Kehidupan Jin

A. Pengertian tentang Jin

Secara bahasa (bahasa Arab) berasal dari kata: جَنَّ - يَجُنُّ - جِنٌّyang berarti = tersembunyi.
Secara istilah (menurut Al-Qur’an) = jin adalah salah satu makhluk Allah yang tercipta dari api berada di alam ghaib yang berkewajiban untuk beribadah kepada-Nya.



وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ اْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ. (51 : 56)

“Dan Aku (Allah SWT) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz-Dzaariyaat [51] : 56)

وَ الْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَّارِ السَّمُوْمِ. (15 : 27)

“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS Al-Hijr [15] : 27)

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَ قَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُـمْ. (7 : 27)

“… Sesungguhnya ia (iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka…” (QS Al-A’raaf [7] : 27)

B. Materi Penciptaan Jin

Jin diciptakan dari bara api.

وَ خَلَقَ الْجَآنَّ مِنْ مَّارِجٍ مِنْ نَّـارٍ. (55 : 15)

“Dan Dia (Allah SWT) menciptakan jin dari nyala api.” (QS Ar-Rahmaan [55] : 15)

وَ الْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَّارِ السَّمُـوْمِ. (15 : 27)

“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS Al-Hijr [15] : 27)

C. Sosok Jin

Bentuk tubuh jin merupakan perkara ghaib yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia, kecuali para Rasul yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk melihat hal-hal ghaib (seperti sosok jin, dll). Allah berfirman:

وَ عِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ … (6 : 59)

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri…” (QS Al-An’aam [6] : 59)

قُلْ لاَّ يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ … (27 : 65)

“Katakanlah,”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah…” (QS An-Naml [27] : 65)

Bukti bahwa sosok jin tidak dapat dilihat oleh manusia dengan jelas difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَ قَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُـمْ. (7 : 27)

“… Sesungguhnya ia (iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka…” (QS Al-A’raaf [7] : 27)

D. Kawin dengan Jin

Islam tidak mensyariatkan adanya perkawinan antara jin dan manusia. Dengan demikian apabila ada manusia yang meyakini keberadaannya, tentu saja hal ini hanyalah sebuah rekayasa setan dari jenis jin yang sengaja mempengaruhi (pikiran) manusia seakan-akan ia melakukan perkawinan dengan jin.
Dalam hal ini setan dapat membuat pikiran manusia terbawa oleh daya khayalnya sehingga merasa yakin khayalannya itu menjadi kenyataan.
Allah Memberitahu hal ini dalam firman-Nya:

وَّ َلأُضِلَّنَّهُمْ وَ َلأُمَنِّيَنَّهُمْ وَ َلأَامُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ أَاذَانَ اْلأَنْعَامِ وَ َلأَامُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللهِ … (4 : 119)

“Dan aku (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar merubahnya, …” (QS An-Nisaa’ [4] : 119)

… وَ مَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلاَّ غُرُوْرًا. (4 : 120)

“… padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain tipuan belaka.” (QS An-Nisaa’ [4] : 120)

Agama Islam secara tegas melarang perkawinan antara manusia dengan jin, ini terbukti dengan firman Allah SWT berikut:

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا … (30 : 21)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, …” (QS Ar-Ruum [30] : 21)

Maka manusia hanya boleh kawin dengan manusia, dan jin kawin dengan jenisnya sendiri yaitu jin.

E. Nenek Moyang Jin

Nenek moyang mereka adalah al-jan (bentuk jamak dari jin), karena jin yang pertama diciptakan oleh Allah lebih dari satu, bahkan ada riwayat yang menyatakan bahwa jin yang diciptakan pertama kali berjumlah 9 dan malaikat berjumlah 99. Dalil mengenai nenek moyang jin terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

وَ الْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَّارِ السَّمُوْمِ. (15 : 27)

“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS Al-Hijr [15] : 27)

وَ خَلَقَ الْجَآنَّ مِنْ مَّارِجٍ مِنْ نَّـارٍ. (55 : 15)

“Dan Dia (Allah SWT) menciptakan jin dari nyala api.” (QS Ar-Rahmaan [55] : 15)

F. Kemampuan Jin Masuk ke Tubuh Manusia

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut:
الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَـسِّ …(2 : 275)
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila…” (QS Al-Baqarah [2] : 275)

Juga, sesuai dengan hadits Nabi saw berikut:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ اْلإِنْسَانِ مَجْرَى الـدَّمِ. (رواه بخارى)

“Sesungguhnya setan masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah.” (HR Bukhari)

Berdasarkan firman Allah SWT dan hadits Rasulullah saw tersebut secara jelas disampaikan bahwa setan dari golongan jin bisa masuk/ merasuk ke dalam tubuh manusia.
Adapun penyebab masuknya setan ke tubuh manusia itu disebabkan adanya kelemahan pada diri manusia itu sendiri, antara lain karena:
• Lemah iman/ lemah aqidah;
• Lemah mental;
• Kelemahan fisik.

G. Berhubungan dengan Jin

Dalam kehidupan ini manusia hanya mengenal dua hubungan, yaitu hablum-minallaah (hubungan dengan Allah) dan hablum-minan-naas (hubungan dengan manusia), dan sama sekali tidak mengenal hablum-minal-jinn (berhubungan dengan jin). Ini berarti bahwa manusia dilarang oleh Allah SWT untuk melakukan hubungan apapun dengan jin. Manusia tidak akan memperoleh keuntungan apapun dari hubungan itu.

وَ أَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًـا. (72 : 6)

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS Al-Jin [72] : 6)

Bagi manusia yang mengambil ibroh (pelajaran) dari kisah Nabi Sulaiman as untuk berhubungan dengan jin akan bertentangan dengan firman-Nya:

لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَ قَدْ خَلَتْ سُنَّةُ اْلأَوَّلِيْـنَ. (15 : 13)

“Mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan sesungguhnya telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang dahulu.” (QS Al-Hijr [15] : 13)

لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوْهُ فَلاَ يُنَازِعُنَّكَ فِى اْلأَمْـرِ … (22 : 67)

“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu (Muhammad saw) dalam urusan (syariat) ini…” (QS Al-Hajj [22] : 67)

0 komentar: