Oleh : William G. Carr
Penterjemah : Musthalah Maufur MA
RAHASIA DI BALIK REVOLUSI PERANCIS
Telah kita soroti berbagai peristiwa, bagaimana sekelompok kecil pemilik modal asing bisa menguasai perekonomian Inggris lewat kaki tangan mereka, sehingga mereka bisa menguasai kerajaan itu hanya dengan modal £ 1.250.000 saja. Mereka tetap mampu bertahan sebagai kelompok terselubung. Selanjutnya kita akan menyoroti masalah keterlibatan mereka secara langsung dalam Revolusi Perancis yang menggemparkan dunia pada tahun 1781, dengan taktik
dan strategi sama seperti pada Revolusi Inggris sebelumnya. Kita juga akan mengungkap keterlibatan mereka dalam revolusi internasional, peperangan dan pergolakan, yang dirasakan oleh ummat manusia sejak tahun 1789, dan mengungkap hakikat kekuatan terselubung yang memasang perangkap dari balik layar.
Rothschild dan Konglomerat Yahudi
The Jewish Encyclopedia memuat sejarah keluarga Rothschild sebagai jutawan semenjak keluarga ini muncul, dan memainkan peran penting dalam sejarah dunia terselubung modern. Pendiri keluarga ini adalah Amschel Moshe Pour, seorang pemilik modal Yahudi kenamaan. Ia pada mulanya hidup mondarmandir antar-kota besar di Eropa Timur dalam urusan bisnis. Kemudian ia menetap di Frankfurt Jerman. Nama Rothschild berasal dari bahasa Jerman.
Roth artinya red (merah) dalam bahasa Inggris. Schild artinya shield (tameng) dalam bahasa Inggris. Jadi Rothschild artinya 'tameng merah', atau dalam bahasa Inggris Red-shield. Ketika Amschel pertama kali membuka usahanya di jalan Bonden Strous Frankfurt, ia memasang semacam lambang berupa tameng berwarna merah di tokonya, sehingga nama Rothschild sejak itu diambil sebagai nama keluarga berketurunan.
Sepeninggal Amschel, putra bungsunya bernama Mayer Amschel meneruskan usaha ayahnya. Sebelumnya sang ayah telah bercita-cita, agar anaknya ini kelak meneruskan usaha ayahnya dalam dunia bisnis, meskipun sang anak bercitacita menjadi pendeta Yahudi. Mayer rupanya berganti haluan sepeninggal ayahnya. Ia bekerja pada Bank Oppenheimer, milik seorang Yahudi. Tidak lama kemudian ia banyak memahami seluk-beluk perbankan, sehingga pemilik
Bank akhirnya berminat untuk menjadikannya sebagai mitra usahanya. Setelah beberapa lama, kemudian ia kembali ke Frankfurt untuk meneruskan usaha mendiang ayahnya. Simbol Rothschild makin terkenal, dan nama Mayer pun mulai dikenal sebagai Rothschild I.
Mayer hidup tahun 1743-1812. Kelima anaknya dididik dengan keras untuk menjadi pengusaha atau bankir yang tangguh, agar suatu saat kelak muncul sebagai konglomerat. Di antara anaknya yang paling berbakat adalah anak bungsunya Nathan, sehingga keluarga Rothschild mengirimnya ke Inggris sejak masih belia, agar kelak bisa menjadi salah seorang pemeran penting dalam bank Inggris. Sedang tujuannya lebih jauh adalah untuk mendirikan lembaga keuangan raksasa bersama dengan ayah dan keempat saudaranya yang tersebar di seluruh Eropa.
Sejak Nathan berada di Inggris sebagai kader konglomerat Yahudi, kelompok pemilik modal internasional melangkah ke babak baru. Mayer yang pada tahun 1773 berusia 30 tahun mengundang tokoh pemilik modal Yahudi ke Frankfurt untuk membicarakan masalah Monopoli Internasional. Dalam pertemuan itu Mayer yang bergelar Rothschild I mengemukakan tentang peran yang dimainkan oleh para pemilik modal Yahudi Internasional dalam Revolusi
Inggris. Ia mengemukakan beberapa kesalahan yang telah dilakukan oleh mereka sebagai berikut :
1) Mereka lamban dalam melaksanakan program yang telah ditetapkan.
Akibatnya tidak bisa menghasilkan apa yang telah ditargetkan, yaitu menguasai Inggris secara menyeluruh.
2) Masih ada beberapa golongan berpengaruh di Inggris yang masih mampu bertahan menghadapi Konspirasi Internasional. Rothschild mengajukan pandangannya tentang langkah-langkah yang masih belum terlaksana, yaitu :
a) Mempercepat pelaksanaan program yang belum terlaksana, dan menyingkirkan golongan oposisi dengan segala cara yang bisa ditempuh.
b) Menguasai sepenuhnya segenap lapisan masyarakat Inggris, dan menentukan nasib mereka lewat jalan kekerasan dan teror mental dan fisik.
Meskipun ada kesalahan yang diamati oleh Mayer, namun itu tidak berarti tujuan Konspirasi Internasional secara umum telah gagal. Tujuan mereka menguasai perekonomian Inggris telah tercapai, dan mereka berhasil pula menarik Inggris ke dalam ketidakstabilan dan kancah peperangan yang berkepanjangan, agar jeratan yang mencekik leher menjadi makin kuat.
Rothschild membeberkan kepada para pemilik modal Yahudi Internasional itu, bahwa keberhasilan mereka atas Inggris bukanlah sesuatu yang besar, dibanding dengan arti Revolusi Perancis yang segera akan berkobar. Para peserta pertemuan merasa puas dengan uraian Rothschild yang realistis itu, sehingga mereka sepakat memperkokoh suatu tujuan dalam merancang Revolusi Perancis dengan rencana matang. Sejak itu mereka sepakat mengumpulkan dana besar-besaran sebagai persiapan untuk membiayai rencana tersebut. Dengan modal keuangan besar-besaran, mereka berharap bisa menciptakan situasi perekonomian Eropa yang menggoncangkan. Khususnya di Perancis, pengangguran melonjak dahsyat, dan bencana kelaparan mendekati ambang pintu. Sementara itu, terompet slogan muluk-muluk ditiupkan dari balik layar oleh kekuatan Konspirasi Yahudi Internasional, sehingga raja Perancis beserta para pejabat dan pihak gereja menjadi sasaran kebencian rakyat yang makin memuncak dari hari ke hari, dengan melontarkan tuduhan keji tanpa landasan rasional terhadap kalangan penguasa. Kehancuran dan kerusuhan pun makin menjadi-jadi.
Setelah Rothschild membeberkan pikirannya secara umum, ia mengeluarkan dokumen tertulis dari beberapa tokoh Yahudi dan membacakannya. Isinya sesuai dengan yang ditemukan oleh penulis buku ini, yaitu :
1) Rothschild menyatakan, suatu kenyataan yang riil adalah, bahwa manusia itu lebih banyak cenderung kepada kejahatan daripada kepada kebaikan. Konsekuensi logisnya, Konspirasi harus bisa mewujudkan cita-citanya, apabila sistem pemerintahan suatu negara berdasarkan pada kekerasan, teror dan petualangan serta pelanggaran hak asasi manusia. Kalau suatu emerintahan berdasarkan pada sistem musyawarah, hukum, peraturan, dan undang-undang, maka akan merupakan penghalang bagi cita-cita kekuatan Konspirasi dalam mewujudkannya. Manusia pada zaman dulu tunduk kepada penguasa, tanpa adanya kritik atau membantah. Kemudian kekuasaan itu berkembang secara bertahap, sampai pada tahap yang disebut undangundang.
Dengan kata lain, undang-undang menurut Rothschild merupakan kekuatan pemuas belaka. Maka dengan demikian, untuk berfilsafat, bahwa undang-undang alam mengajarkan kebenaran adalah kekuatan, atau standar kebenaran hanya bisa diukur dengan kekuatan.
2) Rothschild mengemukakan, yang disebut kebebasan politik (political freedom) pada hakikatnya hanyalah idealisme atau angan-angan yang tidak akan pernah terwujud dalam alam nyata. Setiap langkah kekuasaan politik, jalan yang terbaik adalah memperalat seseorang atau pergerakan, yang secara diam-diam setia kepada Konspirasi untuk mempropagandakan kebebasan politik di tengah-tengah masyarakat umum. Kalau idealisme ini telah termakan oleh publik, mereka akan mudah melepaskan hak-hak dan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah yang sah kepada mereka, demi memperjuangkan idealisme itu. Pada saat itulah pihak Konspirasi bisa segera merebut hak dan fasilitas itu. Tidak ada pengaruh idealisme mengenai kebebasan politik itu bagi Konspirasi selain hal itu hanya merupakan idealisme tanpa kenyataan.
3) Rothschild menandaskan, kekuatan uang selalu bisa mengalahkan kekuatan pemerintah merdeka. Agama merupakan faktor yang bisa menguasai masyarakat pada masa tertentu. Kemudian ikatan agama pada masa-masa berikutnya mulai digulung di berbagai wilayah bumi ini, karena alasan kebebasan. Akan tetapi, orang tidak mengerti bagaimana mereka harus berbuat dengan idealisme kebebasan itu. Yang demikian itu adalah fakta logis bagi kekuatan Konspirasi untuk memperalat idealisme kebebasan, agar menimbulkan perpecahan dalam suatu masyarakat. Bagi kekuatan tidak penting, apakah yang menumbangkan sebuah pemerintah yang sah itu kekuatan dari dalam sendiri atau pun dari luar. Bagaimana pun proses penumbangan itu, yang dibutuhkan adalah uang.
4) Rothschild menambahkan, demi tujuan, segala cara boleh dilakukan.
Kalau penguasa memerintah dengan undang-undang dan nilai moral, berarti ia bukanlah seorang politikus cerdik dalam bermanuver, karena ia merasa terikat oleh norma dan tidak akan bisa mengelabui rakyat, dan tidak bisa sembarangan menindak musuh-musuhnya, kecuali kalau mereka berbuat jahat. Siapa pun yang berminat untuk berkuasa, ia harus bisa yakin meraih kekuasaan itu dengan tipu daya licik, pemerasan dan pemutarbalikan fakta. Sebab, keluhuran budi dalam etika pergaulan masyarakat, seperti jujur, teguh pendirian, komitmen terhadap nilai-nilai moral merupakan kejahatan atau keburukan dalam dunia politik.
5) Rothschild berfilsafat lebih lanjut, bahwa kebenaran baginya adalah kekuatan Konspirasi. Kata "kebenaran" baginya adalah ungkapan yang bersifat fiktif belaka, tanpa memiliki makna sedikit pun. Ia telah menemukan arti kebenaran yang sebenarnya, yaitu bahwa kebenaran itu adalah menyerang dengan kekuatan senjata untuk merobek-robek konsep keadilan dan hukum hingga berkeping-keping. Kemudian orang harus meletakkan lembaga hukum dan norma-norma susila menurut kehendaknya. Maka, orang akan segera menjadi penguasa atas segenap lapisan masyarakat, yang mereka sendiri akan memberikan hak kekuasaan kepada penguasa itu. Hal semacam inilah yang perlu dilakukan di Perancis dengan slogan kebebasan palsu.
6) Rothschild memperingatkan segenap peserta pertemuan, "Suatu keharusan bagi kekuatan kita yang bertujuan menguasai dunia secara ekonomis, harus tetap terjaga kerahasiaannya dari dunia luar. Pada suatu saat kekuatan kita akan sampai pada tingkat, yang tidak ada suatu
kekuatan pun yang berani mencoba menghancurkannya". Rothschild selanjutnya memperingatkan lagi, agar para peserta tetap konsisten dengan program Konspirasi. Setiap penyelewengan atau pembocoran dari garis program yang disusun oleh putra-putra Yahudi berabad-abad lamanya akan berakhir fatal, dan bisa membinasakan orang Yahudi sendiri.
7) Rothschild menandaskan keharusan bagi Konspirasi untuk mengambil simpati khalayak umum, agar mereka bisa dimanfaatkan untuk kepentingan Konspirasi. Masyarakat umum adalah kalangan buta dan tidak berpikir panjang, dan mudah terpengaruh. Mereka senantiasa bisa digerakkan atau digiring atau dituntun oleh pihak lain. Kemudian Rothschild berkata, "Seorang penguasa tidak bisa menguasai massa, atau menggiring mereka menurut kemauannya. Kecuali penguasa itu memerintah sebagai diktator yang sifatnya mutlak. Inilah satu-satunya
jalan yang terbuka untuk membangun kebudayaan yang diinginkannya.
Kalau massa diberikan kebebasan mendapat peluang, maka peluang itu akan segera disalahgunakan untuk menimbulkan kerusuhan."
8) Rothschild menyinggung masalah sarana, bahwa mencapai tujuan harus mengandalkan beberapa hal berikut :
a) Minuman keras.
b) Obat-obat terlarang, kebejatan moral dan seks.
c) Suap dan mencampakkan hati nurani kemanusiaan.
Hal-hal itu dalam segala bentuknya harus dikaji secara serius untuk menghancurkan norma-norma susila masyarakat yang telah dimasuki oleh perkumpulan Konspirasi. Setiap gerakan Konspirasi mengharuskan adanya program training khusus bagi muda-mudi, untuk dicetak
menjadi tenaga akademik, pelayan, pendidik dan profesi lainnya untuk kepentingan Konspirasi. Juga diperlukan wanita-wanita untuk dijadikan pelayan istimewa di tempat-tempat maksiat, pusat hiburan bagi kalangan non-Yahudi (Gentiles). Mereka ini adalah wanita-wanita yang
bersedia melacurkan diri dengan bekerja sama dengan wanita lain.
Konsep yang harus dipakai tidak terbatas hanya pada suap-menyuap, pengkhianatan dan bentuk skandal tertentu, demi kepentingan tujuan terakhir.
9) Pada tahap prinsip politik, Rothschild mengatakan, "Konspirasi punya hak untuk merampas kekayaan siapa saja, kalau hal itu akan berarti memperkokoh kekuasaan atau pun cengkeraman atas orang yang dimaksud. Konspirasi akan menyelusup untuk menyalakan api peperangan yang terselubung. Taktik ini akan membawa hasil lebih besar, lebih aman dan lebih efisien, sehingga rakyat umum akan berada dalam kecemasan, yang akhirnya akan dikuasai oleh kekuasaan Konspirasi secara mutlak".
10) Pembicaraan Rothschild berakhir pada masalah slogan yang harus digemborkan, dengan mengatakan, "Di dunia ini tidak ada tempat bagi yang namanya kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Slogan-slogan itu tidak lebih dari ucapan kosong, yang diperkenalkan oleh kita sendiri, lalu kita letakkan di bibir masyarakat umum agar mereka menggunakan berulang-ulang, persis burung beo. Sesungguhnya sistem pemerintahan yang sekarang di Perancis
adalah berdasarkan aristokrasi keturunan. Kita akan menghancurkan semua itu dengan slogan kosong tersebut di atas. Setelah itu baru kita bangun sebuah pemerintahan di atas puing-puing pemerintahan lama, dengan prinsip aristokrasi baru. Semua di tangan kita."
11) Rothschild mengalihkan pembicaraan tentang pandangannya mengenai perang. Yang pertama harus dilakukan adalah konsep menyulut api peperangan tertentu, setelah lebih dulu mengadakan studi khusus secara konsepsional. Kemudian mengatur bagaimana jalan perundingan damai yang bakal dilakukan. Adapun perang itu sendiri harus menyeret negara
tetangga, sehingga bisa ikut terperangkap ke dalam krisis hutang, yang pada akhirnya Konspirasi akan merupakan pihak yang paling beruntung.
12) Rothschild tidak lupa berbicara tentang pemerintahan suatu negara. Ia menjelaskan mengenai keharusan menguasai pemilihan umum dan aturan permainan kementerian, dan jalan yang menuju ke sana dengan menggunakan jaringan para kaki tangan Konspirasi, dan slogan-slogan besar tentang idealisme kebebasan untuk menimbulkan kekacauan dan pembangkangan atas dukungan dana dari Konspirasi Internasional. Lebih lanjut Rothschild menerangkan peran yang bakal dimainkan oleh tokoh-tokoh yang berhasil menduduki posisi penting atas dukungan
Konspirasi. Ia mengatakan, "Mereka akan mengabdi untuk kepentingan kita dan menuruti instruksi kita. Dengan kata lain, mereka akan selalu siap berperan sebagai pion-pion di kotak catur. Sedang tangan penggeraknya adalah kita".
13) Rothschild bersama forum membicarakan propaganda, setelah ia lebih dulu berhasil mengemukakan pandangannya mengenai hal ini, dan memperingatkan adanya keharusan untuk menguasai media massa, agar mereka bisa mengelabui khalayak umum, di samping sebagai sarana efektif untuk menimbulkan gejolak massa. Rothschild berkata, "Kita akan menggunakan senjata emas untuk menguasai media massa. Kalau kita mengandalkan selain senjata uang, tidak jarang kita harus menyeberangi lautan darah dan air mata para mangsa untuk menuju cita-cita. Perlu diingat, bahwa satu orang Yahudi yang menjadi mangsa sama dengan 1000 gentiles sebagai balasannya."
14) Rothschild melanjutkan pembicaraannya lagi, dan kali ini mengenai organisasi yang berada di bawah Konspirasi. Organisasi itu perlu ditampilkan secara terbuka, setelah kondisi rakyat hancur sampai tingkat terendah, yaitu ketika kecemasan, ketakutan dan kekacauan
menguasai fenomena kehidupan mereka. Setelah tiba saatnya untuk mengembalikan sebuah regim yang bisa meyakinkan rakyat, bahwa pihak yang bertanggungjawab atas malapetaka yang menimpa mereka adalah sekelompok penjahat dan pengacau yang tidak bertanggungjawab. Kemudian dimulai langkah baru bagi regim itu untuk menindak apa yang disebut kaum pengacau dan pengkhianat tadi, untuk lebih meyakinkan rakyat, bahwa regim baru itu bertindak sebagai pelindung undang-undang atau pahlawan di mata rakyat.
Padahal, yang kita tuju sebenarnya adalah kekuasaan mutlak, lewat para pahlawan sulapan tersebut untuk membalas dendam kepada gentiles.
15) Pembicaraan Rothschild beralih pada masalah lainnya dengan mengatakan, "Krisis ekonomi dan masalah kecemasan umum, yang diakibatkan oleh rancangan Konspirasi akan melahirkan hak baru, yaitu hak pemilik modal dalam kekuasaan, dan kekuasaan itu akan menjadi
warisan berketurunan." Seterusnya Rothschild menerangkan, bagaimana kekuatan Konspirasi menguasai dan menggerakan massa, yang pada akhirnya mampu mengatasi pihak yang berani menghalangi kekuatan Konspirasi yang tersembunyi di balik mereka sendiri mendongkel mangsa yang telah diincarnya.
16) Konspirasi melakukan penyusupan ke dalam jantung Free Masonry yang ada di Eropa, agar bisa memantau sejauh mana efektivitas organisasi tersebut dalam perannya sebagai pengabdi kekuatan Konspirasi. Rothschild menyinggung perlunya Konspirasi mendirikan organisasi sejenis Free Masonry lain The Grand Eastern Lodges yang dikelola langsung oleh Konspirasi, yang kemudian diberi nama The Blue Masonry. Rothschild selanjutnya menyinggung anggota yang tergabung dalam The Blue Masonry akan ditatar dan dididik secara khusus, agar
mereka bisa berperan sebagai propagandis atheis materialistis di tengahtengah masyarakat Gentiles.
17) Rothschild makin bersemangat untuk terus berbicara, mengungkapkan pikiran-pikirannya. Ia mengetengahkan masalah penting dari rancangan Konspirasi, yaitu tentang kegagalan rakyat Gentiles terus-menerus. Hal ini memerlukan ungkapan halus dan slogan yang menggiurkan untuk mengelabui massa. Kemudian dilanjutkan dengan kata-katanya, "Kita memiliki kepastian untuk mengingkari janji dan slogan yang indah itu, sehingga berubah menjadi sekedar kata-kata indah yang tak berarti. Kita akan membakar semangat publik umum hingga tingkat histeris, dengan menggunakan janji-janji kosong dan taktik pemutarbalikan fakta . Saat itu kita akan menggiring publik Gentiles itu agar berbuat nekad menghancurkan segala sesuatu, sampai pun aturan hukum dan agama. Dengan demikian, kita mudah menghapus nama Tuhan dan tata susila dari kehidupan."
18) Ditandaskan oleh Rothschild tentang rancangan pembangkangan bersenjata, dan pentingnya perang jalanan. Ia menekankan perlunya tindak kekerasan yang akan menimbulkan kepanikan publik, sehingga terbuka jalan bagi Konspirasi untuk mengail ikan di air keruh.
19) Dalam bidang diplomasi Rothschild mengemukakan, bahwa setelah perang usai dibutuhkan kegiatan diplomatik diam-diam. Sebab, kegiatan ini merupakan peluang emas bagi agen-agen Konspirasi untuk menguak informasi penting mengenai politik, ekonomi dan keuangan, dengan
kedok sebagai penasehat yang tampak pada arena nasional maupun internasional, sehingga memungkinkan Konspirasi menancapkan kuku kekuasaannya dari balik tabir, tanpa ada ancaman yang membahayakan dari pandangan umum.
20) Untuk bisa menundukkan dunia, lebih dulu diperlukan adanya monopoli kegiatan ekonomi raksasa dengan seluruh modal yang dimiliki oleh Konspirasi, sampai tidak ada kekuatan nasional Gentiles mana pun yang menandinginya. Kalau monopoli Konspirasi itu digunakan untuk memukul suatu pemerintahan, pasti akan timbul krisis ekonomi dan politik , dan kas nasional negara itu akan tergulung ke dalam lipatan monopoli Konspirasi. Rothschild lebih lanjut berkata,
"Kita semua adalah pakar ekonomi dan keuangan. Maka kita akan tahu hasil apa yang akan kita capai, kalau konsep itu kita laksanakan."
21) Strategi perang yang dirancang untuk menguasai kekayaan alam Gentiles telah disepakati oleh forum. Mereka merumuskan strategi lewat pengenaan pajak tinggi melalui organisasi atau regim yang berkuasa.
Maka akan lahirlah kondisi yang menimbulkan persaingan ketat dalam bidang ekonomi nasional. Akibatnya kehidupan ekonomi Gentiles akan mengalami kepincangan, dan perkembangan ekonomi serta investasi nasional akan menurun drastis. Adapun dalam arena internasional,
Konspirasi akan mencekik leher negara-negara yang diincar sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya akan terkucil dari pasaran internasional.
Kemudian Konspirasi akan menguasai kebutuhan pokok rakyatnya untuk menuju jalan terbukanya kekacauan di kalangan pekerja dan rakyat kelas bawah.
22) Forum selanjutnya menyepakati gagasan tentang keharusan menyalakan api peperangan antar-bangsa Gentiles, dengan menggunakan senjata paling mematikan yang bisa diproduksi, sehingga bagi bangsa-bangsa itu yang tertinggal hanya kaum fakir miskin yang tidak berdaya
menghadapi kekuatan Konspirasi.
23) Suatu pemerintahan terselubung akan muncul, setelah Konspirasi berhasil melaksanakan program yang telah ditetapkan.
24) Untuk menguasai unsur pemuda, Konspirasi harus menyelusup ke dalam setiap lapisan masyarakat, termasuk kalangan pemerintah.
Konspirasi harus tetap memegang program dan rancangan yang telah digariskan untuk memperdaya kaum muda di berbagai tempat, dan merusak mereka secara sistematis dengan menyebarluaskan dekadensi moral dan faham yang menyesatkan, serta memerangi ajaran agama.
25) Dan terakhir mengenai undang-undang. Dalam hal ini Konspirasi tidak akan mengganggu undang-undang yang ada di suatu negara, tapi berusaha untuk menyalahgunakan, sehingga pada akhirnya akan menghancurkan kebudayaan kaum Gentiles itu sendiri.
Sampai pada butir 25 itu, dokumen yang ada pada penulis secara umum menjelaskan tentang program asli bagi Konspirasi Internasional. Dokumen tersebut juga menjelaskan tempat dilakukannya pertemuan, yaitu jalan Bonden Strous, Frankfurt Jerman. Dokumen-dokumen penting serupa itu pernah jatuh ke tangan profesor Niloss dari Rusia tahun 1901, yang kemudian dibukukan dan diterbitkan pada tahun 1905 dengan judul Bahaya Yahudi. Setelah diadakan perbandingan antara dokumen yang ada di tangan penulis dan dokumen yang ada di tangan profesor Niloss itu, ternyata keduanya sama.
Bedanya hanya sedikit, yaitu bahwa dokumen yang ada di tangan Niloss punya lampiran tentang informasi tambahan mengenai penyusupan Konspirasi lewat faham atau teori baru, seperti teori Darwinisme (Biological Evolution), dan ideologi atheis materialisme, seperti Marxisme. Tambahan ini memang wajar, selaras dengan perkembangan zaman.
Program terpenting yang terkandung dalam dokumen yang ada pada profesor Niloss adalah sebuah informasi yang membuka kedok dan senjata baru bagi Konspirasi modern, yang disebut ZIONISME. Zionisme ini relatif masih berusia muda, dan belum sampai pada tingkatan matang, karena Zionisme baru lahir pada tahun 1897.
Peringatan profesor Niloss tentang bahaya Yahudi pada mulanya tidak banyak menarik perhatian, kecuali setelah beberapa tahun kemudian, yaitu ketika terbongkarnya skandal rahasia di Inggris, yang mengakibatkan raja Inggris Edward terpaksa turun tahta. Buku Bahaya Yahudi telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Victor Marsedan pada tahun 1921 dengan judul Protocols of Learned Elderly of Zion. Dan arti kata Protocol sendiri adalah
keputusan atau prinsip atau berarti landasan. Demikian populernya, buku itu kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Baik dokumen yang ada pada penulis buku ini, ataupun yang ada pada profesor Niloss, dan ada pada buku Protocols of Zion menunjukkan adanya kesamaan secara umum. Perbedaannya hanya terletak pada masalah informasi tambahan, seperti telah kita sebut terdahulu. Hal itu terjadi karena adanya perkembangan yang terjadi pada masa-masa berikutnya. Perbedaan kedua terletak pada judul yang diberikan oleh Victor Marsedan. Istilah 'Protocols' sebenarnya sudah muncul ketika Rothschild mengadakan pertemuan rahasia, yang menghasilkan rancangan program Konspirasi, seperti telah kita beberkan di muka.
0 komentar:
Posting Komentar