Oleh : Muhammad Husain Haekal
Juga orang berselisih pendapat mengenai tugas yang dipegangMuhammad dalam perang itu. Ada yang mengatakan tugasnyamengumpulkan anak-anak panah yang datang dari pihak Hawazinlalu di berikan kepada paman-pamannya untuk dibalikkan kembalikepada pihak lawan. Yang lain lagi berpendapat, bahwa diasendiri yang ikut melemparkan panah. Tetapi, selama peperangantersebut telah berlangsung sampai empat tahun, maka kebenarankedua pendapat itu dapat saja diterima. Mungkin pada mulanyaia mengumpulkan anak-anak panah itu untuk pamannya dankemudian dia sendiripun ikut melemparkan. Beberapa tahunsesudah kenabiannya Rasulullah menyebutkan tentang PerangFijar itu dengan berkata: "Aku mengikutinya bersama denganpaman-pamanku, juga ikut melemparkan panah dalam perang itu;sebab aku tidak suka kalau tidak juga aku ikut melaksanakan."
Sesudah Perang Fijar Quraisy merasakan sekali bencana yangmenimpa mereka dan menimpa Mekah seluruhnya, yang disebabkanoleh perpecahan, sesudah Hasyim dan 'Abd'l-Muttalib wafat, danmasing-masing pihak berkeras mau jadi yang berkuasa. Kalautadinya orang-orang Arab itu menjauhi, sekarang mereka berebutmau berkuasa. Atas anjuran Zubair bin 'Abd'l-Muttalib di rumahAbdullah bin Jud'an diadakan pertemuan dengan mengadakanjamuan makan, dihadiri oleh keluarga-keluarga Hasyim, Zuhradan Taym. Mereka sepakat dan berjanji atas nama Tuhan MahaPembalas, bahwa Tuhan akan berada di pihak yang teraniayasampai orang itu tertolong. Muhammad menghadiri pertemuan ituyang oleh mereka disebut Hilf'l-Fudzul. Ia mengatakan, "Akutidak suka mengganti fakta yang kuhadiri di rumah Ibn Jud'anitu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku diajakpasti kukabulkan."
Seperti kita lihat, Perang Fijar itu berlangsung hanyabeberapa hari saja tiap tahun. Sedang selebihnya masyarakatArab kembali ke pekerjaannya masing-masing. Pahit-getirnyapeperangan yang tergores dalam hati mereka tidak akanmenghalangi mereka dari kegiatan perdagangan, menjalankanriba, minum minuman keras serta pelbagai macam kesenangan danhiburan sepuas-puasnya Adakah juga Muhammad ikut serta dengan mereka dalam hal ini?Ataukah sebaliknya perasaannya yang halus, kemampuannya yangterbatas serta asuhan pamannya membuatnya jadi menjauhi semuaitu, dan melihat segala kemewahan dengan mata bernafsu tapitidak mampu? Bahwasanya dia telah menjauhi semua itu, sejarahcukup menjadi saksi. Yang terang ia menjauhi itu bukan karenatidak mampu mencapainya. Mereka yang tinggal di pinggiranMekah, yang tidak mempunyai mata pencarian, hidup dalamkemiskinan dan kekurangan, ikut hanyut juga dalam hiburan itu.Bahkan di antaranya lebih gila lagi dari pemuka-pemuka Mekahdan bangsawan-bangsawan Quraisy dalam menghanyutkan diri kedalam kesenangan demikian itu.
Akan tetapi jiwa Muhammad adalah jiwa yang ingin melihat,ingin mendengar, ingin mengetahui. Dan seolah tidak ikutsertanya ia belajar seperti yang dilakukan teman-temannya darianak-anak bangsawan menyebabkan ia lebih keras lagi inginmemiliki pengetahuan. Karena jiwanya yang besar, yang kemudianpengaruhnya tampak berkilauan menerangi dunia, jiwa besar yangselalu mendambakan kesempurnaan, itu jugalah yang menyebabkandia menjauhi foya-foya, yang biasa menjadi sasaran utamapemduduk Mekah. Ia mendambakan cahaya hidup yang akan lahirdalam segala manifestasi kehidupan, dan yang akan dicapainyahanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan olehjulukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang adadalam dirinya. Itu sebabnya, sejak masa ia kanak-kanak gejalakesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hati sudah tampak,sehingga penduduk Mekah semua memanggilnya Al-Amin (artinya'yang dapat dipercaya').
Yang menyebabkan dia lebih banyak merenung dan berpikir, ialahpekerjaannya menggembalakan kambing sejak dalam masa mudanyaitu. Dia menggembalakan kambing keluarganya dan kambingpenduduk Mekah. Dengan rasa gembira ia menyebutkan saat-saatyang dialaminya pada waktu menggembala itu. Di antaranya iaberkata: "Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing."Dan katanya lagi: "Musa diutus, dia gembala kambing, Dauddiutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambingkeluargaku di Ajyad."
Gembala kambing yang berhati terang itu, dalam udara yangbebas lepas di siang hari, dalam kemilau bintang bila malamsudah bertahta, menemukan suatu tempat yang serasi untukpemikiran dan permenungannya. Ia menerawang dalam suasana alamdemikian itu, karena ia ingin melihat sesuatu di balik semuaitu. Dalam pelbagai manifestasi alam ia mencari suatupenafsiran tentang penciptaan semesta ini. Ia melihat dirinyasendiri. Karena hatinya yang terang, jantungnya yang hidup, iamelihat dirinya tidak terpisah dari alam semesta itu. Bukankahjuga ia menghirup udaranya, dan kalau tidak demikian berartikematian? Bukankah ia dihidupkan oleh sinar matahari,bermandikan cahaya bulan dan kehadirannya berhubungan denganbintang-bintang dan dengan seluruh alam? Bintang-bintang dansemesta alam yang tampak membentang di depannya, berhubungansatu dengan yang lain dalam susunan yang sudah ditentukan,matahari tiada seharusnya dapat mengejar bulan atau malam akanmendahului siang. Apabila kelompok kambing yang ada di depanMuhammad itu memintakan kesadaran dan perhatiannya supayajangan ada serigala yang akan menerkam domba itu, jangansampai - selama tugasnya di pedalaman itu - ada domba yangsesat, maka kesadaran dan kekuatan apakah yang menjaga susunanalam yang begitu kuat ini?
Pemikiran dan permenungan demikian membuat ia jauh dari segalapemikiran nafsu manusia duniawi. Ia berada lebih tinggi dariitu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak jelasdi hadapannya. Oleh karena itu, dalam perbuatan dantingkah-lakunya Muhammad terhindar dari segala penodaan namayang sudah diberikan kepadanya oleh penduduk Mekah, dan memangbegitu adanya: Al-Amin. Semua ini dibuktikan oleh keterangan yang diceritakannyakemudian, bahwa ketika itu ia sedang menggembala kambingdengan seorang kawannya. Pada suatu hari hatinya berkata,bahwa ia ingin bermain-main seperti pemuda-pemuda lain. Halini dikatakannya kepada kawannya pada suatu senja, bahwa iaingin turun ke Mekah, bermain-main seperti para pemuda digelap malam, dan dimintanya kawannya menjagakan kambingternaknya itu. Tetapi sesampainya di ujung Mekah, perhatiannyatertarik pada suatu pesta perkawinan dan dia hadir di tempatitu. Tetapi tiba-tiba ia tertidur. Pada malam berikutnyadatang lagi ia ke Mekah, dengan maksud yang sama. Terdengarolehnya irama musik yang indah, seolah turun dari langit. Iaduduk mendengarkan. Lalu tertidur lagi sampai pagi.
Jadi apakah gerangan pengaruh segala daya penarik Mekah ituterhadap kalbu dan jiwa yang begitu padat oleh pikiran danrenungan? Gerangan apa pula artinya segala daya penarik yangkita gambarkan itu yang juga tidak disenangi oleh mereka yangmartabatnya jauh di bawah Muhammad? Karena itu ia terhindar dari cacat. Yang sangat terasa benarnikmatnya, ialah bila ia sedang berpikir atau merenung. Dankehidupan berpikir dan merenung serta kesenangan bekerjasekadarnya seperti menggembalakan kambing, bukanlah suatu carahidup yang membawa kekayaan berlimpah-limpah baginya. Danmemang tidak pernah Muhammad mempedulikan hal itu. Dalamhidupnya ia memang menjauhkan diri dari segala pengaruhmateri. Apa gunanya ia mcngejar itu padahal sudah menjadibawaannya ia tidak pernah tertarik? Yang diperlukannya dalamhidup ini asal dia masih dapat menyambung hidupnya.
Bukankah dia juga yang pernahh berkata: "Kami adalah golonganyang hanya makan bila merasa lapar, dan bila sudah makan tidaksampai kenyang?" Bukankah dia juga yang sudah dikenal oranghidup dalam kekurangan selalu dan minta supaya orangbergembira menghadapi penderitaan hidup? Cara orang mengejarharta dengan serakah hendak memenuhi hawa nafsunya, samasekali tidak pernah dikenal Muhammad selama hidupnya.Kenikmatan jiwa yang paling besar, ialah merasakan adanyakeindahan alam ini dan mengajak orang merenungkannya. Suatukenikmatan besar, yang hanya sedikit saja dikenal orang.Kenikmatan yang dirasakan Muhammad sejak masa pertumbuhannyayang mula-mula yang telah diperlihatkan dunia sejak masamudanya adalah kenangan yang selalu hidup dalam jiwanya, yangmengajak orang hidup tidak hanya mementingkan dunia. Inidimulai sejak kematian ayahnya ketika ia masih dalamkandungan, kemudian kematian ibunya, kemudian kematiankakeknya. Kenikmatan demikian ini tidak memerlukan hartakekayaan yang besar, tetapi memerlukan suatu kekayaan jiwayang kuat. sehingga orang dapat mengetahui: bagaimana iamemelihara diri dan menyesuaikannya dengan kehidupan batin. Andaikata pada waktu itu Muhammad dibiarkan saja begitu, tentutakkan tertarik ia kepada harta. Dengan keadaannya itu ia akantetap bahagia, seperti halnya dengan gembala-gembala pemikir,yang telah menggabungkan alam ke dalam diri mereka dan telahpula mereka berada dalam pelukan kalbu alam.
Akan tetapi Abu Talib pamannya - seperti sudah kita sebutkantadi -hidup miskin dan banyak anak. Dari kemenakannya itu iamengharapkan akan dapat memberikan tambahan rejeki yang akandiperoleh dari pemilik-pemilik kambing yang kambingnyadigembalakan. Suatu waktu ia mendengar berita, bahwa Khadijahbint Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankanperdagangannya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yangkaya dan dihormati, mengupah orang yang akan memperdagangkanhartanya itu. Berasal dari Keluarga (Banu) Asad, ia bertambahkaya setelah dua kali ia kawin dengan keluarga Makhzum,sehingga dia menjadi seorang penduduk Mekah yang terkaya. Iamenjalankan dagangannya itu dengan bantuan ayahnya Khuwailiddan beberapa orang kepercayaannya. Beberapa pemuka Quraisypernah melamarnya, tetapi ditolaknya. Ia yakin mereka itumelamar hanya karena memandang hartanya. Sungguhpun begituusahanya itu terus dikembangkan.
Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkanperdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, iamemanggil kemenakannya - yang ketika itu sudah berumurduapuluh lima tahun. "Anakku," kata Abu Talib, "aku bukan orang berpunya. Keadaanmakin menekan kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijahmengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidaksetuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukahkau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?" "Terserah paman," jawab Muhammad. Abu Talibpun pergi mengunjungi Khadijah: "Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?" tanya Abu Talib."Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak untaTapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor." "Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidakkusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dankusukai." Demikian jawab Khadijah. Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakanperistiwa itu. "Ini adalah rejeki yang dilimpahkan Tuhankepadamu," katanya.
Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi denganMaisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasirkafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melaluiWadi'l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yangdulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib tatkalaumurnya baru duabelas tahun.
Perjalanan sekali ini telah menghidupkan kembali kenangannyatentag perjalanan yang pertama dulu itu. Hal ini menambah dialebih banyak bermenung, lebih banyak berpikir tentang segalayang pernah dilihat, yang pernah didengar sebelumnya: tentangperibadatan dan kepercayaan-kepercayaan di Syam atau dipasar-pasar sekeliling Mekah. Setelah sampai di Bushra ia bertemu dengan agama Nasrani Syam.Ia bicara dengan rahib-rahib dan pendeta-pendeta agama itu,dan seorang rahib Nestoria juga mengajaknya bicara. Barangkalidia atau rahib-rahib lain pernah juga mengajak Muhammadberdebat tentang agama Isa, agama yang waktu itu sudahberpecah-belah menjadi beberapa golongan dan sekta-sekta -seperti sudah kita uraikan di atas.
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampubenar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan caraperdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yangdilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakteryang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarikkecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tibawaktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barangdagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah diMarr'-z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: "Muhammad,cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakanpengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu."
Muhammad berangkat dan tengah hari sudah sampai di Mekah.Ketika itu Khadijah sedang berada di ruang atas. Biladilihatnya Muhammad di atas unta dan sudah memasuki halamanrumahnya. ia turun dan menyambutnya. Didengarnya Muhammadbercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentangperjalanannya serta laba yang diperolehnya, demikian jugamengenai barang-barang Syam yang dibawanya. Khadijah gembiradan tertarik sekali mendengarkan. Sesudah itu Maisarapundatang pula yang lalu bercerita juga tentang Muhammad, betapahalusnya wataknya, betapa tingginya budi-pekertinya. Hal inimenambah pengetahuan Khadijah di samping yang sudahdiketahuinya sebagai pemuda Mekah yang besar jasanya.
Dalam waktu singkat saja kegembiraan Khadijah ini telahberubah menjadi rasa cinta, sehingga dia - yang sudah berusiaempatpuluh tahun, dan yang sebelum itu telah menolak lamaranpemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy - tertarik jugahatinya mengawini pemuda ini, yang tutur kata dan pandanganmatanya telah menembusi kalbunya. Pernah ia membicarakan halitu kepada saudaranya yang perempuan - kata sebuah sumber,atau dengan sahabatnya, Nufaisa bint Mun-ya - kata sumberlain.
Nufaisa pergi menjajagi Muhammad seraya berkata: "Kenapakau tidak mau kawin?" "Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan perkawinan," jawabMuhammad. "Kalau itu disediakan dan yang melamarmu itu cantik, berharta,terhormat dan memenuhi syarat, tidakkah akan kauterima?" "Siapa itu?"
Nufaisa menjawab hanya dengan sepatah kata: "Khadijah." "Dengan cara bagaimana?" tanya Muhammad. Sebenarnya ia sendiriberkenan kepada Khadijah sekalipun hati kecilnya belum lagimemikirkan soal perkawinan, mengingat Khadijah sudah menolakpermintaan hartawan-hartawan dan bangsawan-bangsawan Quraisy.
Setelah atas pertanyaan itu Nufaisa mengatakan: "Serahkan halitu kepadaku," maka iapun menyatakan persetujuannya. Tak lamakemudian Khadijah menentukan waktunya yang kelak akan dihadirioleh paman-paman Muhammad supaya dapat bertemu dengan keluargaKhadijah guna menentukan hari perkawinan.
Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh pamanKhadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudahmeninggal sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinyatelah membantah apa yang biasa dikatakan, bahwa ayahnya adatapi tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telahmemberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan dengan begituperkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.
Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad.Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-isteri dan ibu-bapa,suami-isten yang harmonis dan sedap dari kedua belah pihak,dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya kehilangananak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilanganibu-bapa semasa ia masih kecil.
Catatan kaki:
1 Muhammad atau Mahmud artinya yang terpuji (A).
2 Abwa' ialah sebuah desa antara Medinah dengan Juhfa, jaraknya 23 mil (37 km) dari Medinah.
3 Al-Mu'allaqat nama yang diberikan kepada tujuh buah kumpulan puisi Arab pra Islam yang dianggap terbaik, oleh tujuh penyair: Imr'l-Qais, Tarafa, Zuhair, Labid, 'Antara, 'Amr ibn Kulthum dan Harith ibn Hilizza. Mu'allaqat berarti 'yang digantungkan' yakni sajak-sajak yang ditulis dengan tinta emas (almudhahhab) di atas kain lina (A).
4 Pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku (A).
0 komentar:
Posting Komentar