Ibrahim

Oleh : Muhammad Husain Haekal


Ibrahim dan istri Nabi Muhammad kembali ke Medinah selesai ia membebaskan Mekah dansetelah mendapat kemenangan di Hunain dan mengepung Ta'if.Dalam hati orang Arab semua sudah nyata dan yakin, bahwa takada yang akan dapat menandinginya di seluruh jazirah, jugasudah tak ada lagi lidah yang mau mengganggu ataumencelanya. Pihak Anshar dan Muhajirin semua merasa gembirasekali karena Tuhan telah membukakan jalan kepada Nabi,membebaskan negeri tempat Mesjid Suci. Mereka gembira karenapenduduk Mekah telah beroleh hidayah dengan menganut Islam,dan orang-orang Arab - dengan kabilahnya yang beraneka ragamitu - telah tunduk dan taat kepada agama ini. Untuk sekadar menikmati adanya ketenangan hidup, merekasemua kembali ke Medinah setelah Muhammad menunjuk 'Attab b.Asid untuk Mekah di samping Mu'adh b. Jabal guna mengajarorang memperdalam agama dan mengajarkan Qur'an.



Kemenanganyang belum ada taranya dalam sejarah Arab ini telahmenimbulkan kesan yang dalam sekali di dalam hatiorang-orang Arab itu semua, juga dalam hatipembesar-pembesar dan bangsawan-bangsawan yang samasekalitidak membayangkan, bahwa pada suatu hari mereka akan tundukkepada Muhammad atau akan menerima agamanya sebagai agamamereka; dalam hati penyair-penyair, yang bicara atas namabangsawan-bangsawan dengan sekedar mendapatkan simpati dandukungan sebagai imbalan, atau sekadar mendapatkan bantuandan dukungan kabilah-kabilah; dalam hati kabilah-kabilah dipedalaman, yang biasanya tidak mau menukarkan kebebasannyadengan apa pun, atau akan terbayang dalam pikirannya, bahwamereka akan tergabung dalam satu panji di luar panji merekasendiri yang khusus atau akan bersedia mati untuk semua itudalam suatu peperangan sampai habis samasekali. Para penyairdengan sajak-sajaknya, kaum bangsawan dengankebangsawanannya dan kabilah-kabilah yang mau mempertahankankepribadiannya, apa artinya semua itu dalam berhadapandengan kekuatan yang berada di luar kodrat alam itu, tiadadapat dibendung oleh suatu kekuatan, tiada suatu kekuasaandapat mengalanginya. Begitu besarnya pengaruh itu dalam hati orang-orang Arab,sehingga Bujair ibn Zuhair menulis surat kepada saudaranyaKa'b, setelah Nabi meninggalkan Ta'if. Ia mengatakan, bahwaMuhammad di Mekah telah menjatuhkan hukuman mati kepadaorang-orang yang dulu pernah mengejek dan mengganggunya, danpenyair-penyair yang masih ada, mereka melarikan diri taktentu arahnya. Dinasehatinya saudaranya itu, supaya segeradatang kepada Nabi di Medinah. Ia tidak pernah menghukumorang yang datang kepadanya menyatakan penyesalannya; atauorang menyelamatkan diri dengan ke mana saja ia mau pergi. Apa yang diceritakan Bujair itu memang benar. Tak ada orangyang terbunuh di Mekah atas perintah Muhammad kecuali empatorang saja, di antaranya seorang penyair yang sangatmengganggu Nabi dengan ejekan-ejekannya, dua orang yangtelah menyakiti Zainab puterinya, ketika dengan ijinsuaminya ia pergi hijrah dari Mekah hendak menyusul ayahnya.Ka'b yakin bahwa apa yang dikatakan saudaranya itu benar,dan kalau dia tidak mau menemui Muhammad ia akan hidup dalampetualangan. Oleh karena itu cepat-cepat ia datang keMedinah dan menumpang di rumah seorang kawan lama. Keesokanharinya pagi-pagi ia datang ke mesjid, ia meminta suakakepada Nabi kemudian ia membacakan sajak ini.1 Berpisah dengan Su'ad Hatiku kini merana karena cinta Tergila-gila mengikutinya, terpukau Tiada lagi ada belenggu. Nabi kemudian memaafkannya dan setelah itu dia menjadi orangIslam yang baik. Karena pengaruh itu jugalah, maka kabilah-kabilah mulaiberdatangan kepada Nabi dan menyatakan kesetiaannya.

Darikabilah Tayy datang pula utusan dipimpin oleh ketuanyasendiri, Zaid al-Khail. Setelah mereka ini tiba, Nabi punmenyambut mereka dengan baik sekali. Ketika terjadipembicaraan dengan Zaid, Nabi berkata: "Setiap ada orang dari kalangan Arab yang digambarkan begitubaik, kemudian orang itu datang kepadaku, ternyata ia kurangdaripada apa yang digambarkan orang, kecuali Zaid al-Khailini. Ia melebihi daripada apa yang digambarkan orang." Lalu ia dinamainya 'Zaid al-Khair,' (Zaid yang baik) bukanlagi, Zaid al-Khail, ('Zaid si kuda').2 Kabilah Tayy kemudianmasuk Islam termasuk Zaid sendiri sebagai pemimpinnya. Kemudian 'Adi b. Hatim at-Ta'iy. Ia seorang Nasrani, dansangat benci kepada Muhammad. Setelah melihat keadaanMuhammad dan Muslimin di jazirah Arab, ia pergi denganuntanya, membawa keluarga dan anaknya hendak bergabungdengan orang-orang seagama dari kalangan Nasrani di Syam.Larinya 'Adi ini ialah ketika Nabi mengutus Ali b. Abi Talibsupaya menghancurkan berhala Tayy. Setelah berhala itu olehAli dihancurkan, ia membawa rampasan dan tawanan perang, diantaranya puteri Hatim -saudara 'Adi - yang telah ditahandalam sebuah tempat berpagar di pintu masuk mesjid, tempattawanan-tawanan perang dikurung. Tatkala Nabi lewat ditempat itu, ia menghampirinya dan berkata: "Rasulullah, ayah saya sudah meninggal, sedang penopang sayasudah menghilang. Bermurah hatilah kepadaku, mudah-mudahanTuhan akan memberi kurnia kepadamu." Setelah diketahui bahwa penopangnya itu 'Adi b. Hatim, yangtelah melarikan diri dari Tuhan dan Rasul, Nabi memalingkanmuka dari dia. Tetapi perempuan itu memintanya meninjaukembali. Lalu teringat oleh Nabi, betapa pemurahnya ayahmereka dulu pada zaman jahiliah sehingga dapat mengangkatnama jazirah itu. Kemudian diperintahkannya supaya wanitaitu dibebaskan. Ia diberi pakaian yang bagus-bagus dandiberinya pula belanja, lalu diberangkatkan dengan rombonganpertama yang berangkat ke Syam. Bila kemudian ia bertemudengan saudaranya ('Adi) dan diceritakannya betapa Muhammadmenghormatinya dan bermurah hati kepadanya, ia pun kembalidan menerjunkan diri ke dalam barisan Muslimin. Demikian juga pemuka-pemuka kabilah yang lain berdatangankepada Muhammad - setelah pembebasan Mekah dan kemenangan diHunain serta pengepungan Ta'if - mereka hendak mengakuirisalahnya dan menerima Islam, sementara ketika itu iatinggal di Medinah, mereka lega dengan adanya pertolonganTuhan dan kehidupan yang agak tenteram itu Akan tetapi ketenteraman hidup masa itu tampaknya tidakbegitu cerah. Pada waktu itu Zainab, puterinya sedangmenderita sakit yang sangat menguatirkan sekali. Sejak iamendapat gangguan Huwairith dan Habbar tatkala ia berangkatdari Mekah yang sangat mencemaskan hatinya dan menyebabkania keguguran, sejak itu kesehatannya mundur sekali, yangsampai berakhir membawa kematiannya. Dengan kematiannya itutak ada lagi dari keturunan Muhammad yang masih hidup selainFatimah, setelah Umm Kulthum dan Ruqayya wafat pula lebihdulu sebelum Zainab. Dengan kehilangan puterinya iniMuhammad merasa gundah sekali. Teringat olehnya, betapalembutnya perasaan Zainab, betapa indahnya kesetiaannyakepada suaminya - Abu'l-'Ash bin'r-Rabi' ketika sebagaiorang tawanan di Badr, ditebusnya ia dari ayahnya. Iamenebusnya, padahal ia dalam Islam sedang suaminya masihsyirik, di samping begitu gigih ia memerangi ayahnya, yangkalau kemenangan itu berada di tangan Quraisy, pastiMuhammad tidak akan dibiarkan hidup. Semua itu teringat oleh Muhammad betapa lembutnyaperasaannya, betapa indahnya kesetiaannya. Teringat pulaolehnya betapa ia menderita sakit, sejak ia kembali dariMekah sampai ia wafat. Muhammad, yang dalam kemalangan, iapergi ke pelosok-pelosok dan ke ujung kota, menengoki orangyang sedang sakit, ia menghibur orang yang dalam menderita,dalam kesakitan. Maka bilamana sampai pula takdir menimpaputerinya ini, setelah lebih dulu menimpa kedua saudaranyayang laki-laki tidak salah apabila ia akan sangat merasaduka, akan sangat bertambah luka di hati, meskipun denganadanya rahmat dan kasih sayang Tuhan kepadanya ia akanmerasa sudah terhibur. Akan tetapi tidak lama ia mengalami kesedihan itu, denganmelalui Maria orang Kopti Tuhan telah memberi karuniaseorang anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim, nama yangdiambil dari Ibrahim leluhur para nabi, para hunif yangpatuh kepada Tuhan. Sejak Maria diberikan oleh Muqauqiskepada Nabi sampai pada waktu itu masih berstatus hambasahaja. Oleh karena itu tempatnya tidak di samping mesjidseperti isteri-isteri Nabi Umm'l-Mukminin yang lain. OlehMuhammad ia ditempatkan di 'Alia, di bagian luar kotaMedinah, di tempat yang sekarang diberi nama Masyraba UmmIbrahim, dalam sebuah rumah di tengah-tengah kebun anggur.Ia sering berkunjung ke sana seperti biasanya orangmengunjungi hak-miliknya. Ia mengambilnya sebagai hadiahdari Muqauqis bersama-sama saudaranya yang perempuan, Sirin,dan Sirin ini diberikannya kepada Hassan b. Thabit.

SesudahKhadijah wafat, dari semua isterinya, baik yang muda remajaatau yang sudah setengah umur, yang dulu pernah memberikanketurunan, Muhammad tidak pernah menantikan mereka masihakan memberikan keturunan lagi, yang selama sepuluh tahunberturut-turut belum ada tanda-tanda kesuburan pada mereka. Setelah ternyata Maria mengandung dan kemudian lahir Ibrahim- ketika itu usianya sudah lampau enampuluh tahun - sangatgembira sekali ia. Rasa sukacita telah memenuhi hati manusiabesar ini. Dengan kelahirannya itu kedudukan Maria dalampandangannya tampak lebih tinggi, dari tingkat bekas-bekasbudak ke derajat isteri. Ini menambah ia lebih disenangi danlebih dekat lagi. Wajar sekali hal ini akan menambah rasa iri hati di kalanganisteri-isterinya yang lain, lebih-lebih karena Maria ibuIbrahim, sedang mereka semua tidak beroleh putera. Jugapandangan Nabi kepada bayi ini sehari ke sehari makinmemperbesar kecemburuan mereka. Ia sangat menghormati Salma,isteri Abu Rafi', yang bertindak sebagai bidan Maria. Ketikalahirnya itu ia memberikan sedekah uang dengan ukuran tiapseutas rambut kepada setiap fakir miskin, dan untukmenyusukannya telah diserahkan pula kepada Umm Saif disertaitujuh ekor kambing untuk dimanfaatkan air susunya buat sibayi. Setiap hari ia singgah ke rumah Maria sekadar inginmelihat Ibrahim, dan ia pun tambah gembira setiap melihatsenyuman bayi yang masih suci dan bersih itu; makin senanghatinya setiap melihat pertumbuhan bayi bertambah indah. Apalagikah yang akan lebih besar dari semua ini, akanmenimbulkan rasa iri hati dalam diri isteri-isteri yangtidak mempunyai anak itu?

Dan sampai di mana pula pengaruhiri hati itu pada mereka? Dengan penuh perasaan gembira pada suatu hari Nabi datangdengan memondong Ibrahim kepada Aisyah. Dipanggilnya Aisyahsupaya melihat betapa besarnya persamaan Ibrahim dengandirinya itu. Aisyah melihat kepada bayi itu, kemudiankatanya, bahwa dia tidak melihat adanya persamaan itu.Setelah dilihatnya Nabi begitu gembira karena pertumbuhanbayi itu, ia tampak marah; semua bayi yang mendapat sususeperti Ibrahim, akan sama pertumbuhannya atau akan lebihbaik. Isteri-isteri Nabi telah marah dan tidak suka hatikarena kelahiran Ibrahim itu, yang akibatnya tidak terbatashanya pada jawaban-jawaban yang kasar, bahkan sudah lebihdari itu, sampai-sampai dalam sejarah Muhammad dan dalamsejarah Islam telah meninggalkan pengaruh, sehinggakarenanya datang pula wahyu dan disebutkan dalam Kitabullah Dan wajar sekali pengaruh demikian ini akan timbul, Muhammadtelah memberi tempat dan kedudukan kepada isteri-isterinyademikian rupa, suatu hal yang tidak pernah dikenal dikalangan Arab. Dalam suatu keterangan Umar bin'l-Khattabberkata, "Sungguh," kata Umar, "kalau kami dalam zamanjahiliah, wanita-wanita tidak lagi kami hargai. Baru setelahTuhan memberikan ketentuan tentang mereka dan memberikanpula hak kepada mereka."

Dan katanya lagi, "Ketika saya sedang dalam suatu urusantiba-tiba isteri saya berkata: 'Coba kau berbuat begini ataubegitu. Jawab saya, 'Ada urusan apa engkau di sini, danperlu apa engkau dengan urusan yang kuinginkan.' Dia punmembalas, 'Aneh sekali engkau, Umar. Engkau tidak mauditentang, padahal puterimu menentang Rasulullah s.a.w.sehingga ia gusar sepanjang hari. Kata Umar selanjutnya:"Kuambil mantelku, lalu aku keluar, pergi menemui Hafsha.'Anakku,' kataku kepadanya. 'Engkau menentang Rasulullahs.a.w. sampai ia merasa gusar sepanjang hari?! Hafshamenjawabnya: 'Memang kami menentangnya.' 'Engkau harustahu,' kataku. 'Kuperingatkan engkau jangan teperdaya. Orangtelah terpesona oleh kecantikannya sendiri dan mengira cintaRasulullah s.a.w. hanya karenanya.' Kemudian saya pergimenemui Umm Salama, karena kami masih berkerabat. Hal inisaya bicarakan dengan dia. Lalu kata Umm Salama kepadaku:'Aneh sekali engkau ini, Umar! Engkau sudah ikut campurdalam segala hal, sampai-sampai mau mencampuri urusanRasulullah s.a.w. dengan rumahtangganya!' Kata Umar lagi:'Kata-katanya mempengaruhi saya sehingga tidak jadi sayamelakukan apa yang sudah saya rencanakan. Lalu saya punpergi." Muslim dalam Shahih-nya melaporkan, bahwa Abu Bakr pernahmeminta ijin kepada Nabi akan menemuinya dan setelahdiijinkan iapun masuk, kemudian datang Umar meminta ijin danmasuk pula setelah diberi ijin. Dijumpainya Nabi sedangduduk dalam keadaan masygul di tengah-tengah para isterinyayang juga sedang masygul dan diam.

Ketika itu Umar berkata:"Saya akan mengatakan sesuatu yang akan membuat Nabi s.a.w.tertawa. Lalu katanya: 'Rasulullah, kalau tuan melihat BintKharija3 yang meminta belanja kepada saya maka saya bangundan saya tinju lehernya. Maka Rasulullah pun tertawa serayakatanya: 'Mereka itu sekarang di sekelilingku memintabelanja! Ketika itu Abu Bakr lalu menghampiri Aisyah danditinjunya lehernya, demikian juga Umar lalu menghampiriHafsha dan meninjunya, sambil masing-masing berkata: 'Kalianminta yang tidak ada pada Rasulullah s.a.w.! Mereka punmenjawab: 'Demi Allah kami samasekali tidak minta kepadaRasullullah s.a.w. sesuatu yang tidak dipunyainya." Sebenarnya Abu Bakr dan Umar waktu itu menemui Nabi, karenaNabi a.s. tidak tampak keluar waktu sembahyang. Karena itukaum Muslimin bertanya-tanya apa gerangan yangmengalanginya. Dalam peristiwa Abu Bakr dan Umar denganAisyah dan Hafsha inilah datang firman Tuhan: "Wahai Nabi! Katakan kepada isteri-isterimu: 'Kalau kamumenghendaki kehidupan dan perhiasan dunia, marilah kemari,akan kuberikan semua itu dan akan kuceraikan kamu dengancara yang baik. Tetapi kalau kamu menghendaki Allah danRasul serta kehidupan akhirat, maka Allah telah menyediakanpahala yang besar untuk orang-orang yang berbuat kebaikandari kalangan kamu." (Qur'an, 33: 28-29)

Kemudian isteri-isteri Nabi saling mengadakan sepakat.Biasanya lepas salat asar Nabi mengunjungi isteri-isterinya.Ketika itu ia sedang berkunjung kepada Hafsha menurut satusumber - atau kepada Zainab bt. Jahsy menurut sumber yanglain - dan lama tidak keluar, lebih dari biasanya. Hal initelah menimbulkan rasa iri hati pada isteri-isterinya yanglain. Aisyah mengatakan: 'Lalu aku dan Hafsha bersepakat,bahwa bilamana Nabi s.a.w. datang kepada salah seorang darikami hendaklah berkata bahwa aku mencium bau maghafir.4 Apakau makan maghafir?" [Maghafir ialah sesuatu yang manisrasanya, berbau tidak sedap. Sedang Nabi tidak menyukaisegala yang berbau tidak enak]. Ketika ia mendatangi salahseorang dari mereka ini, hal itu oleh yang seorangditanyakan kepadanya. "Saya hanya minum madu di rumah Zainab bt. Jahsy, dan tidakakan saya ulang lagi," katanya. Menurut laporan Sauda, yang juga sudah mengadakanpersepakatan yang serupa dengan Aisyah, menceritakan, bahwasetelah Nabi berada di dekatnya, ditanyanya: "Kau makanmaghafir?" "Tidak," jawabnya. "Ini bau apa?" "Hafsha menyugui aku minuman dari madu." "Yang lebahnya mengisap 'urfut?" Dan bila ia mendatangi Aisyah dikatakannya seperti yangdikatakan oleh Sauda. Juga Shafia ketika dijumpainyamengatakan seperti apa yang dikatakan mereka juga. Sejak ituia lalu mengharamkan madu untuk dirinya.

Setelah melihat kenyataan ini Sauda berkata: "Maha suciTuhan! Madu telah jadi haram buat kita!" Ditatapnya ia oleh Aisyah dengan pandangan mata penuh artiseraya katanya: Diam! Nabi yang telah memberi kedudukan kepada isteri-isterinya,sedang sebelum itu, seperti wanita-wanita Arab lainnya,mereka tidak pernah mendapat penghargaan orang, sudah wajarsekali apabila sikap mereka kini mau berlebih-lebihan dalammenggunakan kebebasan, suatu hal yang tidak pernah dialamioleh sesama kaum wanita, sampai-sampai ada di antara merekaitu yang menentang Nabi dan membuat Nabi gusar sepanjanghari. Ia sudah berusaha hendak menghindarkan diri darimereka, meninggalkan mereka, supaya sikap kasih-sayangkepada mereka itu tidak sampai membuat tingkah laku merekatambah melampaui batas, dan sampai ada dari mereka yangmengeluarkan rasa cemburunya dengan cara yang tidak layak.Setelah Maria melahirkan Ibrahim, rasa iri hati padaisteri-isteri Nabi itu sudah melampaui sopan santun,sehingga ketika terjadi percakapan antara dia dengan Aisyah,Aisyah menolak menyatakan adanya persamaan rupa Ibrahimdengan Nabi itu, dan hampir-hampir pula menuduh Maria yangbukan-bukan, yang oleh Nabi dikenal bersih. Pernah terjadi ketika pada suatu hari Hafsha pergimengunjungi ayahnya dan bercakap-cakap di sana, Maria datangkepada Nabi tatkala ia sedang di rumah Hafsha dan agak lama.Bila kemudian Hafsha kembali pulang dan mengetahui ada Mariadi rumahnya, ia menunggu keluarnya Maria dengan rasa cemburuyang sudah meluap. Makin lama ia menunggu, cemburunya punmakin menjadi. Bilamana kemudian Maria keluar, Hafsha masukmenjumpai Nabi. "Saya sudah melihat siapa yang dengan kau tadi," kataHafsha. "Engkau sungguh telah menghinaku. Engkau tidak akanberbuat begitu kalau tidak kedudukanku yang rendah dalampandanganmu." Muhammad segera menyadari bahwa rasa cemburulah yang telahmendorong Hafsha menyatakan apa yang telah disaksikannya ituserta membicarakannya kembali dengan Aisyah atauisteri-isterinya yang lain.

Dengan maksud hendakmenyenangkan perasaan Hafsha, ia bermaksud hendak bersumpahmengharamkan Maria buat dirinya kalau Hafsha tidak akanmenceritakan apa yang telah disaksikannya itu. Hafshaberjanji akan melaksanakan. Tetapi rasa cemburu sudah begituberkecamuk dalam hati, sehingga dia tidak lagi sanggupmenyimpan apa yang ada dalam hatinya, dan ia punmenceritakan lagi hal itu kepada Aisyah. Aisyah memberikesan kepada Nabi bahwa Hafsha tidak lagi dapat menyimpanrahasia. Barangkali masalahnya tidak hanya terhenti padaHafsha dan pada Aisyah saja dari kalangan isteri Nabi.Barangkali mereka semua - yang sudah melihat bagaimana Nabimengangkat kedudukan Maria - telah pula mengikuti Hafsha danAisyah ketika kedua mereka ini berterang-terang kepada Nabisehubungan dengan Maria ini, meskipun cerita demikiansebenarnya tidak lebih daripada suatu kejadian biasa antaraseorang suami dengan isterinya, atau antara seoranglaki-laki dengan hamba sahaya yang sudah dihalalkan. Dantidak perlu diributkan seperti yang dilakukan oleh keduaputeri Abu Bakr dan Umar itu, yang dari pihak mereka sendiriberusaha hendak membalas karena kecenderungan Nabi kepadaMaria. Kita sudah melihat adanya semacam ketegangan dalamsaat-saat tertentu antara Nabi dengan para isterinya karenasoal belanja, karena soal madu Zainab, atau karenasebab-sebab lain, yang menunjukkan bahwa mereka melihat Nabilebih mencintai Aisyah atau lebih mencintai Maria Begitu memuncaknya keadaan mereka, sehingga pada suatu harimereka mengutus Zainab bt. Jahsy kepada Nabi di rumah Aisyahdan dengan terang-terangan mengatakan bahwa ia berlaku tidakadil terhadap para isterinya, dan karena cintanya kepadaAisyah ia telah merugikan yang lain. Bukankah setiap isterimendapat bagian masing-masing sehari semalam? Kemudian jugaSauda; karena melihat Nabi menjauhinya dan tidak bermukamanis kepadanya, maka supaya Rasul merasa senang, ia telahmengorbankan waktu siang dan malamnya itu untuk Aisyah.Dalam berterusterang itu Zainab tidak hanya terbatas denganmengatakan Nabi bersikap tidak adil di antara para isteri,bahkan juga ia telah mencerca Aisyah yang ketika itu sedangduduk-duduk, sehingga membuat Aisyah bersiap hendakmembalasnya kalau tidak karena adanya isyarat dari Nabi,yang membuat dia jadi tenang kembali. Akan tetapi Zainabbegitu bersikeras menyerangnya dan mencerca Aisyah melampauibatas, sehingga tak ada jalan lain buat Nabi kecualimembiarkan Aisyah membela diri. Ketika itu Aisyah membalasbicara dan membuat Zainab jadi terdiam.

Dengan demikian Nabimerasa senang dan kagum sekali terhadap puteri Abu Bakr itu. Pada waktu-waktu tertentu pertentangan isteri-isteri Nabiitu sudah begitu memuncak, sebab dia dianggap lebihmencintai yang seorang daripada yang lain, sehinggakarenanya Nabi bermaksud hendak menceraikan mereka itusebagian, kalau tidak karena mereka lalu memberikankebebasan kepadanya mengenai siapa saja yang lebihdisukainya. Setelah Maria melahirkan Ibrahim, rasa iri hatipada mereka makin menjadi-jadi, lebih-lebih pada Aisyah.Dalam menghadapi kegigihan sikap mereka yang iri hati iniMuhammad - yang sudah mengangkat derajat mereka begitutinggi - masih tetap lemah-lembut. Muhammad tidak punyawaktu yang senggang untuk melayani sikap kegigihan serupaitu dan membiarkan dirinya dipermainkan oleh sang isteri.Mereka harus mendapat pelajaran dengan sikap yang tegas dankeras. Persoalan pada isteri-isteri itu harus dapatdikembalikan ke tempat semula. Dia harus kembali dalamketenangannya berpikir, dalam menjalankan dakwah ajarannya,seperti yang sudah ditentukan Tuhan kepadanya itu.

Dapatjuga pelajaran itu berupa tindakan meninggalkan mereka ataumengancam mereka dengan perceraian. Kalau mereka mau kembalisadar, baiklah; kalau tidak, berikanlah bagiannya danceraikan mereka dengan cara yang baik. Selama sebulan penuh akhirnya Nabi memisahkan diri darimereka. Tiada orang yang diajaknya bicara mengenai mereka,juga orang pun tak ada yang berani memulai membicarakanmasalah mereka itu. Dan selama sebulan itu ia memusatkanpikirannya pada apa yang harus dilakukannya, apa yang harusdilakukan oleh kaum Muslimin dalam menjalankan dakwah Islam,serta menyebarkan agama itu keluar jazirah. Dalam pada itu Abu Bakr dan Umar serta bapa-bapa mertua Nabiyang lain merasa gelisah sekali melihat nasib Umm'l-Mukminin(Ibu-ibu Orang-orang Beriman) serta apa yang akan terjadikarena kemarahan Rasulullah, dan karena kemarahan Rasul ituakan berakibat pula adanya kemurkaan Tuhan dan paramalaikat. Bahkan sudah ada orang berkata, bahwa Nabi telahmenceraikan Hafsha puteri Umar setelah ia membocorkan apayang dijanjikannya akan dirahasiakan. Desas-desus punberedar di kalangan Muslimin bahwa Nabi sudah menceraikanisteri-isterinya. Dalam pada itu isteri-isteri pun gelisahpula, menyesal, yang karena terdorong oleh rasa cemburu,sampai begitu jauh mereka menyakiti hati suami yang tadinyasangat lemah-lembut kepada mereka. Bagi mereka dia adalahsaudara, bapa, anak dan segala yang ada dalam hidup dan dibalik hidup ini.

Sekarang Muhammad sudah menghabiskan sebagian waktunya dalamsebuah bilik kecil. Dan selama ia dalam bilik itu pelayannyaRabah duduk menunggu di ambang pintu. Jalan masuk ke tempatitu melalui tangga dari batang kurma yang kasar sekali. Sudah sebulan lamanya ia dalam bilik itu sesuai denganniatnya hendak meninggalkan para isterinya itu samasekali.Ketika itu kaum Muslimin sedang berada dalam mesjid dalamkeadaan menekur. Mereka berkata: Rasulullah s.a.w. telahmenceraikan isteri-isterinya. Jelas sekali kesedihan yangmendalam itu membayang pada wajah mereka. Ketika itu Umaryang berada di tengah-tengah mereka lalu berdiri. Ia hendakpergi ke tempat Nabi dalam biliknya itu. Dipanggilnya Rabahsi pelayan supaya dimintakan ijin ia hendak menemuiRasulullah. Ia melihat kepada Rabah dengan mengharapkanjawaban. Tapi rupanya Rabah tidak berkata apa-apa, yangberarti bahwa Nabi belum mengijinkan. Sekali lagi Umarmengulangi permintaan itu. Juga sekali lagi Rabah tidakmemberikan jawaban. Sekali ini Umar berkata lagi dengansuara lebih keras.

"Rabah, mintakan aku ijin kepada Rasulullah s.a.w. Kukiradia sudah menduga kedatanganku ini ada hubungannnya denganHafsha. Sungguh, kalau dia menyuruh aku memenggal leherHafsha, akan kupenggal." Sekali ini Nabi memberi ijin dan Umar pun masuk. Bila iasudah duduk dan membuang pandang ke sekeliling tempat itu,ia menangis. "Apa yang membuat engkau menangis, Ibn'l-Khattab?" tanyaMuhammad. Yang membuatnya menangis ialah melihat tikar tempat Nabiberbaring itu sampai membekas di rusuknya, dan bilik sempityang tiada berisi apa-apa selain segenggam gandum,kacang-kacangan5 dan kulit yang digantungkan. Setelah oleh Umar disebutkan apa yang telah menyebabkannyamenangis itu dan Nabi mengatakan perlunya meninggalkankehidupan duniawi, ia pun mulai kembali tenang. Kemudian kata Umar: "Rasulullah, apa yang menyebabkan tuan tersinggung karenapara isteri itu. Kalau mereka itu tuan ceraikan, niscayaTuhan di sampingmu, demikian juga para malaikat - Jibril danMikail - juga saya, Abu Bakr, dan semua orang-orang berimanberada di pihakmu." Kemudian ia terus bicara dengan Nabi sehingga bayangankemarahannya berangsur hilang dari wajahnya dan ia puntertawa. Setelah Umar melihat hal ini lalu diceritakannyakeadaan Muslimin yang di mesjid serta apa yang merekakatakan, bahwa Nabi telah menceraikan isteri-isterinya.Dengan adanya keterangan dari Nabi bahwa ia tidakmenceraikan mereka, ia minta ijin akan mengumumkan hal inikepada orang-orang yang sekarang masih tinggal di mesjidmenunggu. Ia pergi ke mesjid, dan dengan suara keras ia berkata kepadamereka: "Rasulullah - s.a.w. - tidak menceraikan isterinya."Sehubungan dengan peristiwa inilah ayat-ayat suci ini turun: "Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan sesuatu yang olehTuhan dihalalkan untukmu; hanya karena engkau ingin memenuhisegala yang disenangi para isterimu? Dan Allah jua MahaPengampun dan Penyayang. Tuhan telah mewajibkan kamumelepaskan sumpah kamu itu. Dan Tuhan jua Pelindungmu, Diamengetahui dan Bijaksana."

Tatkala Nabi membisikkan cerita itu kepada salah seorangisterinya, maka bila ia (isteri) itu mengumumkan haltersebut dan Tuhan mengungkapkan hal itu kepadanya, sebagianditerangkannya dan yang sebagian lagi tidak. Bila hal itukemudian disampaikan kepada isterinya, ia bertanya: "Siapayang mengatakan itu kepadamu?" Ia menjawab: "Yang mengatakan itu kepadaku Allah Yang Maha mengetahui.Kalau kamu berdua mau bertaubat kepada Allah maka hatimusudah sudi menerima. Tetapi kalau kamu berdua bantu-membantumenyusahkannya, maka Tuhanlah Pelindungnya; demikian jugaJibril dan setiap orang baik-baik di kalangan orang-orangberiman; di samping itu para malaikat juga jadi penolongnya.Jika ia menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan memberi gantikepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu- yang berserah diri, yang beriman, berbakti dan bertaubat,yang rendah hati beribadat dan berpuasa, janda-janda atauperawan." (Qur'an, 66: 1-5) Dengan demikian peristiwa itu selesai. Isteri-isteri Nabikembali sadar, dan dia pun kembali kepada mereka setelahmereka benar-benar bertaubat, menjadi manusia yang rendahhati beribadat dan beriman. Kehidupan rumahtangganyasekarang kembali tenang, yang memang demikian diperlukanoleh setiap manusia yang sedang melaksanakan suatu bebanbesar yang ditugaskan kepadanya.

Apa yang sudah saya ceritakan tentang Muhammad yang sudahmeninggalkan isteri-isterinya dan menyuruh mereka supayamemilih, peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dansesudah ditinggalkan serta beberapa kejadian yang sebelumitu dan akibatnya, menurut hemat saya itulah cerita yangsebenarnya mengenai sejarah kejadian ini. Cerita ini salingmenguatkan satu sama lain, seperti yang ada dalamkitab-kitab tafsir dan kitab-kitab hadis. Demikian jugaadanya keterangan-keterangan di sana-sini mengenai diriMuhammad dan isteri-isterinya dalam pelbagai buku biografiitu. Sungguhpun begitu tiada sebuah juga buku-buku sejarahitu yang membawa peristiwa ini atau mengemukakanperistiwa-peristiwa sebelumnya serta kesimpulan-kesimpulanyang diambilnya seperti yang saya kemukakan dalam buku ini.Dalam menghadapi kejadian seperti ini oleh buku-buku sejarahNabi itu kebanyakan dilewati begitu saja tanpa ditelaahlebih lanjut; seolah-olah ini dilihatnya sebagai barang yangkesat dipegang dan takut sekali mendekatinya. Ada lagi yangmenelaah soal madu dan maghafir, tanpa sepatah kata jugamenyebut-nyebut soal Hafsha dan Maria.

Sebaliknya oleh pihak Orientalis - soal Hafsha dan Maria,soal Hafsha yang membuka rahasia kepada Aisyah - hal yangdijanjikan kepada Nabi akan dirahasiakan - dijadikannyapangkal sebab semua kejadian itu. Dengan demikian merekaberusaha hendak menambah hal-hal baru untuk meyakinkanpembacanya tentang diri Nabi, bahwa dia laki-laki yangsenang kepada wanita dengan cara yang tidak bersih. Menuruthemat saya, penulis-penulis sejarah dari kalangan Musliminsendiri tidak punya alasan akan mengabaikankejadian-kejadian ini dengan segala artinya yang sangatdalam itu seperti sudah sebagian kita kemukakan soalnya.Sedang pihak Orientalis, yang dalam hal ini sudahterpengaruh oleh nafsu ke-kristenannya, mereka sudahmenyalahi cara-cara penelitian sejarah. Terhadap siapa punlepas dari orang besar seperti Muhammad - kritik sejarahyang murni tidak dapat menerima bahwa pengungkapan Hafshakepada Aisyah karena ia telah menemui suaminya dalamrumahnya dengan hamba sahayanya yang sudah menjadi haknyaitu dan dengan demikian ia halal baginya - akan dijadikansuatu sebab kenapa Muhammad sampai meninggalkan semua isteriselama sebulan penuh, serta mengancam mereka semua akandiceraikan. Juga kritik sejarah yang murni tidak dapatmenerima bahwa cerita madu itu telah juga dijadikan sebabadanya perpisahan dan ancaman itu.

Apabila orang itu orang besar seperti Muhammad, lemah-lembutseperti Muhammad, berlapang dada, tahan menderita, orangberwatak dengan segala sifat-sifat yang ada pada Muhammad,yang sudah sepakat diakui pula oleh semua penulis sejarahhidupnya, maka menggambarkan salah satu dari kedua peristiwaitu an sich sebagai sebab ia memisahkan diri dan mengancamhendak menceraikan isteri, adalah suatu hal yangkebalikannya, jauh daripada suatu cara kritik sejarah.Sebaliknya, kritik yang akan dapat diterima orang dansejalan pula dengan logika sejarah ialah apabilaperistiwa-peristiwa itu mengikuti jejak yang sebenarnya,yang akan membawa kepada kesimpulankesimpulan yang sudahpasti tidak bisa lain akan ke sana. Maka dengan demikian iaakan menjadi masalah biasa, masuk akal dan secara ilmiahdapat diterima. Dan apa yang sudah kita lakukan ini menuruthemat saya adalah langkah yang wajar dalam peristiwa itu,yakni yang sesuai dengan kebijaksanaan Muhammad, dengansegala kebesarannya, keteguhan hati serta pandangannya yangjauh. Ada beberapa Orientalis yang juga bicara tentang ayat-ayatyang turun pada permulaan Surah At-Tahrim (66) seperti yangsudah saya kutip itu.

Disebutkannya bahwa semua kitab-kitabsuci di Timur tidak ada yang menyebut-nyebut peristiwarumahtangga dengan cara semacam itu. Rasanya tidak perlu kita mengatakan lagi apa yang tersebutdalam kitab-kitab suci itu semua - termasuk Qur'an diantaranya tentang masyarakat Lut dengan segala cacat mereka,di samping bagaimana mereka mendebat dua malaikat tamu Lutitu serta tentang apa yang disebutkan dalam kitab-kitab suciitu tentang isteri Lut, dan bahwa dia termasuk orang yangtertinggal di belakang. Bahkan Taurat (Perjanjian Lama)membawa cerita tentang Lut dan dua anaknya yang perempuanketika mereka memberikan minuman anggur kepada bapanyasehingga dua malam berturut-turut ia mabuk, dengan maksudsupaya dapat berseketiduran dengan anak itu masing-masingdan dengan demikian supaya beroleh keturunan, karenadikuatirkan keluarga Lut kelak akan punah, setelah Tuhanmenurunkan bencana kepada mereka itu. Sebabnya maka semuakitab suci membuat kisah-kisah para rasul serta apa yangmereka lakukan dan segala apa yang terjadi, ialah sebagaisuri teladan bagi umat manusia. Banyak sekali kisah-kisah demikian dalam Qur'an. Tuhanmenyampaikan kisah-kisah yang baik sekali kepada Rasul.Sedang Qur'an bukan hanya diturunkan kepada Muhammad,melainkan kepada seluruh umat manusia. Muhammad adalahseorang nabi dan seorang rasul, sebelum dia pun telah banyakrasul-rasul lain yang dibawakan kisahnya dalam Qur'an.

KalauQur'an menyampaikan berita-berita tentang Muhammad danmenyangkut pula kehidupan pribadinya yang perlu menjadicontoh buat kaum Muslimin dan teladan yang baik pula, sertamemberi isyarat tentang arti dalam tindakan dankebijaksanaannya itu, maka kisah-kisah para nabi yangterdapat dalam Qur'an itu samasekali tidak berarti keluardaripada apa yang terdapat dalam kitab-kitab suci lain.Apabila kita mengatakan, bahwa masalah Muhammad meninggalkanisterinya itu bukan sebab yang berdiri sendiri di sampingsebab-sebab lain yang telah menimbulkan cerita itu, jugabukan karena Hafsha bercerita kepada Aisyah apa yangdilakukan Muhammad dengan Maria - suatu hal yang memangpatut dilakukan oleh setiap laki-laki terhadap isterinyaatau siapa saja yang menjadi miliknya yang sah - orang akanmelihat, bahwa tinjauan yang dikemukakan oleh beberapaOrientalis itu, dari segi kritik sejarah samasekali tidakdapat dibenarkan, juga tidak pula sejalan dengan apa yangada dalam kitab-kitab suci sehubungan dengan kisah-kisah dankehidupan para nabi itu.

Catatan kaki:

1 Ka'b ibn Zuhair seorang penyair kenamaan hidup dalam masapaganisma dan Islam. Ayahnya, Zuhair b. Abi Sulma, salahseorang penyair Mu'allaqat (lihat halaman 63 jilid satu).Sajak ini panjang, dan terkenal sekali, dimulai denganmelukiskan kekasihnya, Su'ad. Kemudian dilukiskannya betapakagumnya ia kepada Rasul, yang baru dijumpainya itu, karenatelah memaafkannya. Padahal sebelum itu, dengansajak-sajaknya ia mengejek dan memaki-makinya. Di sampingitu Rasul bahkan membuka mantelnya (burda) dan dibenkannyakepada Ka'b. Serangkum puisi yang indah ini sebenarnya hidupsampai sekarang dengan beberapa adaptasi, antara lainmelalui Bushiri (lihat halaman xxiii) dan penyair AhmadSyauqi (1868-1932), penyair Mesir kenamaan, dan yang jugadijadikan tema dalam beberapa komposisi musik Mesirkontemporer (A).

2 Diberi julukan demikian, konon karena dia terkenal sebagaipenunggang kuda yang mahir. Dia juga penyair, orator,pemberani dan pemurah (A).

3 Demikian menurut Muslim, tapi berlainan dengan Tabari,yang memaparkan isteri-isteri Umar yang bernama BintKharija, dan dalam (Ruh'l-Ma'ani: 'kalau tuan melihat BintZaid É' dst.

4 Maghafir jamak mighfar, ialah getah yang dihasilkan daripohon 'urfut, rasanya manis dan baunya tidak sedap. 'Urfutsebangsa pohon paku yang mengeluarkan getah berbau tidaksedap, yang bila diisap oleh lebah menghasilkan madu yangsama baunya. (LA) TerJemahannya yang persis dalam kataIndonesia belum tersua. Mungkin pohon ini termasuk jenispaku atau akasia (A).

5 qaraz kacang-kacangan dari sejenis pohon paku (acacianilotica?) (A).

0 komentar: