Oleh : Moch Aly Taufiq
Dalam Perang Badar, umat Islam berhasil memukul mundur pasukan kafir Makkah. Dengan perjuangan yang keras dan atas pertolongan Allah, umat Islam memenangkan pertempuran ini, padahal jumlah musuh tiga kali lebih banyak.
Di tengah-tengah kegembiraan ini, umat Islam dikagetkan oleh sabda Nabi. ''Kita baru menyelesaikan peperangan yang kecil dan menuju peperangan yang besar.''
Dalam hati kecil, para sahabat bertanya-tanya, ''Bagaimana mungkin peperangan ini dianggap kecil oleh Rasulullah?'' Dengan nada heran, mereka pun bertanya, ''Peperangan apa itu ya Rasulullah?'' Beliau menjawab, ''Perang melawan hawa nafsu.''
Benar sekali apa yang disabdakan Beliau. Perang melawan hawa nafsu (keinginan) sendiri sangat berat dan tidak mudah. Nafsu yang tidak terkontrol oleh keimanan kepada Allah akan menjadi bumerang yang sangat membahayakan. Ia adalah musuh yang dapat membawa kehancuran bagi dirinya dan juga orang lain.
Melawan kekuatan dari luar begitu mudah bila dibandingkan melawan kekuatan dari dalam, karena musuh dari luar dapat dideteksi, diukur, dan dirasakan. Tapi, musuh yang bersembunyi di dalam diri susah dideteksi dan sering kita mengikutinya tanpa sadar.
Ucapan Rasulullah di atas bukan sekadar kata tanpa bukti nyata. Banyak sekali peristiwa sehari-hari yang membuktikan kebenarannya. Banyak orang yang menang melawan kekuatan luar tapi kalah dengan dirinya. Misalnya, menahan atau menjauhkan diri untuk tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan agama, akal sehat, dan nilai-nlai moral. Seringkali, hanya demi pempertahankan jabatan yang kadung dinikmati, segala cara dihalalkan.
Umat Islam mempunyai cermin yang sangat bagus dalam hal ini, yaitu peristiwa Perang Uhud. Umat Islam dapat mematahkan pertahanan musuh dan membuat mereka kocar-kacir dan meninggalkan medan pertempuran.
Melihat musuh mundur, pasukan yang ditugaskan sebagai pemanah tergiur dan tidak dapat menguasai diri. Mereka pun turun dari atas gunung untuk ikut berebut harta rampasan perang yang tertinggal. Mereka telah melanggar perintah Nabi.
Pasukan kafir yang jeli segera memutar haluan dan sebagian menaiki gunung. Serangan dari dua arah ini membuat umat Islam kewalahan. Banyak yang meninggal dalam pertempuran ini. Bahkan Nabi sendiri mengalami luka yang cukup parah di bagian wajahnya. Umat Islam kalah.
Nafsu memang lawan yang sangat tangguh. Maka dari itu, mohonlah petunjuk dan pertolongan dari Allah dengan disertai usaha yang maksimal dalam melawannya. Karena, hanya dengan cara inilah kita dapat menjadi pemenangnya dan menjadi manusia yang sukses dunia akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar