Pengantar

Oleh : Toto Tasmara

Bismillahirrahmanirrahim Asalamu'alaikum wr. wb.
Alhamdulillahi ladzii arsala rasulahu bil-hudaa wadiinil haqqi liyuzhhirahu 'alad-diini kullihi walau karihal-nusyrikun. Allahumma shalli 'ala Nabiyi wa Sayyidul-Mursaliin Muhammad saw. wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in. Amma ba'du.

Alhamdulillah, penulis dapat mempersembahkan sebuah buku yang berjudul Dajal dan Simbol Setan, sehingga umat atau pembaca dapat melakukan telaah dan merenungkannya secara lebih mendalam mengenai bahaya sepak terjang Dajal dan pahamnya. Sebagaimana pembahasan tentang iman yang kita berikan makna sebagai keberpihakan yang penuh (kaffah) kepada Allah dan Rasul-Nya seraya menafikan seluruh ajaran setan yang menjadi musuh kita (al-Baqarah: 208) maka kita menafsirkan setan sebagai sebuah ideologi Dajal yang akan membongkar dan memalingkan wajah batin keberpihakkan kita kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut.



Dengan kata lain, ada satu gerakan yang sangat besar saat ini yang saya sebut dengan istilah "gerakan kafirisasi". Bila berapa dekade yang lalu kita mengenal istilah zionisme maka saat ini sejalan dengan globalisasi, kita berhadapan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan neo-zionisme sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis-fundamentalis.

Di mana-mana mereka akan membuat keguncangan, keresahan, dan rasa bimbang di hati umat beragama melalui gerakan yang saya istilahkan dengan "gerakan 7 F", yaitu menghancurkan kekuatan finansial (Financial) umat Islam, merusak pola makan (f'ood), menciptakan adu domba atau perpecahan di kalangan umat beragama maupun di dalam tubuh umat Islam (friction), menyebarkan cara berpikir bebas (freethought), menebarkan ideologi yang membebaskan manusia dari tata cara pemikiran agamis (freedom of religion), menguasai film, TV, dan media massa (film), menumbuhkan dan menggoda masyarakat agar berbudaya dan bersikap mengikuti millah mereka (fashion/life style), membuat beberapa aliran mistik untuk menghancurkan agama (faith, sect, occultism, dll.), menumbuhkan rasa kecewa (frustrasion), dan lain-lain.

Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut-marut dan tercabiknya wajah kaum beragama, utamanya umat Islam. Mereka menuduh umat Islam sebagai fundamentalis, ekstremis, dan tiran. Bahkan, Huntington dengan jumawa (berani) mengatakan bahwa musuh Barat setelah Rusia hancur adalah Islam. Lantas, informasi apalagi yang mampu menggugah dan menggedor umat Islam bahwa dirinya sedang dijadikan sasaran tembak kaum dajal?
Bukankah setiap saat kita berdoa, "Allahumma inni a'udzubika min fitnatil Masihid Dajjal," (Ya Allah aku berlindung kepadamu dari fitnah Masihud-Dajjal).

Tetapi, sungguh nelangsa jiwa karena kita mengucap tanpa mengetahui apa maknanya. Dalam pembahasan ini telah dijelaskan bahwa al-Masih adalah orang yang diberkati, yang diurapi, yang dibasuh kepalanya atau ditafsir sebagai bentuk "kesucian", sedangkan Dajal diartikan sebagai penipu, penjahat, atau gerakan kafirisasi. Sehingga al-Masih ad-Dajal diartikan sebagai gerakan para penipu yang berpura-pura membela kesucian. Gerakan anti-agama yang berwajah lembut.
Benarlah apa yang difirmankan Allah SWT: "Dan, apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan Dabbah (sejenis binatang melata) dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." (an-Naml: 82)

Dabbah atau binatang melata tersebut tidak lain adalah ideologi kafirisasi atau gerakan konspirasi yang selama ini terselubung (under-ground 'bawah tanah') akan muncul dengan terang-terangan menantang umat Islam agar mengikuti millah atau tata cara budaya mereka (al-Baqarah: 120).

Dalam situasi seperti ini, kunci untuk menghambat gerakan mereka adalah kesatuan umat, satu komando, satu gerakan, dan satu visi, yaitu menanamkan satu etos perjuangan di dada setiap pribadi muslim untuk memenangkan Islam (at-Taubah:33, al-Fath:28; ash-Shaff:9).

Sudah saatnya semua pihak memikirkan tantangan yang semakin menggila dari kaum dajalis ini dengan cara mempersatukan kekuatan seraya membuat garis yang tegas, mana kawan mana lawan. Sebagaimana firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahhanmu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi...." (Ali Imran: 118)

Harus ditanamkan sejak dini kepada putra-putri kita, bahkan harus dijadikan satu etos kultural bahwa yang dimaksudkan dengan seorang muslim adalah "seorang yang berpihak kepada Allah dan Rasul-Nya, dan memunyai misi untuk memenangkan agama Islam semata-mata" (at Taubah: 33; al-Fath: 28; ash-Shaff: 9).

Dengan definisi ini, jelaslah bahwa siapa pun yang bergabung dengan kelompok atau harakah yang tidak melandaskan dirinya untuk izzul Islam wal-muslimin (kejayaan Islam dan umatnya) adalah kehohongan yang nyata.
Harus ditanamkan satu kesadaran bahwa memperjuangkan kejayaan Islam dan umatnya adalah bagian dari darah daging seorang muslim, merupakan bagian dari jati dirinya. Karena, begitu seseorang mengaku sebagai muslim, dia adalah pejuang Allah, partisan yang sekujur tubuhnya, mulai dari ujung rambut sampai ujung kakinya, dari relung jiwanya sampai bentuk wadag jasmaninya, dicelup, (di-sibghah) dengan semangat perjuangan. Jiwa muru'ah-nya hanya mempunyai satu moto perjuangan, "isy kariman au mut syahidan" yang artinya menjadi muslim sejati atau mati sebagai syuhada, atau dalam bahasa Inggrisnya, be a good muslim or die as fighter.

Lihatlah sekitar kita. Hidup tidak lain adalah sebuah pertarungan. Manusia yang berjiwa kardus akan segera tersingkir dari derap perjalanan peradaban ini. Hanya manusia yang tangguh yang jiwanya telah dicelup (sibghah) mahabbah lillah (kecintaan kepada Allah) yang dapat berdiri tegar meraup debu-debu perjuangan. Hanya manusia yang hatinya dibalut iman, rohnya membara disulut jihad yang pantas menghadang segala tantangan musuh. Gantilah kelewangmu dengan kecerdasan pikiranmu yang paling tajam. Buanglah anak-anak panah dan ganti dengan zikirmu yang paling merasuk di hati agar waspadalah jiwa menyimak gerak musuh sekecil apa pun langkah mereka.

Sebagaimana kerinduanku kepadamu semua bahwa ilmu yang kita peroleh ini bukanlah sebagai pajangan untuk memenuhi perpustakaan, melainkan sebagai penyulut ruhul jihad, menebar iman dengan cinta, menggubah dunia dengan prestasi, menjadikan hidup penuh arti. Apalah artinya ilmu tanpa amal, bagaikan gelas tanpa isi. Sebaliknya, apalah artinya mempunyai gelas, bila diisi dengan racun.

Hadapkan wajah batinmu untuk menghadang segala durjana. Walau fitnah mendera, sejuta cibir mencemooh, dan segudang fitnah mendera-dera, janganlah surut. Karena kiprah para mujahid dakwah bukan meminta puji dan tepukan manusia, tidak juga untuk mencari imbalan duniawi, melainkan menggapai cinta Ilahi Rabbi.

Engkau sungguh mengetahui, betapa siksa, cerca, dan penjara telah membelenggu diriku. Hidup terpuruk dalam kemiskinan dan diterpa oleh segala fitnah karena mengambil risiko untuk berdakwah.

Tetapi, bagi kita tidak ada kata "berhenti". Tempat perhentian seorang mujahid, hanyalah kematian yang menjadi pintu awal kebahagiaan abadi.

Laungkan soneta perjuangan yang akan menebar kasih penyubur hidup alam semesta. Abaikan segala fitnah dan cemooh kaum durjana, selama dadamu sarat dengan cinta, katakan kepada mereka:
"Wahai dunia, robek dan cabiklah dadaku Lumat dan sirnakan jasadku Tetapi engkau tak akan pernah Memperoleh imanku Tebarkanlah sejuta duri fitnah Yang menguak hati penuh nanah Tak akan aku menjadi gelisah Karena cintaku telah tumpah Menggapai Marhamah.Isy kariman au mut syahidan!"

Lihatlah di hadapanmu, betapa jelasnya kemunafikan manusia. Nuraninya telah kering dari siraman air surgawi. Jiwanya telah tergadai kepada dunia. Bahkan, dengan gagah berani mereka mencampakkan rasa malu, membutakan mata hatinya seraya menjual martabat dan harga dirinya demi dunia. Dia tenggelam dalam debu dunia yang menderu dan mendera. Mereka mengaku muslim, tetapi jauh dari sikap dan perilaku yang Islami. Mereka mengaku muslim, tetapi berbudaya dan berpolitik di atas fondasi dan semangat yang tidak dinaungi bayangan Al-Qur'an sama sekali. Bahkan, mereka melakukan "akrobatik intelektual" untuk mencari alasan-alasan yang tidak disadarinya justru sedang memperkuat tatanan masyarakat jahiliah. Kuat secara intelektual, tetapi bobrok secara moral!

Tetapi, bagimu wahai para mujahid dakwah, tidak ada kamus untuk menjadi budak dunia. Dengan iman dan amal prestasimu, gubahlah dunia agar merangkak menjadi budak di ujung telapak kakimu. Jangan engkau bunuh hati nuranimu hanya karena ingin mendapatkan kedudukan dunia.

Bila saja semangat itu terhunjam di hati kita semua, niscaya cita-cita membangun ittihadul ummah (persatuan umat) sebagai salah satu cara untuk mengahadapi kaum dajjalis bukanlah sebuah impian. Dia pasti datang walau pelan dan merangkak sekalipun.

Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Penerbit Gema Insani Press, Bapak Sirodjul Munir, Ibu Khadijah, dan banyak lagi sahabat yang tidak sempat saya tuliskan yang telah membantu terbitnya buku ini. Demikian pula ucapan terima kasih kepada seluruh santri Labmend yang telah memberikan banyak inspirasi kepada saya.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

0 komentar: