Nabi ISA as. Akan Turun ke Bumi (1)

Oleh : Toto Tasmara

Pendapat Kedua
Pendapat yang meyakini bahwa Nabi Isa akan turun ke bumi, hal ini didasarkan pada argumentasi serta penafsirannya yang mendalam atas ayat dan hadits yang ada.Bahwa yang dimaksudkan dengan mutawaffiika (mewafatkanmu) sebagaimana termaktub dalam surat Ali Imran ayat 55, tidak harus di terjemahkan secara tersurat, tetapi sebaiknya dilihat juga secara menyeluruh; mengingat ada kaitannya dengan kata rafi'uka (mengangkat). Sehingga kata "wafat" tidak selamanya diterjemahkan dengan mati, melainkan dapat pula diberikan makna 'tidur atau diangkat' atau disempurnakan.



Dengan merujuk Tafsyir al-Kasyaf jilid I halaman 432 bahwa kata Inni mutawaffiika dapat diberi arti 'Aku menyempurnakan ajalmu', artinya Allah telah melindungi dan menyempurnakan Isa as. dari kaum kafir (kuffar) yang akan membunuhnya. Sedangkan kata "wa rafi'uka ilayya" bermakna 'mengangkatmu ke langit-Ku'. Dan kata "wa muthahhiruka minal-ladzina kafaru" bermakna 'Aku membersihkanmu, memeliharamu, atau melindungimu dari kejahatan kaum kaum kafir'. Hal ini dikaitkan pula dengan surat az-Zumar: 42 yang mempunyai makna 'mengangkatmu dalam keadaan tidur hingga engkau tidak dihinggapi khawatir dan engkau berada di langit'.

Kesimpulan pendapat kedua ini dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Nabi Isa a.s diangkat ke langit dan benar benar akan turun ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia dari kejahatan Dajal.
2. Penafsiran surat Ali Imran ayat 55, "inni mutawaffiika" harus ditafsirkan: 'menidurkan atau menyelamatkan'. Dengan penafsiran tersebut, maka Nabi Isa a.s. dalam keadaan masih hidup (sedang tidur) ketika diangkat ke langit untuk melanjutkan misi Nabi Muhammad saw dan menjadikan umat manusia memeluk agama Islam di mana Nabi Isa a.s. akan memimpin shalat atau sebagai imamnya.

Dari perbedaan pendapat pro dan kontra tentang turunnya atau tidaknya Nabi Isa a.s. ke bumi, justru salah satu yang tidak dipersoalkan adalah akan datang atau munculnya al-Masih ad-Dajal itu sendiri. Dan dalam pembahasan ini --pro dan kontra tentang turun atau tidaknya Almasih Isa a.s. ke bumi-- polemik tersebut tidak akan dijadikan pembahasan, tetapi penulis mencoba melihat penafsiran "dua term" aktual, yaitu al-Masih dan ad-Dajal7 dengan merujuk kedua pendapat tadi dikaitkan dengan gerakan zionisme dengan seluruh konspirasinya yang ada.

l. al-Masih dan ad-Dajal

Salah satu doa yang dibaca di kalangan umat Islam adalah memohon perlindungan Allah SWT dari fitnah Dajal. Sedangkan yang dimaksud dengan kata al-Masih, yaitu 'orang yang kepalanya diusap atau yang telah diberi berkah, direstui, dan disucikan', sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang telah disampaikan-Nya kepada Maryam..." (an-Nisa': 171).

Nabi Isa yang diberi gelar Almasih tidak lain adalah utusan Allah, sebagaimana juga misi para nabi dan rasul lainnya. Akan tetapi, di kalangan umat Kristen sering diartikan bahwa Almasih berarti "juru selamat" atau Mesiah, di samping juga dianggapnya sebagai Tuhan karena keajaiban kelahirannya --padahal bagi Allah penciptaan itu adalah kekuasaannya, sebagaimana Allah SWT menciptakan Adam, cukuplah Dia berkata, "...kun fayakun, jadilah (seorang manusia) ." (Ali Imran: 59).

Berkaitan dengan penjelasan tadi, penyebutan Nabi Isa dengan Almasih mempunyai arti, "nabi yang diberkati atau yang telah diusap kepalanya sebagaimana kebiasaan penasbihan atau penyucian dalam upacara kaum Bani Israel pada waktu itu. Dia adalah utusan Allah. Dan ia bukan Tuhan, sebagaimana diyakini para Ahli Kitab.

2. Dajal dan Ahli Kitab

Dajal berasal dari kata dajala yang artinya 'tertutup oleh sesuatu, pembohong, penipu'. Sehingga kata dajala tersebut dapat ditafsirkan ke dalam beberapa pengertian tentang sifat manusia, sebagai berikut:

a. Orang yang tertutup mata hatinya dari kebenaran. Atau mereka yang berupaya untuk menghilangkan kebenaran dan menguasai orang lain dengan kepalsuan yang ditawarkan dengan penuh tipu muslihat dan kebohongan.

b. Apabila "Dajal" ditafsirkan sebagai manusia atau bangsa yang bertujuan ingin menghapuskan kebenaran dan menawarkan konsep-konsep pemikirannya yang penuh kepalsuan, maka siapa lagi yang paling pantas untuk menyandangnya, kecuali Ahli Kitab yang telah menyisipkan berbagai ajaran palsu yang diakuinya sebagai firman Tuhan. Padahal, itu hanyalah sebuah angan-angan belaka, hal ini sebagaimana firman-Nya:"... dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab: Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu...." (an-Nisa': 123).

Al-Qur'an telah melakukan penilaian sangat tepat dan akurat terhadap sifat-sifat sebagian dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Sebagian dari mereka terus berusaha dari waktu ke waktu untuk mengajak orang-orang yang beriman agar menjadi kafir. Hal ini sebagaimana firman-Nya:"Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu; padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri...." (Ali Imran: 69).

Mereka mencoba memalsukan berbagai keterangan, membuat dongeng, dan khayalan sehingga mengguncangkan hati manusia. Seakan-akan, dongeng itu datangnya dari Tuhan, padahal benar-benar hanyalah sebuah karangan, sesuai dengan tradisi kaum Yahudi yang sangat gemar membuat dongeng dan nyanyian sebagai akibat terbelenggu oleh kekuasaan Roma yang beragama Pagan (musyrik, sinkretisme, dan pantheisme). Mereka pun masih terobsesi oleh keyakinan sebagai "bangsa pilihan" yang harus menguasai dunia dan membangun kembali menara Babil serta The Temple of Solomon (kejayaan Sulaiman).

Al-Qur'an mengungkapkan sifat para Ahli Kitab Yahudi tersebut sebagaimana firman-Nya:"Sesungguhnya diantara mereka itu ada satu golongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab supaya kamu mengira itu sebagian dari Alkitab, padahal ia bukan dari Alkitab dan mereka mengatakan, 'Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah', padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui." (Ali Imran: 78).

Penyisipan serta berbagai kontradiksi mewarnai Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga Al-Qur'an memberikan koreksi terhadap kaum Yahudi agar mereka kembali kepada ajaran Taurat dan Injil, yang sebenarnya telah dirangkum dalam Al-Qur'an.

Sebagaimana kita ketahui bahwa obsesi kaum Yahudi untuk menguasai empat penjuru bumi: utara, selatan, timur, dan barat (lambang angka 13 = 1+3 = 4) dan merindukan "tanah yang dijanjikan" (Ezrat Yisrail atau zion) telah berlangsung ratusan tahun dan direncanakan dengan rapi melalui berbagai gerakan dan ideologi, seperti Iluminasi dan freemason. Mereka merasa bahwa dengan rencana-rencananya tersebut akan diperoleh keuntungan atau hasil yang besar. Dalam hal ini, Allah SWT mengecam perbuatan mereka:"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri; lalu mengatakannya: 'Ini dari Allah' (dengan maksud), untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu…" (al-Baqarah: 79)

Gerakan konspirasi rahasia zionis, yaitu Iluminasi dan freemason mencoba membuat tafsiran-tafsiran rasional dan kontroversial untuk melemahkan orang-orang yang beriman. Upaya kaum Iluminasi dan freemason untuk mengubah Alkitab dan membuat penafsiran yang bersifat mistik telah disinyalir dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:"Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya..." (an-Nisa': 46).

Semua ambisi kaum zionis tersebut, tidak lain mereka lakukan untuk menguasai dunia, yaitu untuk membentuk "satu dunia baru" (novus ordo seclorum): satu dunia, satu pemerintahan, satu agama, satu kewarganegaraan. Hal itu dimaksudkan untuk mewujudkan dan menjadikan umat manusia agar mengingkari Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah:"Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman...." (al-Baqarah: 109).

Pada zaman dahulu, para pengikut Dajal mengubah dan menempatkan kalimat-kalimat palsu dalam Alkitab, yaitu berupa dongeng dan pemujaan terhadap dewa atau Tuhan palsu. Pada zaman modern ini, dongeng mereka tentu saja disesuaikan dengan cara berpikir dan kondisi yang ada. Dengan segala caranya, mereka mengepung umat manusia dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membentuk opini serta image simpatik kepada gerakan yang mereka kampanyekan, sehingga lambat-laun umat manusia terperangkap ke dalam strategi kaum zionis yang ingin menguasainya. Itulah sebabnya, mereka tidak pernah akan senang bila umat Islam bersatu atau berjaya.Mereka bersatu-padu dengan kroni-kroninya, kaum kafir dan musyrik untuk menghancurkan ajaran Islam dan umatnya dari muka bumi:"Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu..." (al-Baqarah: 105).

Firman Allah pasti benar dan tidak mungkin digugat atau ditafsirkan lain, kecuali berpihak kepada kebenaran. Demikian pula, posisi umat Islam dalam menghadapi "perang global" yang didukung oleh orang-orang Yahudi dan kaum kafir, maka itu harus dilawan dengan tindakan yang bersifat simultan dan total, sebagaimana firman-Nya:"Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah: 208).

Kaum zionis yang menghalalkan dan membiayai usahanya dengan segala cara, benar- benar telah buta mata hatinya walaupun akal pikirannya sangat cerdas sekalipun. Mata hati untuk mengenal Allah dan Rasul-Nya sebagai kebenaran telah tertutup (dajala) dan begitu pula dengan akalnya. Dan pikirannya pun telah dikuasai hawa nafsu setan. Bahkan, saat ini begitu semarak penyembahan terhadap setan yang diyakininya akan menyelamatkan umat manusia. Hal ini dikarenakan ajaran palsu yang mereka sisipkan dalam Alkitab bahwa setan dan para pengiringnya adalah "malaikat yang diutus" (the fallen angels) yang akan menguasai dan menjelajahi bumi. Kemudian mereka menampakkan wujudnya dalam bentuk binatang, naga, ular; bahkan wujud manusia bermata satu yang dikeningnya bertuliskan "666", yang kemudian akan dibunuh oleh Yesus setelah turun dari langit. Lalu ia tinggal di bumi untuk membangun "kerajaan tuhan" selama seribu tahun, sebelum datangnya hari kiamat yang diawali dengan pertempuran dahsyat antara Yesus dengan Dajal tersebut (The Armageddon).

Apabila kita melihat kisah-kisah dongeng, sebagaimana dikisahkan dalam Injil Perjanjian Baru Wahyu 12 sampai 13. Sesungguhnya, hal itu ada semacam kemiripan, yang diduga adanya penyisipan hadits yang dimasukkan oleh Ka'ab al-Ahbar (mantan rabbi Yahudi yang kemudian memeluk Islam) yang kemudian membuat guncang hati manusia, kecuali orang-orang yang beriman. Padahal, upaya mereka tersebut hanyalah sebuah tipuan dan upaya untuk mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan sebagaimana firman Allah:"Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur-adukkan yang hak dengan yang batil dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?" (Ali Imran: 71)

3. Dajal Gerakan Kafirisasi Matrialistik

Dengan pemahaman tersebut, kita harus melihat Dajal dalam bentuk tafsiran yang aktual, yaitu sebagai satu ajaran yang palsu, gerakan rnanipulasi internasional untuk menghancurkan segala agama, agar orang yang beriman terperangkap dalam jaringan konspirasi zionisme yang bersifat menyeluruh dan menyentuh seluruh kehidupan manusia.

Konspirasi Dajal yang bersifat matrialistik sekuler, pada hakikatnya telah berlangsung sejak lama. Dendam sejarah kaum Yahudi yang selalu menjadi "bulan-bulanan" bangsa-bangsa yang menjajahnya sampai pada saat diaspora (terpencar-pecah di beberapa negara), menyebabkan mereka tidak henti-hentinya mencari jalan untuk membalas kekalahannya tersebut untuk kembali bersatu.Ajaran filsafat pada abad pertama telah merasuki pola filsafat Yunani-Romawi dengan ajaran epikurisme (ajaran yang semata-mata bersifat hedonisme), yaitu mengejar kenikmatan dunia semata-mata. Mereka ingin mereguk kenikmatan dunia, karena bagi aliran ini, surga hanya ada di dunia belaka. Motto mereka, "nikmatilah hidup setiap hari" (carpe diem); "pakailah mahkota bunga mawar, sebab besok kita akan mati!" (coromemus nos yosis, cras enim moriemur).

Sementara, Prof J.S. Malan mendukung teori "reformasi dunia baru" yang diajarkan zionis Dajal dengan cara membangun hanya "satu pemerintahan dunia" (new world government), yaitu pemerintahan dunia yang semakin transparan dan tanpa batas. Dan hanya dengan cara seperti inilah, dogma-dogma agama yang dianggapnya sebagai racun dan pemacu konffik, bahkan perang, akan menemui "ajalnya".

Filsafat dan cara berpikir seperti ini telah merasuki zaman modern yang serba mudah dan berlimpahan tawaran kenikmatan dunia, sehingga memalingkan hati umat manusia dari hidupnya yang hakiki. Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya kita harus menafsirkan Dajal tidak dalam bentuk fisik: bermata juling, sakti mandraguna, bisa melompati bumi dalam sekejap, dan sebagainya. Kita harus menafsirkannya dalam bentuk pesan-pesan aktual, di mana Dajal tidak lain adalah sebuah gerakan ideologi untuk mengkafirkan kaum beragama, cara berpikir, atau ajaran yang akan menyimpangkan perhatian orang-orang yang beriman kepada penyembahan materi yang dikampanyekan kaum zionis melalui organisasi rahasia mereka yaitu Iluminasi dan freemason. Hal ini sebagaimana firman Allah:"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka; Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." (an-Naml: 82).Penafsiran terhadap ayat tersebut (an-Naml: 82)

pada kata "apabila perkataan telah jatuh", dimaksudkan sebagai saat tertentu ketika datangnya ketetapan Allah untuk mengubah seluruh tatanan nilai yang telah rusak akibat keingkaran manusia terhadap ayat-ayat Allah. Sedangkan dabbah --dengan segala bentukannya disebutkan di dalam Al-Qur'an sebanyak empat belas kali-- diterjemahkan sebagai 'binatang melata' dan ditafsirkan pula sebagai kata simbolis yang menggambarkan keadaan manusia yang sudah memiliki sifat-sifat binatang. Sifat yang tidak lagi mempertimbangkan potensi hati, melainkan hanya mengabdikan dirinya kepada gelegak potensi hawa nafsu yang lebih hina dari binatang.

Abdulah Yusuf Ali dalam tafsirnya The Holy Qur'an mengatakan, "Dalam bahasa simbolis, ia (dabbah) memperlihatkan sifat matrialismenya yang murni."Selanjutnya, ia menafsirkan surat an-Naml:82 pada kata taklimuhu yang dibaca sebagai kebalikan dari tukallimuhum, akan memberikan arti binatang itu akan mencederai mereka, atau secara simbolik memberikan arfi bahwa matrialisme itu akan mendatangkan kesengsaraan sebagai balasan (nemesis) bagi dirinya sendiri. Untuk memahami secara lebih mendalam tentang apa yang dimaksudkan dengan binatang melata tersebut, Allah berfirman:"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi (daabbatin) dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab sedikit pun, kemudian kepada Tuhannya mereka dikumpulkan." (al-An'am: 38).

Dari penafsirari tersebut, binatang melata itu dapat berupa manusia (umat-umat seperti kamu) dengan segala pemikirannya yang menyimpang dan mempunyai ambisi yang sangat kuat untuk menguasai dunia.

Binatang melata dapat pula disimbolkan sebagai satu paham baru yang ingin menghapuskan dogma-dogma agama. Membebaskan manusia dari belenggu Kerajaan Roma Katolik serta agama lain (termasuk Islam) untuk diganti dengan ideologi atau paham universalisme, unitarianisme, sesuai dengan cita-cita Adam Weishaupt di dalam bukunya novus ordo seclorum. Sebagai kelanjutan dari agama Pagan yang diagungkan oleh Kaisar Konstantin, yaitu the sun worship atau sol invictus. Dalam semangat penyembahan "dewa matahari" tersebut terkandung semangat universalisme, sinkretisasi, atau penyatuan seluruh agama di dalam naungan sol invictus tersebut. Paham matrialisme tidak lain adalah pembebasan umat manusia dari agama-agama. Bukan hanya sekadar paham sekuler (seculum artinya kekinian, hidup hari ini, atau memisahkan agama dengan negara) tetapi benar-benar membebaskan manusia dari agama yang mereka anggap sebagai racun. Bagi aliran matrialisme ini, agama-agama di muka bumi hanyalah bentuk lain untuk menciptakan konflik dan pertentangan. Untuk itu, mereka harus menciptakari cara berpikir yang baru dengan bersandarkan kepada rasionalisme matrialistik yang bersifat mendunia. Menciptakan agarna baru (quasi religion) sebagai pengganti agama konvensional.

Dabbah atau binatang melata dapat pula ditafsirkan sebagai manusia atau bangsa yang membawa ajaran matrialisme yang antiagama. Ia adalah sosok manusia yang berjiwa binatang yang telah buta mata hatinya, bahkan lebih hina, lebih sesat, dan lebih kejam dari binatang. Hal ini sebagaimana firman Allah:"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak mau dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (al-Araf: 179).

Dajal tidak lain adalah ajaran sesat yang mempunyai dampak global. Ajaran sesat yang didukung oleh kekuatan intelektual dan sarana yang supramodern. Dajal menjadi satu entitas (satuan yang berwujud) bangsa yang disimbolkan hanya punya satu mata yaitu "matrialisme radikal". Struktur tubuhnya yang gagah dan intelektualnya yang tinggi, mereka tidak manfaatkan untuk mengenal Allah. Sebaliknya, mereka menunjukkan sikapnya yang sombong dengan cara membuat dan merekayasa dogma agama baru. Sebagaimana disebutkan oleh Al-Qur'an bahwa mata, telinga, dan hatinya telah tidak berfungsi untuk mengenal cahaya Ilahi. Maka jelaslah bahwa Dajal bukan binatang dalam bentuk naga berkepala sepuluh atau ular atau bentuk binatang (the Beast) sebagaimana didongengkan oleh Injil Perjanjian Baru (Wahyu 10-20), melainkan manusia yang mempunyai ajaran yang sesat. Dan nilai mereka, sama dengan binatang melata yang seakan-akan muncul di permukaan bumi dengan ajaran-ajaran sesatnya yang memikat hati orang-orang yang ingkar.

Gerakan Dajal yang dikembangkan sebagai agama dan ritual freemason telah diketahui oleh Kerajaan Roma Katolik, karena mereka sadar bahwa gerakan ini menyerang eksistensi gereja dengan menamakan dirinya anti-Kristus. Itulah sebabnya, Kerajaan Gereja Roma Katolik telah mengeluarkan pengucilan (excommunication) bagi mereka yang menjadi anggota freemason --those who lend their names to a amsonic sect or other association of the same kind who plot against the church incur the penalty of excommunication resting simply in the Apostolic See (Canon 2335 of the Code of Cannon Law, promulgated, 27 May 1917).

4. Aliran Mistik

Setanisme Dajal dalam bentuk pemujaan terhadap materi dipresentasikan oleh dunia Barat dalam bentuk pemikiran rasional dan menjadikan para pengikutnya untuk berpikir bebas (freethinker). Mereka meyakini bahwa kehidupan hanyalah ada di dunia. Oleh karena itu, segala macam dogma agama harus disingkirkan, sebab itu memenjarakan manusia: kebebasan, hawa nafsu, seks, dan segala keinginan manusia yang harus dinikmati, selama tidak mengganggu orang lain. Itulah sebabnya, ajaran setan ini mengakomodasi para lesbian, homoseksual, dan kebebasan seks.

Gerakan setanisme yang dipresentasikan secara rasional dan diberikan dasar-dasar falsafahnya, sesuai dengan tuntutan dunia modern yang rasionalis-matrialistis, pertama kali dipelopori Aleister Crowley seorang sastrawan, pendaki gunung dan juga anggota dari aliran kepercayaan Hermetic Order di Inggris telah memperkenalkan ajaran mistik Thelema (dari bahasa Yunani Thel-ay-mah) yang artinya 'keinginan atau kecenderungan'. Ajaran Thelema merupakan adopsi dari mistik kuno di Mesir yang mendewakan Isis dan Osiris, serta memuja angka keramat "tujuh", dikarenakan alam semesta berdiri di atas angka tujuh tersebut. Ajarannya menekankan kebebasan manusia sebagai bintang-bintang di muka bumi yang mempunyai kebebasan untuk mewujudkan apa saja yang diinginkan oleh manusia. Itulah sebabnya, kesaksian para aliran Thelema adalah "lakukan segalanya sekehendakmu dengan hukummu." sebagaimana diuraikan dalam buku karangannya Liber Legis (Kitab Hukum). Kebebasan manusia didasarkan pada cinta sebagai hukum utamanya, tetapi cinta itu pun harus tetap berada dalam kendalinya. Pengembaraan Crowley ke Mesir dan dunia Timur telah memberikan ilham dan pemerkayaan pengetahuannya dalam mengarungi kegilaannya kepada dunia mistik, sehingga ajaran Thelema merupakan sinkretisasi dari ajaran sesat dengan menggabungkan sesembahan yang ada di India, Mesir, dan daratan Eropa. Di dalam inti ajaran Thelema disebutkan beberapa "guru" yang disebut Avatar, Ahman, Baphomet yang dituangkannya dalam motto: sigillum sanctum fraternitum yang menghiasi cakra tujuh segi sebagai lambang kebebasan universal (universalist liberalist).

Ajaran mistik Crowley, Thelema, semakin berkembang dan mengilhami pemikiran matrialis-rasional para pemikir Amerika. Misalnya, ajaran tentang unitarian universalist, sebuah ajaran yang mengajak umat manusia untuk bersatu-padu dalam ikatan kemanusiaan, persaudaraan, kesatuan, dan kasih sayang. Yang tidak lain adalah ajaran yang telah dikumandangkan atau dipengaruhi oleh para pemikir bebas dan ateis freemason melalui "penyembahan setan" (satanic worship) yang dikembangkan sebagai satu agama yang disebutnya sebagai satanic church oleh Anton Szandor La Vey pada tahun 1966. Sebagaimana Adam Weishaupt pendiri Iluminasi dan tokoh freemason, La Vey juga adalah seorang aktivis gereja yang menyempal karena merasa kecewa dengan sistem gereja yang dianggapnya penuh dengan kemunafikan. Untuk menumbuhkan kredo atau keyakinan pengikutnya, La Vey mengarang beberapa buku petunjuk antara lain The Satanic Bible dan The Satanic Ritual pada tahun 1969. Lalu pada tahun 1972, dia membuat buku The Complete Wick dan The Devil Notebook yang sangat laris.Mereka sangat membanggakan nilai kemanusiaan, persamaan hak, dan kebebasan (humanity, equality, dan freedom). Manusia dilahirkan sama dan harus mempunyai kebebasan yang sama. Seseorang melebihi yang lain, berarti melawan fitrah karena kelebihan seseorang dari yang lain, berarti telah merampas sebagian dari kebebasan manusia yang lain. La Vey menetapkan tiga ajaran pokok setanisme, yaitu memuaskan rasa ingin tahu intelektual, tindakan kebebasan individu, dan memanjakan diri (intellectual curiousity, personal liberty of action, dan physical indulgence).

Hal ini mendekati definisi yang dibuat oleh The American Humanist Association (Asosiasi Humanis Amerika) bahwa humanisme adalah falsafah dari berpikir yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, diilhami dengan seni, didorong oleh kasih sayang. Humanisme membela dan sekaligus mengembangkan partisipasi manusia dalam proses demokrasi yang mengembangkan keterbukaan dan membela keadilan sosial.

Ajaran setan ini bukan lagi sebagai khayalan, tetapi benar-benar ada. Bahkan, ia telah berkembang cepat --telah dilegalkan-- dan merambah ke kota-kota besar di seluruh dunia. Mereka ingin menjadikan ajaran ini sebagai agama alternatif; secara terselubung profesional dan dengan dukungan dana yang berlimpah. Mereka terus memasuki berbagai bidang kehidupan manusia. Memasuki institusi dan dengan sangat pandai membelokkan moral dan dogma, sesuai dengan keinginan mereka.Setanisme ajarannya menekankan pada rasionalisme bahwa dalam kehidupan nyata, sebuah sistem harus didasarkan pada rasio diri sendiri, memanjakan diri, dan membangun keterasingan.Berpikir bebas atas dasar asumsi bahwa manusia belum bebas, selama masih dipenjarakan oleh dogma-dogma agama, khususnya agama Kristen --sebab itulah mereka menyebut dirinya sebagai anti-Kristus. Manusia belum bebas selama masih terkotak-kotak dalam agama yang menjadi pemacu konflik. Sebab itu, manusia harus menyambut baik ajaran setan bersama para pengiringnya (the fallen angels), yang justru ingin menempatkan manusia sebagai raja di muka bumi.

Mereka sangat yakin bahwa setanisme merupakan agama yang memperkenalkan kebenaran sejati dan lebih tua dari ajaran Kristen itu sendiri. Inti ajarannya adalah merangkum segala pemikiran yang bebas dari dogma agama. Walaupun ajaran mereka sendiri penuh dengan dogma dan kontradiksi satu sama lainnya. Akan tetapi, ajarannya tetap merupakan ancaman dan tantangan bagi para juru dakwah agama bahwa ajaran setan dengan segala derivasinya telah merambah dunia dan memperkenalkan berbagai ajaran yang mereka ajarkan dengan rasional, lebih tepat bahwa ajaran mistik sinkretisme yang dicarinya adalah rasionalisasinya.

Cita-cita ajaran setan ini menjadikan dunia menjadi satu, dengan asumsi bahwa seluruh umat manusia harus dibebaskan dari dogma agama. Mereka harus patuh pada satu pemerintahan dan satu kekuatan, yaitu Baphomet sebagai "bapak" dari segala setan termasuk binatang the Beast 666.

Gerakan mistik dan okultis sebagai bagian dari jaringan konspirasi kaum ateis, pemikir bebas, dan leftist yang sangat membenci agama samawi, semakin berkembang dari waktu ke waktu, bahkan mampu mengorganisasikan dirinya dengan sangat profesional untuk menyimpangkan, atau jelasnya mengkafirkan orang-orang yang beriman.Berbagai okultis-mistik secara sengaja diarahkan kepada kaum muda, misalnya Children of God, Worldwide Church of Satanic Liberation, The Satanic Orthodox Church, Temple of Set, dan sebagainya.

Peringatan Al-Qur'an tentang akan datangnya Dabbah sudah terbukti. Binatang melata yang dimaksudkan Al-Qur'an tidak lain adalah ajaran setan yang "dikemas" dengan sangat modern, ditawarkan dengan "bungkus" rasionalisme, humanisme, dan demokrasi. Hal itu pada dasarnya adalah cara kaum zionis yang ingin melumpuhkan seluruh umat manusia agar terlena dengan godaan materi yang mereka tawarkan tersebut. Lalu pada akhirnya, mereka akan menguasai dunia dengan ajaran-ajararmya tersebut.Pemikir atau filosof tingkat dunia antara lain Friedrich W Nietzsche, Isaac Newton, Karl Marx, Thomas Jefferson adalah beberapa contoh tokoh yang merupakan mata rantai dari kelangsungan dan penyempurnaan akan datangnya Dajal dalam bentuk pemikiran bebas dan berorientasi hanya pada materi.

Ajaran setan yang telah memutarbalikkan penafsiran Alkitab telah menjadi pembangkang paling gigih menentang gereja Katolik dan Kristen pada umumnya. Mereka meyakini bahwa binatang dengan bilangan 666 --sebagaimana dimuat di dalam Kitab Wahyu 13: 18-- merupakan berkah bagi umat manusia, karena "binatang 666" itu adalah anak dari Baphomet, kosmik Kristus yang akan turun ke bumi dan tinggal selama tiga setengah tahun untuk mengantarkan umat manusia ke dunia baru.

0 komentar: