Oleh : Muhammad Husain Haekal
Di bawah pimpinan Khalid bin'l-Walid pasukan Muslimin kinikembali pulang setelah terjadi peristiwa Mu'ta itu. Merekakembali tidak membawa kemenangan, juga tidak membawakekalahan. Mereka kembali pulang dengan senang hati. Penarikan mundur ini setelah - Zaid b. Haritha, Ja'far b. AbiTalib dan Abdullah b. Rawaha tewas - telah meninggalkan kesanyang berlain-lainan sekali pada pihak Rumawi, pada pihakMuslimin yang tinggal di Medinah dan pada pihak Quraisy diMekah. Rumawi merasa gembira sekali dengan penarikan mundurpasukan Muslimin itu. Mereka sudah merasa bersyukur, sebabpertempuran itu tidak sampai berlangsung lama, meskipuntentara Rumawi terdiri dari seratus ribu menurut satu sumber,- atau dua ratus ribu menurut sumber yang lain, - sementarapasukan Muslimin terdiri dari tiga ribu orang. Kegembiraanpihak Rumawi itu - baik disebabkan oleh ketangkasan Khalidbin'l-Walid dalam bertahan mati-matian dengan kekuatannyadalam mengadakan serangan, sehingga ia menghabiskan sembilanpedang yang patah di tangannya ketika bertempur setelahtewasnya tiga sahabatnya itu, atau disebabkan olehkecerdikannya dalam mengatur dan membagi-bagi pasukannya padahari kedua dan yang telah menimbulkan hiruk-pikuk sehinggapihak Rumawi mengira bahwa bala bantuan telah didatangkan dariMedinah - namun kabilah-kabilah Arab yang tinggal diperbatasan dengan Syam sangat kagum sekali melihat tindakanMuslimin ketika itu.
Karena peristiwa itu pula salah seorang pemimpin mereka (Farwab. 'Amr al-Judhami, seorang komandan pasukan Rumawi) langsungmenyatakan diri masuk Islam. Akan tetapi, atas perintahHeraklius dia kemudian ditangkap dengan tuduhan berkhianat.Sungguh pun begitu Heraklius masih bersedia membebaskannyakembali asal saja ia mau kembali ke dalam pangkuan agamaNasrani, bahkan ia bersedia mengembalikannya pada jabatansemula sebagai komandan pasukan. Tetapi Farwa menolak dantetap menolak dengan tetap bertahan dalam keislamannya,sehingga akhirnya ia dibunuh juga.
Tetapi karena itu pulaIslam makin luas tersebar di kalangan kabilah-kabilah Najdyang berbatasan dengan Irak dan Syam. Ketika itu di sanaRumawi sedang berada dalam puncak kekuasaannya. Dengan bertambah banyaknya orang masuk ke dalam agama baru iniKerajaan Bizantium makin goyah kedudukannya, sehingga adapenguasa Heraklius, yang bertugas membayar gaji militer,ketika itu berkata lantang kepada orang-orang Arab Syam yangikut dalam perang; "Lebih baik kalian menarik diri. Kerajaandengan susah payah baru dapat membayar gaji angkatanperangnya. Untuk makanan anjingnya pun sudah tidak ada." Tidak heran kalau mereka lalu meninggalkan kerajaan danmeninggalkan angkatan perangnya. Sebaliknya, agama baru inimakin cemerlang sinarnya memancar dihadapan mereka, yang akanmengantarkan mereka kepada kebenaran yang lebih tinggi, yangakan menjadi tujuan umat manusia. Itu pula sebabnya, selamawaktu itu saja ribuan orang telah masuk Islam, yang terdiridari kabilah Sulaim dengan pemimpinnya Al-'Abbas ibn Mirdas,kabilah-kabilah Asyja' dan Ghatafan yang dahulu sudahbersekutu dengan Yahudi sampai hancurnya Yahudi di Khaibar,demikian juga kabilah-kabilah 'Abs, Dhubyan dan Fazara.
Peristiwa Mu'ta ini jugalah yang telah imemudahkan persoalanbagi Muslimin di bagian utara Medinah sampai ke perbatasanSyam itu, dan ini pula yang telah membuat Islam lebihterpandang dan lebih kuat. Akan tetapi buat Muslimin yang tinggal di Medinah pengaruhnyalain lagi. Bilamana mereka melihat Khalid dan pasukannyakembali dari perbatasan Syam tidak membawa kemenangan ataspasukan Heraklius, mereka bersorak-sorak mengatakan: "Heorang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!" Beberapaorang anggota pasukan itu merasa demikian malu sampai ada yangtidak berani keluar rumah, supaya jangan lagi diperolok-olokoleh anak-anak dan pemuda-pemuda Muslimin dengan tuduhanmelarikan diri itu. Sebaliknya di mata Quraisy, akibat Mu'ta itu dipandang olehmereka sebagai suatu kehancuran dan pukulan berat buatMuslimin, sehingga tak ada lagi orang yang mau menghiraukanmereka atau menganggap penting segala perjanjian denganmereka. Biarlah keadaan kembali seperti sebelum'umrat'l-qadza'. Biarlah keadaan kembali seperti sebelumPerjanjian Hudaibiya. Biarlah orang-orang Quraisy kembali lagimenyerang kaum Muslimin dan siapa saja yang masih terikatperjanjian dengan mereka tanpa harus merasa takut ada tindakanhukum dari Muhammad.
Perdamaian Hudaibiya antara lain sudah menentukan, bahwabarangsiapa yang ingin masuk kedalam persekutuan denganMuhammad boleh saja, dan barangsiapa ingin masuk kedalampersekutuan dengan pihak Quraisy juga boleh. Ketika ituKhuza'a masuk bersekutu dengan Muhammad sedang Banu Bakrdengan pihak Quraisy. Sebenarnya antara Khuza'a dengan BanuBakr ini sudah lama timbul permusuhan yang baru reda setelahada perjanjian Hudaibiya, masing-masing kabilah menggabungkandiri dengan pihak yang mengadakan perdamaian itu. Dengan adanya peristiwa yang telah terjadi di Mu'ta itu,sekarang terbayang oleh Quraisy bahwa Muslimin pasti mengalamikehancuran. Sudah terbayang oleh Banu'd-Dil, sebagai bagiandari Banu Bakr b. 'Abd Manat, bahwa sekarang sudah tibawaktunya akan membalas dendam lamanya kepada Khuza'a, ditambahlagi memang ada segolongan orang dari pihak Quraisy yang ikutmendorong, diantaranya 'Ikrima b. Abi Jahl dan beberapa orangpemimpin Quraisy lainnya yang sekalian memberikan bantuansenjata.
Malam itu pihak Khuza'a sedang berada di tempat pangkalan airmilik mereka sendiri yang bernama al-Watir, oleh pihak BanuBakr mereka diserang dengan tiba-tiba sekali dan beberapaorang dari pihak Khuza'a dibunuh. Sekarang Khuza'a lari keMekah, berlindung kepada keluarga Budail b. Warqa, denganmengadukan perbuatan Quraisy dan Banu Bakr yang telahmelanggar perjanjian dengan Rasulullah itu. Untuk itu 'Amr b.Salim dari Khuza'a cepat-eepat pula pergi ke Medinah. Dan bilaia sudah menghadap Muhammad yang ketika itu sedang dalammesjid dengan beberapa orang, diceritakannya apa yang telahterjadi itu dan ia meminta pertolongannya. "'Amr b. Salim, mesti engkau dibela," kata Rasulullah. Sesudah itu Budail b. Warqa, bersama beberapa orang dari pihakKhuza'a kemudian berangkat pula ke Medinah. Mereka melaporkankepada Nabi mengenai nasib yang mereka alami itu serta adanyadukungan Quraisy kepada Banu Bakr. Melihat apa yang telahdilakukan Quraisy dengan merusak perjanjian itu, maka tak adajalan lain menurut Nabi, Mekah harus dibebaskan. Untuk itu iabermaksud mengutus orang kepada kaum Muslimin di seluruhjazirah supaya bersiap-siap menantikan panggilan yang belummereka ketahui apa tujuannya panggilan demikian itu. Sebaliknya orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana dikalangan Quraisy, mereka sudah dapat menduga bahaya apa yangakan timbul akibat tindakan 'Ikrima dan kawan-kawannya darikalangan pemuda itu.
Kini persetujuan Hudaibiya sudahdilanggar, dan pengaruh Muhammad di seluruh jazirah sekarangsudah bertambah kuat. Sekiranya apa yang telah terjadi itudipikirkan, bahwa pihak Khuza'a akan menuntut balas terhadappenduduk Mekah, pasti Kota Suci itu akan sangat terancambahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan sekarang? Mereka mengutus Abu Sufyan ke Medinah, dengan maksud supayapersetujuan itu diperkuat kembali dan diperpanjang waktunya.Barangkali waktu yang sudah itu berlaku untuk dua tahun,sekarang mereka mau supaya menjadi sepuluh tahun. Abu Sufyan, sebagai pemimpin mereka dan sebagai orang yangbijaksana di kalangan mereka kini berangkat menuju Medinah.Ketika sampai di 'Usfan dalam perjalanannya itu ia bertemudengan Budail b. Warqa, dan rombongannya. Ia kuatir Budailsudah menemui Muhammad dan melaporkan apa yang telah terjadi.Hal ini akan lebih mempersulit tugasnya.
Tetapi Budailmembantah bahwa ia telah menemui Muhammad. Sungguhpun begitu,dari kotoran binatang tunggangan Budail itu ia mengetahui,bahwa orang itu memang dari Medinah. Oleh karena itulah, iatidak akan langsung menemui Muhammad lebih dulu, melainkanakan menuju ke rumah puterinya, Umm Habiba, isteri Nabi. Mungkin ia (Umm Habiba) memang sudah mengetahui rasa kasihsayang Nabi kepada Quraisy meskipun ia belum mengetahui apayang sudah menjadi keputusannya mengenai Mekah. Dan mungkinjuga semua Muslimin yang ada di Medinah demikian. Waktu itu Abu Sutyan sudah akan duduk di lapik yang biasadiduduki Nabi, tapi oleh Umm Habiba lapik itu segeradilipatnya. Lalu oleh ayahnya ia ditanya, melipat lapik itukarena ia sayang kepada ayah, ataukah karena sayang kepadalapik. "Ini lapik Rasulullah s.a.w.," jawabnya. "Ayah orang musyrikyang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di tempat itu." "Sungguh engkau akan mendapat celaka, anakku," kata AbuSufyan.
Lalu ia keluar dengan marah. Sesudah itu ia pergi menemui Muhammad, bicara mengenaiperjanjian serta perpanjangan waktunya. Tetapi Nabi tidakmemberikan jawaban samasekali. Selanjutnya ia pergi menemuiAbu Bakr supaya membicarakan maksudnya itu dengan Nabi. TetapiAbu Bakr juga menolak. Sekarang Umar bin'l-Khattab yangdijumpainya. Tetapi Umar memberikan jawaban yang cukup keras:"Aku mau menjadi perantara kamu kepada Rasulullah? Sungguh,kalau yang ada padaku hanya remah, pasti dengan itu pun akankulawan engkau." Seterusnya ia menemui Ali b. Abi Talib, danFatimah ada di tempat itu. Dikemukakannya maksud kedatangannyaitu dan dimintanya supaya ia menjadi perantaranya kepadaRasul. Tetapi Ali mengatakan dengan lemah-lembut bahwa tak adaorang yang akan dapat menyuruh Muhammad menarik kembalisesuatu yang sudah menjadi keputusannya. Selanjutnya utusanQuraisy itu meminta pertolongan Fatimah supaya Hasan - anaknya- berusaha memintakan perlindungan di kalangan khalayak ramai. "Tak ada orang akan berbuat demikian itu dengan maksud akandihadapkan kepada Rasulullah," jawab Fatimah.
Sekarang keadaannya jadi makin gawat buat Abu Sufyan. Iameminta pendapat Ali. "Sungguh saya tidak tahu, apa yang kiranya akan berguna buatkau," jawab Ali. "Tetapi engkau pemimpin Banu Kinana. Cobalahminta perlindungan kepada orang ramai; sesudah itu, pulanglahke negerimu. Saya kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanyaitu yang dapat saya usulkan kepadamu." Abu Sufyan lalu pergi ke mesjid dan di sana ia mengumumkanbahwa ia sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudiania menaiki untanya dan berangkat pulang ke Mekah denganmembawa perasaan kecewa karena rasa hina yang dihadapinya darianaknya sendiri dan dari orang-orang - yang sebelum merekahijrah - pernah mengharapkan belas-kasihannya. Abu Sufyan kembali ke Mekah. Kepada masyarakatnya iamelaporkan segala yang dialaminya selama di Medinah sertaperlindungan yang dimintanya dari masyarakat ramai atas saranAli, dan bahwa Muhammad belum memberikan persetujuannya. "Sial!" kata mereka. "Orang itu lebih-lebih lagi mempermainkankau." Lalu mereka kembali lagi mengadakan perundingan. Sebaliknya Muhammad, ia berpendapat tidak akan memberikankesempatan mereka mengadakan persiapan untuk memeranginya.
Oleh karena ia sudah percaya pada kekuatan sendiri dan padapertolongan Tuhan kepadanya, ia berharap akan dapat menyergapmereka dengan tiba-tiba, sehingga mereka tidak lagi sempatmengadakan perlawanan dan dengan demikian mereka menyerahtanpa pertumpahan darah. Oleh karena itu diperintahkannya supaya orang bersiap-siap.Dan setelah persiapan selesai, diberitahukan kepada mereka,bahwa kini ia siap berangkat ke Mekah, dan diperintahkan pulasupaya mereka cepat-cepat. Sementara itu ia berdoa kepadaTuhan mudah-mudahan Quraisy tidak sampai mengetahui beritaperjalanan Muslimin itu. Ketika tentara Muslimin sudah siap-siap akan berangkat, Hatibb. Abi Balta'a mengirim sepucuk surat di tangan seorang wanitadari Mekah, budak salah seorang Banu 'Abd'l-Muttalib bernamaSarah dengan dlberi upah supaya surat itu disampaikan kepadapihak Quraisy, yang isinya memberitahukan, bahwa Muhammadsedang mengadakan persiapan hendak menghadapi mereka.Sebenarnya Hatib orang besar dalam Islam.
Tapi sebagaimanusia, dari segi kejiwaannya ia mempunyai beberapakelemahan, yang kadang cukup menekan jiwanya sendiri danmenghanyutkannya kedalam suatu masalah yang memang tidakdikehendakinya. Masalah ini oleh Muhammad segera puladiketahui. Cepat-cepat disuruhnya Ali b. Abi Talib dan Zubairbin'l-'Awwam mengejar Sarah. Wanita itu disuruh turun, suratdicarinya di tempat barang tapi tidak juga diketemukan. Wanitaitu diperingatkan, bahwa kalau surat itu tidak dikeluarkan,merekalah yang akan membongkarnya. Melihat keadaan yang begitusungguh-sungguh, wanita itu berkata: Lalulah. Kemudian ia membuka ikatan rambutnya dan surat itu pundikeluarkan, yang oleh kedua orang itu lalu dibawa kembali keMedinah. Sekarang Hatib dipanggil oleh Muhammad dan ditanya kenapa iasampai berbuat demikian. "Rasulullah," kata Hatib. "Demi Allah, saya tetap berimankepada Allah dan kepada Rasulullah. Sedikit pun tak adaperubahan pada diri saya. Akan tetapi saya, yang tidak punyahubungan keluarga atau kerabat dengan mereka itu, mempunyaiseorang anak dan keluarga di tengah-tengah mereka. Maka itusebabnya saya hendak menenggang mereka." "Rasulullah," sela Umar bin'l-Khattab. "Serahkan kepada saya,akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua." "Dari mana engkau mengetahui itu, Umar," kata Rasulullall."Kalau-kalau Allah sudah menempatkan dia sebagai orang-orangBadr ketika terjadi Perang Badr." Lalu katanya: "Berbuatlahsekehendak kamu. Sudah kumaafkan kamu." Dan Hatib memang orang yang ikut dalam Perang Badr. Ketikaitulah firman Tuhan datang: "Orang-orang yang beriman! Janganlah musuhKu dan musuh kamudijadikan sahabat-sahabat kamu, dengan memperlihatkankasih-sayang kamu kepada mereka." (Qur'an, 60: 1)
Sekarang pasukan tentara Muslimin sudah mulai bergerak dariMedinah menuju Mekah, dengan tujuan membebaskan kota itu sertamenguasai Rumah Suci, yang oleh Tuhan telah dijadikan tempatberkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Pasukan ini bergerak dalam suatu jumlah yang belum pernahdialami oleh kota Medinah. Mereka terdiri dan kabilah-kabilahSulaim, Muzaina, Ghatafan dan yang lain, yang telahmenggabungkan diri, baik kepada Muhajirin atau pun kepadaAnshar. Mereka berangkat bersama-sama dengan mengenakanpakaian besi. Mereka melingkar ke tengah-tengah padang saharayang membentang luas itu, sehingga apabila kemah-kemah merekasudah dikembangkan, tertutup belaka oleh debu pasir saharaitu; sehingga karenanya orang takkan dapat melihatnya. Merekayang terdiri dari ribuan orang itu telah mengadakan gerakcepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikutmenggabungkan diri, yang berarti menambah jumlah dan menambahkekuatan pula. Semua mereka berangkat dengan kalbu yang penuhiman, bahwa dengan pertolongan Allah mereka akan mendapatkemenangan. Perjalanan ini dipimpin oleh Muhammad denganpikiran dan perhatian tertuju hanya hendak memasuki Rumah Sucitanpa akan mengalirkan darah setetes sekalipun. Bila pasukan ini sudah sampai di Marr'z-Zahran1 dan jumlahanggota pasukan sudah mencapai sepuluh ribu orang, pihakQuraisy belum juga mendapat berita. Mereka masih dalamsilang-sengketa, bagaimana caranya akan menangkis serangandari Muhammad. Oleh Abbas b. 'Abd'l-Muttalib - paman Nabi ditinggalkannyamereka itu dalam perdebatan dan dia sendin sekeluargaberangkat menemui Muhammad di Juhfa.2 Boleh jadi sudah adaorang-orang dari Banu Hasyim yang sudah menerima berita atausemacam berita tentang kebenaran Nabi. Lalu mereka bermaksudmenggabungkan diri tanpa akan mendapat sesuatu gangguan.
Disamping Abbas, yang juga berangkat menyongsong ialah AbuSufyan bin'l-Harith b. 'Abd'l-Muttalib, sepupu Nabi, Abdullahb. Abi Umayya bin'l-Mughira, anak bibinya. Merekamenggabungkan diri dengan pasukan Muslimin di Niq'l-'Uqab.Mereka berdua minta ijin akan menemui Nabi, tapi Nabi menolak. "Tidak perlu aku kepada mereka," katanya kepada Umm Salama,isterinya, ketika ia mencoba membicarakan masalah dua orangitu. "Aku sudah banyak menderita karena anak pamanku itu.Sedang anak bibiku, dan iparku pula, ia sudah mengatakan yangbukan-bukan ketika ia di Mekah." Keterangan ini disampaikan kepada Abu Sufyan, dan dia berkata: "Demi Allah, bagiku hanyalah aku ingin diijinkan bertemu,atau, dengan bantuan anakku ini, kami akan pergi ke mana saja,sampai kami mati kehausan dan kelaparan." Nabi merasa kasihan kepada mereka.
Kemudian mereka pundiijinkan masuk menemuinya, dan mereka menyatakan masuk Islam. Menyaksikan pasukan Muslimin serta kekuatannya yang demikianrupa, Abbas b. 'Abd'l-Muttalib sekarang merasa cemas danterkejut sekali. Sekalipun ia sudah masuk Islam, namun hatinyaselalu kuatir akan bencana yang akan menimpa Mekah jikakekuatan pasukan yang belum pernah ada bandingannya di seluruhjazirah Arab itu kelak menyerbu ke dalam kota. Bukankah barusaja ia meninggalkan Mekah, meninggalkan keluarga danhandai-tolan, yang belum lagi terputus pertalian mereka karenaIslam yang baru dianutnya itu? Boleh jadi ia menyatakan rasakekuatirannya itu kepada Rasul, dan ia bertanya apa yang akandiperbuatnya kalau pihak Quraisy minta damai. Atau boleh jadijuga sepupunya ini yang dengan senang hati membuka pembicaraandengan Abbas dalam hal ini, dan diharapkannya ia menjadiseorang utusan yang akan memberi kesan yang menakutkan kepadasekelompok orang di kalangan Quraisy itu, sehingga kelak dapatmemasuki Mekah tanpa sesuatu pertumpahan darah dan Mekah akantetap dalam kesuciannya seperti dulu dan seperti yangseharusnya akan demikian. Dengan duduk di atas seekor bagal3 putih kepunyaan Nabi, Abbasberangkat pergi ke daerah Arak, dengan harapan kalau-kalau iaakan berjumpa dengan orang mencari kayu, atau tukang susu ataudengan manusia siapa saja yang sedang pergi ke Mekah. Ia akanmenitipkan pesan kepada penduduk kota itu tentang kekuatanpasukan Muslimin yang sebenarnya supaya mereka kelak menemuiRasulullah dan minta damai sebelum pasukan ini memasuki kotadengan kekerasan. Sejak pihak Muslimin berlabuh di Marr'z-Zahran, pihak Quraisysudah mulai merasakan adanya bahaya yang sedang mendekatimereka. Maka diutusnya Abu Sufyan b. Harb, Budail b. Warqa'dan Hakim b. Hizam - masih kerabat Khadijah - mencari-cariberita serta mengajuk sampai seberapa jauh bahaya yang mungkinmengancam mereka itu. Sementara Abbas sedang di atas bagal Nabi yang putih itu,tiba-tiba ia mendengar ada percakapan antara Abu Sufyan b.Harb dengan Budail b. Warqa' sebagai berikut: Abu Sufyan: "Aku belum pernah melihat api unggun dan pasukantentara seperti yang kita lihat malam ini." Budail: "Tentu itu api unggun Khuza'a yang sudah dirangsangperang." Abbas sudah mengenal suara Abu Sufyan itu, lalu dipanggilnyadengan nama julukannya: "Abu Hanzala!" "Abu'l-Fadzl!" gilir Abu Sufyan menyahut. "Abu Sufyan, kasihan engkau!" kata Abbas. "Rasulullah beradadi tengah-tengah rombongan itu. Apa jadinya Quraisy kalaumereka memasuki Mekah dengan kekerasan." "Apa yang harus kita perbuat!" kata Abu Sufyan. "Kupertaruhkanibu-bapaku untukmu."4 Oleh Abbas ia dinaikkannya di belakang bagal dan diajaknyaberangkat bersama-sama, sedang kedua temannya disuruhnyakembali ke Mekah. Oleh karena ketika melihat bagal itu merekasudah mengenalnya, dibiarkannya ia dengan penumpangnya itulalu di hadapan mereka, di tengah-tengah sepuluh ribu orangyang sedang memasang api unggun, yang sengaja dipasang untukmenimbulkan kegentaran dalam hati penduduk Mekah.
Akan tetapi ketika bagal itu lalu di depan api unggun Umarbin'l-Khattab, dan Umar melihatnya, sekaligus ia mengenal AbuSufyan dan diketahuinya pula bahwa Abbas hendak melindunginya.Cepat-cepat ia pergi ke kemah Nabi dan dimintanya kepada Nabisupaya batang leher orang itu dipenggal. "Rasulullah," kata Abbas. "Saya sudah melindunginya." Menghadapi situasi semacam itu dan waktu sudah malam pula, dansetelah terjadi perdebatan yang kadang sengit juga antara Umardan Abbas, Muhammad berkata: "Bawalah dia dulu ke tempatmu, Abbas. Pagi-pagi besok bawa kemari." Keesokan harinya, bilamana Abu Sufyan sudah dibawa lagimenghadap Nabi dan disaksikan oleh pembesar-pembesar darikalangan Muhajirin dan Anshar - terjadi dialog demikian ini: Nabi: "Kasihan kamu Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunyasekarang engkau harus mengetahui, bahwa tak ada Tuhan selainAllah!?" Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau!Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga!Aku memang sudah menduga, bahwa tak ada tuhan selain Allah,itu sudah mencukupi segalanya." Nabi: "Kasihan engkau Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunyaengkau harus mengetahui, bahwa aku Rasulullah!?" Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau!Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga!Tetapi mengenai hal ini, sungguh sampai sekarang masih adasesuatu dalam hatiku." Sekarang Abbas campur tangan. Ia bicara dengan ditujukankepada Abu Sufyan, supaya ia mau menerima Islam dan bersaksibahwa tak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad pesuruhNya- sebelum batang lehernya dipenggal. Menghadapi hal ini buatAbu Sufyan tak ada jalan lain ia harus menerima. SekarangAbbas menghadapkan pembicaraannya kepada Nabi 'alaihissalam: "Rasulullah," katanya. "Abu Sufyan orang yang gila hormat.Berikanlah sesuatu kepadanya." "Ya," kata Rasulullah "Barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan,orang itu selamat, barangsiapa menutup pintu rumahnya orangitu selamat dan barangsiapa masuk ke dalam mesjid orang itujuga selamat."
Ahli-ahli sejarah dan penulis-penulis riwayat hidup Nabi semuasepakat tentang terjadinya peristiwa-peristiwa itu. Hanyasebagian mereka masih ada yang bertanya-tanya: Adakah semuaitu terjadi karena kebetulan saja? Kepergian Abbas kepada Nabidengan maksud hendak pergi ke Medinah, tiba-tiba bertemudengan pasukan tentara Muslimin di Juhfa, begitu jugakepergian Budail b. Warqa' dan Abu Sufyan b. Harb yang hanyasekedar mau mengintai, padahal sebelum itu Budail sendirisudah ke Medinah dan melaporkan kepada Nabi apa yang telahterjadi terhadap Khuza'a dan dari Nabi diketahuinya bahwa Nabiakan membelanya. Adakah dalam kepergiannya ini Abu Sufyantidak menyadari bahwa Muhammad juga telah berangkat hendakmenyerbu Mekah? Ataukah karena sesuatunya itu - sedikit banyak- dengan suatu persepakatan yang sudah diatur lebih dulu, dankarena persepakatan itu pula, telah mempertemukan Abbas denganAbu Sufyan, dan bahwa Abu Sufyan sudah yakin - sejak ia pergike Medinah hendak meminta perpanjangan waktu PerjanjianHudaibiya dan kembali dengan tangan kosong - bahwa tak adajalan lain buat Quraisy akan dapat menahan Muhammad dan yakinpula ia bahwa kalau ia membukakan jalan untuk pembebasan ituia akan tetap memegang pimpinan dan mempertahankankedudukannya yang penting di Mekah, dan bahwa apa yang telahmenjadi persepakatan mereka itu tidak sampai pula kepadaMuhammad dan kepada orang-orang yang berkepentingan dengansoal itu, dengan kenyataan bahwa Umar sendiri pun telahbermaksud hendak membunuh Abu Sufyan? Besar sekali risikonyakita akan menjatuhkan vonis.
Tetapi rasanya kita sudah akandapat memastikan - untuk memuaskan hati kita - bahwa baikkarena suatu kebetulan saja yang telah menyebabkan semuaperistiwa itu, atau karena memang sudah ada semacam suatupersepakatan, tapi yang terang kedua kejadian itu menunjukkan,betapa cermat dan pandainya Muhammad dapat menguasai suatupeperangan terbesar dalam sejarah Islam tanpa pertempuran dantanpa pertumpahan darah. Islamnya Abu Sufyan itu tidak akan mengurangi kewaspadaan dankesiap-siagaan Muhammad dalam menyiapkan diri hendak memasukiMekah. Kalau kemenangan yang di tangan Tuhan itu memangdiberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya, tapi Tuhanakan memberikan pertolongan hanya kepada orang yang sudahmengadakan persiapan, dan dalam segala hal dan setiap saatberjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Oleh karena itudiperintahkannya supaya Abu Sufyan ditahan dulu di sela wadi,pada sebuah jalan masuk gunung ke Mekah, sehingga bila nantipasukan Muslimin lewat, ia akan melihatnya sendiri, dan dapatpula dengan jelas ia melaporkan kepada golongannya, supayajangan timbul perlawanan yang bagaimanapun bentuknya, apabilaia dapat cepat-eepat kembali kepada mereka kelak.
Bilamana kemudian kabilah-kabilah itu lewat di hadapan AbuSufyan, yang sangat mempesonakan hatinya ialah batalion serbahijau yang mengelilingi Muhammad, yang terdiri dari kaumMuhajirin dan Anshar, dan yang tampak hanyalah pakaian besi.Setelah mengetahui keadaan itu Abu Sufyan berkata: "Abbas, kiranya takkan ada orang yang sanggup menghadapimereka itu. Abu'l-Fadzl, kerajaan kemenakanmu ini kelak akanmenjadi besar!" Sesudah itu kemudian ia dibebaskan pergi menemui golongannyadan dengan suara keras ia berteriak kepada mereka: "Saudara-saudara Quraisy! Muhammad sekarang datang dengankekuatan yang takkan dapat kamu lawan. Tetapi barangsiapadatang ke rumah Abu Sufyan orang itu selamat, barangsiapamenutup pintu rumahnya, orang itu selamat dan barangsiapamasuk ke dalam mesjid orang itu juga selamat!"
0 komentar:
Posting Komentar