Serakah

Oleh : Bahron Anshori

''Seandainya anak cucu Adam (manusia) mendapatkan dua lembah yang berisi emas, niscaya ia masih menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak akan pernah penuh perut anak Adam kecuali ditutup dalam tanah (mati). Dan Allah akan mengampuni orang yang bertaubat.'' (HR Ahmad).

Keserakahan manusia tidak akan pernah hilang kecuali setelah kematian menjemputnya. Dalam bahasa Arab, serakah disebut tamak yang artinya sikap tak pernah merasa puas dengan yang sudah dicapai. Karena ketidakpuasannya itu, segala cara pun ditempuh.



Serakah adalah salah satu dari penyakit hati. Mereka selalu menginginkan lebih banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu dibenarkan oleh syariah atau tidak. Tak berpikir apakah harus mengorbankan kehormatan orang lain atau tidak. Yang penting, apa yang menjadi kebutuhan nafsu syahwatnya terpenuhi.

Bila tidak segera dibersihkan, penyakit sosial ini dapat menimbulkan malapetaka. Orang yang serakah, akan membuat mata hati dan pendengarannya menjadi tuli. ''Cintamu terhadap sesuatu membuat buta dan tuli.'' (HR Ahmad).

Serakah juga menjadi pintu masuknya setan. Bila masuk dalam hati orang yang serakah, setan akan menghiasinya dengan sifat-sifat tercela lainnya. Dan orang yang serakah itu selalu menganggap baik apa yang dilakukannya, meski kebanyakan orang melihatnya sebagai suatu keburukan.

Serakah, ternyata tidak sebatas pada harta benda semata-mata. Ada orang yang serakah kepada wanita ataupun jabatan. Orang yang serakah kepada wanita, akan menjadikan wanita itu sebagai pemuas nafsunya belaka. Orang yang serakah kepada jabatan, akan berusaha mendapatkan apa yang menjadi incarannya dengan segala cara. Tak pernah berpikir apakah cara yang ditempuh baik atau buruk.

Namun, ada juga serakah dalam hal kebaikan. Serakah ini bisa memberikan jaminan keselamatan bagi pelakunya di dunia dan akhirat. Serakah yang baik merupakan sifat yang dimiliki oleh orang beriman.

Serakah yang baik akan mendorong orang beriman untuk berlomba-lomba meraih ridha Allah SWT. Mereka tak peduli bagaimana kondisi diri. Yang mereka lihat adalah ridha Allah SWT semata. Mereka rela meninggalkan anak istri untuk jihad di jalan-Nya. Mereka juga rela menempuh perjalanan yang begitu jauh untuk menyambut seruan Ilahi.

Orang yang serakah kepada kebaikan ini justru dianjurkan oleh Rasulullah SAW karena membuat mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah dan beramal. Mereka juga menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah SWT. ''Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena tahajud), sedangkan mereka berdiri kepada (Allah) dengan rasa takut dan harap dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.'' (QS As- Sajadah (32): 16).

0 komentar: