Mekah (3)

Oleh : Muhammad Husain Haekal

Seperti ayahnya, Abd'd-Dar juga telah memegang pimpinan Ka'bahdan kemudian diteruskan oleh anak-anaknya. Akan tetapianak-anak Abd Manaf sebenarnya mempunyai kedudukan yang lebihbaik dan terpandang juga di kalangan masyarakatnya. Olehkarena itu, anak-anak Abd Manaf, yaitu Hasyim, Abd Syams,Muttalib dan Naufal sepakat akan mengambil pimpinan yang adadi tangan sepupu-sepupu mereka itu. Tetapi pihak Quraisyberselisih pendapat: yang satu membela satu golongan yang lainmembela golongan yang lain lagi. Keluarga Abd Manaf mengadakan Perjanjian Mutayyabun denganmemasukkan tangan mereka ke dalam tib, (yaitu bahanwangi-wangian) yang dibawa ke dalam Ka'bah. Mereka bersumpahtakkan melanggar janji. Demikian juga pihak Keluarga Abd,d-Darmengadakan pula Perjanjian Ahlaf: Antara kedua golongan ituhampir saja pecah perang yang akan memusnakan Quraisy, kalautidak cepat-cepat diadakan perdamaian.

Keluarga Abd Manafdiberi bagian mengurus persoalan air dan makanan, sedangkankunci, panji dan pimpinan rapat di tangan Keluarga Abd'd-Dar.Kedua belah pihak setuju, dan keadaan itu berjalan tetapdemikian, sampai pada waktu datangnya Islam. Hasyim termasuk pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan.Dialah yang memegang urusan air dan makanan. Dia mengajakmasyarakatnya seperti yang dilakukan oleh Qushayy kakeknya,yaitu supaya masing-masing menafkahkan hartanya untuk memberimakanan kepada pengunjung pada musim ziarah. PengunjungBaitullah, tamu Tuhan inilah yang paling berhak mendapatpenghormatan. Kenyataannya memang para tamu itu diberi makansampai mereka pulang kembali.

Peranan yang dipegang Hasyim tidak hanya itu saja, bahkanjasanya sampai ke seluruh Mekah. Pernah terjadi musim tandus,dia datang membawakan persediaan makanan, sehingga kembalipenduduk itu menghadapi hidupnya dengan wajah berseri. Hasyimjugalah yang membuat ketentuan perjalanan musim, musim dingindan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, danperjalanan musim panas ke Suria.

Dengan adanya semua kenyataan ini keadaan Mekah jadiberkembang dan mempunyai kedudukan penting di seluruh jazirah,sehingga ia dianggap sebagai ibukota yang sudah diakui. Denganperkembangan serupa itu tidak ragu-ragu lagi anak-anak AbdManaf membuat perjanjian perdamaian dengantetangga-tetangganya. Hasyim sendiri membuat perjanjiansebagai tetangga baik dan bersahabat dengan Imperium Rumawidan dengan penguasa Ghassan. Pihak Rumawi mengijinkanorang-orang Quraisy memasuki Suria dengan aman. Demikian jugaAbd Syams membuat pula perjanjian dagang dengan Najasyi(Negus). Selanjutnya Naufal dan Muttalib juga membuatpersetujuan dengan Persia dan perjanjian dagang dengan pihakHimyar di Yaman.

Mekah sekarang bertambah kuat dan bertambah makmur. Demikianpandainya penduduk kota itu dalam perdagangan sehingga tak adapihak lain yang semasa yang dapat menyainginya. Rombongankafilah datang ke tempat itu dari segenap penjuru danberangkat lagi pada musim dingin dan musim panas. Di sekitartempat itu didirikan pasar-pasar guna menjalankan perdaganganitu. Itu pula sebabnya mereka jadi cekatan sekali dalamutang-piutang dan riba serta segala sesuatu yang berhubungandengan perdagangan. Tak ada yang teringat akan menyaingiHasyim yang kini sudah makin lanjut usianya itu dalamkedudukannya sebagai penguasa Mekah. Hanya kemudian terbayangoleh Umayya anak Abd Syams -sepupunya - bahwa sudah tibamasanya kini ia akan bersaing. Tetapi dia tidak berdaya, dankedudukan itu tetap dipegang Hasyim. Sementara itu Umayyatelah meninggalkan Mekah dan selama sepuluh tahun tinggal diSuria.

Pada suatu ketika dalam perjalanan pulang dari Suria, ketikaHasyim melalui Jathrib dilihatnya seorang wanita baik-baik danterpandang, muncul di tengah-tengah orang yang sedangmengadakan perdagangan dengan dia. Wanita itu ialah Salma anak'Amr dari kabilah Khazraj. Hasyim merasa tertarik.Ditanyakannya, adakah ia sedang dalam ikatan dengan laki-lakilain? Setelah diketahui bahwa dia seorang janda dan tidak maukawin lagi kecuali bila ia memegang kebebasan sendiri, Hasyimlalu melamarnya. Dan wanita itupun menerima, karena diamengetahui kedudukan Hasyim di tengah-tengah masyarakatnya.

Beberapa waktu lamanya ia tinggal di Mekah dengan suaminya.Kemudian ia kembali ke Jathrib. Di kota ini ia melahirkanseorang anak yang diberi nama Syaiba. Beberapa tahun kemudian dalam suatu perjalanan musim panas keGhazza (Gaza). Hasyim meninggal dunia. Kedudukannya digantikanoleh adiknya, Muttalib. Sebenarnya Muttalib ini masih adik AbdSyams. Tetapi dia sangat dihormati oleh masyarakatnya. Karenasikapnya yang suka menenggang dan murah hati oleh Quraisy iadijuluki Al-Faidz', ("Yang melimpah"). Dengan keadaan Muttalibyang demikian itu di tengah-tengah masyarakatnya, sudah tentusegalanya akan berjalan tenteram sebagaimana mestinya.

Pada suatu hari terpikir oleh Muttalib akan kemenakannya, anakHasyim itu. Ia pergi ke Jathrib. Dan karena anak itu sudahbesar, dimintanya kepada Salma supaya anaknya itu diserahkankepadanya. Oleh Muttalib dibawanya pemuda itu ke atas untanyadan dengan begitu ia memasuki Mekah. Orang-orang Quraisymenduga bahwa yang dibawa itu budaknya. Oleh karena itu merekalalu memanggilnya: Abd'l Muttalib (Budak Muttalib). "Hai,"kata Muttalib. "Dia kemenakanku anak Hasyim yang kubawa dariJathrib." Tetapi sebutan itu sudah melekat pada pemudatersebut. Orang sudah memanggilnya demikian dan nama Syaibayang diberikan ketika dilahirkan sudah dilupakan orang.

Pada mulanya Muttalib ingin sekali mengembalikan harta Hasyimuntuk kemenakannya. Tetapi Naufal menolak, lalu menguasainya.Sesudah Abd'l-Muttalib mempunyai kekuatan ia meminta bantuankepada saudara-saudara ibunya di Jathrib terhadap tindakansaudara ayahnya itu dengan maksud supaya miliknya dikembalikankepadanya. Untuk memberikan bantuan itu pihak Khazraj diJathrib mengirimkan delapan puluh orang pasukan perang. Dengandemikian Naufal terpaksa mengembalikan harta itu.

Sekarang Abd'l-Muttalib sudah menempati kedudukan Hasyim.Sesudah pamannya Muttalib, dialah yang mengurus pembagian airdan persediaan makanan. Dalam mengurus dua jabatan initerutama urusan air - ia menemui kesulitan yang tidak sedikit.Sampai saat itu anaknya hanyalah seorang, yaitu Harith. Sedangpersediaan air untuk tamu - sejak terserapnya sumur Zamzamdidatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-pencar sekitarMekah, yang kemudian diletakkan di sebuah kolam di dekatKa'bah. Anak yang banyak itu akan merupakan bantuan besar danmemudahkan pekerjaan serupa ini serta pengawasannya sekaligus.Sebaliknya, kalau Abd'l-Muttalib harus memikul jabatanpenyediaan air dan makanan sedang anak hanya Harithsatu-satunya, tentu hal ini akan terasa berat sekali. Inijugalah yang lama menjadi pikiran.

Orang-orang Arab masih selalu ingat kepada sumur Zamzam yangtelah dicetuskan oleh Mudzadz bin Amr beberapa abad yang lalu.Menjadi harapan mereka selalu andaikata sumur itu masih tetapada. Dan sesuai dengan kedudukannya Abd'l-Muttalib pun tentulebih banyak lagi memikirkan dam mengharapkan hal itu.Demikian kerasnya keinginan itu hingga terbawa dalam tidurnyaseolah ada suara gaib menyuruhnya menggali kembali sumur yangpernah menyembur di kaki Ismail neneknya dulu itu. Demikianmendesaknya suara itu dengan menunjukkan sekali letak sumuritu. Dan diapun memang gigih sekali ingin mencari letak Zamzamtersebut, sampai achirnya diketemukannya juga, yaitu terletakantara dua patung: Isaf dan Na'ila.

Ia terus mengadakan penggalian, dibantu oleh anaknya, Harith.Waktu itu tiba-tiba air membersit dan dua pangkal pelana emasdan pedang Mudzadz mulai tampak. Sementara itu orang-oranglalu mau mencampuri Abd'l-Muttalib dalam urusan sumur ituserta apa yang terdapat di dalamnya. Akan tetapiAbd'l-Muttalib berkata: "Tidak! Tetapi marilah kita mengadakan pembagian, antara akudengan kamu sekalian. Kita mengadu nasib dengan permainanqid-h (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat akudan dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, ia mendapatbagian, kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa."

Usul ini disetujui. Lalu anak-anak panah itu diberikan kepadajuru qid-h yang biasa melakukan itu di tempat Hubal ditengah-tengah Ka'bah. Anak panah Quraisy ternyata tidakkeluar. Sekarang pedang-pedang itu buat Abd'l-Muttalib dan duabuah pangkal pelana emas buat Ka'bah. Pedang-pedang itu olehAbd'l-Muttalib dipasang di pintu Ka'bah, sedang kedua pelanaemas dijadikan perhiasan dalam Rumah Suci itu. Abd'l Muttalibmeneruskan tugasnya mengurus air untuk keperluan tamu, sesudahsumur Zamzam dapat berjalan lancar.

Karena tidak banyak anak, Abd'l-Muttalib di tengah-tengahmasyarakatnya sendiri itu merasa kekurangan tenaga yang akandapat membantunya. Ia bernadar; kalau sampai beroleh sepuluhanak laki-laki kemudian sesudah besar-besar tidak beroleh anaklagi seperti ketika ia menggali sumur Zamzam dulu, salahseorang di antaranya akan disembelih di Ka'bah sebagai kurbanuntuk Tuhan. Tepat juga anaknya yang laki-laki akhirnyamencapai sepuluh orang dan takdirpun menentukan pula sesudahitu tidak beroleh anak lagi.

Dipanggilnya semua anak-anaknya dengan maksud supaya dapatmemenuhi nadarnya. Semua patuh. Sebagai konsekwensikepatuhannya itu setiap anak menuliskan namanya masing-masingdi atas qid-h (anak panah). Kemudian semua itu diambilnya olehAbd'l-Muttalib dan dibawanya kepada juru qid-h di tempatberhala Hubal di tengah-tengah Ka'bah. Apabila sedang menghadapi kebingungan yang luarbiasa,orang-orang Arab masa itu lalu minta pertolongan juru qid-hsupaya memintakan kepada Maha Dewa Patung itu dengan jalan(mengadu nasib) melalui qid-h. Abdullah bin Abd'l-Muttalibadalah anaknya yang bungsu dan yang sangat dicintai. Setelah juru qid-h mengocok anak panah yang sudah dicantuminama-nama semua anak-anak yang akan menjadi pilihan dewa Hubaluntuk kemudian disembelih oleh sang ayah, maka yang keluaradalah nama Abdullah. Dituntunnya anak muda itu olehAbd'l-Muttalib dan dibawanya untuk disembelih ditempat yangbiasa orang-orang Arab melakukan itu di dekat Zamzam yangterletak antara berhala Isaf dengan Na'ila. Tetapi saat itu juga orang-orang Quraisy serentak sepakatmelarangnya supaya jangan berbuat, dan atas pembatalan itusupaya memohon ampun kepada Hubal.

Sekalipun mereka begitumendesak, namun Abd'l-Muttalib masih ragu-ragu juga.Ditanyakannya kepada mereka apa yang harus diperbuat supayasang berhala itu berkenan. Mughira bin Abdullah dari sukuMakhzum berkata: "Kalau penebusannya dapat dilakukan denganharta kita, kita tebuslah." Setelah antara mereka diadakan perundingan, mereka sepakatakan pergi menemui seorang dukun di Jathrib yang sudah biasamemberikan pendapat dalam hal semacam ini. Dalam pertemuanmereka dengan dukun wanita itu kepada mereka dimintanya supayamenangguhkan sampai besok. "Berapa tebusan yang ada pada kalian?" tanya sang dukun. "Sepuluh ekor unta." "Kembalilah ke negeri kamu sekalian," kata dukun itu."Sediakanlah tebusan sepuluh ekor unta. Kemudian keduanya itudiundi dengan anak panah. Kalau yang keluar itu atas nama anakkamu, ditambahlah jumlah unta itu sampai dewa berkenan." Merekapun menyetujui. Setelah yang demikian ini dilakukan ternyata anak panah itukeluar atas nama Abdullah juga. Ditambahnya jumlah unta itusampai mencapai jumlah seratus ekor. Ketika itulah anak panahkeluar atas nama unta itu. Sementara itu orang-orang Quraisyberkata kepada Abd'l-Muttalib - yang sedang berdoa kepadatuhannya: "Tuhan sudah berkenan." "Tidak," kata Abd'l-Muttalib. "Harus kulakukan sampai tigakali." Tetapi sampai tiga kali dikocok anak panah itupun tetapkeluar atas nama unta itu juga. Barulah Abd'l-Muttalib merasapuas setelah ternyata sang dewa berkenan. Disembelihnya untaitu dan dibiarkannya begitu tanpa dijamah manusia ataubinatang.

Dengan begitu itulah buku-buku biografi melukiskan.Digambarkannya beberapa macam adat-istiadat orang Arab,kepercayaan serta cara-cara mereka melakukan upacarakepercayaan itu. Hal ini menunjukkan sekaligus betapa mulianyakedudukan Mekah dengan Rumah Sucinya itu di tengah-tengahtanah Arab. At-Tabari menceritakan - sehubungan dengan kisahpenebusan ini - bahwa pernah ada seorang wanita Islam bernadarbahwa bila maksudnya terlaksana dalam melakukan sesuatu, iaakan menyembelih anaknya. Ternyata kemudian maksudnyaterkabul. Ia pergi kepada Abdullah bin Umar. Orang ini tidakmemberikan pendapat. Kemudian ia pergi kepada Abdullah binAbbas yang ternyata memberikan fatwa supaya ia menyembelihseratus ekor unta, seperti halnya dengan penebusan Abdullahanak Abd'l-Muttalib. Tetapi Marwan - penguasa Medinah ketikaitu - merasa heran sekali setelah mengetahui hal itu. "Nadartidak berlaku dalam suatu perbuatan dosa," katanya.

Kedudukan Mekah dengan status Rumah Sucinya itu menyebabkanbeberapa daerah lain yang jauh-jauh juga membuat rumah-rumahibadat sendiri-sendiri, dengan maksud mengalihkan perhatianorang dari Mekah dan Rumah Sucinya. Di Hira pihak Ghassanmendirikan rumah suci, Abraha al-Asyram membangun rumah sucidi Yaman. Tetapi bagi orang Arab itu tak dapat menggantikanRumah Suci yang di Mekah, juga tak dapat memalingkan merekadari Kota Suci itu. Bahkan sampai demikian rupa Abrahamenghiasi rumah sucinya yang di Yaman, dengan membawaperlengkapan yang paling mewah yang kira-kira akan menarikorang-orang Arab - bahkan orang-orang Mekah sendiri - ketempat itu. Akan tetapi setelah ternyata bahwa tujuan orang-orang Arab ituhanya Rumah Purba itu juga, dan orang-orang Yaman sendiripunmeninggalkan rumah yang dibangunnya itu serta menganggapziarah mereka tidak sah kalau tidak ke Mekah, maka sekarangtak ada jalan lain bagi penguasa Negus itu kecuali ia harusmenghancurkan rumah Ibrahim dan Ismail itu. Dengan pasukanyang besar didatangkan dari Abisinia dia sudah mempersiapkanperang dan dia sendiri di depan sekali di atas seekor gajahbesar.

Tatkala pihak Arab mendengar hal itu, besar sekalikekuatirannya akan akibat yang mungkin ditimbulkan karenanya.Suatu hal yang luarbiasa bagi mereka, kedatangan seoranglaki-laki Abisinia akan menghancurkan rumah suci mereka dantempat berhala-berhala mereka. Seorang laki-laki bernamaDhu-Nafar - salah seorang bangsawan dan terpandang di Yaman -tampil ke depan mengerahkan masyarakatnya dan orang Arablainnya yang bersedia berjuang melawan Abraha serta maksudnyayang hendak menghancurkan Baitullah. Tetapi dia tak dapatmenghalangi Abraha. Malah dia sendiri terpukul dan menjaditawanan. Nasib yang demikian itu juga yang menimpa Nufail binHabib al-Khath'ami ketika ia mengerahkan masyarakatnya darikabilah Syahran dan Nahis, malah dia sendiri yang tertawan,yang kemudian menjadi anggota pasukannya dan menjadi penunjukjalan. Ketika Abraha sampai di Ta'if penduduk tempat itumengatakan, bahwa rumah suci mereka bukanlah rumah suci yangdimaksudkan Abraha. Itu adalah rumah Lat. Kemudian ia diantaroleh orang-orang yang bersedia menunjukkan jalan ke Mekah.

Bila Abraha sudah mendekati Mekah dikirimnya pasukan berkudasebagai kurir. Dari Tihama mereka dapat membawa harta bendaQuraisy dan yang lain-lain, di antaranya seratus ekor untakepunyaan Abd'l-Muttalib bin Hasyim. Pada mulanya orang-orangQuraisy bermaksud mengadakan perlawanan. Tapi kemudianberpendapat, bahwa mereka takkan mampu. Sementara itu Abrahasudah mengirimkan salah seorang pengikutnya sebagai utusanbernama Hunata dan Himyar untuk menemui pemimpin Mekah. Iadiantar menghadap Abd'l-Muttalib bin Hasyim, dan kepadanya iamenyampaikan pesan Abraha, bahwa kedatangannya bukan akanberperang melainkan akan menghancurkan Baitullah. Kalau Mekahtidak mengadakan perlawanan tidak perlu ada pertumpahan darah.

Begitu Abd'l-Muttalib mendengar, bahwa mereka tidak bermaksudberperang, ia pergi ke markas pasukan Abraha bersama Hunata,bersama anak-anaknya dan beberapa pemuka Mekah lainnya.Kedatangan delegasi Abd'l-Muttalib ini disambut baik olehAbraha, dengan menjanjikan akan mengembalikan untaAbd'l-Muttalib. Akan tetapi segala pembicaraan mengenai Ka'bahserta supaya menarik kembali maksudnya yang hendakmenghancurkan tempat suci itu ditolaknya belaka. Juga tawarandelegasi Mekah yang akan mengalah sampai sepertiga hartaTihama baginya, ditolak. Abd'l-Muttalib dan rombongan kembalike Mekah. Dinasehatkannya supaya orang meninggalkan tempat itudan pergi ke lereng-lereng bukit, menghindari Abraha danpasukannya yang akan memasuki kota suci dan menghancurkanRumah Purba itu.

0 komentar: