Lahir (2)

Oleh : Muhammad Husain Haekal

Baik kaum Orientalis maupun beberapa kalangan kaum Musliminsendiri tidak merasa puas dengan cerita dua malaikat ini danmenganggap sumber itu lemah sekali. Yang melihat kedualaki-laki (malaikat) dalam cerita penulis-penulis sejarah ituhanya anak-anak yang baru dua tahun lebih sedikit umurnya.Begitu juga umur Muhammad waktu itu. Akan tetapi sumber-sumberitu sependapat bahwa Muhammad tinggal di tengah-tengahKeluarga Sa'd itu sampai mencapai usia lima tahun. Andaikataperistiwa itu terjadi ketika ia berusia dua setengah tahun,dan ketika itu Halimah dan suaminya mengembalikannya kepadaibunya, tentulah terdapat kontradiksi dalam dua sumber ceritaitu yang tak dapat diterima. Oleh karena itu beberapa penulisberpendapat, bahwa ia kembali dengan Halimah itu untuk ketigakalinya.



Dalam hal ini Sir William Muir tidak mau menyebutkan ceritatentang dua orang berbaju putih itu, dan hanya menyebutkan,bahwa kalau Halimah dan suaminya sudah menyadari adanya suatugangguan kepada anak itu, maka mungkin saja itu adalah suatugangguan krisis urat-saraf, dan kalau hal itu tidak sampaimengganggu kesehatannya ialah karena bentuk tubuhnya yangbaik. Barangkali yang lainpun akan berkata: Baginya tidakdiperlukan lagi akan ada yang harus membelah perut ataudadanya, sebab sejak dilahirkan Tuhan sudah mempersiapkannyasupaya menjalankan risalahNya. Dermenghem berpendapat, bahwacerita ini tidak mempunyai dasar kecuali dari yang diketahuiorang dari teks ayat yang berbunyi: "Bukankah sudah Kamilapangkan dadamu? Dan sudah Kami lepaskan beban dari kau? Yangtelah memberati punggungmu?" (Qur'an 94: 1-3)

Apa yang telah diisyaratkan Qur'an itu adalah dalam artirohani semata, yang maksudnya ialah membersihkan (menyucikan)dan mencuci hati yang akan menerima Risalah Kudus, kemudianmeneruskannya seikhlas-ikhlasnya, dengan menanggung segalabeban karena Risalah yang berat itu.

Dengan demikian apa yang diminta oleh kaum Orientalis danpemikir-pemikir Muslim dalam hal ini ialah bahwa peri hidupMuhammad adalah sifatnya manusia semata-mata dan bersifat perikemanusiaan yang luhur. Dan untuk memperkuat kenabiannya itumemang tidak perlu ia harus bersandar kepada apa yang biasadilakukan oleh mereka yang suka kepada yang ajaib-ajaib.Dengan demikian mereka beralasan sekali menolak tanggapanpenulis-penulis Arab dan kaum Muslimin tentang peri hidup Nabiyang tidak masuk akal itu. Mereka berpendapat bahwa apa yangdikemukakan itu tidak sejalan dengan apa yang diminta olehQur'an supaya merenungkan ciptaan Tuhan, dan bahwaundang-undang Tuhan takkan ada yang berubah-ubah. Tidak sesuaidengan ekspresi Qur'an tentang kaum Musyrik yang tidak maumendalami dan tidak mau mengerti juga.

Muhammad tinggal pada Keluarga Sa'd sampai mencapai usia limatahun, menghirup jiwa kebebasan dan kemerdekaan dalam udarasahara yang lepas itu. Dari kabilah ini ia belajarmempergunakan bahasa Arab yang murni, sehingga pernah iamengatakan kepada teman-temannya kemudian: "Aku yang palingfasih di antara kamu sekalian. Aku dari Quraisy tapi diasuh ditengah-tengah Keluarga Sa'd bin Bakr."

Lima tahun masa yang ditempuhnya itu telah memberikan kenanganyang indah sekali dan kekal dalam jiwanya. Demikian juga IbuHalimah dan keluarganya tempat dia menumpahkan rasa kasihsayang dan hormat selama hidupnya itu.

Penduduk daerah itu pernah mengalami suatu masa pacekliksesudah perkawinan Muhammad dengan Khadijah. Bilamana Halimahkemudian mengunjunginya, sepulangnya ia dibekali dengan hartaKhadijah berupa unta yang dimuati air dan empat puluh ekorkambing. Dan setiap dia datang dibentangkannya pakaiannya yangpaling berharga untuk tempat duduk Ibu Halimah sebagai tandapenghormatan. Ketika Syaima, puterinya berada di bawah tawananbersama-sama pihak Hawazin setelah Ta'if dikepung, kemudiandibawa kepada Muhammad, ia segera mengenalnya. Ia dihormatidan dikembalikan kepada keluarganya sesuai dengan keinginanwanita itu.

Sesudah lima tahun, kemudian Muhammad kembali kepada ibunya.Dikatakan juga, bahwa Halimah pernah mencari tatkala ia sedangmembawanya pulang ketempat keluarganya tapi tidakmenjumpainya. Ia mendatangi Abd'l-Muttalib dan memberitahukanbahwa Muhammad telah sesat jalan ketika berada di hulu kotaMekah. Lalu Abd'l-Muttalibpun menyuruh orang mencarinya, yangakhirnya dikembalikan oleh Waraqa bin Naufal, demikiansetengah orang berkata.

Kemudian Abd'l-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu.Ia memeliharanya sungguh-sungguh dan mencurahkan segalakasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu -pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah - diletakkannyahamparan tempat dia duduk di bawah naungan Ka'bah, dananak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagaipenghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Muhammad yangdatang maka didudukkannya ia di sampingnya diatas hamparan itusambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa besarnyarasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannyadi belakang dari tempat mereka duduk itu. Lebih-lebih lagi kecintaan kakek itu kepada cucunya ketikaAminah kemudian membawa anaknya itu ke Medinah untukdiperkenalkan kepada saudara-saudara kakeknya dari pihakKeluarga Najjar.

Dalam perjalanan itu dibawanya juga Umm Aiman, budak perempuanyang ditinggalkan ayahnya dulu. Sesampai mereka di Medinahkepada anak itu diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggaldulu serta tempat ia dikuburkan. Itu adalah yang pertama kaliia merasakan sebagai anak yatim. Dan barangkali juga ibunyapernah menceritakan dengan panjang lebar tentang ayah tercintaitu, yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-sama,kemudian meninggal dunia di tengah-tengah pamannya dari pihakibu.

Sesudah Hijrah pernah juga Nabi menceritakan kepadasahabat-sahabatnya kisah perjalanannya yang pertama ke Medinahdengan ibunya itu. Kisah yang penuh cinta pada Medinah, kisahyang penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya. Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Medinah, Aminah sudahbersiap-siap akan pulang. Ia dan rombongan kembali pulangdengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi ditengah perjalanan, ketika mereka sampai di Abwa',2 ibundaAminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkanpula di tempat itu.

Anak itu oleh Umm Aiman dibawa pulang ke Mekah, pulangmenangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasakehilangan; sudah ditakdirkan menjadi anak yatim. Terasaolehnya hidup yang makin sunyi, makin sedih. Baru beberapahari yang lalu ia mendengar dari Ibunda keluhan dukakehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam kandungan. Kini iamelihat sendiri dihadapannya, ibu pergi untuk tidak kembalilagi, seperti ayah dulu. Tubuh yang masih kecil itu kinidibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu.

Lebih-lebih lagi kecintaan Abd'l-Muttalib kepadanya. Tetapisungguhpun begitu, kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu itubekasnya masih mendalam sekali dalam jiwanya sehingga di dalamQur'anpun disebutkan, ketika Allah mengingatkan Nabi akannikmat yang dianugerahkan kepadanya itu: "Bukankah engkaudalam keadaan yatim-piatu? Lalu diadakanNya orang yang akanmelindungimu? Dan menemukan kau kehilangan pedoman, laluditunjukkanNya jalan itu?" (Qur'an, 93: 6-7)

Kenangan yang memilukan hati ini barangkali akan terasa agakmeringankan juga sedikit, sekiranya Abd'l-Muttalib masih dapathidup lebih lama lagi. Tetapi orang tua itu juga meninggal,dalam usia delapanpuluh tahun, sedang Muhammad waktu itu baruberumur delapan tahun. Sekali lagi Muhammad dirundungkesedihan karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudahdialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia,sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan kerandajenazah sampai ketempat peraduan terakhir.

Bahkan sesudah itupun ia masih tetap mengenangkannya sekalipunsesudah itu, di bawah asuhan Abu Talib pamannya ia mendapatperhatian dan pemeliharaan yang baik sekali, mendapatperlindungan sampai masa kenabiannya, yang terus demikiansampai pamannya itupun achirnya meninggal. Sebenarnya kematian Abd'l-Muttalib ini merupakan pukulan beratbagi Keluarga Hasyim semua. Di antara anak-anaknya itu tak adayang seperti dia: mempunyai keteguhan hati, kewibawaan,pandangan yang tajam, terhormat dan berpengaruh di kalanganArab semua. Dia menyediakan makanan dan minuman bagi merekayang datang berziarah, memberikan bantuan kepada pendudukMekah bila mereka mendapat bencana. Sekarang ternyata tak adalagi dari anak-anaknya itu yang akan dapat meneruskan. Yangdalam keadaan miskin, tidak mampu melakukan itu, sedang yangkaya hidupnya kikir sekali. Oleh karena itu maka KeluargaUmaya yang lalu tampil ke depan akan mengambil tampuk pimpinanyang memang sejak dulu diinginkan itu, tanpa menghiraukanancaman yang datang dari pihak Keluarga Hasyim.

Pengasuhan Muhammad di pegang oleh Abu Talib, sekalipun diabukan yang tertua di antara saudara-saudaranya. Saudara tertuaadalah Harith, tapi dia tidak seberapa mampu. Sebaliknya Abbasyang mampu, tapi dia kikir sekali dengan hartanya. Oleh karenaitu ia hanya memegang urusan siqaya (pengairan) tanpa mengurusrifada (makanan). Sekalipun dalam kemiskinannya itu, tapi AbuTalib mempunyai perasaan paling halus dan terhormat dikalangan Quraisy. Dan tidak pula mengherankan kalauAbd'l-Muttalib menyerahkan asuhan Muhammad kemudian kepada AbuTalib.

Abu Talib mencintai kemenakannya itu sama sepertiAbd'l-Muttalib juga. Karena kecintaannya itu ia mendahulukankemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammadyang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, itulah yanglebih menarik hati pamannya. Pernah pada suatu ketika ia akanpergi ke Syam membawa dagangan - ketika itu usia Muhammad baruduabelas tahun - mengingat sulitnya perjalanan menyeberangipadang pasir, tak terpikirkan olehnya akan membawa Muhammad.Akan tetapi Muhammad yang dengan ikhlas menyatakan akanmenemani pamannya itu, itu juga yang menghilangkan sikapragu-ragu dalam hati Abu Talib.

Anak itu lalu turut serta dalam rombongan kafilah, hinggasampai di Bushra di sebelah selatan Syam. Dalam buku-bukuriwayat hidup Muhammad diceritakan, bahwa dalam perjalananinilah ia bertemu dengan rahib Bahira, dan bahwa rahib itutelah melihat tanda-tanda kenabian padanya sesuai denganpetunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan,bahwa rahib itu menasehatkan keluarganya supaya janganterlampau dalam memasuki daerah Syam, sebab dikuatirkanorang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akanberbuat jahat terhadap dia.

Dalam perjalanan itulah sepasang mata Muhammad yang indah itumelihat luasnya padang pasir, menatap bintang-bintang yangberkilauan di langit yang jernih cemerlang. Dilaluinyadaerah-daerah Madyan, Wadit'l-Qura serta peninggalanbangunan-bangunan Thamud. Didengarnya dengan telinganya yangtajam segala cerita orang-orang Arab dan penduduk pedalamantentang bangunan-bangunan itu, tentang sejarahnya masa lampau.Dalam perjalanan ke daerah Syam ini ia berhenti di kebun-kebunyang lebat dengan buab-buahan yang sudah masak, yang akanmembuat ia lupa akan kebun-kebun di Ta'if serta segala ceritaorang tentang itu. Taman-taman yang dilihatnya dibandingkannyadengan dataran pasir yang gersang dan gunung-gunung tandus disekeliling Mekah itu. Di Syam ini juga Muhammad mengetahuiberita-berita tentang Kerajaan Rumawi dan agama Kristennya,didengarnya berita tentang Kitab Suci mereka serta oposisiPersia dari penyembah api terhadap mereka dan persiapannyamenghadapi perang dengan Persia.

Sekalipun usianya baru dua belas tahun, tapi dia sudahmempunyai persiapan kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajamanotak, sudah mempunyai tinjauan yang begitu dalam dan ingatanyang cukup kuat serta segala sifat-sifat semacam itu yangdiberikan alam kepadanya sebagai suatu persiapan akan menerimarisalah (misi) maha besar yang sedang menantinya. Ia melihatke sekeliling, dengan sikap menyelidiki, meneliti. Ia tidakpuas terhadap segala yang didengar dan dilihatnya. Ia bertanyakepada diri sendiri: Di manakah kebenaran dari semua itu?

Tampaknya Abu Talib tidak banyak membawa harta dariperjalanannya itu. Ia tidak lagi mengadakan perjalanandemikian. Malah sudah merasa cukup dengan yang sudahdiperolehnya itu. Ia menetap di Mekah mengasuh anak-anaknyayang banyak sekalipun dengan harta yang tidak seberapa.Muhammad juga tinggal dengan pamannya, menerima apa yang ada.Ia melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh mereka yangseusia dia. Bila tiba bulan-bulan suci, kadang ia tinggal diMekah dengan keluarga, kadang pergi bersama mereka kepekan-pekan yang berdekatan dengan 'Ukaz, Majanna danDhu'l-Majaz, mendengarkan sajak-sajak yang dibawakan olehpenyair-penyair Mudhahhabat dan Mu'allaqat.3 Pendengarannyaterpesona oleh sajak-sajak yang fasih melukiskan lagu cintadan puisi-puisi kebanggaan, melukiskan nenek moyang mereka,peperangan mereka, kemurahan hati dan jasa-jasa mereka.Didengarnya ahli-ahli pidato di antaranya orang-orang Yahudidan Nasrani yang membenci paganisma Arab. Mereka bicaratentang Kitab-kitab Suci Isa dan Musa, dan mengajak kepadakebenaran menurut keyakinan mereka. Dinilainya semua itudengan hati nuraninya, dilihatnya ini lebih baik daripadapaganisma yang telah menghanyutkan keluarganya itu. Tetapitidak sepenuhnya ia merasa lega. Dengan demikian sejak muda-belia takdir telah mengantarkannyake jurusan yang akan membawanya ke suatu saat bersejarah, saatmula pertama datangnya wahyu, tatkala Tuhan memerintahkan iamenyampaikan risalahNya itu. Yakni risalah kebenaran danpetunjuk bagi seluruh umat manusia. Kalau Muhammad sudah mengenal seluk-beluk jalan padang pasirdengan pamannya Abu Talib, sudah mendengar para penyair,ahli-ahli pidato membacakan sajak-sajak dan pidato-pidatodengan keluarganya dulu di pekan sekitar Mekah selamabulan-bulan suci, maka ia juga telah mengenal arti memanggulsenjata, ketika ia mendampingi paman-pamannya dalam PerangFijar. Dan Perang Fijar itulah di antaranya yang telahmenimbulkan dan ada sangkut-pautnya dengan peperangan dikalangan kabilah-kabilah Arab. Dinamakan al-fijar4 ini karenaia terjadi dalam bulan-bulan suci, pada waktu kabilah-kabilahseharusnya tidak boleh berperang.

Pada waktu itulahpekan-pekan dagang diadakan di 'Ukaz, yang terletak antaraTa'if dengan Nakhla dan antara Majanna dengan Dhu'l-Majaz,tidak jauh dari 'Arafat. Mereka di sana saling tukar menukarperdagangan, berlumba dan berdiskusi, sesudah itu kemudianberziarah ke tempat berhala-berhala mereka di Ka'bah. Pekan'Ukaz adalah pekan yang paling terkenal di antara pekan-pekanArab lainnya. Di tempat itu penyair-penyair terkemukamembacakan sajak-sajaknya yang terbaik, di tempat itu Quss(bin Sa'ida) berpidato dan di tempat itu pula orang-orangYahudi, Nasrani dan penyembah-penyembah berhala masing-masingmengemukakan pandangan dengan bebas, sebab bulan itu bulansuci. Akan tetapi Barradz bin Qais dari kabilah Kinana tidak lagimenghormati bulan suci itu dengan mengambil kesempatanmembunuh 'Urwa ar-Rahhal bin 'Utba dari kabilah Hawazin.Kejadian ini disebabkan oleh karena Nu'man bin'l-Mundhirsetiap tahun mengirimkan sebuah kafilah dari Hira ke 'Ukazmembawa muskus, dan sebagai gantinya akan kembali denganmembawa kulit hewan, tali, kain tenun sulam Yaman. Tiba-tibaBarradz tampil sendiri dan membawa kafilah itu ke bawahpengawasan kabilah Kinana. Demikian juga 'Urwa lalu tampilpula sendiri dengan melintasi jalan Najd menuju Hijaz.

Adapun pilihan Nu'man terhadap 'Urwa (Hawazin) ini telahmenimbulkan kejengkelan Barradz (Kinana), yang kemudianmengikutinya dari belakang, lalu membunuhnya dan mengambilkabilah itu. Sesudah itu kemudian Barradz memberitahukankepada Basyar bin Abi Hazim, bahwa pihak Hawazin akan menuntutbalas kepada Quraisy. Fihak Hawazin segera menyusul Quraisysebelum masuknya bulan suci. Maka terjadilah perang antaramereka itu. Pihak Quraisy mundur dan menggabungkan diri denganpihak yang menang di Mekah. Pihak Hawazin memberi peringatanbahwa tahun depan perang akan diadakan di 'Ukaz.

Perang demikian ini berlangsung antara kedua belah pihakselama empat tahun terus-menerus dan berakhir dengan suatuperdamaian model pedalaman, yaitu yang menderita korbanmanusia lebih kecil harus membayar ganti sebanyak jumlahkelebihan korban itu kepada pihak lain. Maka dengan demikianQuraisy telah membayar kompensasi sebanyak duapuluh orangHawazin. Nama Barradz ini kemudian menjadi peribahasa yangmenggambarkan kemalangan. Sejarah tidak memberikan kepastianmengenai umur Muhammad pada waktu Perang Fijar itu terjadi.Ada yang mengatakan umurnya limabelas tahun, ada juga yangmengatakan duapuluh tahun. Mungkin sebab perbedaan ini karenaperang tersebut berlangsung selama empat tahun. Pada tahunpermulaan ia berumur limabelas tahun dan pada tahun
berakhirnya perang itu ia sudah memasuki umur duapuluh tahun.

0 komentar: