Islam akan mampu membangun dirinya dan memperkuat benteng kehidupannya dari serangan kaum Dajal modern.
F. Persatuan Umat Beragama
Nyatalah bahwa gerakan kafirisasi tidak hanya menghantam umat Islam, tetapi juga umat beragama lainnya. Sehingga tidak lagi ada alasan diantara sesama umat beragama saling curiga dan lengah dari upaya jaringan kaum neo-zionisme Dajal yang sangat senang melihat pertikaian diantara sesama umat beragama dan konflik di lingkungan intern umat beragama tersebut.Tidak ada satu pun umat beragama yang sudi nilai-nilai sakralnya dihujat atau dicabut dengan halus maupun paksa oleh sebuah gerakan yang antiagama. Karenanya, tidak ada kata kunci paling bertuah bagi umat beragama, kecuali harus saling bergandengan tangan untuk membentengi umat beragama dari serangan neo-zionisme tersebut. Jauhkan kecurigaan diantara sesama umat beragama. Dan kalaupun ada perbedaan, maka jadikanlah perbedaan tersebut hanya untuk konsumsi ke dalam. Carilah nilai-nilai persamaan dimana seluruh umat beragama dapat berperan untuk kesejahteraan manusia.
G. Gerakan Islah Mujahid Dakwah Dengan Wawasan Global
Menyadari kenyataan bahwa perang global telah berlangsung dan di setiap penjuru "tentara setan" menggempur umat beragama, khususnya para generasi muda agar bersikap hidup sekuler ateistik, para juru dakwah sudah harus menampilkan dirinya sebagai sosok ulul al-Bab (yang diteladani) juga sebagai sosok mujahid dakwah dengan bobot intelektual dan wawasan yang mondial. Pendekatan dakwah harus bersifat total. Ada semacam "virus" dakwah di hati umat Islam, sehingga setiap pribadi tampil untuk menjadi juru bicara harakah Islamiyah. Tidak ada satu umat pun yang berpangku tangan dari urusan agamanya. Dia harus terlibat, peduli, dan menenggelamkan dirinya dalam dunia yang mengakhirat, urusan akhirat yang mendunia. Semuanya bersatu padu untuk menghadapi derap langkah "buldozer kafirisasi" yang telah jelas gemuruhnya terdengar dan menghantam kehidupan umat beragama.
Para mujahid dakwah harus mampu memberikan jawaban-jawaban sekitar permasalahan umat dengan pendekatan multidisiplin mengingat segala permasalahan kehidupan tidak dapat hanya dipecahkan dengan retorika umum yang sederhana, melainkan membutuhkan pemecahan analisis, sehingga mampu mencerdaskan umat dalam menghadapi segala tantangan kehidupannya. Sebagai contoh adalah bidang pemikiran yang akan dilontarkan oleh para freethinker, ateis, dan sekuler matrialistik terhadap eksistensi agama dan sistem keimanan umat beragama harus dijawab secara tuntas, mendasar, dan mematikan logika berpikir mereka.
Di bawah ini, kami sampaikan beberapa logika yang sering diajukan kaum freethinker yang harus kita jawab dan sikapi secara cerdas, misalnya sebagai berikut:
1. Pendekatan ilmiah telah melahirkan berbagai ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Peradaban manusia ditentukan oleh cara berpikir rasional, objektif, dan bisa dibuktikan secara ilmiah pula. Agama adalah dogma, seluruh pemikirannya tidak berangkat dari nilai objektif yang bisa dibuktikan secara ilmiah. Dan setiap pemikiran yang tidak ilmiah adalah bentuk penipuan. Oleh karenanya, agama adalah cara berpikir ilusi (khayalan) yang penuh dengan dogma dan penipuan.
2. Sistem berpikir dan falsafah kehidupan menentukan corak budaya dan tata cara manusia bermasyarakat dan bernegara. Nyatanya, negara-negara sekuler di Eropa telah menunjukkan bukti objektif sebagai satu negara yang makmur dan maju. Adakah satu negara dengan sistem agama (Islam khususnya) yang mampu bersaing dengan negara sekuler, adakah contoh nyata negara dengan basis Islam yang maju dan makmur? Nyatanya di dunia dengan sistem agama, justru sering terjadi konflik dan kurangnya penghargaan terhadap nilai hak asasi manusia, terutama wanita. Sangat berbeda dengan negara sekuler yang damai, hak asasi manusia ditempatkan proporsional, bahkan hanya menempatkan hak wanita yang sama, tetapi memberikan pula tempat terhadap hak kaum homoseksual, lesbian, dan sebagainya.
Masih banyak lagi pemikiran-pemikiran seperti itu yang harus dijawab oleh para mujahid dakwah, khususnya memberikan satu metode berpikir yang baru untuk para generasi muda, sehingga mereka menjadi generasi rabbaniyah yang cerdas secara intelektual dan moral, kuat secara pikir dan zikir, serta menjadi manusia unggul (al-insanul kamil) yang siap menghadapi persoalan logika yang disodorkan kaum ateis sekuler tersebut.
H. Pola Pendidikan Dini
Tidak bisa disangkal bahwa pola pendidikan moral agama sejak usia dini (pada masa kanak kanak) merupakan salah satu kunci untuk membentengi iman. Oleh karenanya, seluruh umat Islam harus terlibat dalam irama tantangan global sehingga mampu mempersiapkan putra-putrinya mengarungi samudra global yang penuh dengan ranjau dan godaan ini. Umat Islam harus dibentuk sebagai "mujahid" yang memberikan nilai nilai moral, intelektual, serta etika pergaulan yang berorientasi kepada aktualisasi yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam bentuknya yang dapat direalisasikan dan memberikan jalan keluar dalam kehidupan yang dihadapinya. Agama tidak hanya sederetan hafalan dan ikatan normatif, tetapi dipresentasikan pula dalam bentuk yang aktual dan aplikatif. Agama menjadi satu bentuk yang memikat karena menyentuh langsung kegairahan hidup. Itulah sebabnya, pemerkayaan terhadap metode, materi, dan wawasan para mujahid dakwah, ustaz, ulama, dan orangtua dari keluarga muslim harus selalu mengalir dengan dinamis seirama dengan semangat Al-Qur'an dan Sunnah Rasul yang membumi.
Insya Allah, kita sebagai kaum muslimin yang diridhai-Nya, dengan ikhtiar kita untuk melaksanakan dan menegakkan risalah dinulhaq Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad saw, serta persatuan umat, kita dapat memerangi konspirasi global kaum kafir zionis Dajal beserta Dajalnya.
0 komentar:
Posting Komentar