Bayang-Bayang Gurita (7)

Oleh : Jerry D.Gray (H. Abdurachman)

Latarbelakang Sejarah Free Masons
Awal mula rencana global ini bukan berasal dari Gedung Putih. Kita harus mundur jauh kebelakang dalam sejarah, jauh hari sebelum pendatang menetap di Amerika Utara.
Pada tahun 1095 disebuah tempat bernama Claremont, Perancis. Diabad ke 11 Eropa pada saat itu dibawah kekuasaan gereja. Kekuasaan ini memberi peluang bagi Paus Erwin II untuk membiayai peperangan terhadap khalifah Islam. Mereka menjuluki peperangan ini sebagai perang salib untuk merebut kembali wilayah Yerusalem, yang telah berada dalam kekuasaan Islam sejak tahun 637 dimana pada tahun 1099 semua ini menjadi pertumpahan darah yang maha dasyat.



Dengan nama Salib, wanita diperkosa dan dibantai, anak-anak di hunus dengan pedang digambarkan pada saat itu, banjir darah diruas-ruas jalan hingga setinggi dengkul kuda (Saya tidak percaya telah terjadi banjir darah hingga separah itu, tetapi hal ini menggambarkan telah terjadi pembantaian kejam dalam perang Salib pada saat itu). Dari lahan tempat terjadinya pertumpahan darah dan kekejaman itu maka bangkitlah beberapa orang, yang pantang menyerah dalam tujuannya untuk mendapatkan segalanya berapapun harga yang harus dibayarnya.

Ketika di Yerusalem, para Pendekar ini mulai berpaling semakin jauh dari ajaran-ajaran Kristianiti. Mereka mempelajari ilmu rahasia Kabala, sebuah ilmu hitam Yahudi kuno sekaligus dengan penyembahannya. Orang-orang Yahudi mempelajarinya dari para penyihir-penyihir Mesir kuno (pada zaman perbudakan saat kekuasaan Fir’aun) mereka kemudian membawa ilmu ini ke Babilon yang pada saat itu bernama Navakanazar.
Pada tahun 1307, pada saat kekuasaan Raja Philip dari Perancis, para Templers itu ditangkap dengan tuduhan penyangkalan terhadap Nabi Isa, homosexualitas dan pemuja berhala dan juga sihir.
Pada tahun 1314 Paus Claymont V menyerukan perang kepada semua yang menyangkal agama Kristen, maka tanah dan kepemilikannya diambil alih.

Pimpinan mereka Chekthemolay ditangkap dan dibakar. Para Templers mulai terpojok dan pada saat situasi seakan mereka sudah merasa tamat, sepercik cahaya muncul dari suatu sudut penuh harapan. Mereka mendapatkan tempat aman dan perlindungan, tapi bukan di Perancis. Tetapi di sebuah Negara yang sedang berupaya dan berjuang untuk kemerdekaan dari Inggris. Negara tersebut adalah Skotlandia. Harapan Skotlandia untuk kemerdekaan telah luluh dengan wafatnya William Wallace. Untuk Raja Skotlandia “Robert the Bruce” kehadiran para pejuang merupakan angin segar.

Pengalaman mereka yang telah berperang melawan pasukan tangguh Islam selama lebih dari dua ratus tahun menjadikan mereka pakar dalam pertarungan dan peperangan bergabungnya mereka menjadikan kekuatan tangguh bagi pasukan manapun.
Ditahun 1314 para Templers ini bergabung dengan Bruce dan pasukannya, mereka turun kemedan “Ballack Burn” untuk pertarungan melawan Inggris yang telah lama dinantikannya. Aliansi Robert Bruce dengan para pemuja berjaya, 25,000 kekuatan tentara Inggris dipermalukan dengan kekalahan sekalipun hanya melawan enam ribu lima ratus orang. Impian kemerdekaan bagi Skotland akhirnya terpenuhi. Para Templers telah bangkit kembali dari
ujung kehancuran, sejak saat itu mereka tidak pernah lagi terkalahkan. Kali ini mereka akan mengendalikan negaranya dengan cara mengendalikan Rajanya demi melestarikan
perintah rahasia para Templers rela mati demi apapun. Para Templers yang berhasil lolos dari Eropah akhirnya dapat beristirahat dengan tenang dalam Rovelin Chapel Skotlandia yang hingga saat ini tetap berdiri megah pertanda kehadiran mereka di Inggris. Keturunan mereka tumbuh dan berkembang sebagai lambang kekuatan dari Skotlandia. Pada tahun 1603 dengan wafatnya Ratu Elizabeth I berdampak terhadap kelanjutan kerajaan tersebut sehubungan tidak adanya keturunan sebagai penerus kepemimpinan, maka sebagai pelimpahan kepemimpinan di Inggris pada saat itu jatuh kepada Raja James V dari Skotlandia yang selanjutnya menjadi Raja. Oleh sebab itu Skotlandia dan Inggris bergabung menjadi satu kerajaan baru dan kekuatan para Templers menguasai kejayaan Skotlandia dan selanjutnya menyebar dan berpengaruh diseluruh wilayah Inggris. Untuk lebih dari seratus tahun para Templers merahasiakan aktivitas mereka sebagai bayang-bayang.

Maka sejalan dengan penrkembangan waktu, hari demi hari, hingga kehadiran mereka sedikit demi sedikir semakin pudar hingga suatu saat akhirnya terlupakan.
Dan sejak saat itu sesuai dengan berjalannya waktu dan secara turun menurun, Selama ini mereka terus dan selalu memanfaatkan waktu berencana dan menjalankan aktifitas dan kegiatan mereka sesuai dengan apa yang telah mereka buat dalam sebuah perencanaan yang komprehensif.
Mereka terus memadukan kekuatan-kekuatan dan melakukan penyusupanpenyusupan merebut dan menguasai posisi-posisi dan kedudukan-kedudukan penting dan strategis menjadikan suatu kekuatan yang terpadu disegala penjuru dan wilayah kerajaan. Pada tahun 1717 para templers kembali menunjukan eksistensi mereka di Eropah. Kini mereka telah tumbuh baik dalam jumlah maupun kekuatan dimana mereka telah siap untuk untuk bangkit, dimana mereka melakukan pembaharuan jati diri, bersih dan terbebas dari pengaruh dan reputasi masa lalu. Identitas baru mereka memberikan kredibilitas baru dalam lingkungan kerajaan Inggris. Nama yang menjadi pilihan mereka, sebuah nama yang diketahui oleh banyak orang namun hanya dimengerti oleh segelintir manusia adalah “Free Masons”.

“Kita harus membiarkan federasi ini untuk terus berjalan sebagaimana adanya…
TETAPI kita harus menciptakan sebuah SUPER RITE, yang akan tetap terjaga kerahasiaannya, dimana kita akan menamakan mereka sebagai para Mason dengan derajat yang tinggi, para pilihan, dimana kita yang akan memilih mereka.
Berkaitan dengan para saudara kita dalam Masonry, mereka ini HARUS disumpah dengan ganjaran yang paling tinggi untuk menjaga kerahasiaan. Melalui SUPREME RITE ini, kita akan menguasai SELURUH freemasonry dimana akan kita jadikan menjadi sebuah sentra internasional, dan akan menjadi lebih kuat dan tangguh karena arah dan tujuan kita tidak akan terditeksi dan TIDAK AKAN DIKETAHUI” (Giuseppe Mazzini)

Identitas baru ini akan mengangkat derajat dan harga diri Free Mason.
Anggota pertama Free Mason dalam dunia ini adalah Frederick, Putra Mahkota dari Wales. Hingga anggota yang terkini termasuk diantaranya Pangeran Philip dari Duke of Edinborough dan pasangan Ratu Elizabeth II dari Inggris, dimana Ratu Elizabeth II juga merupakan patron tingkat tinggi dari Mason. Dibalik pintu dan dalam ruangan tertutup para Free Mason bebas melakukan aktivitas dan kegiatan ilmu hitam dan ritual yang dilakukan turun temurun dari para pendahulu mereka, selanjutnya ritual ini menjadi bagian dari tingkat derajat kedudukan dan keanggotaan mereka yang selanjutnya disebut sebagai “Tingkat/Degree”.

Free Mason jelas tidak puas dengan kekuasaan mereka di Inggris saja; ambisi mereka jauh lebih besar dan tinggi dari itu!
Pada tahun tahun berikutnya, dunia dan Amerika dihujani dengan berbagai peperangan dan revolusi, Semua kejadian ini sesungguhnya tidak seperti yang dipercaya oleh kebanyakan orang pada umumnya, yang merupakan kejadian-kejadian yang penuh dengan spontanitas, melainkan dikendalikan oleh beberapa gelintir manusia yang haus akan sebuah kekuasaan yang mutlak.

Semua ini diawali dari sebuah Negara yang telah mereka tinggalkan ratusan tahun yang lampau dan akan kembali kepangkalan mereka untuk penguasaan Global seandainya kekejaman mereka terpenuhi.
Perancis pada abad ke 18, dimana mayoritas penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan dan para pemimpin mereka hidup dengan penuh kemewahan. Disitu terdapat perbedaan atau gap yang sangat curam diantara kedua kelas. Para Free Mason akan memanfaatkan peluang ini untuk melontarkan janji-janji atau kesepakatan demi kekuasaan yang menghasilkan sebuah kekacauan luar biasa dalam sejarah kehidupan Perancis. Dalam keadaan dimana terus meningkatnya suhu dan amarah warga Perancis ini, Para Mason mengambil kesempatan dan peluang dalam mempropagandakan peperangan yang telah mereka rencanakan dengan rapih
dan matang.

Dengan menguasai sistem media maka dengan mudah mereka memanfaatkannya sebagai gelombang dalam mempengaruhi pembentukan opini public (seperti halnya para Yahudi yang pada saat ini telah menguasai media cetak dan elektronik di Amerika Serikat). Media cetak dan surat kabar diarahkan untuk menyuarakan hari-hari kehancuran kerajaan pada saat itu dan membangun kebangkitan rakyat berazaskan pada kebebasan, kebersamaan dan penutupan. Kekuatan akan kekayaan para Mason terlimpahkan untuk mempengaruhi lanskap dan infrastuktur politik Perancis. Politisi dibayar dan dibeli oleh para Mason guna memperjuangkan dan mempromosilan ideologi Masonik. Pertemuan-pertemuan rahasia para Mason mulai terbuka untuk anggota tentara Perancis; Para jenderal dan petinggi militer mulai mendapat indoktrinasi tentang ajaran-ajaran serta cara dan pola pikir para Mason. Maka dengan masyarakat, politisi dan militer dalam genggaman dan kendali para Mason, para Mason akhirnya dapat bangkit kembali.

Pada tanggal 14 Juli 1789 segerombolan manusia menyerbu Basteel (Sebuah penjara di Paris). Ini merupakan pertanda kebangkitan perlawanan terhadap penguasa Perancis yang menimbulkan berbagai gerakan massa disegala penjuru Perancis. Masyarakat dan penduduk dari berbagai penjuru desa dan kota meluapkan kebencian mereka terhadap sistem dan bentuk kepemimpinan kerajaan. Pada tahun 1793 kebencian dan amarah warga Perancis baru mulai reda. Pada tanggal 21 Januari pada tahun yang sama Raja Louis XVI dipenggal kepalanya dihadapan massa, memberikan tanda berakhirnya sebuah kepemimpinan kerajaan dan lahirnya perluasan wilayah Mason di Eropah!

Dengan tumbangnya kerajaan bagaikan tidak ada lagi penghalang bagi para Mason dan penguasaan penuh terhadap Perancis. Apa yang terjadi selanjutnya telah menempatkan para Mason pada sebuah dilemma yang sangat serius. Pergantian dan perubahan ini tidak sesuai dengan rencana awal para Mason.
Seorang prajurit muda bernama Napoleon Bonaparte mulai bangkit dalam memimpin Perancis menuju pertumpahan darah untuk berperang dengan Eropah, bukannya mengikuti irama gendang para Mason, Napoleon menyatakan dirinya sebagai Penguasa Perancis. Napoleon akhirnya dipaksa untuk meletakan kekuasaannya pada tahun 1814 yang kemudian dipenjara di Pulau Korsika. Sangat disayangkan bagi para Mason, Napoleon tiba kembali di Paris pada tahun 1815, kembali membangun kekuatan yang siap untuk melakukan peperangan baru di Eropah. Para Mason menghadapi masalah baru dihadapan mereka. Kerajaan Inggris dengan sekutunya para Mason tidak dapat terus berperang melawan Napoleon tanpa harus menanggung potensi akan kebangkrutan.

Ketika kemua haparan hampir pudar, maka datanglah sumber dukungan dari Nathan Rothschild. Nathan (Seorang Yahudi) adalah seorang kepala keluarga banker. Berhubung keluarganya adalah Yahudi, maka dia tidak punya pilihan untuk bekerja secara gelap. Dia menuntut pengakuan keberadaan Yahudi disamakan dengan warga Eropah untuk sebagai pelaku usaha dan bisnis secara terbuka. Seringkali dia didapatkan seorang diri pada saat melaksanakan tugas dan kewajibannya. Jika para Mason menolak pendanaannya dia dapat saja langsung berbalik kepada Napoleon. Para Mason dalam posisinya yang terpojok, tidak memiliki pilihan melainkan untuk menerima pinjaman dari Rothschild.

“Awal pertalian antara Para Mason dan Yahudi ini berlanjut hingga ke-era moderen saat ini, masing-masing pihak memiliki tujuan yang serupa dan berbagi dalam meraih manfaat dan keuntungan”

“Pada mulanya kaum Yahudilah yang mengajari ilmu hitam kepada para Knight Temples di Yerusalem”.

Di tahun 1815 pasukan Kerajaan Inggris, Belanda dan Rusia mendarat di Waterloo dan Belgia, dimana mereka berhadapan dengan pasukan Napoleon yang akhirnya mengalahkannya. Napoleon ditangkap dan sejak itu tidak pernah lagi diizinkan untuk kembali. Sekalipun sejarah mencatat sedikit tentang keterlibatan para Mason dalam perjuangan, karena memang para Mason sengaja menunjukan jati diri mereka pada saat itu. Maka pada akhirnya Perancis berada dalam kekuasaan Mason.

Pada tahun 1904 Marc Vadourasambo seorang Free Mason membuat sebuah pernyataan dihadapan umum:
“Free Mason telah bekerja secara terselubung, namun kukuh pada tujuan dalam mempersiapkan sebuah revolusi yang selanjutnya menyatukan kita dengan Free Mason dalam bentuk sebuah perjanjian dengan hanya satu bentuk penawaran yaitu sebuah revolusi dan tepuk tangan yang saya terima dari sisi kiri saya telah membuktikan kepada anda semua dimana kalian semua telah mengakui bersama saya bahwa para Mason lah yang telah membuat revolusi Perancis”.

Ketika apa yang “menjadi julukan” penemu Amerika berlabuh di Plymouth Rock, para penumpang bukan hanya mereka yang ingin memisahkan diri dari Inggris namun juga terdapat para penumpang yang memiliki agenda rahasia, Para Free Mason. Ketidak adilan bagi para penemu Amerika yang mereka perjuangkan dan lari dari Eropah, juga mereka temukan di lahan baru ini, dalam bentuk kekuasaan kerajaan Inggris. Untuk dapat memperoleh kekuasaan mutlak dari sebuah wilayah, para mason harus melakukan hal yang serupa sebagai mana mereka mengusai Perancis. Emosi masyarakat mereka kuasai dan mereka ubah menjadi sebuah amarah dan sebagai mana telah terjadi di Perancis, amarah itu mereka jadikan menjadi
sebuah perang. Namun kali ini kesalahan yang pernah mereka lakukan tidak terulang kembali. Sekalipun para Mason telah memanipulasi kerajaan Inggris, perang kemerdekaan Amerika merupakan sebuah tindakan yang perlu dilaksanakan dan mereka yang terlibat dalam perang ini adalah harga yang harus dibayar oleh para Mason guna meraih impian mereka.

0 komentar: