Dari Pembatalan Piagam Sampai Isra' (1)

Oleh : Muhammad Husain Haekal

Selama tiga tahun berturut-turut piagam yang dibuat pihakQuraisy untuk memboikot Muhammad dan mengepung Muslimin itutetap berlaku. Dalam pada itu Muhammad dan keluarga sertasahabat-sahabatnya sudah mengungsi ke celah-celah gunung diluar kota Mekah, dengan mengalami pelbagai macam penderitaan,sehingga untuk mendapatkan bahan makanan sekadar menahan rasalaparpun tidak ada. Baik kepada Muhammad atau kaum Muslimintidak diberikan kesempatan bergaul dan bercakap-cakap denganorang, kecuali dalam bulan-bulan suci. Pada waktu ituorang-orang Arab berdatangan ke Mekah berziarah, segalapermusuhan dihentikan - tak ada pembunuhan, tak adapenganiayaan, tak ada permusuhan, tak ada balas dendam.



Pada bulan-bulan itu Muhammad turun, mengajak orang-orang Arabitu kepada agama Allah, diberitahukannya kepada mereka artipahala dan arti siksa. Segala penderitaan yang dialamiMuhammad demi dakwah itu justru telah menjadi penolongnya darikalangan orang banyak. Mereka yang telah mendengar tentang itulebih bersimpati kepadanya, lebih suka mereka menerimaajakannya. Blokade yang dilakukan Quraisy kepadanya, kesabarandan ketabahan hatinya memikul semua itu demi risalahnya, telahdapat memikat hati orang banyak, hati yang tidak begitumembatu, tidak begitu kaku seperti hati Abu Jahl, Abu Lahabdan yang sebangsanya.

Akan tetapi, penderitaan yang begitu lama, begitu banyakdialami kaum Muslimin karena kekerasan pihak Quraisy - padahalmereka masih sekeluarga: saudara, ipar. sepupu - banyakdiantara mereka itu yang merasakan betapa beratnya kekerasandan kekejaman yang mereka lakukan itu. Dan sekiranya tidak adadari penduduk yang merasa simpati kepada kaum Muslimin,membawakan makanan ke celah-celah gunung1 tempat merekamengungsi itu, niscaya mereka akan mati kelaparan. Dalam halini Hisyam ibn 'Amr termasuk salah seorang dari kalanganQuraisy yang paling simpati kepada Muslimin.

Tengah malam ia datang membawa unta yang sudah dimuati makananatau gandum. Bilamana ia sudah sampai di depan celah gunungitu, dilepaskannya tali untanya lalu dipacunya supaya terusmasuk ke tempat mereka dalam celah itu.

Merasa kesal melihat Muhammad dan sahabat-sahabatnya dianiayademikian rupa, ia pergi menemui Zuhair b. Abi Umayya (BanuMakhzum). Ibu Zuhair ini adalah Atika bint Abd'l-Muttalib(Banu Hasyim).
"Zuhair," kata Hisyam "Kau sudi menikmati makanan, pakaian danwanita-wanita, padahal, seperti kau ketahui, keluarga ibumudemikian rupa tidak boleh berhubungan dengan orang,berjual-beli, tidak boleh saling mengawinkan? Aku bersumpah,bahwa kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibu, keluargaAbu'l-Hakam ibn Hisyam, lalu aku diajak seperti mengajak kau,tentu akan kutolak." Keduanya kemudian sepakat akan sama-sama membatalkan piagamitu. Tapi meskipun begitu harus mendapat dukungan juga dariyang lain, dan secara rahasia mereka harus diyakinkan.Pendirian kedua orang itu kemudian disetujui oleh Mut'im b.'Adi (Naufal), Abu'l-Bakhtari b. Hisyam dan Zamia bin'l-Aswad(keduanya dari Asad). Kelima mereka lalu sepakat akanmengatasi persoalan piagam itu dan akan membatalkannya.

Dengan tujuh kali mengelilingi Ka'bah keesokannya pagi-pagiZuhair b. Umayya berseru kepada orang banyak: "Hai pendudukMekah! Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian padahalBanu Hasyim binasa tidak dapat mengadakan hubungan dagang!Demi Allah saya tidak akan duduk sebelum piagam yang kejam inidirobek!" Tetapi Abu Jahl, begitu mendengar ucapan itu, iapun berteriak:"Bohong! Tidak akan kita robek!" Saat itu juga terdengar suara-suara Zam'a, Abu'l-Bakhtari,Mut'im dan 'Amr ibn Hisyam mendustakan Abu Jahl dan mendukungZuhair.

Abu Jahl segera menyadari bahwa peristiwa ini akanterselesaikan juga malam itu dan orangpun sudah menyetujui.Kalau dia menentang mereka juga, tentu akan timbul bencana.Merasa kuatir, lalu cepat-cepat ia pergi. Waktu itu, ketikaMut'im bersiap akan merobek piagam tersebut, dilihatnya sudahmulai dimakan rayap, kecuali pada bagian pembukaannya yangberbunyi: "Atas namaMu ya Allah..." Dengan demikian terdapat kesempatan pada Muhammad dansahabat-sahabat pergi meninggalkan celah bukit yang curam itudan kembali ke Mekah. Kesempatan berjual-beli dengan Quraisyjuga terbuka, sekalipun hubungan antara keduanya seperti dulujuga, masing-masing siap-siaga bila permusuhan itu kelaksewaktu-waktu memuncak lagi.

Beberapa penulis biografi dalam hal ini berpendapat, bahwadiantara mereka yang bertindak menghapuskan piagam ituterdapat orang-orang yang masih menyembah berhala. Untukmenghindarkan timbulnya bencana, mereka mendatangi Muhammaddengan permintaan supaya ia mau saling mengulurkan tangandengan Quraisy dengan misalnya memberi hormat kepada dewa-dewamereka sekalipun cukup hanya dengan jari-jarinya sajadikelilingkan. Agak cenderung juga hatinya atas usul itu,sebagai pengharapan atas kebaikan hati mereka. Dalam hatinyaseolah ia berkata: "Tidak apa kalau saya lakukan itu. Allahmengetahui bahwa saya tetap taat." Atau karena mereka yang telah menghapuskan piagam dan beberapaorang lagi itu, pada suatu malam mengadakan pertemuan denganMuhammad sampai pagi. Dalam perbicaraan itu mereka sangatmenghormatinya, menempatkannya sebagai yang dipertuan atasmereka, mengajaknya kompromi, seraya kata mereka: "Tuan adalah pemimpin kami ..."

Sementara mereka masih mengajaknya bicara itu, sampai-sampaihampir saja ia mengalah atas beberapa hal menurut kehendakmereka. Ini adalah dua sumber hadis, yang pertama sebagiandiceritakan oleh Sa'id b. Jubair, sedang yang kedua olehQatada. Kata mereka kemudian Allah melindungi Muhammad darikesalahan, dengan firmanNya: "Dan hampir-hampir saja mereka itu menggoda kau tentang yangsudah Kami wahyukan kepadamu, supaya engkau mau atas nama Kamimemalsukan dengan yang lain. Ketika itulah mereka mengambilengkau menjadi kawan mereka. Dan kalaupun tidak Kami tabahkanhatimu, niscaya engkau hampir cenderung juga kepada merekabarang sedikit. Dalam hal ini, akan Kami timpakan kepadamuhukuman berlipat ganda, dalam hidup dan mati. Selanjutnyaengkau tiada mempunyai penolong menghadapi Kami." (Qur'an, 17:73-75)

Ayat-ayat ini turun - menurut dugaan mereka yang membawacerita gharaniq - sehubungan dengan cerita bohong itu sepertiyang sudah kita lihat. Sedang kedua ahli hadis inimenghubungkannya pada cerita pembatalan piagam. Sebaliknyamenurut hadis 'Ata, lewat Ibn 'Abbas, ayat-ayat ini turunsehubungan dengan delegasi Thaqif, yang datang meminta kepadaMuhammad supaya lembah mereka dianggap suci seperti pohon,burung dan binatang di Mekah. Dalam hal ini Nabi a.s. masihmaju-mundur sebelum ayat-ayat tersebut turun. Apapun juga yang sebenarnya terjadi, terhadap peristiwa yangmenyebabkan turunnya ayat-ayat itu sumber-sumber tersebuttidak berbeda, yaitu melukiskan salah satu segi kebesaran jiwaMuhammad, di samping kejujuran dan keikhlasannya dengan suatulukisan yang sungguh kuat sekali. Segi ini yang jugadilukiskan oleh ayat-ayat yang sudah kita kutipkan dari Surah"Abasa" (80) dan pula seluruh sejarah kehidupan Muhammadmembuktikannya pula. Secara terus-terang dikatakan, bahwa diaadalah manusia biasa seperti yang lain, tapi yang telahmendapat wahyu Tuhan guna memberikan bimbingan, dan bahwa dia,sebagai manusia biasa, tidak luput dari kesalahan kalau tidakkarena mendapat perlindungan Tuhan. Ia telah bersalah ketikabermuka masam dan berpaling dari Ibn Umm Maktum, dan hampirpula salah sehubungan dengan turunnya Surah "Isra" (17), jugahampir pula ia tergoda tentang apa yang telah diwahyukankepadanya untuk dipalsukan dengan yang lain.

Apabila wahyu turun kepadanya memberi peringatan atasperbuatannya terhadap orang buta itu, dan terhadap godaanQuraisy yang hampir menjerumuskannya, maka kejujurannya dalammenyampaikan wahyu itu kepada orang sama pula seperti ketikamenyampaikan amanat Tuhan itu. Tak ada sesuatu yang akanmenghalanginya ia menyatakan apa yang sebenarnya tentangdirinya itu. Tak ada sikap sombong dan congkak, tidak ada rasatinggi hati. Jadi kebenaranlah, dan hanya kebenaran semata yang ada dalam-risalahnya itu. Apabila dalam menanggung siksaan orang laindemi idea yang diyakininya, orang yang berjiwa besar masihsanggup memikulnya, maka pengakuan orang besar itu bahwa iahampir-hampir tergoda, tidaklah menjadi kebiasaan, sekalipunoleh orang-orang besar sendiri. Hal-hal semacam itu biasanyaoleh mereka disembunyikan dan yang diperhitungkan hanya hargadirinya, meskipun dengan susah payah. Inilah kebesaran yangtak ada taranya, lebih besar dari orang besar. Itulahsebenarnya kebesaran jiwa yang dapat memperlihatkan kebenaransecara keseluruhan. Itulah yang juga lebih luhur dari segalakebesaran, dan lebih besar dari segala yang besar, yakni sifatkenabian yang menyertai Rasul itu dengan segala keikhlasan dankejujurannya meneruskan Risalah Kebenaran Tertinggi. Sesudah piagam disobek, Muhammad dan pengikut-pengikutnyapunkeluar dari lembah bukit-bukit itu. Seruannya dikumandangkanlagi kepada penduduk Mekah dan kepada kabilah-kabilah yangpada bulan-bulan suci itu datang berziarah ke Mekah. Meskipunajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab disamping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, tapisahabat-sahabat itu tidak selamat dari siksaan Quraisy, jugadia tidak dapat mencegahnya. Beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan piagam itu, secaratiba-tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalamidukacita yang sangat menekan perasaan, yakni kematian AbuTalib dan Khadijah secara berturut-turut. Waktu itu Abu Talibsudah berusia delapanpuluh tahun lebih. Setelah Quraisymengetahui ia dalam keadaan sakit yang akan merupakan akhirhayatnya, mereka merasa kuatir apa yang akan terjadi nantiantara mereka dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Apalagisesudah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang dan keras.Karena itu pemuka-pemuka Quraisy segera mendatangi Abu Talib,untuk kemudian mengatakan: "Abu Talib, seperti kau ketahui, kau adalah dari keluarga kamijuga. Keadaan sekarang seperti kau ketahui sendiri, sangatmencemaskan kami. Engkau juga sudah mengetahui keadaan kamidengan kemenakanmu itu. Panggillah dia. Kami akan salingmemberi dan saling menerima. Dia angkat tangan dari kami,kamipun akan demikian. Biarlah kami dengan agama kami dan diadengan agamanya sendiri pula." Muhammad datang tatkala mereka masih berada di tempat pamannyaitu. Setelah diketahuinya maksud kedatangan mereka, iapunberkata: "Sepatah kata saja saya minta, yang akan membuat merekamerajai semua orang Arab dan bukan Arab." "Ya, demi bapamu," jawab Abu Jahl. "Sepuluh kata sekalipunsilakan!" Kata Muhammad: "Katakan, tak ada tuhan selain Allah, dantinggalkan segala penyembahan yang selain Allah." "Muhammad, maksudmu supaya tuhan-tuhan itu dijadikan satuTuhan saja?" kata mereka. Kemudian mereka berkata satu sama lain: "Orang ini tidak akanmemberikan apa-apa seperti yang kamu kehendaki. Pergilahkalian!" Ketika Abu Talib meninggal hubungan Muhammad dengan pihakQuraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah.

Dan sesudah Abu Talib, disusul pula dengan kematian Khadijah,Khadijah yang menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telahmencurahkan segala rasa cinta dan kesetiaannya, denganperasaan yang lemah-lembut, dengan hati yang bersih, dengankekuatan iman yang ada padanya. Khadijah, yang dulumenghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan danyang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalahbidadari yang penuh kasih sayang. Pada kedua mata dan bibirnyaMuhammad melihat arti yang penuh percaya kepadanya, sehinggaia sendiripun tambah percaya kepada dirinya. Abu Talibpunmeninggal, orang yang menjadi pelindung dan perisai terhadapsegala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang begitu sedih,begitu pedih menusuk jiwa Muhammad 'alaihissalam?! Yang pasti,dua peristiwa itu akan meninggalkan luka parah dalam jiwaorang - yang bagaimanapun kuatnya - akan menusukkan racunputus asa kedalam hatinya. Ia akan dikuasai perasaan sedih danduka, akan dirundung kepiluan dan akan membuatnya jadi lemah,tak dapat berpikir lain diluar dua peristiwa yang sangatmengharukan itu. Sesudah kehilangan dua orang yang selalu membelanya ituMuhammad melihat Quraisy makin keras mengganggunya. Yangpaling ringan diantaranya ialah ketika seorang pandir Quraisymencegatnya di tengah jalan lalu menyiramkan tanah ke ataskepalanya. Tahukah orang apa yang dilakukan Muhammad? Iapulang ke rumah dengan tanah yang masih diatas kepala. Fatimahputerinya lalu datang mencucikan tanah yang di kepala itu. Iamembersihkannya sambil menangis. Tak ada yang lebih pilurasanya dalam hati seorang ayah dari pada mendengar tangisanaknya, lebih-lebih anak perempuan. Setitik air matakesedihan yang mengalir dari kelopak mata seorang puteriadalah sepercik api yang membakar jantung, membuatnya kakukarena pilu, dan karena pilunya ia akan menangis kesakitan.Juga secercah duka yang menyelinap kedalam hati adalahrintihan jiwa yang sungguh keras, terasa mencekik leher danhampir pula menggenangi mata.

Sebenarnya Muhammad adalah seorang ayah yang sungguh bijaksanadan penuh kasih kepada puteri-puterinya. Apakah yang kitalihat ia lakukan terhadap tangisan anak perempuan yang barusaja kehilangan ibunya itu? Yang menangis hanya karenamalapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih dan semua itu iahanya menghadapkan hatinya kepada Allah dengan penuh iman akansegala pertolonganNya. "Jangan menangis anakku," katanya kepada puterinya yang sedangberlinang air mata itu. "Tuhan akan melindungi ayahmu." Kemudian diulangnya: "Sebelum wafat Abu Talib orang-orangQuraisy itu tidak seberapa mengganggu saya." Sesudah peristiwa itu gangguan Quraisy kepada Muhammad makinmenjadi-jadi. Ia merasa tertekan sekali.

Terasing seorang diri, ia pergi ke Ta'if,2 dengan tiada orangyang mengetahuinya. Ia pergi ingin mendapatkan dukungan dansuaka dari Thaqif terhadap masyarakatnya sendiri, denganharapan merekapun akan dapat menerima Islam. Tetapi ternyatamereka juga menolaknya secara kejam sekali. Kalaupun sudahbegitu, ia masih mengharapkan mereka jangan memberitahukankedatangannya minta pertolongan itu, supaya jangan ia disorakioleh masyarakatnya sendiri. Tetapi permintaannya itupun tidakdidengar. Bahkan mereka menghasut orang-orang pandir agarbersorak-sorai dan memakinya.

Ia pergi lagi dari sana, berlindung pada sebuah kebunkepunyaan 'Utba dan Syaiba anak-anak Rabi'a. Orang-orang yangpandir itu kembali pulang. Ia lalu duduk di bawah naunganpohon anggur. Ketika itu keluarga Rabi'a sedangmemperhatikannya dan melihat pula kemalangan yang dideritanya.Sesudah agak reda, ia mengangkat kepala menengadah ke atas, iahanyut dalam suatu doa yang berisi pengaduan yang sangatmengharukan: "Allahumma yang Allah, kepadaMu juga aku mengadukankelemahanku, kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku dihadapan manusia. O Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang.Engkaulah yang melindungi si lemah, dan Engkaulah Pelindungku.Kepada siapa hendak Kauserahkan daku? Kepada orang yangjauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada musuh yangakan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku,aku tidak peduli, sebab sungguh luas kenikmatan yangKaulimpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yangmenyinari kegelapan, dan karenanya membawakan kebaikan bagidunia dan akhirat - daripada kemurkaanMu yang akan Kautimpakankepadaku. Engkaulah yang berhak menegur hingga berkenanpada-Mu. Dan tiada daya upaya selain dengan Engkau juga."3

Dalam memperhatikan keadaan itu hati kedua orang anak Rabi'aitu merasa tersentak. Mereka merasa iba dan kasihan melihatnasib buruk yang dialaminya itu. Budak mereka, seorangberagama Nasrani bernama 'Addas, diutus kepadanya membawakanbuah anggur dari kebun itu. Sambil meletakkan tangan di atasbuah-buahan itu Muhammad berkata: "Bismillah!" Lalu buah itudimakannya. 'Addas memandangnya keheranan. "Kata-kata ini tak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini,"kata 'Addas. Lalu Muhammad menanyakan negeri asal dan agama orang itu.Setelah diketahui bahwa orang tersebut beragama Nasrani dariNineveh, katanya: "Dari negeri orang baik-baik, Yunus anak Matta." "Dari mana tuan kenal nama Yunus anak Matta!" tanya 'Addas. "Dia saudaraku. Dia seorang nabi, dan aku juga Nabi," jawabMuhammad. Saat itu 'Addas lalu membungkuk mencium kepala, tangan dankaki Muhammad. Sudah tentu kejadian ini menimbulkan keheranankeluarga Rabi'a yang melihatnya. Sungguhpun begitu merekatidak sampai akan meninggalkan kepercayaan mereka. Dan tatkala'Addas sudah kembali mereka berkata: "'Addas, jangan sampai orang itu memalingkan kau dari agamamu,yang masih lebih baik daripada agamanya."

Gangguan orang yang pernah dialami Muhammad seolah dapatmeringankan perbuatan buruk yang dilakukan Thaqif itu,meskipun mereka tetap kaku tidak mau mengikutinya. Keadaan itusudah diketahui pula oleh Quraisy sehingga gangguan merekakepada Muhammad makin menjadi-jadi. Tetapi hal ini tidakmengurangi kemauan Muhammad menyampaikan dakwah Islam. Kepadakabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, itu ia memperkenalkandiri, mengajak mereka mengenal arti kebenaran.Diberitahukannya kepada mereka, bahwa ia adalah Nabi yangdiutus, dan dimintanya mereka mempercayainya. Namun sungguhpun begitu, Abu Lahab pamannya tidakmembiarkannya, bahkan dibuntutinya ke mana ia pergi.Dihasutnya orang supaya jangan mau mendengarkan.

Muhammad sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan diri kepadakabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di Mekah saja, bahkania mendatangi Banu Kinda4 ke rumah-rumah mereka, mendatangiBanu Kalb,5 juga ke rumah-rumah mereka, Banu Hanifa6 dan Banu'Amir bin Sha'sha'a.7 Tapi tak seorangpun dari mereka yang maumendengarkan. Banu Hanifa bahkan menolak dengan cara yangburuk sekali. Sedang Banu 'Amir menunjukkan ambisinya, bahwakalau Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya,segala persoalan nanti harus berada di tangan mereka. Tetapisetelah dijawab, bahwa masalah itu berada di tangan Tuhan,merekapun lalu membuang muka dan menolaknya seperti yanglain-lain.

Adakah kegigihan kabilah-kabilah yang mengadakan oposisiterhadap Muhammad itu karena sebab-sebab yang sama sepertiyang dilakukan oleh Quraisy? Kita sudah melihat, bahwa Banu'Amir ini mempunyai ambisi ingin memegang kekuasaan bilabersama-sama mereka nanti ia mendapat kemenangan. Sebaliknyakabilah Thaqif pandangannya lain lagi. Ta'if di sampingsebagai tempat musim panas bagi penduduk Mekah karena udaranyayang sejuk dan buah anggurnya yang manis-manis, juga kota inimerupakan pusat tempat penyembahan Lat. Ke tempat itu orangberziarah dan menyembah berhala. Kalau Thaqif ini sampaimenjadi pengikut Muhammad, maka kedudukan Lat akan hilang.Permusuhan mereka dengan Quraisypun akan timbul, yang sudahtentu akibatnya akan mempengaruhi perekonomian mereka padamusim dingin. Begitu juga halnya dengan yang lain, setiapkabilah mempunyai penyakit sendiri yang disebabkan olehkeadaan perekonomian setempat. Dalam menentang Islam itu,pengaruh ini lebih besar terhadap mereka daripada pengaruhkepercayaan mereka dan kepercayaan nenek-moyang mereka,termasuk penyembahan berhala-berhala. Makin besar oposisi yang dilakukan kabilah-kabilah itu,Muhammad makin mau menyendiri. Makin gigih pihak Quraisymelakukan gangguan kepada sahabat-sahabatnya, makin pula iamerasakan pedihnya.

Masa berkabung terhadap Khadijah itupun sudah pula berlalu.Terpikir olehnya akan beristeri, kalau-kalau isterinya itukelak akan dapat juga menghiburnya, dapat mengobati luka dalamhatinya, seperti dilakukan Khadijah dulu. Tetapi dalam hal iniia melihat pertaliannya dengan orang-orang Islam yangmula-mula itu harus makin dekat dan perlu dipererat lagi. Itusebabnya ia segera melamar puteri Abu Bakr, Aisyah. Olehkarena waktu itu ia masih gadis kecil yang baru berusia tujuhtahun, maka yang sudah dilangsungkan baru akad nikah, sedangperkawinan berlangsung dua tahun kemudian, ketika usianyamencapai sembilan tahun.

Sementara itu ia kawin pula dengan Sauda, seorang janda yangsuaminya pernah ikut mengungsi ke Abisinia dan kemudianmeninggal setelah kembali ke Mekah. Saya rasa pembacapun akandapat menangkap arti kedua ikatan ini. Arti pertalianperkawinan dan semenda yang dilakukan oleh Muhammad itu, nantiakan lebih jelas.

0 komentar: