Pembentukan Mushaf Al Qur'an

Oleh : Muhammad Husain Haekal


PENDAPAT MUIR

Sebenarnya apa yang diterangkan kaum Orientalis dalam halini cukup banyak. Tapi coba kita ambil apa yang ditulis olehSir William Muir dalam The Life of Mohammad supaya merekayang sangat berlebih-lebihan dalam memandang sejarah dandalam memandang diri mereka yang biasanya menerima begitusaja apa yang dikatakan orang tentang pemalsuan danperubahan Qur'an itu, dapat melihat sendiri. Muir adalahseorang penganut Kristen yang teguh dan yang juga berdakwahuntuk itu. Diapun ingin sekali tidak akan membiarkan setiapkesempatan melakukan kritik terhadap Nabi dan Qur'an, danberusaha memperkuat kritiknya. Ketika bicara tentang Qur'an dan akurasinya yang sampaikepada kita, Sir William Muir menyebutkan: "Wahyu Ilahi itu adalah dasar rukun Islam. Membaca beberapaayat merupakan bagian pokok dari sembahyang sehari-hari yangbersifat umum atau khusus. Melakukan pembacaan ini adalahwajib dan sunah, yang dalam arti agama adalah perbuatan baikyang akan mendapat pahala bagi yang melakukannya. Inilahsunah pertama yang sudah merupakan konsensus. Dan itu pulayang telah diberitakan oleh wahyu.



Oleh karena itu yanghafal Qur'an di kalangan Muslimin yang mula-mula itu banyaksekali, kalau bukan semuanya. Sampai-sampai di antara merekapada awal masa kekuasaan Islam itu ada yang dapat membacasampai pada ciri-cirinya yang khas. Tradisi Arab telahmembantu pula mempermudah pekerjaan ini. Kecintaan merekaluar biasa besarnya. Oleh karena untuk memburu segala yangdatang dari para penyairnya tidak mudah dicapai, makaseperti dalam mencatat segala sesuatu yang berhubungandengan nasab keturunan dan kabilah-kabilah mereka, sudahbiasa pula mereka mencatat sajak-sajak itu dalam lembaranhati mereka sendiri. Oleh karena itu daya ingat (memori)mereka tumbuh dengan subur. Kemudian pada masa itu merekamenerima Qur'an dengan persiapan dan dengan jiwa yang hidup.

Begitu kuatnya daya ingat sahabat-sahabat Nabi, disertaipula dengan kemauan yang luar biasa hendak nnenghafalQur'an, sehingga mereka, bersama-sama dengan Nabi dapatmengulang kembali dengan ketelitian yang meyakinkan sekalisegala yang diketahui dari pada Nabi sampai pada waktumereka membacanya itu." "Sungguhpun dengan tenaga yang sudah menjadi ciri khas dayaingatnya itu, kita juga bebas untuk tidak melepaskankepercayaan kita bahwa kumpulan itu adalah satu-satunyasumber. Tetapi ada alasan kita yang akan membuat kita yakin,bahwa sahabat-sahabat Nabi menulis beberapa macam naskahselama masa hidupnya dari berbagai macam bagian dalamQur'an. Dengan naskah-naskah inilah hampir seluruhnya Qur'anitu ditulis. Pada umumnya tulis-menulis di Mekah sudahdikenal orang jauh sebelum masa kerasulan Muhammad. Tidakhanya seorang saja yang diminta oleh Nabi untuk menuliskankitab-kitab dan surat-surat itu. Tawanan perang Badr yangdapat mengajarkan tulis-menulis di Mekah sudah dikenal orangjauh sebelum masa kerasulan Muhammad. Tidak hanya seorangsaja yang diminta oleh Nabi untuk menuliskan kitab-kitab dansurat-surat itu. Tawanan perang Badr yang dapat mengajarkantulis-menulis kepada kaum Anshar di Medinah, sebagaiimbalannya mereka dibebaskan. Meskipun penduduk Medinahdalam pendidikan tidak sepandai penduduk Mekah, namun banyakjuga di antara mereka yang pandai tulis-menulis sejaksebelum Islam. Dengan adanya kepandaian menulis ini, mudahsaja kita mengambil kesimpulan tanpa salah, bahwa ayat-ayatyang dihafal menurut ingatan yang sangat teliti itu, itujuga yang dituliskan dengan ketelitian yang sama pula." "Kemudian kitapun mengetahui, bahwa Muhammad telah mengutusseorang sahabat atau lebih kepada kabilah-kabilah yang sudahmenganut Islam, supaya mengajarkan Qur'an dan mendalamiagama. Sering pula kita membaca, bahwa ada utusan-utusanyang pergi membawa perintah tertulis mengenaimasalah-masalah agama itu. Sudah tentu mereka membawa apayang diturunkan oleh wahyu, khususnya yang berhubungandengan upacara-upacara dan peraturan-peraturan Islam sertaapa yang harus dibaca selama melakukan ibadat."

PENULISAN QUR'AN PADA ZAMAN NABI
"Qur'an sendiripun menentukan adanya itu dalam bentuktulisan. Begitu juga buku-buku sejarah sudah menentukandemikian, ketika menerangkan tentang Islamnya Umar, tentangadanya sebuah naskah Surat ke-20 [Surah Taha] miliksaudaranya yang perempuan dan keluarganya. Umar masuk Islamtiga atau empat tahun sebelum Hijrah. Kalau pada masapermulaan Islam wahyu itu ditulis dan saling dipertukarkan,tatkala jumlah kaum Muslimin masih sedikit dan mengalamipelbagai macam siksaan, maka sudah dapat dipastikan sekali,bahwa naskah-naskah tertulis itu sudah banyak jumlahnya dansudah banyak pula beredar, ketika Nabi sudah mencapai puncakkekuasaannya dan kitab itu sudah menjadi undang-undangseluruh bangsa Arab."

BILA BERSELISIH KEMBALI KEPADA NABI
"Demikian halnya Qur'an itu semasa hidup Nabi, dan demikianjuga halnya kemudian sesudah Nabi wafat; tetap tercantumdalam kalbu kaum mukmin. Berbagai macam bagiannya sudahtercatat belaka dalam naskah-naskah yang makin hari makinbertambah jumlahnya itu. Kedua sumber itu sudah seharusnyabenar-benar cocok. Pada waktu itu pun Qur'an sudah sangatdilindungi sekali, meskipun pada masa Nabi masih hidup,dengan keyakinan yang luarbiasa bahwa itu adalah kalamAllah. Oleh karena itu setiap ada perselisihan mengenaiisinya, untuk menghindarkan adanya perselisihan demikianitu, selalu dibawa kepada Nabi sendiri. Dalam hal ini adabeberapa contoh pada kita: 'Amr bin Mas'ud dan Ubayy binKa'b membawa hal itu kepada Nabi. Sesudah Nabi wafat, bilaada perselisihan, selalu kembali kepada teks yang sudahtertulis dan kepada ingatan sahabat-sahabat Nabi yangterdekat serta penulis-penulis wahyu."

PENGUMPULAN QUR'AN LANGKAH PERTAMA
"Sesudah selesai menghadapi peristiwa Musailima - dalamperang Ridda - penyembelihan Yamama telah menyebabkan kaumMuslimin banyak yang mati, di antaranya tidak sedikit merekayang telah menghafal Qur'an dengan baik. Ketika itu Umarmerasa kuatir akan nasib Qur'an dan teksnya itu; mungkinnanti akan menimbulkan keragu-raguan orang bila mereka yangtelah menyimpannya dalam ingatan itu, mengalami suatu hallalu meninggal semua. Waktu itulah ia pergi menemui KhalifahAbu Bakr dengan mengatakan: "Saya kuatir sekali pembunuhanterhadap mereka yang sudah hafal Qur'an itu akan terjadilagi di medan pertempuran lain selain Yamama dan akan banyaklagi dari mereka yang akan hilang. Menurut hemat saya,cepat-cepatlah kita bertindak dengan memerintahkanpengumpulan Qur'an." "Abu Bakr segera menyetujui pendapat itu. Dengan maksudtersebut ia berkata kepada Zaid bin Thabit, salah seorangSekretaris Nabi yang besar: "Engkau pemuda yang cerdas dansaya tidak meragukan kau. Engkau adalah penulis wahyu padaRasulullah s.a.w. dan kau mengikuti Qur'an itu; makasekarang kumpulkanlah." "Oleh karena pekerjaan ini terasa tiba-tiba sekali di luardugaan, mula-mula Zaid gelisah sekali. Ia masih meragukangunanya melakukan hal itu dan tidak pula menyuruh orang lainmelakukannya. Akan tetapi akhirnya ia mengalah juga padakehendak Abu Bakr dan Umar yang begitu mendesak. Dia mulaiberusaha sungguh-sungguh mengumpulkan surah-surah danbagian-bagiannya dari segenap penjuru, sampai dapat juga iamengumpulkan yang tadinya di atas daun-daunan, di atas batuputih, dan yang dihafal orang. Setengahnya ada yangmenambahkan, bahwa dia juga mengumpulkannya dari yang adapada lembaran-lembaran, tulang-tulang bahu dan rusuk untadan kambing. Usaha Zaid ini mendapat sukses." "Ia melakukan itu selama dua atau tiga tahun terus-menerus,mengumpulkan semua bahan-bahan serta menyusun kembaliseperti yang ada sekarang ini, atau seperti yang dilakukanZaid sendiri membaca Qur'an itu di depan Muhammad, demikianorang mengatakan. Sesudah naskah pertama lengkap adanya,oleh Umar itu dipercayakan penyimpanannya kepada Hafsha,puterinya dan isteri Nabi. Kitab yang sudah dihimpun olehZaid ini tetap berlaku selama khilafat Umar, sebagai teksyang otentik dan sah. "Tetapi kemudian terjadi perselisihan mengenai cara membaca,yang timbul baik karena perbedaan naskah Zaid yang tadi ataukarena perubahan yang dimasukkan ke dalam naskah-naskah ituyang disalin dari naskah Zaid. Dunia Islam cemas sekalimelihat hal ini. Wahyu yang didatangkan dari langit itu"satu," lalu dimanakah sekarang kesatuannya? Hudhaifa yangpernah berjuang di Armenia dan di Azerbaijan, juga melihatadanya perbedaan Qur'an orang Suria dengan orang Irak."

MUSHAF USMAN
"Karena banyaknya dan jauhnya perbedaan itu, ia merasagelisah sekali. Ketika itu ia lalu meminta agar Usman turuntangan. "Supaya jangan ada lagi orang berselisih tentangkitab mereka sendiri seperti orang-orang Yahudi danNasrani." Khalifahpun dapat menerima saran itu. Untukmenghindarkan bahaya, sekali lagi Zaid bin Thabit dimintaibantuannya dengan diperkuat oleh tiga orang dari Quraisy.Naskah pertama yang ada di tangan Hafsha lalu dibawa, dancara membaca yang berbeda-beda dari seluruh persekemakmuranIslam itupun dikemukakan, lalu semuanya diperiksa kembalidengan pengamatan yang luarbiasa, untuk kali terakhir.Kalaupun Zaid berselisih juga dengan ketiga sahabatnya dariQuraisy itu, ia lebih condong pada suara mereka mengingatturunnya wahyu itu menurut logat Quraisy, meskipun dikatakanwahyu itu diturunkan dengan tujuh dialek Arab yangbermacam-macam." "Selesai dihimpun, naskah-naskah menurut Qur'an ini laludikirimkan ke seluruh kota persekemakmuran. Yang selebihnyanaskah-naskah itu dikumpulkan lagi atas perintah Khalifahlalu dibakar. Sedang naskah yang pertama dikembalikan kepadaHafsha."

PERSATUAN ISLAM ZAMAN USMAN
"Maka yang sampai kepada kita adalah Mushhaf Usman. Begitucermat pemeliharaan atas Qur'an itu, sehingga hampir tidakkita dapati -bahkan memang tidak kita dapati- perbedaanapapun dari naskah-naskah yang tak terbilang banyaknya, yangtersebar ke seluruh penjuru dunia Islam yang luas itu.Sekalipun akibat terbunuhnya Usman sendiri - seperempat abadkemudian sesudah Muhammad wafat - telah menimbulkan adanyakelompok-kelompok yang marah dan memberontak sehingga dapatmenggoncangkan kesatuan dunia Islam - dan memang demikianadanya - namun Qur'an yang satu, itu juga yang selalu tetapmenjadi Qur'an bagi semuanya. Demikianlah, Islam yang hanyamengenal satu kitab itu ialah bukti yang nyata sekali, bahwaapa yang ada di depan kita sekarang ini tidak lain adalahteks yang telah dihimpun atas perintah Usman yang malangitu. "Agaknya di seluruh dunia ini tak ada sebuah kitabpun selainQur'an yang sampai duabelas abad lamanya tetap lengkapdengan teks yang begitu murni dan cermatnya. Adanya caramembaca yang berbeda-beda itu sedikit sekali untuk sampaimenimbulkan keheranan. Perbedaan ini kebanyakannya terbatashanya pada cara mengucapkan huruf hidup saja atau padatempat-tempat tanda berhenti, yang sebenarnya timbul hanyabelakangan saja dalam sejarah, yang tak ada hubungannyadengan Mushhaf Usman." "Sekarang, sesudah ternyata bahwa Qur'an yang kita bacaialah teks Mushhaf Usman yang tidak berubah-ubah, baiklahkita bahas lagi: Adakah teks ini yang memang persisbentuknya seperti yang dihimpun oleh Zaid sesudah adanyapersetujuan menghilangkan segi perbedaan dalam cara membacayang hanya sedikit sekali jumlahnya dan tidak pula pentingitu? Segala pembuktian yang ada pada kita meyakinkan sekali,bahwa memang demikian. Tidak ada dalam berita-berita lamaatau yang patut dipercaya yang melemparkan kesangsianterhadap Usman sedikitpun, bahwa dia bermaksud mengubahQur'an guna memperkuat tujuannya. Memang benar, bahwa Syi'ahkemudian menuduh bahwa dia mengabaikan beberapa ayat yangmengagungkan Ali. Akan tetapi dugaan ini tak dapat diterimaakal. Ketika Mushhaf ini diakui, antara pihak Umawi denganpihak Alawi (golongan Mu'awiya dan golongan Ali) belumterjadi sesuatu perselisihan faham. Bahkan persatuan Islammasa itu benar-benar kuat tanpa ada bahaya yangmengancamnya. Di samping itu juga Ali belum melukiskantuntutannya dalam bentuknya yang lengkap. Jadi tak adalahmaksud-maksud tertentu yang akan membuat Usman sampaimelakukan pelanggaran yang akan sangat dibenci oleh kaumMuslimin itu. Orang-orang yang memahami dan hafal benarQur'an seperti yang mereka dengar sendiri waktu Nabimembacanya mereka masih hidup tatkala Usman mengumpulkanMushhaf itu. Andaikata ayat-ayat yang mengagungkan Ali itusudah ada, tentu terdapat juga teksnya di tanganpengikut-pengikutnya yang banyak itu. Dua alasan ini sajasudah cukup untuk menghapus setiap usaha guna menghilangkanayat-ayat itu. Lagi pula, pengikut-pengikut Ali sudahberdiri sendiri sesudah Usman wafat, lalu mereka mengangkatAli sebagai Pengganti." "Dapatkah diterima akal - pada waktu kemudian mereka sudahmemegang kekuasaan - bahwa mereka akan sudi menerima Qur 'anyang sudah terpotong-potong, dan terpotong yang disengajapula untuk menghilangkan tujuan pemimpin mereka?!
Sungguhpunbegitu mereka tetap membaca Qur'an yang juga dibaca olehlawan-lawan mereka. Tak ada bayangan sedikitpun bahwa merekaakan menentangnya. Bahkan Ali sendiripun telah memerintahkansupaya menyebarkan naskah itu sebanyak-banyaknya. Malah adadiberitakan, bahwa ada beberapa di antaranya yang ditulisnyadengan tangannya sendiri." "Memang benar bahwa para pemberontak itu telah membuatpangkal pemberontakan mereka karena Usman telah mengumpulkanQur'an lalu memerintahkan supaya semua naskah dimusnahkanselain Mushhaf Usman. Jadi tantangan mereka ditujukan kepadalangkah-langkah Usman dalam hal itu saja, yang menurutanggapan mereka tidak boleh dilakukan. Tetapi di balik itutidak seorangpun yang menunjukkan adanya usaha mau mengubahatau menukar isi Qur'an. Tuduhan demikian pada waktu ituadalah suatu usaha perusakan terang-terangan. Hanya kemudiangolongan Syi'ah saja yang mengatakan itu untuk kepentinganmereka sendiri." "Sekarang kita dapat mengambil kesimpulan dengan meyakinkan,bahwa Mushhaf Usman itu tetap dalam bentuknya yang persisseperti yang dihimpun oleh Zaid bin Thabit, dengan lebihdisesuaikan bahan-bahannya yang sudah ada lebih dulu dengandialek Quraisy. Kemudian menyisihkan jauh-jauh bacaan-bacaanselebihnya yang pada waktu itu terpencar-pencar di seluruhdaerah itu."

MUSHAF USMAN CERMAT DAN LENGKAP
"Tetapi sungguhpun begitu masih ada suatu soal penting lainyang terpampang di depan kita, yakni: adakah yangdikumpulkan oleh Zaid itu merupakan bentuk yang sebenarnyadan lengkap seperti yang diwahyukan kepada Muhammad?Pertimbangan-pertimbangan di bawah ini cukup memberikankeyakinan, bahwa itu adalah susunan sebenarnya yang telahselengkapnya dicapai waktu itu:"

"Pertama - Pengumpulan pertama selesai di bawah pengawasanAbu Bakr. Sedang Abu Bakr seorang sahabat yang jujur dansetia kepada Muhammad. Juga dia adalah orang yang sepenuhnyaberiman pada kesucian sumber Qur'an, orang yang hubungannyabegitu erat sekali dengan Nabi selama waktu duapuluh tahunterakhir dalam hayatnya, serta kelakuannya dalam khilafatdengan cara yang begitu sederhana, bijaksana dan bersih darigejala ambisi, sehingga baginya memang tak adalah tempatbuat mencari kepentingan lain. Ia beriman sekali bahwa apayang diwahyukan kepada kawannya itu adalah wahyu dari Allah,sehingga tujuan utamanya ialah memelihara pengumpulan wahyuitu semua dalam keadaan murni sepenuhnya." Pernyataan semacam ini berlaku juga terhadap Umar yang sudahmenyelesaikan pengumpulan itu pada masa khilafatnya.

Pernyataan semacam ini juga yang berlaku terhadap semua kaumMuslimin waktu itu, tak ada perbedaan antara para penulisyang membantu melakukan pengumpulan itu, dengan seorangmu'min biasa yang miskin, yang memiliki wahyu tertulis diatas tulang-tulang atau daun-daunan, lalu membawanya semuakepada Zaid. Semangat mereka semua sama, inginmemperlihatkan kalimat-kalimat dan kata-kata seperti yangdibacakan oleh Nabi, bahwa itu adalah risalah dari Tuhan.

Keinginan mereka hendak memelihara kemurnian itu sudahmenjadi perasaan semua orang, sebab tak ada sesuatu yanglebih dalam tertanam dalam jiwa mereka seperti rasa kudusyang agung itu, yang sudah mereka percayai sepenuhnyasebagai firman Allah. Dalam Qur'an terdapatperingatan-peringatan bagi barangsiapa yang mengadakankebohongan atas Allah atau menyembunyikan sesuatu dariwahyuNya. Kita tidak akan dapat menerima, bahwa pada kaumMuslimin yang mula-mula dengan semangat mereka terhadapagama yang begitu rupa mereka sucikan itu, akan terlintaspikiran yang akan membawa akibat begitu jauh membelakangiiman."

"Kedua - Pengumpulan tersebut selesai selama dua atau tigatahun sesudah Muhammad wafat. Kita sudah melihat beberapaorang pengikutnya, yang sudah hafal wahyu itu di luarkepala, dan setiap Muslim sudah hafal sebagian, juga sudahada serombongan ahli-ahli Qur'an yang ditunjuk olehpemerintah dan dikirim ke segenap penjuru daerah Islam gunamelaksanakan upacara-upacara dan mengajar orang memperdalamagama. Dari mereka semua itu terjalinlah suatu mata rantaipenghubung antara wahyu yang dibaca Muhammad pada waktu itudengan yang dikumpulkan oleh Zaid. Kaum Muslimin bukan sajabermaksud jujur dalam mengumpulkan Qur'an dalam satu Mushhafitu, tapi juga mempunyai segala fasilitas yang dapatmenjamin terlaksananya maksud tersebut, menjaminterlaksananya segala yang sudah terkumpul dalam kitab itu,yang ada di tangan mereka sesudah dengan teliti dan sempurnadikumpulkan."

"Ketiga - Juga kita mempunyai jaminan yang lebih dapatdipercaya tentang ketelitian dan kelengkapannya itu, yaknibagian-bagian Qur'an yang tertulis, yang sudah ada sejakmasa Muhammad masih hidup, dan yang sudah tentu jumlahnaskahnyapun sudah banyak sebelum pengumpulan Qur'an itu.Naskah-naskah demikian ini kebanyakan sudah ada di tanganmereka semua yang dapat membaca. Kita mengetahui, bahwa apayang dikumpulkan Zaid itu sudah beredar di tangan orang danlangsung dibaca sesudah pengumpulannya. Maka logis sekalikita mengambil kesimpulan, bahwa semua yang terkandung dalambagian-bagian itu, sudah tercakup belaka. Oleh karena itukeputusan mereka semua sudah tepat pada tempatnya. Tidak adasuatu sumber yang sampai kepada kita yang menyebutkan, bahwapara penghimpun itu telah melalaikan sesuatu bagian, atausesuatu ayat, atau kata-kata, ataupun apa yang terdapat didalamnya itu, berbeda dengan yang ada dalam Mushhaf yangsudah dikumpulkan itu. Kalau yang demikian ini memang ada,maka tidak bisa tidak tentu terlihat juga, dan tentu dicatatpula dalam dokumen-dokumen lama yang sangat cermat itu; takada sesuatu yang diabaikan sekalipun yang kurang penting."

"Keempat - Isi dan susunan Qur'an itu jelas sekalimenunjukkan cermatnya pengumpulan. Bagian-bagian yangbermacam-macarn disusun satu sama lain secara sederhanatanpa dipaksa-paksa atau dibuat-buat." "Tak ada bekas tangan yang mencoba mau mengubah atau maumemperlihatkan keahliannya sendiri. Itu menunjukkan adanyaiman dan kejujuran sipenghimpun dalam menjalankan tugasnyaitu. Ia tidak berani lebih daripada mengambil ayat-ayat suciitu seperti apa adanya, lalu meletakkannya yang satu disamping yang lain." "Jadi kesimpulan yang dapat kita sebutkan dengan meyakinkansekali ialah, bahwa Mushhaf Zaid dan Usman itu bukan hanyahasil ketelitian saja, bahkan - seperti beberapa kejadianmenunjukkan - adalah juga lengkap, dan bahwa penghimpunnyatidak bermaksud mengabaikan apapun dari wahyu itu. Juga kitadapat meyakinkan, berdasarkan bukti-bukti yang kuat, bahwasetiap ayat dari Qur'an itu, memang sangat teliti sekalidicocokkan seperti yang dibaca oleh Muhammad." Panjang juga kita mengutip kalimat-kalimat Sir William Muirseperti yang disebutkan dalam kata pengantar The Life ofMohammad (p.xiv-xxix) itu. Dengan apa yang sudah kita kutipitu tidak perlu lagi rasanya kita menyebutkan tulisanLammens atau Von Hammer dan Orientalis lain yang samasependapat. Secara positif mereka memastikan tentangpersisnya Qur'an yang kita baca sekarang, serta menegaskanbahwa semua yang dibaca oleh Muhammad adalah wahyu yangbenar dan sempurna diterima dari Tuhan. Kalaupun adasebagian kecil kaum Orientalis berpendapat lain danberanggapan bahwa Qur'an sudah mengalami perubahan, dengantidak menghiraukan alasan-alasan logis yang dikemukakan Muirdan sebagian besar Orientalis, yang telah mengutip darisejarah Islam dan dari sarjana-sarjana Islam, maka ituadalah suatu dakwaan yang hanya didorong oleh rasa dengkisaja terhadap Islam dan terhadap Nabi. Betapapun pandainya tukang-tukang tuduh itu menyusuntuduhannya, namun mereka tidak dapat meniadakan hasilpenyelidikan ilmiah yang murni. Dengan caranya itu merekatakkan dapat menipu kaum Muslimin, kecuali beberapa pemudayang masih beranggapan bahwa penyelidikan yang bebas itumengharuskan mereka mengingkari masa lampau mereka sendiri,memalingkan muka dari kebenaran karena sudah terbujuk olehkepalsuan yang indah-indah. Mereka percaya kepada semua yangmengecam masa lampau sekalipun pengecamnya itu tidak mempunyai dasar kebenaran ilmiah dan sejarah.

0 komentar: