Perpecahan (Friction)

Oleh : Toto Tasmara

Salah satu strategi yang paling mengerikan dari gerakan zionis adalah membangun satu friksi (perpecahan, ed.) di dalam dan antarpemeluk agama. Mereka menyebarkan berbagai "bola-bola salju" yang diharapkan dapat "melindas" kaum beragama agar diantara mereka terjadi konflik. Hal itu dimaksudkan sebagai justifikasi bahwa sumber konflik di muka bumi ini, dikarenakan manusia fanatik terhadap agamanya masing-masing. Sehingga solusi yang terbaik, manusia harus membebaskan dirinya dari jerat dogma agama dan memasuki satu abad baru, yaitu kehidupan yang bersifat universal, yang hanya bicara atas nama kesamaan dan kebebasan yang tidak membawa-bawa atau mengatasnamakan agama.



Humanitas merupakan bahasa universal dan tanpa agama sekalipun, nilai kemanusiaan merupakan kata pengikat yang paling bebas kepentingan. Agama hanyalah sebuah budaya primitif, yang lambat laun harus punah diganti dengan abad baru dengan peradaban luhur, sebagaimana untuk pertama kalinya dibangun oleh The King of Nimrod (Raja Namrud) yang membangun Menara Babil, lambang unitarian universalist.Friksi atau perpecahan adalah salah satu cara untuk menghapuskan segala rintangan menuju Kerajaan Namrud yang akan menguasai dunia global sejahtera.

Maka disebarkannyalah segala macam isu, rumor, dan fitnah yang akan mengadu domba para pemimpin agama, baik di dalam tubuh agama ataupun di antara agama yang satu dan lainnya. Konflik agama maupun konflik pribadi harus dipelihara. Karena hanya dengan situasi konfiik serta perpecahan di antara para Juru dakwah agama, kaum zionis lebih mudah "menjajakan dagangannya". Sambil menyebarkan fitnah, mereka menawarkan rekonsiliasi agama-agama untuk bergabung dalam sebuah institusi yang bebas dogma. Dengan cara seperti ini, secara evolusif gradual, seluruh tatanan agama akan membaur dan samar-samar ditelan waktu.

Bila ada para pemimpin agama atau tokoh yang militan yang mengatas-namakan agama atau mempunyai motif agama, "pisau tajam" yang paling mengelupas kulitnya hanyalah dengan cara mengedarkan fitnah agar tokoh tersebut "layu sebelum berkembang". Menyingkir sendiri dari panggung sebelum merebut simpati masa. Seluruh "sarana" mata Lucifer harus mendukung strategi fitnah yang dilancarkan konspirasi zionis, dengan cara membuat selebaran bohong, menyebarkan berita palsu di internet, dan melakukan pemblokan segala bentuk pemberitaan. Hak manusia untuk berbicara dan menyebarkan informasi harus "dikebiri" karena dapat menghambat segala rencana global yang telah menjadi satu aksioma. Fitnah pulalah yang merupakan senjata zionis yang paling bertuah, karena tokoh yang dianggap berbahaya akan tersungkur "ditusuk" oleh sesama kawannya sendiri.Dengan mayoritas penduduknya yang muslim, Indonesia adalah salah satu "target wajib" mereka untuk membuat kerusuhan atau kekacauan.

Mitos bahwa agama minoritas akan selamat dalam naungan Islam yang mayoritas, harus diubah dengan wajah baru: "Islam agama kaum ekstrimis, tidak toleran. Agama pedang dan haus dengan darah" sebagaimana sering dipropagandakan oleh kaum orientalis Barat yang Komunistis. Logika sejarah dibalik menurut rencana mereka bahwa Islam mayoritas adalah sangat berbahaya dan menyebabkan agama lain yang minoritas akan ternista dan terampas hak asasi kemanusiaannya. Sebab itu, para zionis Iluminasi dan freemason ini menciptakan situasi yang membuat "wajah" Islam mayoritas di suatu negeri menjadi wajah yang membawa citra buruk. Tayangkan secara sekuensial adegan-adegan kekerasan melalui kekuasaan videocracy (penguasa media) yang dimilikinya untuk membangun opini buruk umat Islam di muka bumi.

Pada saat yang sama, ada dua kepentingan besar dalam menciptakan perang antaragama sebagai bagian dari "skenario licik" kaum zionis, yaitu sebagai berikut:
Menambah deretan daftar kebencian terhadap agama Islam yang disebarkan melalui berbagai media massa termasuk internet dan selebaran. Tentu saja, hal ini membuat porsi berita menjadi tidak seimbang dengan tujuan membangun kebencian.
Konflik antaragama berarti mengadu domba kedua musuh kaum zionis, yang sangat kental dengan semangat anti-Kristus. Sehingga dalam konfiik tersebut tidak ada satu pun yang diuntungkan, kecuali diri mereka sendiri yang menangguk di air keruh.

Friksi atau perpecahan antaragama tidak hanya berlaku melalui agama, tetapi dikembangkan pula konfiik antar-etnik, golongan, dan kepentingan, sehingga tidak ada satu negara pun yang mayoritasnya muslim hidup dalam situasi yang stabil. Karena stabilitas membuka peluang negara tersebut untuk membangun ekonomi serta emosi nasionalisme kebangsaannya Nasionalisme adalah "racun" yang meng hambat universalisme yang dicita-citakan kaum zionis.

0 komentar: