114 Surat Al Qur'an (1)

1. Al Faatihah (Pembukaan)
Surat "Al Faatihah" (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surat-surat yang ada dalam Al Qur’an dan termasuk golongan Surat Makkiyyah.
Surat ini disebut "Al Faatihah" (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Qur’an.
Dinamakan "Ummul Qur’an" (induk Al Qur’an) atau "Ummul Kitaab" (induk Al Kitab) karena dia merupakan induk bagi semua isi Al Qur’an, serta menjadi inti sari dari kandungan Al Qur’an dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap shalat. Dinamakan pula "As Sab’ul matsaany" (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.


Surat "Al Faatihah" ini melengkapi unsur-unsur pokok syari’at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al Qur’an yang 113 surat berikutnya. Persesuaian surat ini dengan surat "Al Baqarah" dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Faatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya. Di bahagian akhir surat "Al Faatihah" disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Tuhan ke jalan yang lurus, sedang Surat "Al Baqarah" dimulai dengan penunjukan "Al Kitab" (Al Qur’an) yang sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

2. Al Baqarah (Sapi betina)
Surat "Al Baqarah" yang 286 ayat ini turun di Madinah yang sebagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji wadaa’ (haji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al Qur’an yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpanjang (ayat 282).
Surat ini dinamai "Al Baqarah" karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), di mana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai "Fusthaathul-Qur’an" (puncak Al Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat "Alif-laam-miim" karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.


3. Ali ’Imran (Keluarga ’Imran)
Surat "Ali ’Imran" yang terdiri dari 200 ayat ini adalah surat "Madaniyyah". Dinamakan Ali ’Imran karena memuat kisah keluarga ’Imran yang di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi ’Isa a.s., persamaan kejadiannya dengan Nabi Adam a.s. kenabian dan beberapa mu’jizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam puteri ’Imran, ibu dari Nabi ’Isa a.s.
Surat Al Baqarah dan Ali ’Imran ini dinamakan "Az Zahrawaani" (dua yang cemerlang), karena kedua surat ini menyingkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh para Ahli Kitab, seperti kejadian dan kelahiran Nabi ’Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. dan sebagainya.
Surat Ali ’Imran mengandung dalil-dalil dan alasan-alasan untuk membantah kaum Nasrani yang mempertuhankan Nabi ’Isa a.s., menerangkan peperangan Badar dan Uhud, agar kemenangan di peperangan Badar dan kekalahan di peperangan Uhud yang dialami kaum muslimin itu, dapat dijadikan pelajaran.

4. An Nisaa’ (Wanita)
Surat An Nisaa’, yang terdiri dari 176 ayat itu, adalah surat Madaniyyah yang terpanjang sesudah surat Al Baqarah.
Dinamakan An Nisaa’ karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surat yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surat-surat yang lain. Surat yang lain yang banyak juga membicarakan tentang hal wanita ialah surat Ath Thalaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surat An Nisaa’ dengan sebutan: "Surat An Nisaa’ Al Kubra" (surat An Nisaa’ yang besar), sedang surat Ath Thalaq disebut dengan sebutan: "Surat An Nisaa’ Ash Shughra" (surat An Nissa’ yang kecil).
Surat An Nisaa’ dimulai, dengan perintah bertakwa dan menyatakan bahwa asal manusia itu adalah satu, kemudian menerangkan hukum-hukum yang berhubungan dengan anak yatim, rumah tangga, warisan, wanita yang haram dinikahi serta hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan. Selanjutnya disebut tentang hukum-hukum perang serta pelajaran-pelajaran yang harus diambil dari perang Badar dan Uhud. Pengutaraan hukum perang dan hukum keluarga dalam surat ini, merupakan hujjah-hujjah yang dikemukakan kepada Ahli Kitab, yang mana hujjah-hujjah ini ditegaskan pada bahagian terakhir dari surat ini. Akhirnya surat ini ditutup dengan perintah kepada para mu’min supaya mereka bersabar, mengeratkan hubungan sesama manusia dan bertakwa kepada Allah, agar mendapat keberuntungan dunia akhirat.

5. Al Maa-idah (Hidangan)
Surat Al Maa-idah terdiri dari 120 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah. Sekalipun ada ayatnya yang turun di Mekah, namun ayat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, yakni di waktu haji wadaa’.
Surat ini dinamakan "Al Maa-idah" (hidangan), karena memuat kisah pengikut-pengikut setia Nabi ’Isa a.s. meminta kepada Nabi ’Isa a.s., agar Allah menurunkan untuk mereka Al Maa-idah (hidangan makanan) dari langit (ayat 112). Dan dinamakan dengan "Al Uqud" (perjanjian), karena kata itu terdapat pada ayat pertama surat ini, di mana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji prasetia terhadap Allah dan perjanjian-perjanjian yang mereka buat sesamanya.
Dinamakan juga "Al Munqidz" (yang menyelamatkan), karena akhir surat ini mengandung kisah tentang Nabi ’Isa a.s. penyelamat pengikut-pengikut setianya dari azab Allah.
Surat Al Maa-idah mengemukakan bagaimana seharusnya orang mu’min bersikap baik terhadap sesamanya maupun terhadap orang bukan mu’min; manfa’at memenuhi janji prasetia terhadap Allah, perjanjian yang dilakukan oleh sesama manusia, dan ketauhidan Allah.

6. Al An’aam (Binatang ternak)
Surat Al An’aam (binatang ternak: unta, sapi, biri-biri dan kambing) yang terdiri atas 165 ayat, termasuk golongan surat Makkiyyah, karena hampir seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Mekah dekat sebelum hijrah. Dinamakan Al An’aam karena di dalamnya disebut kata "An’aam" dalam hubungan dengan adat istiadat kaum musyrikin, yang menurut mereka binatang-binatang ternak ini dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Juga dalam surat ini disebutkan hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak itu.
Dalam surat Al An’aam Allah menjelaskan keesaan dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya, menyatakan kebathilan kepercayaan orang-orang musyrik dengan bantahan-bantahan yang logis dan mudah diterima oleh akal. Hukuman yang berat akan dijatuhkan atas mereka yang berkepala batu menolak kebenaran.

7. Al A’raaf (Tempat tertinggi)
Surat Al A’raaf yang berjumlah 206 ayat termasuk golongan surat Makkiyyah, diturunkan sebelum turunnya surat Al An’aam dan termasuk golongan surat "Assab’uththiwaal" (tujuh surat yang panjang). Dinamakan "Al A’raaf" karena perkataan Al A’raaf terdapat dalam ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al A’raaf yaitu tempat yang tertinggi di batas surga dan neraka. Mereka itu ialah golongan yang sama banyak kebaikan dan kejahatan mereka.Surat Al A’raaf dimulai dengan pengutaraan tentang kewajiban manusia mengikuti rasul serta akibat-akibat mengingkarinya. Selanjutnya diterangkan tentang perselisihan antara Nabi Adam dan Iblis di surga yang juga merupakan permulaan perselisihan antara golongan yang ta’at kepada perintah Allah dan golongan yang mengingkari sebagaimana yang terjadi pada nabi-nabi dahulu dengan umat-umatnya. Kemudian surat ini ditutup dengan adab-adab orang mu’min, adab-adab mendengarkan ayat-ayat Allah dan bagaimana cara berdo’a dan berzikir kepada-Nya.

8. Al Anfaal (Rampasan perang)
Surat Al Anfaal terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, karena seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah.
Surat ini dinamakan Al Anfaal yang berarti harta rampasan perang berhubung kata Al Anfaal terdapat pada permulaan surat ini dan juga persoalan yang menonjol dalam surat ini ialah tentang harta rampasan perang, hukum perang dan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya. Menurut riwayat Ibnu Abbas r.a. surat ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar Kubra yang terjadi pada tahun kedua Hijrah. Peperangan ini sangat penting artinya, karena dialah yang menentukan jalan sejarah perkembangan Islam. Pada waktu itu umat Islam dengan kekuatan kecil, untuk pertama kali dapat mengalahkan kaum musyrikin yang berjumlah besar, dan berperlengkapan yang cukup, dan mereka dalam peperangan ini memperoleh harta rampasan perang yang tidak sedikit.
Surat Al Anfaal menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan padanya, khususnya menerangkan Perang Badar, yaitu peperangan yang menentukan jalan sejarah Islam dan muslimin, bahkan tidak akan salah kiranya kalau dikatakan bahwa Perang Badar itu menentukan jalan sejarah umat manusia pada umumnya. Sebagian besar surat ini mengandung hal-hal yang berhubungan dengan perdamaian dan peperangan; tingkah laku orang-orang kafir, orang-orang munafik dan sebahagian orang-orang Islam yang tidak kuat imannya dalam peperangan. Kemudian ditegaskan bahwa Allah menolong orang-orang yang beriman dan menghancurkan orang-orang kafir dan munafik itu, adalah merupakan sunah-Nya yang tidak dapat dipungkiri berlakunya, sebagaimana pernah terjadi pada Fir’aun dan kaumnya serta umat-umat yang sebelumnya.

9. At Taubah (Pengampunan)
Surat At Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan "At Taubah" yang berarti pengampunan berhubung kata "At Taubah" berulang kali disebut dalam surat ini. Dinamakan juga dengan "Baraah" yang berarti berlepas diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin. Di samping kedua nama yang masyhur itu ada lagi beberapa nama yang lain yang merupakan sifat dari surat ini. Berlainan dengan surat-surat yang lain, maka pada permulaan surat ini tidak terdapat basmalah, karena surat ini adalah pernyataan perang total dengan arti bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah. Surat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pengumuman ini disampaikan oleh Saidina ’Ali r.a. pada musim haji tahun itu juga.Surat At-Taubah mengandung pernyataan pembatalan perjanjian damai oleh Nabi Muhammad s.a.w. dengan kaum musyrikin, karena mereka tidak memenuhi syarat-syarat perjanjian damai pada perjanjian Huudaibiah. Selanjutnya surat At Taubah mengandung hukum peperangan dan perdamaian, hukum kenegaraan, keadaan Nabi Muhammad s.a.w. di waktu hijrah, dan kewajiban menafkahkan harta dari orang-orang yang berhak menerimanya.

10. Yunus
Surat Yunus terdiri atas 109 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah kecuali ayat 40, 94, 95 yang diturunkan pada masa Nabi Muhammad s.a.w. berada di Madinah. Surat ini dinamai "surat Yunus" karena dalam surat ini terutama ditampilkan kisah Nabi Yunus a.s. dan pengikut-pengikutnya yang teguh imannya. Surat Yunus mengandung hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok kepercayaan, lenyapnya syirik, pengutusan rasul, hari berbangkit, hari pembalasan dan hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama sebagaimana biasa didapati dalam surat-surat Makiyah.

11. Huud
Surat Huud termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, terdiri dari 123 ayat diturunkan sesudah surat Yunus. Surat ini dinamai surat Huud karena ada hubungan dengan terdapatnya kisah Nabi Huud a.s. dan kaumnya, dalam surat ini terdapat juga kisah-kisah Nabi yang lain, Seperti kisah Nuh a.s., Shaleh a.s., Ibrahim a.s., Luth a.s., Syu’aib a.s. dan Musa a.s.
Surat Huud mengandung hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama, seperti: Ketauhidan, kerasulan, hari berbangkit, kemudian dihubungkan dengan da’wah yang dilakukan oleh para nabi kepada kaumnya.

12. Yusuf
Surat Yusuf ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah karena diturunkan di Mekah sebelum hijrah. Surat ini dinamakan surat Yusuf adalah karena titik berat dari isinya mengenai riwayat Nabi Yusuf a.s. Riwayat tersebut adalah satu di antara cerita-cerita ghaib yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai mu‘jizat bagi beliau, sedang beliau sebelum diturunkan surat ini tidak mengetahuinya. Menurut riwayat Al Baihaqi dalam kitab "Ad Dalail" bahwa segolongan orang Yahudi masuk agama Islam sesudah mereka mendengar cerita Yusuf a.s. ini, karena sesuai dengan cerita-cerita yang mereka ketahui. Dari cerita Yusuf a.s. ini, Nabi Muhammad s.a.w. mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan penghibur terhadap beliau dalam menjalankan tugasnya.

13. Ar Ra’d (Guruh)
Surat Ar Ra’d ini terdiri atas 43 ayat termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan Ar Ra’d" yang berarti "guruh" karena dalam ayat 13 Allah berfirman yang artinya "Dan guruh itu bertasbih sambil memuji-Nya", menunjukkan sifat kesucian dan kesempurnaan Allah s.w.t. Dan lagi sesuai dengan sifat Al Qur’an yang mengandung ancaman dan harapan, maka demikian pulalah halnya bunyi guruh itu menimbulkan kecemasan dan harapan kepada manusia. Isi yang terpenting dari surat ini ialah bahwa bimbingan Allah kepada makhluk-Nya bertalian kuat dengan hukum sebab dan akibat. Bagi Allah s.w.t. tidak ada pilih kasih dalam menetapkan hukuman. Balasan atau hukuman adalah akibat dari ketaatan atau keingkaran terhadap hukum Allah.
Surat Ar Ra’d lebih banyak menitik beratkan pada pembuktian kebenaran keesaan Allah, kepastian akan terjadinya hari berbangkit. Dijelaskan pula tugas-tugas para rasul dan kebenaran dari kitab-kitab suci yang dibawa mereka. Terhadap mereka yang ingkar dan memusuhi para nabi-nabi itu, diterangkan bahwa mereka pasti mengalami kegagalan dan kehancuran.

14. Ibrahim
Surat ini terdiri atas 52 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah karena diturunkan di Mekah sebelum Hijrah. Dinamakan surat "Ibrahim", karena surat ini mengandung do’a Nabi Ibrahim a.s. yaitu pada ayat 35 sampai dengan 41. Do’a ini isinya antara lain: permohonan agar keturunannya mendirikan shalat, dijauhkan dari menyembah berhala-berhala dan agar Mekah dan daerah sekitarnya menjadi daerah yang aman dan makmur. Do’a Nabi Ibrahim a.s. ini telah diperkenankan oleh Allah s.w.t. sebagaimana telah terbukti keamanannya sejak dahulu sampai sekarang. Doa tersebut dipanjatkan beliau ke hadirat Allah s.w.t. sesudah selesai membina Ka’bah bersama puteranya Ismail a.s. di dataran tanah Mekah yang tandus. Surat Ibrahim mengandung petunjuk-petunjuk bagi manusia untuk mengenai Tuhan mereka dan janji Allah menyediakan surga kepada orang-orang yang beriman. Dalam surat ini Allah menjelaskan bahwa rasul-rasul itu diutus dengan mempergunakan bahasa kaumnya agar mudah bagi kaum itu memahami segala perintah dan larangan Allah. Kemudian Allah menjelaskan pula apa yang terjadi antara rasul-rasul itu dengan kaumnya.

15. Al Hijr
Surat ini terdiri atas 99 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, karena diturunkan di Mekah sebelum Hijrah. Al Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami zaman dahulu oleh kaum Tsamud terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Syiria). Nama surat ini diambil dari nama daerah pegunungan itu, berhubung nasib penduduknya yaitu kaum Tsamud diceritakan pada ayat 80 sampai dengan 84, mereka telah dimusnahkan Allah s.w.t., karena mendustakan Nabi Shaleh a.s. dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dalam surat ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth a.s. dan kaum Syu’aib a.s. Dari kesemua kisah-kisah itu dapat diambil pelajaran bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan mengalami kehancuran. Dalam surat Al Hijr ini banyak terdapat ayat-ayat yang menunjukkan bukti-bukti adanya Allah serta kekuasaan-Nya, baik bukti-bukti yang ada di langit dan di bumi, maupun yang ada pada kejadian manusia serta kehidupan mereka. Disebutkan pula di dalamnya kisah-kisah beberapa nabi dan macam-macam azab yang ditimpakan kepada kaum yang mendustakan para rasul Allah itu. Tercantum juga tentang anugerah Allah yang besar yang diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yakni As Sab’ul Matsaani atau surat Al Faatihah dan Al Qur’anul Karim.

16. An Nahl (Lebah)
Surat ini terdiri atas 128 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Surat ini dinamakan "An Nahl" yang berarti "lebah" karena di dalamnya terdapat firman Allah s.w.t. ayat 68 yang artinya: "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah". Lebah adalah makhluk Allah yang banyak memberi manfa’at dan keni’matan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al Qur’anul Karim. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia (lihat ayat 69). Sedang Al Qur’an mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. (Lihat surat (10) Yunus ayat 57 dan surat (17) Al Israa’ ayat 82). Surat ini dinamakan pula "An Ni’am" artinya ni’mat-ni’mat, karena di dalamnya Allah menyebutkan pelbagai macam ni’mat untuk hamba-hamba-Nya. Surat An Nahl mengandung keterangan tentang sifat-sifat orang musyrikin, dan tingkah laku mereka, serta tantangan mereka terhadap kebenaran hari kiamat dan kerasulan Muhammad s.a.w., kemudian Allah s.w.t. menyebutkan peringatan-peringatan-Nya kepada mereka dari azab yang mereka alami sebagai akibat dari sifat perbuatan mereka itu. Dalam surat ini, Allah menunjukkan bukti-bukti keesaan-Nya seraya memaparkan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dan surat ini memuat juga hukum-hukum dan ajaran-ajaran tentang akhlak.

17. Al Israa’ (Memperjalankan di malam hari)
Surat ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan dengan "Al Israa’" yang berarti "memperjalankan di malam hari", berhubung peristiwa Israa’ Nabi Muhammad s.a.w. dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa’ pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar. Surat ini dinamakan pula dengan "Bani Israil" artinya "keturunan Israil" berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. Dihubungkannya kisah Israa’ dengan riwayat "Bani Israil" pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani
Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.
Banyak ayat-ayat dalam surat ini mengemukakan bahwa Al Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. benar-benar wahyu Allah, dan bahwa manusia itu pasti mengalami hari berbangkit. Dalam surat ini dikemukakan pula dalil-dalil kekuasaan dan keesaan Allah s.w.t. serta hukum-hukum yang diturunkan-Nya yang wajib diperhatikan dan dikerjakan oleh manusia.

18. Al Kahfi (Gua)
Surat ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai "Al Kahfi" artinya "Gua" dan "Ashhabul Kahfi" yang artinya: "Penghuni-penghuni gua". Kedua nama ini diambil dari kata yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain berita tersebut, terdapat pula beberapa buah kata dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i’tibar dan pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadist-hadist Rasulullah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini. Surat Al Kahfi dimulai dengan menerangkan sifat Al Qur’an sebagai petunjuk dan peringatan bagi manusia, dan sebagai peringatan pula terhadap mereka yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Semua yang ada di permukaan bumi merupakan perhiasan bagi bumi dan sengaja diciptakan Allah agar manusia memikirkan bagaimana cara mengambil manfa’at dari semuanya itu. Kekuasaan Allah dan betapa luasnya pengetahuan-Nya dikemukakan dalam surat ini dengan menyebutkan kisah Nabi Musa a.s. dengan Khidhir a.s., kisah Zulkarnain dan dengan mengibaratkan bahwa seandainya semua air yang ada di bumi dan ditambah lagi sebanyak itu pula dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, tentu tidak akan mencukupi. Kemudian diterangkan bahwa semua amal orang musyrik itu tidak diberi pahala di akhirat, sedang untuk orang-orang mu’min disediakan Jannatun Na’im.

19. Maryam
Surat Maryam terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, bahkan sebelum sahabat-sahabat beliau hijrah ke negeri Habsyi. Menurut riwayat Ibnu Mas’ud, Ja’far bin Abi Thalib membacakan permulaan surat Maryam ini kepada raja Najasyi dan pengikut-pengikutnya di waktu ia ikut hijrah bersama-sama sahabat-sahabat yang lain ke negeri Habsyi. Surat ini dinamai "Maryam", karena surat ini mengandung kisah Maryam, ibu Nabi ’Isa a.s. yang serba ajaib, yaitu melahirkan puteranya ’Isa a.s. sedang ia sebelumnya belum pernah dikawini atau dicampuri oleh seorang laki-lakipun. Kelahiran ’Isa a.s. tanpa bapak merupakan suatu bukti kekuasaan Allah s.w.t. Pengutaraan kisah Maryam sebagai kejadian yang luar biasa dan ajaib dalam surat ini, diawali dengan kisah kejadian yang luar biasa dan ajaib pula, yaitu dikabulkannya do’a Zakariya a.s. oleh Allah s.w.t., agar beliau dianugerahi seorang putera sebagai pewaris dan pelanjut cita-cita dan kepercayaan beliau, sedang usia beliau sudah sangat tua dan isteri beliau seorang yang mandul, yang menurut ukuran ilmu biologi tidak mungkin akan terjadi. Surat Maryam mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh manusia apabila mereka memikirkan kejadian-kejadian di alam semesta dalam hubungan dengan Penciptanya; ada kejadian yang terjadi sesuai dengan sunah Allah dan dapat dipikirkan oleh manusia, dan ada pula kejadian yang luar biasa, aneh lagi ajaib yang tidak sampai pikiran manusia kepadanya. Kejadian-kejadian yang luar biasa ini terjadi pada orang-orang yang telah dipilih oleh Allah, dan dikemukakan kepada manusia agar mereka percaya kepada Allah Maha Pencipta.

20. Thaahaa
Surat Thaahaa terdiri atas 135 ayat, diturunkan sesudah diturunkannya surat Maryam, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Surat ini dinamai "Thaahaa", diambil dari perkataan yang berasal dari ayat pertama surat ini. Sebagaimana yang lazim terdapat pada surat-surat yang memakai huruf-huruf abjad pada permulaannya, di mana huruf tersebut seakan-akan merupakan pemberitahuan Allah kepada orang-orang yang membacanya, bahwa sesudah huruf itu akan dikemukakan hal-hal yang sangat penting diketahui, maka demikian pula halnya dengan ayat-ayat yang terdapat sesudah huruf "thaahaa" dalam surat ini. Allah menerangkan bahwa Al Qur’an merupakan peringatan bagi manusia, wahyu dari Allah, Pencipta semesta alam. Kemudian Allah menerangkan kisah beberapa orang nabi; akibat-akibat yang telah ada akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Allah dan orang-orang yang mengingkari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Selain hal-hal tersebut di atas, maka surat ini mengandung pokok-pokok isi sebagai berikut: Dalam surat Thahaa ini diterangkan bahwa Al Qur’an sebagai kitab yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w., adalah peringatan dan kabar gembira bagi manusia, wajib diikuti dan dipercayai. Amatlah besar akibat yang dialami oleh orang dahulu yang tidak mempercayai dan mengingkari rasul-rasul yang diutus kepada mereka, seperti Fir’aun dan pengikut-pengikutnya. Kitab Bani Israilpun dipaparkan Allah dalam surat ini sebagai suatu umat yang banyak mengingkari perintah nabinya.

0 komentar: