Oleh : Muhammad Husain Haekal
Dengan demikian lalu ada orang-orang yang mengira bahwaayat-ayat itu merupakan hukuman terhadap Abdullah bin Ubayy,dan Muhammad pasti akan memerintahkan supaya ia dibunuh.Ketika itu Abdullah b. Abdullah b. Ubayy, yang sudah menjadiseorang Muslirn yang baik, datang dengan mengatakan: "Rasulullah, saya mendengar tuan ingin supaya Abdullah b.Ubayy itu dibunuh. Kalau memang begitu, tugaskanlah pekerjaanitu kepada saya. Akan saya bawakan kepalanya kepada tuan.Orang-orang Khazraj sudah mengetahui, tak ada orang yangbegitu berbakti kepada ayahnya seperti yang saya lakukan. Sayakuatir tuan akan menyerahkan tugas ini kepada orang lain.Kalau sampai orang lain itu yang membunuhnya, maka saya takkandapat menahan diri, membiarkan orang yang membunuh ayah sayaitu berjalan bebas. Tentu akan saya bunuh dia dan berarti sayamembunuh orang beriman yang membunuh orang kafir. Maka sayaakan masuk neraka." Begitulah kata-kata Abdullah b. Abdullah b. Ubayy kepadaMuhammad. Saya rasa tak ada suatu kata-kata yang lebih dalamdari ucapannya itu dengan begitu kuat meskipun singkat dalammelukiskan suasana batin yang sedang gelisah, batin yangdibawa oleh pengaruh pergolakan yang dahsyat sekali dalamjiwanya: gelisah karena pengaruh rasa berbakti kepada ayah danpengaruh iman yang sungguh-sungguh disamping rasa harga dirisebagai orang Arab serta rasa cintanya akan kesejahteraanMuslimin supaya jangan tirnbul dendam yang berlarut-larut. Inilah perasaan seorang anak yang melihat ayahnya akandibunuh. Dia tidak minta kepada Nabi supaya ayahnya jangandibunuh, sebab dia Nabi, dia akan tunduk kepada perintahTuhan, dan yakin pula akan keingkaran ayahnya.
Tetapi karenakuatir akan sampai menuntut balas kepada orang yang kelak akanmembunuh ayahnya yang diharuskan oleh rasa baktinya kepadaayah dan oleh rasa kehormatan dan harga diri - maka diasendirilah yang akan memikul beban itu, dia sendiri yang akanmembunuh ayahnya; kepalanya akan dibawanya sendiri kepadaNabi, betapapun itu akan sangat menyayat hati dan perasaannya. Dengan imannya itu ia merasa agak mendapat hiburan jugamenghadapi hal luar biasa yang menekan perasaan itu. Ia kuatirakan masuk neraka apabila ia membunuh seorang mukmin yangtelah mendapat perintah Nabi membunuh ayahnya.
Sungguh suatuperjuangan yang sangat dahsyat antara iman di satu pihakdengan perasaan dan moral di pihak lain. Suatu perjuanganbatin yang sungguh fatal menghunjam ke dalam hati, sungguhtragis! Tetapi, tahukah kita betapa jawaban Nabi kepadaAbdullah setelah mendengar itu? "Kita tidak akan membunuhnya. Bahkan kita harus berlaku baikkepadanya, harus menemaninya baik-baik selama dia masihbersama dengan kita." Memaafkan. Sungguh indah dan agung maaf itu. Muhammad berlakubegitu baik kepada orang yang telah menghasut penduduk Medinahsupaya memusuhinya dan memusuhi sahabat-sahabatnya. Biarlahsikap baiknya dan kemaafannya itu memberi bekas yang lebihdalam daripada kalau ia menjatuhkan hukuman kepada orang itu. Sejak itu apabila Abdullah b. Ubayy mencoba mau bermain api,golongannya sendiri menegurnya, menyalahkannya dan membuatnyaia merasa bahwa sisa hidupnya itu dari pemberian Muhammad.Tatkala pada suatu hari Nabi sedang bicara-bicara dengan Umarmengenai masalah-masalah kaum Muslimin, sampai jugamenyebut-nyebut Abdullah b. Ubayy' begitu juga tentanggolongannya sendiri yang menegurnya dan menyalahkannya itu. "Umar, bagaimana pendapatmu," kata Muhammad. "Ya, kalau kaubunuh dia ketika kaukatakan kepadaku supaya dibunuh saja,tentu akan jadi gempar karenanya. Kalau sekarang kusuruh bunuhtentu akan kaubunuh." "Sungguh sudah saya ketahui, bahwa perintah Rasulullah lebihbesar artinya daripada perintah saya."
Semua peristiwa itu terjadi setelah kaum Muslimin - denganmembawa tawanan dan rampasan perang - kembali ke Medinah. Akantetapi lalu ada suatu peristiwa yang pada mulanya tidakmemberi bekas apa-apa, tetapi kemudian menjadi pembicaraanyang panjang juga. Soalnya ialah Nabi mengadakan undianterhadap isteri-isterinya bila akan berangkat mengadakanekspedisi. Barangsiapa yang keluar namanya maka dialah yangikut serta. Sorenya pada waktu mau mengadakan ekspedisiterhadap kepada Banu Mushtaliq, maka yang keluar ialah namaAisyah. Jadi dia yang dibawa. Aisyah adalah seorang wanitayang berperawakan kecil, ringan. Bila pelangkin sudahdiantarkan orang sampai di depan pintu rumahnya, dia pun naik.Lalu mereka membawanya pada punggung unta. Karena ringannya,mereka hampir tidak dapat merasakan. Selesai Nabi dari tugas perjalanan itu, dengan rombongannya iaberangkat lagi meneruskan perjalanan yang panjang dan sangatmeletihkan seperti sudah kita sebutkan. Sesudah itu ia menujuMedinah. Sampai di suatu tempat dekat kota ia berhenti danbermalam di tempat itu. Kemudian diumumkan kepada rombongan,perjalanan akan diteruskan lagi. Karena hendak menunaikan hajat, Aisyah ketika itu sedangkeluar dari kemah Nabi, sedang pelangkin sudah menunggu didepan kemah, menantikan ia masuk kembali. Aisyah mengenakanseutas kalung yang ketika sedang menyelesaikan keperluannya,kalung itu lepas dari lehernya. Sesudah siap kembali ia akanberangkat, dirabanya kalung itu sudah tidak ada. Ia kembalimenyusur jalan sambil mencari-carinya. Dan barangkali lamajuga ia mencarinya, baru kemudian benda itu diketemukannyakembali. Mungkin sementara itu ia terlena karena sudah begitulelah selepas perjalanan itu.
Bila ia kembali ke markas untukkemudian naik ke atas pelangkin, ternyata pelangkin itu sudahdipasang kembali di punggung unta dengan perkiraan bahwa diasudah berada didalamnya lalu mereka berangkat juga dengananggapan bahwa mereka sedang membawa Umm'l-Mu'minin, isteriyang sangat dekat ke dalam hati Nabi. Dalam markas itu orangyang akan dapat ditanyai tidak ada. Dia tidak merasa takutbahkan dia yakin bahwa apabila rombongan itu nanti mengetahuidia tidak ada, tentu mereka akan kembali ke tempatnya semula.Jadi lebih baik dia tidak meninggalkan tempat itu; daripadamengarungi padang pasir tanpa pedoman; ia akan sesatkarenanya. Tanpa merasa takut, dengan berselimutkan pakaianluarnya ia berbaring di tempat itu, sambil menunggu orang yangakan datang mencarinya.
Sementara ia sedang berbaring itu, Shafwan bin'l-Mu'attallewat di tempat tersebut, yang juga terlambat dari rombongantentara karena harus menunaikan urusannya pula. Ia sudahpernah melihatnya sebelum ada ketentuan hijab terhadapisteri-isteri Nabi. Setelah melihatnya, ia terkejut sekali dansurut sambil berkata: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un!Isteri Rasulullah s.a.w.? Kenapa sampai tertinggal? Semogarahmat Tuhan juga." Aisyah tidak menjawab. Didekatkannyauntanya itu dan dia sendiri mundur sambil berkata: "Naiklah." Setelah Aisyah naik kemudian ia berangkat dengan unta itucepat-cepat hendak menyusul rombongan yang lain. Tetapi tidakterkejar juga, karena ternyata mereka mempercepat perjalanan,ingin segera sampai di Medinah, agar dapat beristirahatsetelah mengalami perjalanan yang cukup meletihkan, yang jugadiperintahkan oleh Rasulullah guna menghindarkan fitnah yanghampir-hampir terjadi akibat perbuatan Ibn Ubayy itu. Shafwan memasuki Medinah pada siang hari disaksikan oleh orangbanyak sementara Aisyah di atas untanya. Sampai di depanrumahnya dalam rangkaian rumah isteri-isteri Rasul, ia punmasuk. Tak terlintas dalam pikiran orang bahwa hal ini akandijadikan buah bibir, atau akan menimbulkan syak karena iaterlambat dari rombongan, juga dalam hati Rasul tidakterlintas suatu prasangka buruk terhadap Shafwan, seorangorang mukmin yang beriman teguh.
Sebenarnya tidak perlu sampai menjadi buah bibir; dia memasukiMedinah di depan mata orang banyak, di belakang pasukantentara yang juga datang dalam waktu hampir bersamaan sehinggatidak perlu harus menimbulkan sesuatu prasangka. Dia datangdisaksikan oleh orang banyak dengan wajah bersih danberseri-seri, tak ada tanda-tanda yang akan menimbulkankecurigaan. Seharusnya biarlah kota Medinah berjalan sepertibiasa. Biarlah hasil rampasan perang dan tawanan perang BanuMushtaliq itu dibagi-bagi antara sesama kaum Muslimin, biarlahmereka menikmati hidup sejahtera, yang makin hari sudah makinterasa. Iman mereka pun makin dalam menanamkan rasa harga diridalam menghadapi musuh, di samping adanya kesungguhan hati,keberanian menghadapi maut demi Allah, untuk agama dan untukkebebasan orang lain menganut kepercayaan agamanya, kebebasanyang sebelum itu tidak pula dikenal oleh masyarakat Arab. Juwairia bint'l-Harith termasuk salah seorang tawanan perangBanu Mushtaliq. Dia memang seorang wanita cantik dan manis. Iajatuh menjadi bagian salah seorang Anshar.
Dalam hal ini iaingin menebus diri, tetapi mengetahui bahwa dia puteri seorangpemuka Banu Mushtaliq, dan ayahnya akan mampu menebus berapasaja diminta, maka tebusan yang diminta itu cukup tinggi.Kuatir akan membawa akibat yang melampaui batas, maka Juwairiasendiri segera pergi menemui Nabi, yang ketika itu sedangberada di rumah Aisyah. "Saya Juwairia puteri al-Harith bin Abi Dzirar, pemimpinmasyarakat," katanya. "Saya mengalami bencana, seperti sudahtuan ketahui tentunya. Tetapi karena saya sudah menjadi miliksi anu, maka saya telah memajukan penawaran guna membebaskandiri saya. Kedatangan saya kemari ingin mendapat bantuan tuanmengenai penawaran saya itu." "Maukah engkau dengan yang lebih baik dari itu?" tanya Nabi "Apa?" "Saya penuhi penawaranmu dan saya kawin dengan kau." Setelah berita itu tersiar, sebagai penghormatan kepadasemenda Rasulullah dengan Banu Mushtaliq, tawanan-tawananperang yang ada di tangan mereka segera mereka bebaskan;sehingga mengenai Juwairia ini Aisyah pernah berkata: Takpernah saya lihat ada seorang wanita lebih besar membawakeuntungan buat golongannya seperti dia ini. Demikianlah sebuah sumber menyebutkan
Ada pula sumber lainyang mengatakan, bahwa al-Harith b. Abi Dzirar datangmengunjungi Nabi hendak menebus puterinya itu, dan dia sendiripun masuk Islam setelah dia percaya akan ajaran Nabi, danbahwa dia mengambil Juwairia puterinya yang juga lalu masukIslam seperti ayahnya. Kemudian Muhammad meminangnya danmengawininya, dengan mas kawin sebesar 400 dirham. Seterusnya sumber ketiga menyebutkan, bahwa ayahnya tidaksenang dengan perkawinan ini, bahkan dia tidak setuju, danbahwa yang mengawinkannya dengan Nabi ialah salah seorangkerabatnya tanpa sekehendak ayahnya. Setelah Muhammad kawin dengan Juwairia, dibuatkannya rumah disamping rumah-rumah isterinya yang lain didekat mesjid. Dengandemikian ia menjadi Ibu kaum Muslimin pula.
Sementara itu orang di luaran mulai pula berbisik-bisik kenapaAisyah terlambat di belakang pasukan tentara dan datangbersama Shafwan menumpang untanya, sedang Shafwan seorangpemuda yang tampan dan tegap. Saudara perempuan Zainab bt. Jahsy yang bernama Hamna, sudahmengetahui bahwa Aisyah dalam hati Muhammad mempunyai tempatmelebihi saudaranya itu. Ia segera menyebarkan desas-desusorang tentang Aisyah ini. Ia mendapat dukungan Hassan b.Thabit, dan Ali b. Abi Talib juga menyambutnya. Dengan demikian Abdullah b. Ubayy merasa mendapat tanah yangsubur dalam usahanya menyebarkan bibit berita itu, yangsekaligus merupakan obat penawar pula terhadap api kebencianyang ada dalam hatinya. Mati-matian ia berusahamenyebar-luaskan berita itu. Akan tetapi dalam hal inikalangan Aus telah menentukan sikap hendak membela Aisyah.Aisyah adalah lambang kesucian dan seorang wanita yangberakhlak tinggi, yang patut menjadi teladan Peristiwa inihampir saja menjadi suatu fitnah di Medinah. Berita-berita ini kemudian sampai juga kepada Muhammad. Iajadi gelisah. Apa? Aisyah akan mengkhianatinya? Tidak mungkin!Itu adalah perbuatan keji dan bertentangan. Dengan rasa cintadan kasihnya kepada Aisyah hal yang hanya didasarkan padaprasangka semacam itu adalah suatu dosa besar. Ya. Tetapiwanita! Cih! Siapa pula gerangan yang dapat menduga lubuk hatimereka. Lagi pula Aisyah masih muda belia. Kalung serupa apabenar yang hilang dan dicarinya pada malam buta serupa itu?Kenapa hal itu tidak disebut-sebut ketika mereka masih beradadi markas? Nabi sendiri masih dalam kebingungan, belum tahuia, akan percayakah atau tidak. Orang tak ada yang berani menyampaikan desas-desus itu kepadaAisyah, meskipun ia sendiri sudah merasa aneh melihat sikapsuaminya yang kaku, yang belum pernah di lihatnya dan memangtidak sesuai dengan perangainya yang selalu lemah-lembut,selalu penuh kasih kepadanya. Kemudian Aisyah jatuh sakit, sakit yang cukup keras.
Bila iadatang menengoknya dan ibunya ada di tempat itu merawatnya,tidak lebih ia hanya berkata: "Bagaimana?" Sungguh pilu hatiAisyah merasakannya bila ia melihat sikap Nabi begitu kakukepadanya. Ia bicara dengan hatinya sendiri, tidakkah karenaJuwairia yang sekarang menggantikan tempatnya dalam hatisuaminya? Begitu sesak dadanya karena sikap Muhammad yang kakukepadanya itu, sehingga pernah ia berkata: "Kalau kauijinkan, aku akan pindah ke rumah ibu, supaya iadapat merawatku." Ia pun pindah ke tempat ibunya. Sikapnya yang berlebih-lebihanitu menimbulkan kepedihan pula dalam hatinya sendiri. Lebihdari duapuluh hari ia menderita sakit, baru kemudian iasembuh. Segala pembicaraan orang yang terjadi tentang dirinya,dia tidak tahu. Sebaliknya Muhammad, ia merasa sangat terganggu karenaberita-berita yang disebarkan orang itu. Sekali ia mengucapkanpidato ini di hadapan orang banyak. "Saudara-saudara, kenapa orang-orang mengganggu saya mengenaikeluarga saya. Mereka mengatakan hal-hal yang tidak sebenarnyamengenai diri saya.
Padahal yang saya ketahui mereka itu orangbaik-baik. Lalu mereka mengatakan sesuatu yang ditujukankepada seseorang, yang saya ketahui, demi Allah, dia jugaorang baik; tak pernah ia datang ke salah satu rumah sayahanya jika bersama dengan saya." Kemudian Usaid b. Hudzair berdiri seraya berkata: "Rasulullah, kalau mereka itu dan saudara-saudara kamikalangan Aus, biarlah kami selesaikan, dan kalau mereka itudan saudara-saudara kami golongan Khazraj perintahkanlah jugakepada kami. Sungguh patut leher mereka itu dipenggal." Akan tetapi Sa'd b. 'Ubada lalu menjawab, bahwa dia beranimengatakan itu karena dia mengetahui bahwa mereka darigolongan Khazraj. Kalau mereka itu dari Aus tentu takkanmengatakannya. Orang ramai lalu mengadakan berundingan danhampir-hampir terjadi suatu bencana fitnah, kalau tidak karenaRasul segera campur tangan dengan suatu kebijaksanaan yangbaik sekali. Akhirnya, berita itu pun sampai juga kepada Aisyah,diceritakan oleh seorang wanita dari Muhajirin. Terkejutsekali mendengar berita itu, hampir-hampir ia jatuh pingsan.Ia menangis tersedu-sedu, tak dapat lagi ia menahan airmatayang begitu deras berderai, sehingga terasa seolah pecahjantungnya. Ia pergi menjumpai ibunya, dengan membawa bebanperasaan yang cukup berat, hampir-hampir terbawa jatuhterhuyung. "Ampun, Ibu," katanya, dengan suara tersekat oleh air mata."Orang-orang sudah begitu rupa bicara di luar, tapi samasekalitidak ibu katakan kepada saya." Melihat kesedihan yang begitu menekan perasaan, ibunyaberusaha hendak meringankannya. "Anakku," katanya, "Janganterlampau gundah. Seorang wanita cantik yang dimadu, yangdicintai suami, tidak jarang menjadi buah bibir madunya danbuah bibir orang."
Akan tetapi dengan kata-kata itu Aisyah belum terhibur juga.Kembali ia merasa lebih pedih lagi bila teringat sikap Nabikepadanya yang terasa kaku, padahal tadinya sangatlemah-lembut. Ia merasa, bahwa berita itu tampaknya terkesanjuga dalam hati Nabi, dan karenanya ia jadi curiga. Tetapi,gerangan apa yang akan dapat diperbuatnya? Akan dimulainyasajakah ia yang bicara serta menyebutkan berita itu, dan akanbersumpah bahwa ia sama sekali tidak berdosa? Jadi kalaubegitu ia menuduh diri sendiri, kemudian menyanggah tuduhanitu dengan sumpah dan permohonan. Ataukah sudah saja membuangmuka seperti dia, dan juga membalasnya bersikap kepadanyaseperti dia, pula? Tetapi dia adalah Rasul Allah, dia telahmemilihnya diatas isteri-isterinya yang lain. Bukan salah diakalau orang sampai menyiarkan desas-desus tentang dirinya,karena dia telah terlambat dari pasukan tentara dan kembalipulang dengan Shafwan. Ya Allah! Berikanlah jalan keluarkepadanya dalam suasana yang demikian rumit itu, supayaterbuka kepada Muhammad keadaan yang sebenarnya tentangdirinya itu, supaya ia pun kembali seperti dalam suasanasemula, penuh cinta, penuh kasih dan selalu lemah-lembutkepadanya.
Tetapi keadaan Muhammad sebenarnya tidak lebih enak dariAisyah. Ia merasa tersiksa karena percakapan orang mengenaidirinya itu, sehingga akhirnya terpaksa ia meminta pendapatsahabat-sahabatnya yang terdekat: apa yang akan diperbuatnya.Ia pergi ke ramah Abu Bakr, Ali dan Usama bin Zaiddipanggilnya akan dimintai pendapat. Usama ternyata menolaksama sekali segala tuduhan yang dilemparkan orang kepadaAisyah itu. Itu bohong dan tidak punya dasar. Sebagaimana Nabimengenalnya, orang lain pun juga mengenal dia sebagai seorangwanita yang sangat baik. Sebaliknya Ali. Ia berkata:"Rasulullah, wanita yang lain banyak." Lalu sarannya supayamenanyai bujang pembantu Aisyah, kalau-kalau ia dapatdipercaya. Pembantu rumah itu pun dipanggil. Ali berdirimenghampirinya, lalu memukulnya yang cukup membuat bujang itumerasa kesakitan seraya berkata: "Katakanlah yang sebenarnyakepada Rasulullah!" "Demi Allah yang saya ketahui dia adalah baik," jawab pembanturumah itu. Segala tuduhan jahat yang ditujukan kepada Aisyahdibantahnya. Akhirnya tak ada jalan lain Muhammad harus menemui sendiriisterinya dan dimintanya supaya mengaku. Ia masuk menemuiAisyah; di tempat itu ada ayahnya dan seorang wanita dariAnshar. Aisyah sedang menangis dan wanita itu juga turut pulamenangis. Tiada terderita olehnya betapa dalamnya kesedihannyaitu mencabik hati, tergetar ia setelah mengetahui bahwa olehMuhammad ia dicurigai. Dicurigai oleh itu laki-laki yangsangat dicintainya, dipujanya, laki-laki yang sangatdipercayainya, tempat dia rela mati untuknya. Melihat kedatangannya itu, disekanya airmatanya, dan terdengarolehnya ketika ia berkata: "Aisyah, engkau sudah mengetahui apa yang menjadi pembicaraanorang. Hendaknya engkau takut kepada Allah jika engkau telahmelakukan suatu kejahatan seperti apa yang dikatakan orang.Bertaubatlah engkau kepada Allah, sebab Allah akan menerimasegala taubat yang datang dari hambaNya." Selesai kata-kata itu diucapkan, Aisyah merasa darahnya sudahmendidih. Airmatanya jadi kering. Ia menoleh ke arah ibunyadan ke arah ayahnya. Ia menunggu bagaimana mereka akanmenjawab. Tetapi ternyata mereka diam, tiada sepatah kata punyang keluar dari mereka. Hati Aisyah makin panas, serayakatanya: "Kenapa kalian tidak menjawab?" "Sungguh kami tidak tahu bagaimana harus kami jawab," jawabmereka. Lalu mereka berdua kembali terdiam lagi. Ketika itulah ia takdapat menahan diri. Ia menangis lagi tersedu-sedu. Airmatanyaitu telah dapat meredakan api amarah yang menyala-nyala seolahhendak membakar jantungnya. Sambil menangis itu kemudian iabicara, ditujukan kepada Nabi: "Demi Allah, sama sekali saya tidak akan bertaubat kepadaTuhan seperti yang kausebutkan itu. Saya tahu, kalau sayamengiakan apa yang dikatakan orang itu, sedang Tuhanmengetahui bahwa saya tidak berdosa, berarti saya mengatakansesuatu yang tak ada. Tetapi kalau pun saya bantah, kaliantakkan percaya." Ia diam sebentar. Kemudian sambungnya lagi:"Saya hanya dapat berkata seperti apa yang dikatakan oleh ayahYusuf: 'Maka sabar itulah yang baik, dan hanya Allah tempatmeminta pertolongan atas segala yang kamu ceritakan itu!" Sejenak jadi sunyi, setelah terjadi pergolakan itu. Orangtidak tahu pasti sampai berapa lama hal itu berjalan. Akantetapi begitu Muhammad hendak meninggalkan tempat itutiba-tiba ia terlelap oleh kedatangan wahyu, seperti biasanya.Pakaiannya segera diselimutkan kepadanya dan sebuah bantaldari kulit diletakkan di bawah kepalanya. Dalam hal ini Aisyah berkata: "Saya sendiri sama sekali tidakmerasa takut dan tidak peduli setelah melihat kejadian ini.Saya sudah mengetahui, bahwa saya tidak berdosa dan Allahtidak akan berlaku tidak adil terhadap diri saya. Sebaliknyaorangtua saya, setelah Rasulullah s.a.w. terjaga, saya kiranyawa mereka akan terbang karena ketakutan, kalau-kalau wahyudari Allah akan memperkuat apa yang dikatakan orang." Setelah Muhammad terjaga, ia duduk kembali, dengan bercucurankeringat. Sambil menyeka keringat dari dahi ia berkata: "Gembirakanlah hatimu, Aisyah! Tuhan telah membebaskan kaudari tuduhan." "Alhamdulillah," kata Aisyah. Kemudian Muhammad pergi ke mesjid, dan membacakan ayat-ayatberikut ini kepada kaum Muslimin: "Mereka yang datang membawa berita bohong itu sebenarnya darigolonganmu juga. Jangan kamu mengira ini suatu bencana buatkamu, tetapi sebaliknya, suatu kebaikan juga buat kamu. Setiaporang dari mereka itu akan mendapat ganjaran hukum atas dosayang mereka perbuat. Dan orang yang mengetuai penyiarannyadiantara mereka itu akan mendapat siksa yang berat. Mengapaorang-orang beriman - laki-laki dan perempuan - ketikamendengar berita itu, tidak berprasangka baik terhadap sesamamereka sendiri, dan mengatakan: ini adalah suatu berita bohongyang nyata sekali? Mengapa dalam hal ini mereka tidak membawaempat orang saksi. Kalau mereka tak dapat membawa saksi-saksiitu, maka mereka itu disisi Allah adalah orang-orang pendusta. Dan sekiranya bukan karena kemurahan Tuhan dan kasih-sayangNyajuga kepadamu - di dunia dan di akhirat - niscaya siksa Allahyang besar akan menimpa kamu, karena fitnah yang kamu lakukanitu. Tatkala kamu menerima berita itu dari mulut ke mulut, dankamu katakan pula dengan mulut kamu sendiri apa yang tidakkamu ketahui dengan pasti, dan kamu mengiranya hanya soalkecil saja, padahal pada Allah itu adalah perkara besar. Dantatkala kamu mendengarnya, mengapa tidak kamu katakan saja:tidak sepatutnya kami membicarakan masalah ini. Maha SuciTuhan. Ini adalah kebohongan besar. Allah memperingatkan kamu,jangan sekali-kali hal serupa itu akan terulang jika kamumemang orang-orang yang beriman. Allah menjelaskanketerangan-keterangan itu kepada kamu. Dan Allah MahaMengetahui, Maha Bijaksana. Mereka yang suka melihattersebarnya perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman,akan mengalami siksaan pedih di dunia dan di akhirat. DanAllah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Qur'an, 24 :11-19)
Dalam hubungan ini pula datangnya ketentuan hukuman terhadaporang yang melemparkan tuduhan buta kepada kaum wanita yangbaik-baik. "Dan mereka yang melemparkan tuduhan keji kepada wanita-wanitayang baik-baik, lalu mereka tak dapat membawa empat orangsaksi, maka deralah mereka dengan delapan puluh kali pukulan,dan jangan sekali-kali menerima lagi kesaksian mereka itu.Mereka itu adalah orang-orang yang jahat." (Qur'an, 24: 4) Untuk melaksanakan ketentuan Qur'an, mereka yang telahmenyebarkan berita keji itu - Mistah b. Uthatha, Hassan b.Thabit dan Hamna bt. Jahsy, masing-masing mendapat hukumandera delapanpuluh kali. Sekarang kembali Aisyah seperti dalam keadaannya semula, dalamrumah tangga dan dalam hati Muhammad.
Sebagai komentar atas peristiwa ini Sir William Muirmenyebutkan sebagai berikut: "Sejarah Aisyah, baik sebelumatau sesudah peristiwa itu mengharuskan kita mengambilkeputusan yang pasti bahwa dia, adalah bersih dari segalatuduhan itu dan mengharuskan kita pula untuk tidak ragu-ragulagi menggugurkan segala macam prasangka terhadap dirinya." Akan tetapi sesudah itu pun Hassan b. Thabit kembali diterimadan mendapat kasih sayang Muhammad lagi. Demikian jugaMuhammad minta kepada Abu Bakr, supaya jangan mengurangikasih-sayangnya kepada Mistah seperti yang sudah-sudah. Sejakitu selesailah peristiwa itu dan tidak lagi meninggalkan bekasdi seluruh Medinah. Aisyah pun cepat pula sembuh darisakitnya, lalu kembali ke rumahnya di tempat Rasul, dankembali pula ke dalam hati Rasul, kembali dalam kedudukannyayang tinggi dalam hati sahabat-sahabatnya seluruh kaumMuslimin. Dengan demikian Nabi dapat kembali mengabdikan dirikepada ajarannya dan kepada pengarahan kaum Muslimin sebagaisuatu persiapan guna menghadapi perjanjian Hudaibiya. SemogaAllah memberikan kemenangan yang nyata kepada umat Muslimin.
Catatan kaki:
1 Qur'an 53
2 Sebuah desa atau pangkalan air terletak antara Mekah dengan Medinah, kira-kira 66 km dari Mekah (A).
3 min ka'abat'l-munqalab, 'menarik diri dari perjalanan dan kembali ke kampung halaman, yakni ia kembali ke rumah dengan melihat segala sesuatu yang menyedihkan' (N), (A).
4 Aslinya secara harfiah: 'Gemukkan anjingmu, engkau akan dimakannya.' (A).
0 komentar:
Posting Komentar