BAB 1: ORANG YANG DI AKHIR HAYATNYA MENGUCAPKAN LAA ILAAHA ILLAALLAAH
1238 Diriwayatkan dari Abu Dzarr Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam penah bersabda, "Aku didatangi utusan dari Tuhanku, kemudian dia memberitahukan atau membawa kabar gembira, "Siapapun umatku yang mati dengan tidak mempersekutukan sesuatu kepada Allah, maka dia akan masuk surga". Saya (Abu Dzarr) bertanya, "Meskipun dia pernah berzina dan mencuri?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Meskipun dia pernah berzina dan mencuri".1
1): keterangan: Jika orang tersebut berdosa tentu dan tidak langsung masuk surga, tetapi mampir dulu ke neraka menurut kadar dosanya.
1238 Diriwayatkan dari Abdullah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Siapapun mati dengan mempersekutukan sesuatu kepada Allah, ia akan masuk neraka". Saya (perawi) berkata: Siapapun mati tanpa mempersekutukan sesuatu kepada Allah, dia akan masuk surga".1
1): Lihat keterangan di muka pada hadis nomor 633.
BAB 2: PERINTAH MENGIRINGKAN JENAZAH
1239 Diriwayatkan dari Al Barra Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan tujuh hal kepada kami dan melarang kami tujuh hal pula, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami, 1) Mengiringkan jenazah ke kubur. 2) Menjenguk orang sakit. 3) Mendatangi undangan. 4) Menolong orang yang dizalimi. 5) Melaksanakan sumpah. 6) Menjawab salam. 7) Mendoakan orang yang bersin (dengan ucapan: Yarhamukallaah, apabila orang yang bersin tersebut mengucapkan: Alahmdulillah). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang kami, 1) Menggunakan bejana perak. 2) Bercincin emas (bagi laki-laki). 3) Berbusana sutera. 4) Bergaun dibaj (sutera murni). 5) Menggunakan kain qassiy (jenis sutera). 6) Menggunakan kain istabraq (jenis sutera).1
1): Keterangan: Larangan ketujuh tidak disebutkan.
BAB 3: MELAYAT MAYAT YANG TELAH DIKAFANI.
1243 Diriwayatkan dari Kharijah bin Zaid bin Tsbit bahwa Ummul 'Ala', seorang perempuan anshar yang telah menyatakan baiat kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengatakan: Orang-orang muhajirin dibagi-bagi untuk mendapatkan tempat tinggal (di rumah kaum anshar) dengan cara undian. Kami mendapatkan Utsman bin Mazh'un, kemudian kami menempatkannya di salam satu rumah kami. Di hari kemudian dia menderita sakit yang berakibat dengan wafatnya. Setelah mayatnya dimandikan dan dikafani, Rasulullah datang, kemudian saya mengataan, "Semoga rahmat Allah tercurah kepadamu, wahai Abu Sa'ib. Kesaksian saya kepadamu bahwa Allah telah memuliakanmu". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya, "Apakah kamu tahu bahwa Allah memuliakannya?" Saya menjawab, "Ayah saya sebagai jaminan sumpah saya kepada anda, ya Rasulullah. Siapa lagi kalau bukan dia yang dimuliakan oleh Allah?" Rsulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Al-Yaqin (kematian) telah menjemputnya. Demi Allah, aku tidak tahu --- meskipun aku utusan Allah --- apa yang akan diperbuat oleh Allah kepadaku". Kata Ummul 'Ala': Demi Allah, semenjak itu saya tidak lagi mengungkapkan kesalehan seseorang.
1244 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Ketika ayah saya terbunuh sebagai syahid, saya menutupkan kain pada wajahnya sambil menangis, orang-orang melarang saya menangis, sementara Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak melarang saya. Bibi saya, Fathimah, juga turut menangis, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Fathimah, "Kau menangis atau tidak, para malaikat senantiasa menaunginya dengan sayap mereka sampai engkau mengangkatnya".
BAB 4: MENYAMPAIKAN BERITA DUKA
1245 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan berita duka atas wafatnya An-Najasyi pada hari wafatnya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pergi menuju tempat solat, kemudian beliau berdiri dengan disertai orang-orang untuk melaksanakan solat dengan empat kali takbir.
1246 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda (perihal panglima dalam suatu peperangan), "Zaid bertugas sebagai pemegang bendera, kemudian dia gugur, lalu bendera diambil alih oleh Ja'far, kemudian dia gugur, lalu bendera diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah, kemudian dia gugur --- ketika menuturkan berita itu, air mata Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berlinang --- setelah itu bendera diambil alih Khalid bin Walid tanpa dipersiapkan sebelumnya sebagai panglima, kemudian ia diberi kemenangan".
BAB 5: KEUTAMAAN ORANG YANG ANAKNYA MATI LALU DIA BERSABAR DEMI MERAIH RIDHA ALLAH
1248 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Setiap muslim yang tiga anaknya meninggal sebelum baligh, niscara Allah akan memasukkannya ke surga, berkat rahmat Allah yang dilimpahkan kepada mereka (sehingga orang tua mereka turut mendapat rahmat atas kesabarannya untuk mencari ridha Allah)".
BAB 6: DIANJURKAN MEMBASUH JENAZAH DENGAN HITUNGAN GASAL
1253 Diriwayatkan dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu, seorang perempuan dari kaum anshar, dia berkata: Ketika putri Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat, beliau menemui kami, kemudian beliau bersabda, "Basuhlah dia tiga kali atau lima kali atau lebih banyak lagi jika kau anggap perlu dengan hitungan gasal, dengan air dan daun bidara. Pada akhir basuhan, gunakan kapur barus. Kalau kamu sudah selesai memandikannya, beritahu aku". Ketika kami selesai memandikannya, kami memberitahu beliau, kemudian beliau memberikan gamisnya kepada kami seraya bersabda, "Gunakan ini untuk mengkafaninya".
BAB 7: MEMANDIKAN MAYAT DENGAN MEMULAI BASUHAN DARI BAGIAN KANAN
1254 Diriwayatkan dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu, seperti hadis sebelumnya dengan tambahan: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Mulailah basuhan dari anggota thubuhnya yang kanan dan anggota-anggota tubuh yang dibasuh dalam wudu". Kata Ummu Athiyyah: Kami juga menyisir rambutnya dengan membagi menjadi tiga sanggulan.
BAB 8: KAIN PUTIH UNTUK KAFAN
1264 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dikafani dengan tiga lapis katun putih buatan Yaman, tanpa disertai gamis dan surban.
BAB 9: KAFAN DARI DUA HELAI/LAPIS KAIN
1265 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika seorang laki-laki berwukuf di Arafah bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, tiba-tiba dia jatuh dari hewan tunggangannya sehingga lehernya patah, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Mandikan dia dengan air dan daun bidara, kemudian kafanilah dengan dua helai kain. Janganlah engkau memberi wewangian ataupun tutup kepala, karena dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan mengucapkan Talbiyah".
BAB 10: KAFAN UNTUK MAYAT
1269 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa ketika Abdullah bin Ubaiy meninggal, putranya menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dia mengatakan: "Ya Rasulullah, berikanlah gamis anda kepadaku untuk aku kafankan pada jenazah ayahku dan solatkanlah serta mohonkanlah ampunan untuknya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Beritahu aku menjelang pemakaman agar aku bisa menyolatkannya". Putra Abdullah bin Ubaiy memberitahu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa pemakaman telah siap. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam hendak menyolatkannya, beliau ditahan oleh Umar Radliyallaahu 'anhu, kata Umar: "Tidakkah Allah melarang anda menyolatkan jenazah orang-orang munafik?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Aku diberi dua pilihan karena Allah Swt berfirman (yang artinya), "Apakah kamu memohonkan ampun bagi mereka atau kami tidak memohonkan ampun bagi mereka, dan sekalipun kamu memohonkan ampun bagi mereka 70 kali, Allah tidak akan mengampuni mereka". (AlQuran surath At-Taubah:80). Akhirnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyolatkan jenazah Abdullah bin Ubaiy, namun kemudian turunlah ayat (yang artinya), "Dan janganlah kamu sekali-kali menyolatkan seorangpun diantara mereka (orang-orang munafik) yang mati". (AlQuran surah At-Taubah:84).
1270 Diriwayatkan dari Jabir Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengunjungi kuburan Abdullah bin Ubaiy seusai penguburan, kemudian beliau menyuruh untuk mengeluarkan mayatnya, lalu beliau meniupkan air ludah beliau ke mayat tersebut dan menyelimutkannya dengan gamis beliau.
BAB 11: APABILA KAIN KAFAN TIDAK CUKUP, JIKA DITARIK KE ATAS KAKI MAYAT TERLIHAT, JIKA DITARIK KE BA
1276 Diriwayatkan dari Khabbab Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami turut berhijrah bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk mencari ridha dan pahala dari Allah. Sebagian kami ada yang mati sebelum merasakan pahala duniawinya yang diantara mereka adalah Mush'ab bin Umair, sebagian lain ada yang sempat meraskan pahala/ kenikmatan duniawi. Mush'ab bin Umair terbunuh sebagai syahid dalam perang Uhud. Kami tidak mendapatkan kain untuk mengkafaninya kecuali kain burdahnya. Jika kepalanya kami tutup dengan kain itu, kakinya terlihat, dan jika kedua kakinya kami tutup dengan kain itu kepalanya terlihat, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan agar kami memprioritaskan untuk menutup kepalanya, sedangkan kedua kakinya kami tutup dengan semak-semak dari pohon idzkhir.
BAB 12: SEORANG PEREMPUAN MEMPERSIAPKAN KAIN KAFANNYA SENDIRI TANPA DILARANG OLEH NABI SAW.
1277 Diriwayatkan dari Sahl Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Seorang perempuan membawa kain enunan burdah yang ada pinggirannya. Sahl Radliyallaahu 'anhu bertanya, "Apakah kalian tahu burdah?" Mereka menjawab, "Jubah atau jas panjang". Kata Sahl, "Ya betul". Perempuan itu berkata kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Saya menenun kain ini dengan tangan saya sendiri, saya berharap anda bekenan memakainya". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menerimanya, karena saat itu beliau memang membutuhkannya. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar menemui kami dengan mengenakan kain tersebut, sebagai sarung, kemudian ada seseorang yang mengatakan bahwa kain itu bagus. Kata orang itu, "Sungguh bagus kain itu. Sudikah anda memakaikannya padaku?" Orang-orang menegurnya, "Kamu ini bagaimana? Kamu mengatakan bahwa kain yang sedang dipakai oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam itu bagus, lalu engkau memintanya, padahal Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerlukannya, sedangkan engkau tahu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak pernah menolak permintaan seseorang". Orang tersebut mengatakan, "Demi Allah, aku tidak meminta kain itu untuk aku pakai sekarang, melainkan untuk kain kafanku nanti". Kata Sahl: Kain tersebut akhirnya benar-benar menjadi kafannya.
BAB 13: PEREMPUAN MENGIRINGKAN JENAZAH
1278 Diriwayatkan dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami (kaum wanita) dilarang mengiringkan jenazah ke tempat pemakaman, namun larangan tersebut tidak tegas.
BAB 14: PEREMPUAN BERKABUNG ATAS KEMATIAN LAKI-LAKI YANG BUKAN SUAMINYA.
1281 Diriwayatkan dari Ummu Habibah Radliyallaahu 'anhu, istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak boleh berkabung atas kematian seseorang melebihi tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, maka dia harus berkabung selama 4 bulan 10 hari".1
1): Keterangan: berkabung maksudnya tidak berdandan dan tidak keluar rumah kecuali jika sangat mendesak, serta tidak boleh dilamar dengan terang-terangan.
1363 Diriwayatkan dari Tsabit bin Adh-Dhahak Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Siapa yang bersumpah palsu dengan sengaja menggunakan ajaran selain Islam, maka dia sesuai dengan ucapannya, dan siapa yang bunuh diri dengan menggunakan sepotong besi, maka dia akan disiksa dengan sepotong besi pula di neraka Jahannam (selamanya)".
1364 Diriwayatkan dari Jundab Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Ada seorang laki-laki terluka, kemudian dia bunuh diri, maka Allah berfirman, "HambaKu mendahului-Ku dengan bunuh diri, maka Aku haramkan surga untuknya".
1365 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Orang yang bunuh diri dengan mencekik lehernya, dia di neraka terus menerus mencekik lehernya, dan orang yang bunuh diri dengan menikam dirinya, kelak di neraka dia terus menerus menikam dirinya".
BAB 15: ZIARAH KUBUR.
1283 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lewat di dekat seorang perempuan yang sedang menangis di sisi suatu kuburan, kemudian beliau bersabda kepada perempuan itu, "Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah". Perempuan itu mengatakan, "Menyingkirlah, karena kamu tidak mengalami musibah seperti yang saya alami". Perempuan itu tidak tahu bahwa orang yang menyuruhnya bertakwa dan bersabar itu adalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Setelah ia diberi tahu bahwa orang tersebut adalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, ia segera mendatangi rumah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dia tidak menjumpai seorangpun penjaga pintu di sana, lalu dia berkata kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Kemarin ini saya tidak mengenal anda". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ketika seseorang mendapat hantaman musibah lalu seketika itu pula dia bersabar".
BAB 16: SABDA NABI SAW: "ORANG YANG TELAH MENINGGAL DISIKSA SEBAB RATAPAN SALAH SEORANG KELUARGANYA
1284 Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Putri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus seseorang untuk menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan pesan, "Katakan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa putra saya sakit menjelang ajal dan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam diharap datang ke rumah kami". Melalui utusan itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengirimkan salam kepada putrinya dengan pesan, "Apa yang diambil oleh Allah adalah milik-Nya dan apa yang diberikan oleh Allah adalah milik-Nya pula. Segala sesuatu di dunia ini ajalnya ditentukan oleh Allah, karena itu bersabarlah dan capailah ridha Allah". Putri Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus seseorang yang kedua kalinya untuk menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan bersumpah bahwa beliau harus mendatanginya, maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat dengan disertai Sa'd bin 'Ubadah, Mu'adz bin Jabal, Ubaiy bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, dan beberapa orang laki-laki lain. Sesampainya di rumah putri beliau, bayi yang menjelang ajal tersebut dibawa ke hadapan beliau dengan nafas yang tertahan di dada. Kata perawi: Usamah bin Zaid meneteskan air mata, kemudian Sa'd bertanya, "Apa yang terjadi ya Rasulullah?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Ini adalah rahmat Allah yang dicurahkan ke dalam hati hamba-hambaNya dan Allah hanyalah melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mengasihi sesama makhluk".
1285 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia bekata: Kami menghadiri pemakaman putri Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam duduk di dekat liang kubur, saya melihat beliau meneteskan air mata, kemudian beliau bertanya, "Siapa diantara kalian yang semalam tidak menggauli istrinya?" Abu Thalhah menjawab, "Saya". Kata Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Turunlah ke dalam liang kubur". Kata Anas: Maka Abu Thalhah turun/masuk ke liang kubur untuk membantu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menguburkan putri beliau.
1288 Diriwayatkan dari Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Sesungguhnya orang yang meninggal itu disiksa karena tangisan keluarganya". Setelah Umar Radliyallaahu 'anhu wafat, hal itu sampai kepada Aisyah Radliyallaahu 'anhu, maka Aisyah mengatakan, "Semoga Allah memberikan rahmat kepada Umar. Demi Allah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak pernah bersabda bahwa seorang mukmin yang wafat tidaklah disiksa karena tangisan keluarganya, tetapi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menambah siksa orang kafir yang mati karena tangisan keluarganya". Aisyah Radliyallaahu 'anhu mengatakan: AlQuran sudah cukup jelas untukmu( yang artinya), "Dan orang yang berdosa tidaklah menanggung dosa orang lain". (AlQuran, surah Al-Faathir:18).
1289 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah melewati kuburan seorang perempuan Yahudi yang ditangisi oleh keluarganya, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Mereka menangis di atas kuburnya, sedangkan dia disiksa d dalam kuburnya".
BAB 17: LARANGAN MERATAPI ORANG MATI
1291 Diriwayatkan dari AlMughirah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya mendustakan aku tidak sama dengan mendustakan orang lain. Siapa yang mendustakan aku, maka di akan mendekam di neraka". Kata Al Mughirah ra: Saya juga mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Orang mati yang diratapi akan disiksa karena ratapan".
BAB 18: BUKANLAH KELOMPOK KAMI, ORANG YANG MERATAPI JENAZAH DENGAN MENAMPAR PIPI.
1294 Diriwayatkan dari Abdullah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Bukanlah kelompok kami orang yang meratapi jenazah dengan cara menampar pipi, mengoyak-ngoyak baju dan berdoa/ memanggil-manggil dengan cara Jahiliyah".
BAB 19: NABI SAW BERDUKA ATAS WAFATNYA SA'D BIN KHAULAH
1295 Diriwayatkan dari Sa'd bin Abu Waqqash Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada tahun haji wada' Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengunjungi saya ketika saya sakit parah. Saya katakan kepada Rasulullah: Saya menderita sakit seperti anda lihat sendiri, sedangkan harta saya banyak tanpa ada yang mewarisinya kecuali seorang putri saya. Bolehkah saya sedekahkan dua pertinya? Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "jangan". Saya katakan lagi, "Setengahnya?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Jangan". Kemudian beliau bersabda, "Sepertiga saja, karena sepertiga itu sudah banyak. Lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu kaya daripada mereka engkau tinggalkan dalam keadaan papa dan meminta-minta kepada orang lain. Apapun yang engkau infakkan dengan mengharap ridha Allah, maka engkau akan diberi pahala, termasuk makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu". Sa'd bertanya, "Ya Rasulullah, apakah saya akan ditinggalkan oleh teman-teman saya?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Jika kamu ditinggalkan kemudian berbuat kebaikan, maka itu akan mengangkat derajat. Mudah-mudahan kamu berumur panjang sehingga banyak orang-orang muslim yang mengambil manfaat darimu, dan orang-orang kafir mendapat kesengsaraan karenamu. Ya Allah, sempurnakanlah hijrah para sahabatku dan janganlah Engkau membuat mereka berpaling". (Sa'd bin Abu Waqqash berumur panjang sepeninggal Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berduka atas meninggalnya Sa'd bin Khaulah yang miskin di Mekah.
BAB 20: LARANGAN MENGGUNDUL RAMBUT KARENA TERTIMPA MUSIBAH
1296 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu bahwa suatu ketika dia sakit parah sehingga pingsan dengan kepalanya terbaring di atas pangkuan istrinya. Istrinya menangis, namun Abu Musa tidak mampu menyahut dengan kata-kata. Ketika sadar, Abu Musa mengatakan: Saya bebas dari orang yang dihindari oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bebas (terhindar) dari perempuan yang menangis keras, perempuan yang menggundul rambutnya dan perempuan yang mencabik-cabik pakaiannya (ketika tertimpa musibah).
BAB 21: DUDUK DENGAN BERSEDIH KETIKA TERTIMPA MUSIBAH
1299 Diriwayatkan dari Aaisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendengar berita gugurnya Ibnu Haritsah, Ja'far dan Ibnu Rawahah sebagai syuhada', beliau duduk dengan tampak bersedih. Ketika itu saya melihat beliau dari celah pintu, kemudian beliau ditemui oleh seorang laki-laki yang melaporkan tangisan istri-istri Ja'far, maka beliau menyuruh laki-laki tersebut untuk melarang mereka menangis. Laki-laki itu pergi melaksanakan perintah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian dia datang lagi untuk melaporkan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa mereka tidak mau berhenti menangis. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh laki-laki itu untuk melarang mereka menangis. Setelah pergi, laki-laki itu kembali menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lagi. Kata laki-laki itu, "Ya Rasulullah, Demi Allah, mereka tetap saja menangis tanpa menghiraukan perintah kita". Kata Aisyah Radliyallaahu 'anhu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sumbatlah mulut mereka dengan tanah".
BAB 22: TIDAK MENAMPAKKAN KESEDIHAN KETIKA TERTIMPA MUSIBAH
1301 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Abu Thalhah tidak berada di rumah, seorang putranya meninggal. Ketika istrinya mengetahui putranya sudah meninggal, dia memandikannya lalu membaringkannya di salah satu bagian rumahnya. Ketika Abu Thalhah datang, ia bertanya kepada istrinya, "Bagaimana keadaan anak kita?" Istrinya menjawab, "Dia sudah tenang dan saya berharap dia berada dalam kedamaian. Abu Thalhah melewatkan malam itu (dengan menggauli istrinya). Setelah pagi, dia mandi. Ketika Abu Thalhah akan pergi, istrinya memberitahukan bahwa anaknya sudah meninggal. Abu Thalhah melaksanakan solat subuh bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian dia memberitahukan kepada beliau apa yang telah dia alami bersama istrinya, maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua". Seorang laki-laki dari kaum anshar mengatakan, "Abu Thalhah dan istrinya dikaruniai 9 anak laki-laki yang semuanya hafal AlQuran".
BAB 23: UNGKAPAN NABI SAW: "KAMI BERSEDIH KARENA BERPISAH DENGANMU".
1303 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami datang bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ke rumah Abu Saif, seorang pandai besi yang menjadi pengasuh Ibrahim as (putra Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menggendong Ibrahim as, menciumnya dan menimangnya. Pada kesempatan lain sesudah itu kami datang lagi ke rumah Abu Saif yang ketika itu Ibrahim berpindah ke alam baka. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berlinangan air mata, kemudian Abdurrahman bin Auf mengatakan, "Ya Rasulullah, andapun bersedih". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Hai putra Auf, ini adalah rahmat". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meneteskan air mata, kemudian beliau mengatakan, "Air mata berlinang,
hatipun gundah, dan kami tidak mengatakan sesuatu keuali apa yang diridhai oleh Tuhan kami. Wahai Ibrahim, kami bersedih karena berpisah denganmu".
BAB 24: MENANGIS DI DEKAT ORANG SAKIT.
1304 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Sa'd bin 'Ubadah Radliyallaahu 'anhu sakit, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjenguknya bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abu Waqqash dan Abdullah bin Mas'ud. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemui Sa'd bin Ubadah, dia dikelilingi oleh anggota keluarganya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Apakah dia sudah meninggal?" Mereka menjawab: "Belum, ya Rasulullah". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menangis. Ketika orang-orang melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menangis, mereka turut menangis, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidaklah mengazab karena linangan air mata atau karena hati yang duka, tetapi Allah mengazab atau memberi rahmat karena ini --- beliau menunjuk lidahnya --- dan sesungguhnya orang yang meninggal itu disiksa karena ditangisi oleh keluarganya".
BAB 25: LARANGAN MERATAP, MENANGIS DAN MENJERIT KETIKA ADA ORANG MENIGGAL
1306 Diriwayatkan dari Athiyyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan beberapa hal yang harus kami patuhi ketika kami menyatakan baiat (sumpah setia), diantaranya adalah kami dilarang meratapi orang mati, dan ternyata tidak ada perempuan yang mematuhinya kecuali lima, yaitu: Ummu Sulaim, Ummul 'Ala, putri Abu Sabrah (istri Mu'adz) dan dua orang perempuan lagi, atau mereka adalah putri Abu Sabrah, istri Mu'adz dan seorang perempuan lain.
BAB 26: BERDIRI KARENA ADA JENAZAH LEWAT.
1308 Diriwayatkan dari Amir bin Rabi'ah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian melihat jenazah diusung ke tempat penguburan, maka hendaklah ia berdiri jika ia tidak turut mengiringkannya sampai ia meninggalkan jenazah tersebut atau sampai jenazah itu terlewatkan atau sampai jenazah itu diletakkan di hadapannya.".
BAB 27: KAPAN BOLEH DUDUK PADA PENGUBURAN JENAZAH.
1309 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, bahwasanya dia memegang tangan Marwan ketika keduanya mengikuti penguburan jenazah, kemudian keduanya duduk sebelum jenazah diturunkan dari keranda, kemudian Abu Sa'id Radliyallaahu 'anhu datang, lalu dia menarik tangan Marwan sambil berkata: "Berdirilah, Demi Allah bahwa orang ini (Abu Hurairah) tahu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang kami duduk ketika jenazah belum diturunkan dari keranda". Abu Hurairah menyahut: "Abu Sa'id memang benar".
BAB 28: BERDIRI KETIKA ADA JENAZAH YAHUDI DIUSUNG
1311 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika ada jenazah diusung dihadapan kami. Begitu melihatnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdiri, maka kamipun turut berdiri, lalu kami bertanya, "Ya Rasulullah, itu tadi jenazah orang Yahudi?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Apabila kalian melihat jenazah diusung, maka berdirilah".
BAB 29: LAKI-LAKI MENGUSUNG JENAZAH TANPA DIIKUTI WANITA.
1314 Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri Radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Apabila jenazah telah diletakkan di dalam keranda, kemudian diusung oleh orang laki-laki, jika dia orang baik maka dia akan mengatakan: Ayo cepat, dan jika dia orang yang tidak baik maka dia akan mengatakan: Aduh, celaka. Kemana kalian membawaku? Semua makhluk mendengar ucapan jenazah itu kecuali manusia. Seandainya manusia bisa mendengarnya pasti pingsan".
BAB 30: MENYEGERAKAN PEMAKAMAN JENAZAH
1315 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: ""egerakanlah pegnuburan jenazah, karena jika dia orang baik maka kalian menyegerakannya dalam memperoleh kenikmatan, dan jika dia tidak baik maka kalian segera menyingkirkan kejelekannya dari lingkungan kalian".
BAB 31: KEUTAMAAN MENGIRINGKAN JENAZAH
1324 Diriwayatkan dari Nafi bahwa Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu diberitahu bahwa Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu mengatakan: Siapa yang mengiringkan jenazah, maka dia akan mendapat pahala satu qirath (yakni sebesar gunung Uhud). Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu mengatakan: Abu Hurairah memberitahukan kepada kami pahala yang besar. Aisyah Radliyallaahu 'anhu membenarkan ucapan Abu Hurairah tersebut. Kata Aisyah: Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda seperti itu. Kata Abdullah bin Umar ra: Kita telah melewatkan qirath yang banyak.
BAB 32: LARANGAN MENJADIKAN KUBURAN SEBAGAI TEMPAT IBADAH
1330 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa ketika sakit menjelang wafat, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah". Kata Aisyah ra: Seandainya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak bersabda seperti itu pasti orang-orang meninggikan makam Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, namun saya khawatir nantinya dijadikan sebagai tempat ibadah.
BAB 33: MENYOLATKAN PEREMPUAN YANG MENINGGAL KARENA MELAHIRKAN.
1331 Diriwayatkan dari Samurah bin Jundab Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya bermakmum kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam menyolatkan jenazah seorang perempuan yang meninggal karena melahirkan. Ketika itu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam solat dengan berdiri di arah tengah jenazah.
BAB 34: MEMBACA FATIHAH DALAM SOLAT JENAZAH
1335 Diriwayatkan dari Thalhah bin Abdullah bin Auf Radliyallaahu 'anhu bahwa Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu melaksanakan solat jenazah dengan membaca surat Fatihah. Setelah itu dia mengatakan: Ketahuilah bahwa bacaan Fatihah dalam solat jenazah adalah ajaran Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.
BAB 35: PENGHUNI KUBUR MENDENGAR DERAP KAKI ORANG YANG HIDUP
1338 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Ketika seseorang dibaringkan di dalam kuburnya dan ditinggalkan oleh orang-orang yang menguburkannya sehingga dia mendengar derap langkah kaki mereka, dia didatangi oleh dua malaikat. Kedua malaikat itu mendudukkannya kemudian keduanya bertanya, "Apa yang pernah engkau ucapkan mengenai Muhammad?" Dia menjawab, "Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya". Lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menukarnya dengan tempatmu di surga". Sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selanjutnya: "Dia melihat surga dan neraka itu. Adapun orang kafir atau munafik akan menjawab, "Saya tidak tahu, saya hanya mengatakan tentang Muhammad seperti kata orang-orang. Dikatakan kepadanya, "Kamu tidak tahu dan kamu tidak mau membaca dan mengikuti AlQuran". Maka dia dipukul dengan palu besi antara kedua telinganya sehingga meraung-raung dan menjerit dengan jeritan yang terdengar oleh makhluk di sekitarnya kecuali jin dan manusia".
BAB 36: INGIN DIKUBUR DI TANAH SUCI
1339 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Malaikat pencabut nyawa diutus kepada Musa. Ketika malaikat itu menemui Musa, ia menampar malaikat tersebut sehingga mata malaikat itu bengkak/ menonjol, kemudian malaikat tersebut kembali menemui Tuhannya dengan mengatakan, "Engkau mengutusku untuk mencabut nyawa seseorang yang tidak ingin mati". Maka Allah menyembuhkan mata malaikat itu, dan berfirman, "Temui dia lagi dan katakan kepadanya agar dia dia letakkan telapak tangannya di atas tubuh seekor sapi, dia aku biarkan hidup menurut jumlah bulu sapi yang tertutup oleh tangannya dengan hitungan satu bulu sama dengan satu tahun". Musa as bertanya, "Sesudah itu, apa lagi, ya Tuhan?" Allah Swt menjawab, "Setelah itu kamu mati". Musa as menjawab, "Kalau begitu sekarang saja". Kemudian Musa as memohon kepada Allah untuk mendekatkannya ke tanah suci sejauh lemparan batu. Kata Abu Hurairah ra: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Seandainya aku berada di sana akan aku tunjukkan kuburan Musa as kepada kalian, di samping jalan, di dekat bukit pasir merah.
BAB 37: APAKAH ORANG MATI SYAHID DISOLATKAN?
1343 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengumpulkan setiap dua orang yang mati syahid dalam perang Uhud dalam selembar kain, kemudian beliau bertanya, "Siapa di antara syuhada ini yang lebih mengerti tentang AlQuran?" Ketika salah seorang dari mereka ditunjukkan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau mendahulukan dalam memasukkan ke liang lahat dan beliau bersabda, "Aku akan menjadi saksi mereka kelak pada hari kiamat". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan agar mereka dikubur tanpa dibersihkan darah mereka, dan tanpa dimandikan dan tanpa disolatkan.
BAB 38: ANAK KECIL YANG MASUK ISLAM LALU MATI, APAKAH DISOLATKAN, DAN APAKAH DAKWAH ISLAM DISAMPAIKA
1344 Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Radliyallaahu 'anhu bahwa pada suatu hari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar, kemudian beliau mendoakan para syahid dalam perang Uhud seperti doa beliau dalam solat jenazah, lalu beliau naik ke atas mimbar dan bersabda: "Sesungguhnya aku akan mendahului kalian dan akan menjadi saksi kalian. Demi Allah, sekarang ini aku melihat haudhku (telagaku1 dan kunci-kunci kekayaan bumi telah diberikan kepadaku. Demi Allah, aku tidak khawatir kalian akan menjadi orang-orang musyrik sepeninggalku, tetapi yang aku khawatirkan adalah kalian akan saling berseteru".
1): Haudh adalah semacam telaga di akhirat atau danau di akhirat yang diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, yang airnya bila diminum akan menghilangkan dahaga selamanya.
1355 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa suatu ketika Umar Radliyallaahu 'anhu berangkat menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersama sejumlah orang untuk menemui Ibnu Shayyad. Mereka mendapati Ibnu Shayyad sedang bermain bersama beberapa anak laki-laki di dekat bukit kecil di daerah suku Maghalah yang ketika itu Ibnu Shayyad tidak mengetahui kami sehingga Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menepuknya dengan tangan beliau, lalu beliau bertanya kepada Ibnu Shayyad: "Apakah kamu bersaksi bahwa aku utusan Allah?" Ibnu Shayyad memandang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu ia mengatakan: "Aku bersaksi bahwa anda utusan orang-orang ummiy (maksudnya: bukan utusan Allah)". Ibnu Shayyad balik bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Apakah anda bersaksi bahwa aku utusan Allah?" Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyangkalnya, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengatakan: "Aku beriman kepada Allah dan kepada semua utusan-Nya". Beliau bertanya lagi kepada Ibnu Shayyad: "Bagaimana menurutmu?" Ibnu Shayyad menjawab: "Aku dikunjungi oleh orang yang berkata benar dan juga berkata dusta". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengatakan: "Kami bingung menghadapi persoalan ini". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya lagi kepada Ibnu Shayyad: "Tebak, apa yang sedang aku pikirkan sekarang?" Ibnu Shayyad menjawab: "Kabut". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengatakan: "Kamu selalu dalam kehinaan sehingga kamu tidak mampu menerjang penghalangmu menuju kebenaran". Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: "Ya Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika dia benar-benar Dajjal, engkau tidak akan mampu mengalahkannya, dan jika dia bukan Dajjal, tidak ada gunanya engkau membunuhnya". . Sebelum dilihat oleh Ibnu Shayyad, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyelinap agar bisa mendengar apa yang diucapkan olehnya. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat Ibnu Shayyad berbaring dengan selimut bergambar. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang bersembunyi di balik batang pohon kurma itu dilihat oleh ibu Ibnu Shayyad, kemudian dia mengatakan kepada anaknya (yakni Ibnu Shayyad): "Hai Shaf (panggilan Ibnu Shayyad)! Ada Muhammad di sini". Maka Ibnu Shayyad segera bangun dan menghindar. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengatakan: "Kalau perempuan itu tidak memberitahu Ibnu Shayyad, tentu persoalannya menjadi jelas (apakah dia Dajjal atau bukan)".
1356 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Seorang anak Yahudi biasa melayani Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian dia sakit, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjenguknya. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam duduk di dekat kepalanya, kemudian beliau berkata kepadanya: "Masuklah Islam". Anak itu memandang ayahnya yang ketika itu ada di sisinya. Kata ayahnya: "Patuhilah Abul Qasim Shallallaahu 'alaihi wa Sallam". Maka anak tersebut masuk Islam. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar sambil mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari api neraka".
1359 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (mengakui ke-Esaan Allah), kemudian kedua orang tuanya yang membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi sebagaimana seekor hewan yang dilahirkan sempurna, apakah kamu melihatnya buntung?" Kemudian Abu Hurairah membaca ayat (yang artinya), "Tetaplah kepada fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Ketentuan-ketentuan ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
BAB 39: APABILA SEORANG MUSYRIK MENGUCAPKAN LAA ILAAHA ILLALLAAH MENJELANG KEMATIAN
1360 Diriwayatkan dari Al-Musayyab bin Hazn Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Abu Thalib menjelang ajal, dia didatangi oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Beliau melihat Abu Jahl bin Hisyam, Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah di dekat Abu Thalib. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Abu Thalib, "Hai paman, ucapkan Laa ilaaha illallaah, suatu kalimat yang aku buat kesaksian untukmu di hadirat Allah. Abu Jahl dan Abdullah bin Umayyah mengatakan, "Hai Abu Thalib, apakah kamu akan membenci dan meninggalkan agama Abdul Mutthalib?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu mengulang permintaannya, sementara kedua orang tersebut juga mengulang-ulang ucapannya seperti tadi, sehingga Abu Thalib pada akhirnya mengucapkan bahwa dia tetap memegang agama Abdul Mutthalib dan tidak mau mengucapkan Laa ilaaha illallaah menjelang kematian. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Demi Allah, aku akan memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang melakukannya". Maka Allah Swt menurunkan ayat (yang artinya), "Tiadalah pantas bagi Nabi dan orang-orang beriman memintakan ampunan bagi orang-orang musyrik sekalipun mereka kaum kerabat, setelah nyata baginya bahwa mereka mereka adalah penghuni neraka". (AlQuran, surah At-Taubah:113).
BAB 40: MENYAMPAIKAN NASEHAT DENGAN DIKERUMUNI ORANG-ORANG YANG DUDUK PADA SAAT PEMAKAMAN
1362 Diriwayatkan dari Ali Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami mengikuti pemakaman jenazah di Baqi Al-Gharqad, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendatangi kami, lalu beliau duduk dan kamipun duduk mengerumuni beliau. Ketika itu beliau membawa tongkat/ kayu kecil, lalu beliau menundukkan kepala dan menggoreskan kayu tersebut di atas tanah, kemudian beliau bersabda, "Setiap orang diantara kalian diciptakan dengan ditentukan tempatnya di surga atau neraka dan ditentukan pula celaka atau beruntung". Seorang laki-laki bertanya, "Ya Rasulullah, bolehkah kami hanya mengandalkan amal, karena orang yang ditentukan beruntung akan melakukan perbuatan orang-orang yang beruntung, dan orang yang ditentukan celaka akan melakukan perbuatan orang-orang yang celaka?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Orang-orang yang beruntung akan dimudahkan melakukan perbuatan yang menuju keberuntungan, sedangkan orang yang celaka akan dimudahkan melakukan perbuatan yang menyebabkan celaka". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca ayat (yang artinya): "Maka siapa yang suka memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik, Kami sungguh memudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan".
BAB 41: PEREMPUAN BERKABUNG ATAS KEMATIAN LAKI-LAKI YANG BUKAN SUAMINYA.
1281 Diriwayatkan dari Ummu Habibah Radliyallaahu 'anhu, istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak boleh berkabung atas kematian seseorang melebihi tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, maka dia harus berkabung selama 4 bulan 10 hari".1
1): Keterangan: berkabung maksudnya tidak berdandan dan tidak keluar rumah kecuali jika sangat mendesak, serta tidak boleh dilamar dengan terang-terangan.
1363 Diriwayatkan dari Tsabit bin Adh-Dhahak Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Siapa yang bersumpah palsu dengan sengaja menggunakan ajaran selain Islam, maka dia sesuai dengan ucapannya, dan siapa yang bunuh diri dengan menggunakan sepotong besi, maka dia akan disiksa dengan sepotong besi pula di neraka Jahannam (selamanya)".
1364 Diriwayatkan dari Jundab Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Ada seorang laki-laki terluka, kemudian dia bunuh diri, maka Allah berfirman, "HambaKu mendahului-Ku dengan bunuh diri, maka Aku haramkan surga untuknya".
1365 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Orang yang bunuh diri dengan mencekik lehernya, dia di neraka terus menerus mencekik lehernya, dan orang yang bunuh diri dengan menikam dirinya, kelak di neraka dia terus menerus menikam dirinya".
BAB 42: MEMUJI ORANG YANG MENINGGAL
1367 Diriwayatkan dari Anas ra: Ada jenazah diusung, kemudian orang-orang memuji kebaikannya, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Pastilah dia". Setelah itu ada jenazah lain diusung, kemudian orang-orang menjelekkannya, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Pastilah dia". Umar bin Khattab Radliyallaahu 'anhu bertanya, "Apa maksud ucapan anda "Pastilah dia?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Jenazah yang pertama tadi kalian puji karena kebaikannya, maka dia pasti memperoleh surga, sedangkan jenazah berikutnya kalian jelekkan karena kejelekkannya, maka dia pasti masuk neraka. Kalian semua menjadi saksi Allah di muka bumi".
1368 Diriwayatkan dari Umar bin Khattab Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Setiap muslim yang dipersaksikan oleh empat orang atas kebaikannya, maka Allah akan memasukkannya ke surga". Kami bertanya, "Jika dipersaksikan oleh tiga orang?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Ya, juga oleh tiga orang". Kami bertanya lagi, "Jika dipersaksikan oleh dua orang?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Ya, juga oleh dua orang". Kami tidak bertanya lagi kepada beliau bagaimana jika dipersaksikan oleh satu orang.
BAB 43: KETERANGAN MENGENAI SIKSA KUBUR
1369 Diriwayatkan dari Al Barra bin Azib Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Apabila seorang mukmin (meninggal kemudian dimakamkan), lalu didudukkan di dalam kuburnya dan didatangi oleh malaikat, kemudian dia bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka demikian itu sesuai dengan firman Allah (yang artinya): "Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh ... "(AlQuran, surah Ibrahim:27).
1370 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandang mayat-mayat orang kafir yang dimasukkan ke dalam sumur (dalam perang Badr), kemudian beliau mengatakan kepada mayat-mayat itu, "Apakah kamu telah menemukan kebenaran janji-janji Tuhanmu kepadamu?" Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Apakah anda berbicara dengan orang-orang yang sudah mati?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Mereka bisa mendengar melebihi pendengaranmu, hanya saja mereka tidak bisa menjawab".
1371 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Mereka (orang-orang kafir Quraisy yang terbunuh dalam perang Badr) sekarang menyadari bahwa apa yang telah aku katakan kepada mereka adalah benar, dan Allah Swt berfirman (yang artinya), "Sesungguhnya kamu tidak bisa membuat orang-orang mati mendengar sebagaimana kamu tidak bisa membuat orang-orang tuli mendengar". (AlQuran, surah An-Naml:80).
1373 Diriwayatkan dari Asma' binti Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdiri untuk berkhotbah, kemudian beliau menyebutkan fitnah kubur yang akan dihadapi oleh seseorang. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyebutkan hal itu, kaum muslimin sangat bersedih dengan menangis keras.1.
1): Fitnah kubur maksudnya kesulitan dan siksaan di dalam kubur.
BAB 44: MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH DARI SIKSA KUBUR
1375 Diriwayatkan dari Abu Ayyub Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar pada saat matahari telah terbenam, kemudian beliau mendengar suara jeritan, lalu beliau bersabda, "Orang-orang Yahudi sedang disiksa di dalam kubur mereka".
1377 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu berdoa, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab kubur, azab neraka, fitnah kehidupan, fitnah kematian, dan fitnah Dajjal".
BAB 45: ORANG MATI DIPERLIHATKAN TEMPAT YANG AKAN DIHUNINYA, SURGA ATAU NERAKA, BAIK PAGI MAUPUN SOR
1379 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Seseorang yang mati diperlihatkan kepadanya pada pagi dan sore hari tempat yang akan dihuninya. Jika dia termasuk penghuni surga, surga diperlihatkan kepadanya, dan jika dia termasuk penghuni neraka, neraka diperlihatkan kepadanya. Dikatakan kepadanya, "Inilah tempatmu nanti ketika Allah membangkitkanmu pada hari kiamat".
BAB 46: ANAK-ANAK ORANG ISLAM YANG MENINGGAL
1382 Diriwayatkan dari Al Barra Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Ibrahim as (putera Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) meninggal (dalam usia menyusu), Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Ada seseorang yang menyusuinya di surga".
BAB 47: ANAK-ANAK ORANG-ORANG MUSYRIK
1383 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ditanya mengenai anak-anak orang-orang musyrik, kemudian beliau bersabda, "Ketika Allah menciptakan mereka, Allah Maha Mengetahui apa yang akan mereka perbuat".
1386 Diriwayatkan dari Samurah bin Jundab Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Seusai solat subuh biasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menghadap kepada kami, lalu beliau bertanya, "Siapa diantara kalian yang tadi malam bermimpi?" Jika ada seseorang yang bermimpi, dia menceritakan mimpinya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau mengucapkan Maasyaa Allaah. Pada suatu hari beliau bertanya kepada kami, "Siapa diantara kalian yang tadi malam bermimpi?" Kami menjawab, "Tidak ada". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tadi malam aku bermimpi, dua orang laki-laki mendatangiku, kemudian mereka memegang tanganku dan membawaku keluar sampai berada di tanah suci. Disitu ada seorang yang duduk dan ada seorang lagi berdiri dengan memegang pengait besi yang dia tusukkan ke mulut orang yang duduk tersebut sampai merobek pipi rahangnya hingga tembus ke tengkuknya. Dia berbuat seperti itu pula sampai merobek rahang dan pipi yang lain. Setiap kali rahang dan pipi orang itu pulih kembali, dia menusuknya lagi seperti itu tanpa henti. Aku (Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bertanya, "Siapa ini?" Kedua orang yang mengajakku menjawab, "Teruskan perjalanan". Kami pun melanjutkan perjalanan sampai menjumpai seseorang yang berbaring dan di dekat kepalanya ada seorang yang berdiri dengan memegang batu besar yang dia hantamkan untuk meremukkan kepala orang yang berbaring tersebut. Seusai dihantamkan batu itu memental, sementara kepala orang itu pulih kembali, maka batu tersebut kembali menghantamnya lagi, begitulah berulang-ulang tiada henti. Aku (Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bertanya, "Siapa ini?" Kedua orang yang mengajakku menjawab, "Teruskan perjalanan". Kamipun melanjutkan perjalanan sampai menjumpai lubang seperti tungku api, bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar. Di bawah lubang itu ada api yang berkobar. Ketika nyala api membesar, orang-orang yang berada di lubang itu terangkat sehingga hampir saja terlempar. Ketika nyala api mereda mereka kembali ke posisi semula. Mereka terdiri dari orang-orang laki-laki dan perempuan yang semuanya telanjang. Aku tanyakan, "Siapa mereka itu?" Kedua orang yang mengajakku menjawab, "Ayo teruskan perjalanan". Kamipun melanjutkan perjalanan sehingga kami mendapati sungai darah yang didalamnya terdapat seorang berkubang hampir tenggelam, sementara di pinggir sungai ada orang lain yang bersiap-siap dengan sejumlah batu. Setiap kali orang yang berada di dalam sungai itu hendak naik ke daratan, orang yang berada di pinggir sungai tersebut melemparnya dengan batu tepat mengenai mulutnya sehingga dia terjerembab ke posisinya seperti semula dan demikian itu tidak henti-hentinya. Aku bertanya, "Siapa orang itu?" Kedua orang yang mengajakku menjawab, "Teruskan perjalanan". Kamipun melanjutkan perjalanan sehingga kami tiba di sebuah taman yang rindang menghijau yang di dalamnya terdapat sebatang pohon besar. Di bawah pohon itu ada seorang laki-laki tua bersama anak-anak. Di dekat pohon itu ada seorang laki-laki menyalakan api di depannya. Kedua orang yang mengajakku, membawaku naik ke atas pohon dan mengajakku masuk ke sebuah rumah yang tak tertandingi keindahannya. Di dalam rumah itu terdapat beberapa orang laki-laki tua, orang-orang muda dan para wanita, serta anak-anak. Setelah itu aku dibawa keluar oleh dua orang yang mengajakku, kemudian keduanya membawaku naik ke atas sebatang pohon, lalu keduanya membawaku masuk ke dalam sebuah rumah yang lebih indah dan lebih besar daripada rumah sebelumnya. Di dalam rumah itu terdapat orang-orang lanjut usia dan orang-orang muda. Aku berkata kepada dua orang yang mengajakku, "Kalian berdua telah mengajakku berkeliling sepanjang malam, sekarang beritahukanlah kepadaku apa yang telah aku lihat". Keduanya mengatakan, "Baiklah. Orang yang kau lihat pipi dan rahangnya dirobek itu adalah pendusta yang berkata dusta dan menyebabkan tersebarnya kedustaan ke segala penjuru, maka dia disiksa seperti yang kau lihat tadi hingga hari kiamat. Orang yang kepalanya diremukkan itu adalah orang yang diberi kepahaman oleh Allah tentang AlQuran, namun dia tidur saja ketika malam tanpa membacanya dan perbuatannya tidak sesuai dengan AlQuran, maka dia disiksa seperti yang kau lihat tadi hingga hari kiamat. Orang-orang yang disiksa di dalam lubang seperti tungku tadi adalah para pezina. Orang yang kau lihat ditenggelamkan di dalam sungai darah tadi adalah pemakan riba. Laki-laki tua yang berada di bawah pohon tadi adalah Ibrahim as, sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah arwah manusia, adapun orang yang menyalakan api tadi adalah malaikat Malik, penjaga neraka. Rumah pertama yang kau masuki tadi adalah rumah orang-orang beriman secara umum, sedangkan rumah yang terakhir tadi adalah rumah orang-orang yang mati syahid. Aku yang mengajakmu adalah Jibril, sedangkan temanku ini adalah Mikail. Sekarang angkatlah kepalamu". Aku (Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) pun mendongakkan kepalaku, tiba-tiba diatasku ada semacam awan. Jibril dan Mikail mengatakan, "Itulah rumahmu". Aku berkata, "Izinkan aku memasuki rumahku itu". Kata keduanya, "Masih ada sisa usiamu yang belum kau jalani. Kalau kau sudah menyempurnakan sisa usiamu kau akan masuk ke rumahmu itu".
BAB 48: MATI MENDADAK
1388 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Ibu saya meninggal dengan tiba-tiba, saya yakin seandainya dia sempat berpesan niscaya dia akan bersedekah. Apakah dia mendapat pahala kalau saya bersedekah atas nama dia?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya".
BAB 49: MAKAM NABI SAW, ABU BAKR RA DAN UMAR RA.
1389 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sakit, beliau sering bertanya, "Aku hari ini dimana dan besok dimana?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam merasa lama menunggu tibanya giliran Aisyah Radliyallaahu 'anhu. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba pada giliranku, beliau diwafatkan oleh Allah ketika sedang rebah diantara dada dan leherku, kemudian beliau dimakamkan di dalam rumahku.
1392 Diriwayatkan dari Umar bin Khattab Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat dalam keadaan ridha terhadap enam orang, yaitu: Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'd bin Abu Waqqash.
BAB 50: LARANGAN MENCACI MAKI ORANG YANG SUDAH WAFAT.
1393 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Janganlah kalian mencaci/menjelekkan orang-orang yang sudah meninggal, karena mereka sudah memperoleh balasan dari apa yang telah mereka perbuat".
0 komentar:
Posting Komentar