Oleh : Muhammad Husain Haekal
Muhammad belum merasa perlu: tergesa-gesa membebaskan Mekah.Dia mengetahui sekali, bahwa soalnya hanya tinggal soal waktusaja. Perjanjian Hudaibiya baru setahun berjalan. Juga bukanmaksudnya akan mengadakan pelanggaran. Muhammad orang yangsangat setia tiada sebuah kata yang pernah diucapkan atauperjanjian yang pernah dibuat, akan dilanggarnya. Oleh karenaitu tatkala ia kembali ke Medinah selama beberapa bulan tidakterjadi bentrokkan-bentrokan, kecuali kecil-kecilan saja,seperti pengiriman 50 orang kepada Banu Sulaim dengan tugasdakwah mengajak mereka menganut Islam, yang kemudian dibunuholeh Banu Sulaim secara gelap dan dengan tidak semena-mena,sehingga pemimpinnya yang berhasil lolos hanya karenakebetulan saja. Begitu juga Banu Laith dan Zafar yang telahmenyerang dan merampas mereka itu. Sama pula dengan hukumanyang telah dijatuhkan kepada Banu Murra karena pengkhianatanmereka itu tadinya. Demikian juga adanya limabelas orang yangtelah dikirim ke Dhat't-Talh di perbatasan Syam dengan tugasdakwah mengajak mereka mengikut Islam, dibalas denganpembunuhan juga, sehingga tak ada yang selamat kecualipemimpinnya. Memang perhatian Nabi tertuju ke wilayah Syam danbagian-bagian utara ini, yaitu setelah di bagian selatandiadakan perjanjian keamanan dengan pihak Quraisy dan setelahpenguasa di Yaman bersedia menerima seruannya. Jalurpenyebaran dakwah Islam yang pertama setelah keluar darisemenanjung Arab sudah dibayangkannya. Dilihatnya bahwa Syamdan daerah-daerah di dekatnya itu merupakan pintu pertamajalur dakwah itu. Oleh karena itu beberapa bulan kemudiansekembalinya dari umrah ia telah mengerahkan tiga ribu orangyang kemudian di Mu'ta berhadapan dengan seratus ribu orangpasukan lawan.
Ahli-ahli sejarah masih berbeda pendapat mengenaisebab-musabab terjadinya ekspedisi Mu'ta itu. Sebagianmengatakan bahwa dibunuhnya sahabat Nabi di Dhat't-Talh itulahyang menyebabkan adanya penyerbuan sebagai hukuman atas merekayang telah berkhianat itu, yang lain berpendapat bahwa ketikaNabi mengirim seorang utusan kepada gubernur Heraklius diBushra (Bostra), utusan itu dibunuh oleh orang badwi, dariGhassan, atas nama Heraklius. Lalu Muhammad mengirimkan merekayang sedang berperang di Mu'ta supaya memberi hukuman kepadapenguasa itu dan siapa saja yang membantunya. Kalau Perjanjian Hudaibiya merupakan pendahuluan'umrat'l-qadza', lalu pembebasan Mekah, maka ekspedisi Mu'taini juga merupakan pendahuluan Tabuk; dan setelah Nabi wafatkemudian terjadi pembebasan Syam. Soalnya akan sama saja; yangmenimbulkan ekspedisi Mu'ta itu karena dibunuhnya utusan Nabikepada penguasa Bushra, atau karena lima belas orangsahabatnya yang juga dibunuh di Dhat't-Talh. Dalam bulan Jumadilawal tahun kedelapan Hijrah [tahun 629 M.]Nabi 'a.s. memanggil tiga ribu orang pilihan, darisahabat-sahabatnya, dengan menyerahkan pimpinannya kepada Zaidb. Haritha dengan mengatakan: "Kalau Zaid gugur, maka Ja'far b. Abi Thalib yang memegangpimpinan, dan kalau Ja'far gugur, maka Abdullah b. Rawaha yangmemegang pimpinan. Ketika pasukan tentera ini berangkat Khalid bin'l-Walid secarasukarela juga ikut menggabungkan diri.
Dengan keikhlasan dankesanggupannya dalam perang hendak memperlihatkan itikadbaiknya sebagai orang Islam. Masyarakat ramai mengucapkanselamat jalan kepada komandan-komandan beserta pasukannya itu,dan Muhammad juga turut mengantarkan mereka sampai ke luarkota, dengan memberikan pesan kepada mereka: Jangan membunuhwanita, bayi, orang-orang buta atau anak-anak, janganmenghancurkan rumah-rumah atau menebangi pohon-pohon. Nabi'a.s. mendoakan dan kaum Muslimin juga turut mendoakan denganberkata: Tuhan menyertai dan melindungi kamu sekalian. Semogakembali dengan selamat. Komandan pasukan itu semua merencanakan hendak menyergap pihakSyam secara tiba-tiba, seperti yang biasa dilakukan dalamekspedisi-ekspedisi yang sudah-sudah. Dengan demikiankemenangan akan diperoleh lebih cepat dan kembali denganmembawa kemenangan. Mereka berangkat sampai di Ma'an dibilangan Syam dengan tidak mereka ketahui apa yang akan merekahadapi di sana. Akan tetapi berita keberangkatan mereka sudah lebih dulusampai. Syurahbil penguasa Heraklius di Syam sudahmengumpulkan kelompok-kelompok kabilah yang ada di sekitarnya.Pasukan tentara yang terdiri dari orang-orang Yunani danorang-orang Arab sebagai bantuan dari Heraklius didatangkanpula. Beberapa keterangan menyebutkan, bahwa Herakliussendirilah yang tampil memimpin pasukannya itu sampaibermarkas di Ma'ab di bilangan Balqa', terdiri dan seratusribu orang Rumawi, ditambah dengan seratus ribu lagi dariLakhm, Judham, Qain, Bahra' dan Bali. Dikatakan juga bahwaTheodore saudara Heraklius itulah yang memimpin pasukan, bukanHeraklius sendiri. Ketika pihak Muslimin berada di Ma'an, adanyakelompok-kelompok itu mereka ketahui.
Dua malam mereka beradadi tempat itu sambil melihat-lihat apa yang harus merekalakukan berhadapan dengan jumlah yang begitu besar. Salahseorang dari mereka ada yang berkata: Kita menulis suratkepada Rasulullah s.a.w. dengan memberitahukan jumlah pasukanmusuh. Kita bisa diberi bala bantuan, atau kita mendapatperintah lain dan kita maju terus. Saran ini hampir sajaditerima oleh suara terbanyak kalau tidak Abdullah ibn Rawaha,yang dikenal kesatria dan juga penyair, berkata: "Saudara-saudara, apa yang tidak kita sukai, justeru itu yangkita cari sekarang ini, yaitu mati syahid. Kita memerangimusuh itu bukan karena perlengkapan, bukan karena kekuatan,juga bukan karena jumlah orang yang besar. Tetapi kitamemerangi mereka hanyalah karena agama juga, yang dengan ituAllah telah memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kitamaju. Kita akan memperoleh satu dari dua pahala ini: menangatau mati syahid." Rasa bangga dari penyair pemberani ini segera pula menularkepada anggota-anggota tentara yang lain. Mereka berkata: IbnRawaha memang benar! Mereka lalu maju terus. Ketika sudah sampai di perbatasanBalqa', di sebuah desa bernama Masyarif, mereka bertemu denganpasukan Heraklius, yang terdiri dari orang-orang Rumawi danArab. Bilamana posisi musuh sudah dekat pihak Muslimin segeramengelak ke Mu'ta, yang dilihatnya sebagai kubu pertahananakan lebih baik daripada Masyarif. Di Mu'ta inilah pertempuransengit - antara seratus atau duaratus ribu tentara Herakliusdengan tiga ribu tentara Muslimin - mulai berkobar. Alangkah agungnya iman, alangkah kuatnya! Bendera Nabi dibawaoleh Zaid b. Haritha dan dia terus maju ke tengah-tengahmusuh. Ia yakin bahwa kematiannya itu takkan dapat dielakkan.Tetapi mati disini berarti syahid di jalan Allah. Selainkemenangan, hanya ada satu pilihan, yaitu mati syahid.
Dandisinilah Zaid bertempur mati-matian sehingga akhirnya hancurluluh ia oleh tombak musuh. Saat itu juga benderanya disambutoleh Ja'far b. Abi Thalib dari tangannya. Ketika itu usianyabaru tigapuluh tiga tahun, sebagai pemuda yang berwajah tampandan berani, Ja'far terus bertempur dengan membawa bendera itu.Bilamana kudanya oleh musuh dikepung, diterobosnya kuda itudan ditetaknya, dan dia sendiri terjun ke tengah-tengah musuh,menyerbu dengan mengayunkan pedangnya ke leher siapa saja yangkena. Bendera waktu itu dipegang di tangan kanan Ja'far; ketikatangan ini terputus, dipegangnya dengan tangan kirinya; danbila tangan kiri ini pun terputus, dipeluknya bendera itudengan kedua pangkal lengannya sampai ia tewas. Konon katanyayang menghantamnya orang dari Rumawi dengan sekaligus hinggaia terbelah dua.
Setelah Ja'far tewas bendera diambil oleh Abdullah ibn Rawaha.Dia maju dengan kudanya membawa bendera itu. Sementara ituterpikir olehnya akan turun saja. Ia nmasih agak ragu-ragu.Kemudian katanya: O diriku, bersumpah aku Akan turun engkau, akan turun Atau masih terpaksa juga Jika orang sudah berperang dan genderang sudah berkumandang Kenapa kulihat kau masih membenci surga? Kemudian diambilnya pedangnya dan dia maju terus bertempursampai akhirnya dia pun tewas juga. Mereka itulah Zaid, Ja'far dan Ibn Rawaha. Mereka bertigatelah mati syahid di jalan Allah, dalam satu peristiwa. Tetapisetelah berita ini diketahui oleh Nabi, ia sangat terharusekali, terutama terhadap Zaid dan Ja'far. Lalu katanya :Mereka telah diangkat kepadaku di surga - seperti mimpi orangyang sedang tidur - diatas ranjang emas. Lalu saya lihatranjang Abdullah b. Rawaha agak miring daripada ranjang keduatemannya itu. Lalu ditanya: Kenapa begitu? Dijawabnya: Yangdua orang terus maju, tapi Abdullah agak ragu-ragu. Kemudianterus maju juga. Orang sudah melihat teladan dan nasehat yang baik ini! Tidaklain ini artinya, bahwa seorang mukmin tidak boleh ragu-raguatau takut mati di jalan Allah. Bahkan sebaliknya, setiap iamenghadapi sesuatu persoalan ia harus yakin bahwa itu untukTuhan dan tanah-air, ia harus menggenggam hidupnya di tangan,siap dilemparkan ke muka siapa saja yang akan merintanginyadari jalan itu.
Salah satu: dia menang dan berhasil mencapaikebenaran Tuhan dan tanah-air, seperti yang sudah menjadikeyakinannya, atau ia gugur sebagai syahid. Ini adalah suatuteladan yang hidup bagi angkatan kemudian, dan suatu kenanganabadi buat jiwa besar yang bisa mengerti, bahwa harga hidupitu ialah hidup yang dikurbankan untuk tujuan cita-citanya;bahwa mempertahankan hidup dalam hina seperti menyia-nyiakanhidup. Orang semacam itu tidak perlu lagi nanti dikenang dalamhidup kita. Ada orang yang menerjunkan diri ke dalam bahayabila terasa hidupnya terancam demikian rupa sehingga ia punmenjadi kurban tujuan yang tidak berharga. Begitu juga iaberarti mengorbankan diri jika ia masih mempertahankanhidupnya padahal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa ia diminta supayahidupnya dilemparkan ke muka kebatilan, supaya dapatmenghancurkan kebatilan itu. Tetapi ia lalu bersembunyi dibalik tabir, ia sudah takut menghadapi maut, suatu perasaantakut yang sebenarnya lebih celaka daripada maut.
Jadi kalau sikap ragu-ragu yang hanya sedikit saja tampak padaIbn Rawaha, padahal sesudah itu, dengan keberanian yangluarbiasa ia pun bertempur lagi sampai mati sebagai syahidmasih ditempatkan tidak sama dengan Zaid dan Ja'far yangmenyerbu barisan maut dengan gembira menghadapi mati sebagaisyahid, apalagi buat orang yang lalu berbalik surut hanyakarena mengharapkan kedudukan atau harta atau sesuatu tujuanduniawi lainnya ! Kalau begitu tidak lebih dia hanyalahserangga yang hina saja, meskipun kedudukannya di muka orangbanyak sudah tinggi dan hartanya sudah melampaui harta karun.Benarlah jiwa manusia itu baru merasa gembira apabila ia sudahdapat berkurban untuk sesuatu yang diyakininya bahwa itubenar, sampai akhirnya ia pun gugur untuk.membela kebenaranitu, atau kebenaran itu dapat menguasai hidupnya! Ibn Rawaha tewas setelah sebentar ragu-ragu lalu tampil lagidengan keberanian yang luarbiasa. Sekali ini bendera diambiloleh Thabit b. Arqam [Banu 'Ajlan], yang kemudian berkata: "Saudara-saudara kaum Muslimin. Mari kita mencalonkan salahseorang dari kita." Mereka segera menjawab: "Engkau sajalah." "Tidak, saya tidak akan mampu,"
Kemudian pilihan mereka jatuh kepada Khalid bin'l-Walid.Diambilnya bendera itu oleh Khalid setelah dilihatnya barisanMuslimin mulai centang-perenang, kekuatan moril mereka mulaikendor. Khalid sendiri seorang jenderal yang cukup ulung,seorang penggerak militer yang tidak banyak bandingannya,Dengan demikian ia mulai memberikan komando. Barisan Muslimindapat diaturnya kembali. Sekarang dalam menghadapi musuh itusengaja ia membuat insiden-insiden kecil yang diulur-ulursampai petang hari. Malamnya kedua pasukan itu tentu akanmeletakkan senjata menunggu sampai pagi. Pada saat itulah Khalid mengambil kesempatan menyusun siasatperangnya. Anak buahnya dipencar-pencar demikian rupa denganjumlah yang tidak kecil, dalam suatu garis memanjang, yangdikerahkan maju dari barisan belakang. Pagi-pagi bila orangsudah bangun, dirasakannya ada kesibukan dan hiruk-pikukdemikian rupa yang cukup menimbulkan perasaan gentar dikalangan musuh, dengan anggapan bahwa bala bantuan telahdidatangkan dari pihak Nabi. Kalau jumlah tiga ribu orang itupada hari pertama telah membuat peranan begitu besar terhadappasukan Rumawi dan tidak sedikit pula jumlah mereka yang sudahterbunuh - meskipun tak dapat mereka pastikan - konon apa lagiyang akan dapat mereka lakukan dengan adanya bala bantuan yangbaru didatangkan itu, dengan tiada orang yang mengetahuiberapa besarnya! Oleh karena itu pihak Rumawi jadi menjauhkan diri dariserangan Khalid dan senang sekali mereka kalau Khalid tidaksampai menyerang mereka. Tetapi sebenarnya Khalid lebih senanglagi. Ia dapat menarik mundur pasukannya, kembali ke Medinah,setelah mengalami suatu pertempuran yang tidak membawakemenangan buat pasukan Muslimin, dan yang juga sama tidakmembawa kemenangan buat lawan mereka itu. Bilamana Khalid dan pasukannya sudah hampir sampai di Medinah,Muhammad dan kaum Muslimin yang lain sudah pula bersama-samamenyongsong mereka.
Atas permintaan Muhammad kemudian Abdullahb. Ja'far dibawa dan diangkatnya di depannya. Orang ramaidatang menaburkan tanah kepada pasukan tentara itu serayaberkata: "He orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!" Tapi Rasul segera berkata: "Mereka bukan pelarian. Tetapi mereka orang-orang yang akantampil kembali, insya Allah." Sungguh pun sudah begitu rupa Muhammad menghibur orang-orangyang baru kembali dari Mu'ta itu, namun Muslimin belum maujuga memaafkan mereka karena penarikan mundur dan merekakembali itu; sampai-sampai Salama ibn Hisyam tidak mau ikutsembahyang bersama-sama dengan Muslimin yang lain, kuatirmasih akan terdengar suara-suara orang bila melihatnya: "He orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah." Kalau tidak karena adanya tindakan-tindakan yang berarti darimereka yang kembali dari Mu,ta itu, terutama tindakan Khalidsendiri, niscaya Mu'ta masih akan dianggap suatu cemar karenapelarian yang telah dicontengkan saudara saudara seagania dikening mereka itu. Begitu pedih perasaan duka itu menusuk hati Muhammad setelahdiketahuinya Zaid dan Ja'far telah tewas. Begitu sedih iamenanggung dukacita karena mereka itu. Setelah Ja'far mendapat malapetaka, Muhammad pergi sendiri kerumahnya, dijumpainya isterinya Asma bt. 'Umais yang padawaktu itu ia sudah membuat adonan roti, anak-anaknya sudahdimandikan, sudah diminyaki dan dibersihkan. "Bawa kemari anak-anak Ja'far itu," kata Muhammad kepadanya.
Setelah mereka dibawa, diciuminya anak-anak itu, denganairmata yang sudah berlinangan. "Rasulullah," kata Asma' gelisah; ia sudah merasa apa yangterjadi. "Demi ayah bundaku! Kenapa menangis, Rasulullah?! Adahal-hal yang menimpa Ja'far dan kawan-kawannya barangkali?" "Ya," jawabnya. "Hari ini mereka tewas." Berkata begituairmatanya sudah makin tak dapat ditahan, deras berderai.Asma, juga lalu menangis keras-keras sehingga banyakwanita-wanita yang datang berkumpul. Bila Muhammad pulang ia berkata kepada keluarganya: "Keluarga Ja'far jangan dilupakan. Buatkan makanan buatmereka. Mereka sekarang dalam kesusahan." Ketika dilihatnyaputeri Zaid - bekas budaknya itu - datang, dibelai-belainyabahunya sambil ia menangis. Ada sahabat-sahabat yang merasaterkejut melihat Rasul menangisi orang yang mati syahid itu.Lalu katanya, yang maksudnya: Tapi itu airmata seorang kawanyang kehilangan kawannya. Ada sumber yang menyebutkan, bahwa jenazah Ja'far dibawa keMedinah dan dikebumikan di sana tiga hari kemudian setelahKhalid dan pasukannya sampai.
Sejak hari itu Rasul menyuruhorang supaya jangan lagi menangis. Kedua tangan Ja'far yangterputus, oleh Tuhan telah diganti dengan sepasang sayap yangmenerbangkannya ke surga. Beberapa minggu kemudian setelah Khalid kembali, Muhammadbermaksud hendak mengembalikan pula kewibawaan Muslimin dibagian utara jazirah itu. Dalam hal ini ia menugaskan 'Amrbin'l-'Ash supaya mengerahkan orang-orang Arab ke Syam. Memangdemikian, sebab ibn 'Amr ini berasal dari kabilah daerah itu.Tentu akan lebih mudah ia bergaul dengan mereka. Tetapisetelah ia sampai di sebuah pangkalan air di daerah kabilahJudham yang disebut Silsil, mulai ia merasa kuatir. Segera iamengirim kurir kepada Nabi 'alaihissalam meminta bantuan. DanNabi pun segera mengirim Abu 'Ubaida bin'l-Jarrah darikalangan Muhajirin yang mula-mula, termasuk Abu Bakr dan Umar.Sebagai orang yang masih baru dalam Islam, Muhammad kuatir'Amr akan berselisih dengan Abu 'Ubaida sebagai anggotaMuhajirin yang mula-mula, maka dipesannya kepada Abu 'Ubaidaketika dilepaskan.
Jangan berselisih. *** "Engkau datang kemari sebagai pembantuku. Pimpinan tentaraditanganku," kata 'Amr kemudian kepada Abu 'Ubaida. Abu 'Ubaida adalah orang yang sangat lemah-lembut, dan serbamudah dalam masalah-masalah duniawi. "Rasulullah sudah berpesan," katanya kepada 'Amr "Kita janganberselisih. Kalau engkau tidak taat kepadaku, akulah yang taatkepadamu." Dan dalam melakukan sembahyang jamaah juga 'Amr yang menjadiimam. Sekarang ia mulai bergerak maju memimpin pasukannya itu. PihakSyam yang bermaksud hendak menggempurnya telah diubrak-abrik.Dengan demikian kewibawaan Muslimin di bilangan daerah itutelah dapat dipulihkan Dalam pada itu Muhammad masih teringat juga pada Mekah dansegala sesuatunya. Akan tetapi, seperti sudah disebutkan, iasangat memegang teguh isi Perjanjian Hudaibiya. Ia harusmenunggu sampai habis waktu dua tahun. Sementara itusatuan-satuan tetap dikirimkan guna menjaga adanyapemberontakan kabilah-kabilah, yang berjiwa memang sukaberontak itu. Tetapi hal ini tidak banyak makan tenaga.Utusan-utusan sudah berdatangan kepadanya dari segenappenjuru, mereka sudah menyatakan ketaatan dan kesetiaan yangpenuh kepadanya. Hal inilah yang telah merupakan pengantarakan dibebaskannya Mekah serta akan kedudukan Islam yang kukuhdi tempat ini, sebagai tempat yang paling disucikan untukselama-lamanya.
0 komentar:
Posting Komentar