Kitab Tentang Perang Suci

BAB 1: PERANG AL-USYAIRAH
3949 Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam Radliyallaahu 'anhu bahwa dia ditanya: "Berapa kali Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan perang?" Zaid bin Arqam menjawab: "19 kali". Dia ditanya lagi: "Berapa kali kamu mengikuti perang bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?" Zaid bin Arqam menjawab: "17 kali". Dia ditanya lagi: "Perang apa yang pertama kali?" Dia menjawab: "Perang Al-Usyair atau Al-Usyairah".



BAB 2: FIRMAN ALLAH SWT: "INGATLAH KETIKA KAMU MEMINTA PERTOLONGAN KEPADA TUHANMU .... SESUNGGUHNYA
3952 Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah menyaksikan Al-Miqdad bin Al-Aswad melakukan sesuatu yang seandinya saya melakukannya tentu lebih saya sukai daripada apapun yang lain. Al-Miqdad menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau menyeru kaum muslimin untuk berjihad menghadapi orang-orang musyrik, lalu Al-Miqdad berkata, "Kami tidak akan berkata seperti umat Nabi Musa, "Pergilah kau dan Tuhanmu, maka kalian berdua saja yang berperang". (Al-Quran, surah Al-Maaidah:24), tetapi kami akan berperang di sebelah kanan Anda, di sebelah kiri Anda, di depan Anda dan di belakang Anda". Kata Abdullah bin Mas'ud: Saya melihat wajah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam cerah dan riang (karena ucapan Al-Miqdad tersebut).

BAB 3: JUMLAH PASUKAN MUSLIMIN DALAM PERANG BADR
3957 Diriwayatkan dari Al-Bara Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya diberitahu oleh para sahabat Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang turut dalam perang Badr bahwa jumlah mereka sama dengan jumlah pasukan Thalut yang turut bersamanya menyeberangi sungai Yordan, yaitu 310 orang lebih. Kata Al-Bara ra: Demi Allah, tidak ada orang yang turut menyeberangi sungai bersama Thalut kecuali seorang mukmin.

BAB 4: TERBUNUHNYA ABU JAHL
3962 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Siapa yang sudi menyelidiki apa yang diperbuat oleh Abu Jahl?" Maka Abdullah bin Mas'ud berangkat, lalu dia menemukan Abu Jahl sedang sekarat karena tebasan pedang dua putra Afra. Abdullah bin Mas'ud bertanya: "Apakah kamu Abu Jahl?" Abdullah bin Mas'ud memegang janggut Abu Jahl, lalu Abu Jahl berkata: Haruskah kalian membunuh seorang penguasa perkasa, atau: Apakah seorang laki-laki perkasa dan terhormat dibunuh oleh kaumnya sendiri?"
3976 Diriwayatkan dari Thalhah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada saat perang Badr, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membuang 24 mayat para tokoh Quraisy, kemudian mereka dilemparkan ke dalam suatu sumur kering yang kotor di Badr. Setelah berhasil mengalahkan musuh, biasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tinggal di medan perang selama tiga malam. Pada hari yang ketiga dalam perang Badr, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta agar ontanya disiapkan. Beliau menaikinya, kemudian berjalan dengan diikuti para sahabatnya. Mereka berkata, "Kita tidaklah melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat seperti ini kecuali dengan tujuan tertentu". Sesampainya di bibir sumur tersebut, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam segera memanggil nama-nama para tokoh kafir Quraisy yang terbunuh dengan menyebut pula bapak-bapak mereka, "Hai fulan bin fulan! Hai fulan bin fulan! Bukankah kalian akan memperoleh kesenangan seandainya kalian mematuhi Allah dan Rasul-Nya? Sungguh kami telah mendapati kebenaran janji Tuhan kami kepada kami. Apakah kalian juga telah mendapati kebenaran janji tuhan kalian kepada kalian?" Umar bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa Anda berbicara dengan jasad-jasad yang sudah tak bernyawa?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Demi Allah yang menggenggam jiwa Muhammad, sungguh mereka mendengar ucapanku melebihi pendengaran kalian".

BAB 5: TURUT SERTANYA MALAIKAT DALAM PERANG BADR
3992 Diriwayatkan dari Rifa'ah bin Rafi Az-Zuraqi Radliyallaahu 'anhu, salah seorang pasukan muslim dalam perang Badr, dia berkata: Jibril menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian bertanya, "Bagaimana pendapat Anda tentang pasukan muslim yang menyertai Anda dalam perang Badr?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Mereka termasuk orang-orang muslim yang terbaik", atau beliau menjawab dengan redaksi yang semakna dengan itu. Jibril berkata, "Begitu pula para malaikat yang turut serta dalam perang Badr".
3995 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada saat perang Badr: "Inilah Jibril yang memegang kepala kudanya dengan berbekal peralatan perang".

BAB 6: TERBUNUHNYA UBAIDAH BIN SA'ID BIN AL-ASH
3998 Diriwayatkan dari Az-Zubair Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Pada saat perang Badr, saya bertemu dengan Ubaidah bin Sa'id bin Al-Ash dengan tubuh yang terlindungi besi sehingga hanya kedua matanya yang tampak. Dia dijuluki Abu Dzat Al-Karisy. Dia berkata dengan sombong, "Akulah Abu Dzat Al-Karisy". Kata Az-Zubair: Maka saya menyerangnya dengan anazah (tombak berujung dua) tepat mengenai matanya sehingga dia mati. Saya menginjakkan kaki saya pada tubuhnya untuk mencabut tombak saya. Saya mencabut tombak saya dengan sekuat tenaga sehingga dua ujungnya bengkok. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta tombak tersebut, kemudian saya menyerahkannya kepada beliau. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat, saya mengambil kembali tombak itu, kemudian Abu Bakr memintanya, lalu saya berikan kepadanya. Ketika Abu Bakr wafat, tombak itu diminta oleh Umar, maka saya memberikannya kepada Umar. Ketika Umar wafat, tombak itu saya ambil kembali, kemudian Utsman memintanya, maka saya menyerahkannya kepada Utsman. Kata Urwah, "Ketika Utsman terbunuh, tombak tersebut berada di keluarga Ali, kemudian Abdullah bin Az-Zubair memintanya, maka tombak itu dimiliki oleh Abdullah bin Az-Zubair sehingga dia terbunuh".
4001 Diriwayatkan dari Al-Rubayyi binti Mu'awwidz Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada suatu pagi di hari pernikahanku, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemuiku, sementara gadis-gadis memukul gendang sambil menyanyikan lagu pujian terhadap ayahku yang mati syahid dalam perang Badr, sehingga seorang gadis berkata, "Di tengah kita ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi esok". Mendengar itu, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan berkata begitu, lanjutkan saja apa yang telah kau katakan sebelumnya".
4002 Diriwayatkan dari Abu Thalhah Radliyallaahu 'anhu, seorang yang menyertai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam perang Badr, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Malaikat tidak mau memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing atau gambar/ patung makhluk bernyawa".
4005 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Hafshah binti Umar Radliyallaahu 'anhu menjadi janda karena suaminya, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi meninggal di Madinah, yaitu seorang sahabat rasuullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang turut dalam perang Badr. Umar (ayah Hafshah) berkata, "Saya menemui Utsman bin Affan untuk menawarkan Hafshah kepadanya. Saya katakan, "Jika kau mau, saya akan menikahkan Hafshah denganmu"". Utsman menjawab, "Saya akan memikirkannya". Kata Umar, "Saya menunggu jawaban beberapa malam, kemudian Utsman menjawab, "Sekarang ini saya tidak sanggup menikahinya, "Kata Umar, "Kemudian saya menemui Abu Bakr, lalu saya katakan, "Jika kau mau, saya akan menikahkanmu dengan Hafshah". Abu Bakr diam saja tanpa jawaban sedikitpun kepada saya. Kejengkelan saya kepada Abu Bakr melebihi kejengkelan saya kepada Utsman. Saya menunggu beberapa malam, kemudian Hafshah dipinang oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka saya menikahkannya dengan beliau. Setelah itu Abu Bakr menemui saya dan bertanya, "Mungkin kamu merasa jengkel kepada saya ketika kamu menawarkan Hafshah kepada saya, namun saya tidak menjawabmu?" Saya katakan, "Ya". Kata Abu Bakr, "Tidak ada yang menghalangi saya untuk menerima tawaranmu kecuali saya tahu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menaruh perhatian terhadap Hafshah. Ketika itu saya tidak mau membuka rahasia Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Seandainya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak menaruh perhatian kepada Hafshah tentu saya setuju menikahinya"".
4008 Diriwayatkan dari Abu Mas'ud Al-Badri Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Siapa yang membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah pada malam hari, maka itu cukup baginya (untuk mendapatkan pertolongan Allah)".
4019 Diriwayatkan dari Al-Miqdad bin Amr Al-Kindi Radliyallaahu 'anhu, sekutu Bani Zuhrah dan seorang yang turut serta dalam perang Badr, dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Bagaimana menurut Anda, seandainya saa berhadapan dengan seorang kafir dalam peperangan, lalu kami bertarung, kemudian dia menebas salah satu tangan saya hingga putus, lalu dia berlindung di balik pohon dari kejaran saya dan berkata, "Saya berserah diri kepada Allah", apakah saya boleh membunuhnya setelah dia mengucapkan seperti itu, ya Rasulullah?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan membunuhnya". Saya bertanya lagi, "Ya Rasulullah, dia telah memutuskan salah satu tangan saya dan dia bekata seperti itu sesudah memutskan salah satu tangan saya?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan membunuhnya. Jika kamu membunuhnya, maka dia berada dalam posisimu sebelum kamu membunuhnya (yakni dia mati sebagai muslim) dan kamu berada dalam posisinya sebelum dia mengucapkan kata-kata itu (yakni kamu akan masuk neraka karena membunuh orang yang sudah menyatakan keislamannya)". . Diriwayatkan dari Jubair bin Muth'im Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda mengenai para tawanan perang Badr, "Seandainya Muth'im bin Adiy masih hidup kemudian dia meminta kepadaku untuk mengampuni para tawanan itu, tentu aku akan membebaskan mereka karena permintaannya""

BAB 7: BANI NADHIR MENGKHIANATI RASULULLAH SAW
4028 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Bani Nadhir dan Bani Quraizhah (dari orang-orang Yahudi Madinah) mengkhianati perjanjian damai dengan kaum muslimin, maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusir Bani Nadhir dari Madinah dan mengizinkan Bani Quraizhah tetap tinggal di kota itu, tetapi kemudian Bani Quraizhah melanggar perjanjian damai lagi (dengan menyerang kaum muslimin), maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerangi merka dan berhasil membunuh mereka yang laki-laki, kemudian membagi-bagikan wanita mereka, anak-anak mereka dan harta mereka sebagai rampasan perang untuk kaum muslimin, kecuali beberapa orang dari mereka yang menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau menjamin keamanan mereka, kemudian mereka masuk Islam. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusir mereka semua orang Yahudi dari Madinah, mereka adalah Bani Qainuqa kelompok suku Abdullah bin Salam, orang-orang Yahudi Bani Haritsah, serta semua orang Yahudi lainnya.
4031 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: (Ketika berperang melawan Bani Nadhir) Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membakar dan menebangi pohon kurma mereka di suatu tempat bernama Al-Buwairah, kemudian turunlah ayat Al-Quran (yang artinya): "Pohon kurma manapun yang kamu tebang atau kamu biarkan berdiri di atas akarnya adalah dengan izin Allah". (Al-Quran surah Al-Hasyr:5)
4034 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Istri-istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mengutus Utsman untuk menemui Abu Bakr (sebagai Khalifah) untuk meminta jatah 1/8 dari fai' (harta rampasan perang) yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, kemudian saya menghalangi mereka. Saya katakan kepada mereka, "Mengapa kalian tidak takut kepada Allah? Tidakkah kalian tahu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Semua milik kami tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah --- Demikian itu dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkaitan dengan diri beliau sendiri --- keluarga Muhammad cukup makan dari harta ini (tanpa dibagi-bagi sebagai warisan)". Kata Aisyah ra: Maka istri-istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak lagi meminta hak waris setelah saya beritahukan hal itu kepada mereka.

BAB 9: TERBUNUHNYA ABU RAFI', ALIAS ABDULLAH BIN ABI AL-HUQAIQ, ALIAS BIN ABI AL-HUQAIQ
4039 Diriwayatkan dari Al-Bara Radliyallaahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus sejumlah orang laki-laki dari kaum Anshar untuk membunuh seorang Yahudi, Abu Rafi. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Abdullah bin Atik sebagai pemimpin ekspedisi tersebut. Abu Rafi pernah mengganggu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan mebantu musuh-musuh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk memerangi beliau. Abu Rafi tinggal di suatu perbentengan miliknya di Hijaz. Ketika regu ekspedisi tersebut sudah dekat tempat tinggal Abu Rafi pada saat matahari sudah terbenam dan penduduk telah pulang ke rumah masing-masing, Abdullah bin Atik berkata kepada para sahabatnya, "Kalian harus tetap berada di tempat ini, saya akan pergi dan menipu para penjaga pintu, semoga saya berhasil memasuki tempat tinggal Abu Rafi". Begitu mendekati pintu, Abdullah bin Atik membungkus tubuhnya dengan pakaiannya seolah hendak buang air besarl para pelayan masuk ke dalam, kemudian penjaga pintu yang mengira Abdullah bin Atik adalah seorang pelayan berkata, "Hai pelayan, jika kamu ingin masuk, ayo masuk, karena saya akan mengunci pintu". Kata Abdullah bin Atik: "Maka akupun masuk, lalu menyelinap di dlaam. Ketika semua pelayan dan pegawai sudah masuk semua, penjaga pintu mengunci pintu, kemudian menggantungkan kunci-kuncinya di atas sebagang tungkai kayu. Saya mengambil kunci-kunci tersebut kemudian membuka pintu demi pintu. Sejumlah pegawai menemani Abu Rafi bercakap-cakap hingga larut malam. Abu Rafi berada di ruang atas ketika para pegawai yang menemani Abu Rafi bercakap-cakap sudah meninggalkannya, saya naik ke tempat tidur Abu Rafi. Setiap kali saya membuka pintu, saya menutupnya kembali dari dalam. Saya berkata dalam hati, "Jika pegawai Abu Rafi memergoki saya, saya akan mendahului membunuhnya", Akhirnya saya bisa menemukan tempat tidur Abu Rafi. Dia tidur di ruang gelap di tengah keluarganya. Saya tidak tahu di sebelah mana tepatnya posisi Abu Rafi. Maka saya berteriak, "Abu Rafi!" dia bertanya, "Siapa kamu?" Maka saya segera menebaskan pedang ke arah suara tersebut, tetapi karena tergopoh-gopoh, saya tidak berhasil membunuhnya. Dia berteriak keras dan saya keluar dari rumah itu tidak terlalu jauh. Setelah menunggu beberapa saat, saya masuk lagi dan bertanya kepada Abu Rafi, "Hai Abu Rafi, ada apa tadi suara teriakan di rumah ini?" Abu Rafi menjawab, "Celakalah ibumu! Tadi ada seorang laki-laki memasuki rumah ini kemudian menebasku dengan pedang". Kata Abdullah bin Atik: "Maka saya menebasnya dengan pedang yang membuatnya terluka parah namun tidak sampai mematikannya, kemudian saya menusukkan ujung pedang ke perutnya hingga tembus ke punggungnya dan saya yakin bahwa saya kali ini berhasil membunuhnya. Saya keluar dengan membuka pintu demi pintu hingga saya sampai di suatu tangga. Ketika saya masih berada di anak tangga, saya mengira bahwa saya sudah berada di permukaan tanah, lalu saya jatuh dan tulang betis saya patah di malam yang diterangi sinar bulan, kemudian saya membalut kaki saya dengan kain surban. Saya terpaksa harus berjalan dengan tertatih-tatih hingga sampai di depan pintu gerbang. Saya berkata dalam hati, "Saya tidak akan meninggalkan rumah ini sebelum saya memastikan bahwa saya telah berhasil membunuh Abu Rafi". Ketika ayam mulai berkokok, seorang petugas naik ke atas tembok untuk mengumumkan berita duka, "Berita duka! Abu Rafi saudagar Hijaz telah meninggal". Mendengar itu saya segera mendekati teman-teman saya yang menunggu dan saya katakan, "Kita berhasil, karena Allah telah membunuh Abu Rafi". Saya menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan saya ceritakan kepada beliau apa yang telah terjadi. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Longgarkan kakimu". Maka saya pun melonggarkan ikatan kaki saya, kemudian beliau mengusapnya, hingga seolah saya tidak merasa sakit sama sekali".

BAB 10: PERANG UHUD
4046 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika perang Uhud, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Beritahukan kepada saya, jika saya terbunuh saya akan berada di mana?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Di surga". Maka laki-laki itu segera membuang buah kurma yang masih tersisa di tangannya kemudian berperang dengan gigih hingga terbunuh sebagai syahid.

BAB 11: FIRMAN ALLAH SWT: "INGATLAH KETIKA DUA GOLONGAN DARI KAMU INGIN MUNDUR KARENA TAKUT, SEDANGKAN---
4054 Diriwayatkan dari Sa'd bin Abi Waqqash Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada perang Uhud, saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di dampingi dua orang laki-laki yang berperang melindungi beliau. Dua laki-laki tersebut berpakaian putih dengan keberanian yang tak tertandingi. Saya tidak pernah melihat keduanya sebelum maupun sesudahnya (keduanya adalah Jibril dan Mikail).
4055 Diriwayatkan dari Sa'd bin Abi Waqqash Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Pada perang Uhud, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengambil kantong anak panah untukku, kemudian beliau bersabda, "Aku kurbankan ayah dan ibuku untukmu, panahlah musuh!".

BAB 12: FIRMAN ALLAH SWT : "SEKALI-KALI BUKANLAH URUSANMU APAKAH ALLAH AKAN MENERIMA TAUBAT MEREKA
4069 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada perang Uhud, wajah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terluka. Kemudian beliau bersabda, "Bagaimana akan bahagia suatu bangsa yang telah melukai wajah Nabi mereka". Maka turunlah ayat (yang artinya): "Sekali-kali bukanlah urusanmu apakah Allah akan menerima taubat mereka ataukah mengazab mereka, karena mereka sungguh orang-orang yang zalim". (Al-Quran, surah Ali Imraan:128)
4069 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdoa ketika beliau mengangkat kepala pada saat bangun dari ruku pada rakaat terakhir solat subuh: "Ya Allah, laknatilah fulan dan fulan dan fulan". Setelah beliau mengucapkan sami'allaahu liman hamidahu (Allah menjawab orang yang memuji-Nya), maka Allah menurunkan ayat (yang artinya): "Sekali-kali bukanlah urusanmu apakah Allah akan menerima taubat mereka ataukah mengazab mereka, karena mereka sungguh orang-orang yang zalim". (Al-Quran, surah Ali Imraan:128).

BAB 13: GUGURNYA HAMZAH BIN ABDUL MUTTHALIB RA SEBAGAI SYAHID
4072 Diriwayatkan dari Ubaidilah bin Adi bin Al-Khiyar bahwa dia berkata kepada Wahsyi: "Sudikah kamu bercerita kepada kami mengenai terbunuhnya Hamzah?" Wahsyi menjawab: "Ya. Pada perang Badr, Hamzah yang telah membunuh Thu'aimah bin Adi bin Khiyar, kemudian majikanku, Jubair bin Muth'im berkata kepadaku, "Jika kamu berhasil membunuh Hamzah sebagai pembalasan atas kematian pamanku (Thu'aimah), maka kamu aku merdekakan". Kata Wahsyi: "Ketika orang-orang berangkat ke perang Uhud pda tahun Ainan (Ainan adalah suatu gunung di dekat gunung Uhud yang antara kedua gunung tersebut terdapat suatu lembah), akupun turut berangkat bersama mereka untuk berperang. Ketika dua pasukan saling berhadapan, Siba berkata, "Siapa prajurit muslim yang berani melawanku?" Maka Hamzah bin Abdul Mutthalib maju melawannya dan berkata, "Hai Siba", putra Ummu Anmar, seorang perempuan yang biasa mengkhitan para wanita! Apakah kamu menentang Allah dan Rasul-Nya?" Maka begitu cepatnya Hamzah membunuh Siba". Kata Wahsyi: "Kemudian aku menyelinap di balik sebuah batu besar untuk mendekati Hamzah. Setelah dekat, aku menyerangnya dengan tombakku tepat mengenai tengah perutnya hingga tembus ke sela pantatnya. Saat itulah Hamzah tewas. Ketika orang-orang pulang, akupun turut pulang, kemudian aku menetap di Mekkah sampai akhirnya orang-orang Mekkah memeluk Islam. Aku kemudian pindah ke Tha'if. Ketika orang-orang Tha'if mengirim utusan untuk menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, aku turut pergi, karena aku diberitahu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak akan mencelakai utusan, sehingga aku menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihatku, beliau bertanya, "Kau Wahsyi?" Aku menjawab, "Ya". Beliau bertanya lagi, "Kau yang telah membunuh Hamzah?" Aku menjawb, "Benar apa yang Anda ketahui dan Anda katakan". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersbda, "Bisakah kau menyembunyikan wajahmu dari pandanganku?" Maka aku keluar. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sudah wafat (dan aku sudah menjadi muslim) muncullah Musailamah si pembohong besar yang mengaku menjadi Nabi. Aku berkata: "Aku akan pergi berperang, mudah-mudahan aku bisa membunuh Musailamah sebagai tebusan penyesalanku membunuh Hamzah". Maka aku berangkat bersama pasukan (yang dikirim oleh Abu Bakr ra). Harapanku terkabul. Aku melihat Musailamah berdiri di dekat celah dinding bagaikan onta abu-abu dengan rambut kusut. Aku menyerangnya dengan tombak tepat mengenai ulu hatinya hingga tembus ke punggung. Kemudian seorang laki-laki dari kaum Anshar melompat ke Musailamah untuk memenggal kepalanya dengan pedang".

BAB 14: LUKA NABI SAW PADA PERANG UHUD
4073 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Sungguh besar murka Allah kepada orang-orang yang mencederai Nabi-Nya --- beliau menunjuk gigi serinya yang patah ---. Sungguh besar murka Allah kepada orang yang dibunuh oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di jalan Allah.

BAB 15: FIRMAN ALLAH SWT: "YAITU ORANG-ORANG YANG MENYAMBUT SERUAN ALLAH DAN RASUL-NYA".
4077 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terluka dalam perang Uhud dan orang-orang musyrik telah pulang, beliau khawatir mereka akan kembali menyerang lagi. Beliau bersabda, "Siapa yang bersedia memata-matai mereka?" Maka beliau memilih 70 orang laki-laki untuk tugas itu. Abu Bakr dan Zubair Radliyallaahu 'anhu termasuk di dalam kelompok itu.

BAB 16: PERANG KHANDAQ ATAU PERANG AHZAB (KHANDAQ=PARIT. AHZAB=BERBAGAI KELOMPOK ORANG-ORANG KAFIR
4101 Diriwayatkan dari Jabir Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami menggali parit (mengelilingi Madinah untuk persiapan) perang Khandaq, kemudian muncul sebuah batu besar yang amat keras. Orang-orang menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk mengadu, "Ada batu besar yang amat keras muncul di dalam parit". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Aku akan turun". Maka beliau berdiri dengan mengganjalkan batu pada perutnya, karena sudah tiga hari kami tidak makan. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengambil sekop kemudian beliau pukulkan pada batu besar tersebut hingga hancur bagai pasir.
4109 Diriwayatkan dari Sulaiman bin Shurad Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada saat perang Ahzab Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Kita akan menyerang mereka dan mereka tidak bisa menyerang kita".
4114 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Tidak ada tuhan selain Allah, Dia satu-satuNya, Dia memuliakan pejuang-Nya, menolong hamba-Nya, dan Dia sendiri yang mengalahkan pasukan persekutuan orang-orang kafir, maka selain Allah tidak ada artinya sama sekali".

BAB 17: PULANGNYA NABI SAW DARI PERANG AHZAB DAN KELUARGANYA MENUJU BANI QURAIZHAH---
4121 Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Orang-orang Bani Quraizhah setuju untuk menerima keputusan Sa'd bin Mu'adz, maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus seseorang untuk memanggil Sa'd. Ketika Sa'd datang dengan naik keledai dan telah sampai di dekat masjid, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada orang-orang Anshar, "Sambutlah pemimpin kalian atau orang yang terbaik di antara kalian". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Sa'd bin Mu'adz, "Orang-orang Bani Quraizhah setuju untuk menerima keputusanmu". Sa'd bin Mu'adz mengatakan, "Bunuhlah pasukan Bani Quraizhah dan ambillah anak-anak mereka sebagai tawnan". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Sa'd bin Mu'adz, "Kamu telah memberi keputusan sesuai dengan hukum Allah". Mungkin bunyi sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tersebut adalah: "Kamu telah memberi keputusan sesuai dengan hukum Al-Malik".

BAB 18: PERANG DZATURRIQA'
4125 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beserta para sahabatnya melaksanakan solat khauf di dalam perang yang ketujuh, yaitu perang Dzaturriqa'.
4128 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami berenam berangkat menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk suatu pertempuran dengan seekor onta yang kami naiki secara bergantian, sehingga telapak kaki kami melepuh. Kedua telapak kakiku juga melepuh dan kuku kakiku mengelupas. Kami membalut kaki kami dengan sehelai kain, karena itu maka perang tersebut dinamakan perang Dzaturriqa' (riqa' artinya tambalan atau balutan), sebab pada saat itu kami menambal atau membalut kaki kami dengan kain.
4129 Diriwayatkan dari Sahl bin Abi Hatsmah Radliyallaahu 'anhu, seseorang yang menyertai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam perang Dzaturriqa dan melaksanakan solat khauf bersama beliau pada saat perang tersebut. Dalam mengerjakan solat khauf, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pertama-tama melaksanakan solat bersama kelompok pertama satu rakaat, kemudian beliau berdiri, kemudian kelompok pertama ini menyempurnakan solat mereka sendiri, lalu pergi untuk berbaris menghadap ke arah musuh. Berikutnya kelompok yang lain memulai solat, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan solat satu rakaat bersama kelompok baru ini (saat itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memasuki rakaat kedua), lalu beliau duduk, sementara kelompok baru ini menambah solat mereka sendiri satu rakaat lagi, lalu pada akhirnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menutup solat dengan salam bersama mereka.
4135 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia menyertai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berperang menuju Najd. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat pulang, diapun turut pulang, kemudian pasukan muslimin ini sampai di suatu lembah yang penuh dengan pohon-pohon berduri sehabis tengah hari. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam turun untuk beristirahat di situ. Para pasukan berpencar-pencar untuk beristirahat dengan bernaung di bawah pohon-pohon berduri, sementara Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sendiri beristirahat di bawah pohon samurah dan menggantungkan pedangnya pada pohon itu. Kata Jabir: Ketika kami tertidur, tiba-tiba Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggil kami, lalu kami segera mendatangi beliau, ternyata di dekat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terdapat seorang Arab pedalaman yang duduk, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Orang ini tadi mengambil pedangku ketika aku tertidur, kemudian ketika aku terjaga pedang itu berada dalam genggaman tangannya, lalu dia berkata kepadaku, "Siapa yang akan menyelamatkanmu dari aku?" Aku menjawab, "Allah". Maka inilah dia sampai sekarang masih tetap duduk". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak memberinya hukuman.

BAB 19: PERANG BANI MUSHTHALIQ, BAGIAN DARI SUKU KHUZA'AH, YAITU PERANG AL-MURAISI
4148 Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Kami berangkat ke pertempuran Bani Mushthaliq bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Kami memperoleh jatah tawanan dan menginginkan tawanan wanita (sebagai budak). Kami tidak dapat menahan nafsu birahi menghadapi tawanan wanita, kemudian kami ingin melakukan azl (mencabut penis dari vagina pada saat orgasme untuk menghindari kehamilan). Sesama kami saling mengatakan: Bagaimana kita akan melakukan azl, sedangkan kita belum bertanya tentang itu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang berada di hadapan kita? Maka kami menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau bersabda, "Sebaiknya jangan kalian lakukan azl, karena setiap jiwa yang telah ditakdirkan akan hidup oleh Allah hingga hari kiamat pasti akan hidup".
BAB 20: PERANG ANMAR
4140 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada saat perang Anmar saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan solat sunat di atas kendaraannya dengan menghadap ke timur.

BAB 21: PERANG HUDAIBIYAH DAN FIRMAN ALLAT SWT: "SUNGGUH ALLAH TELAH MERIDHAI ORANG-ORANG MUKMIN
4150 Diriwayatkan dari Al-Bara Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kalian menganggap penaklukan Mekkah suatu kemenangan. Penaklukan mekkah memang suatu kemenangan, tetapi kami menganggap kemenangan yang sebenarnya adalah baiat Al-Ridhwan pada hari Hudaibiyah. Ketika itu kami berjumlah 1400 orang menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Hudaibiyah adalah nama suatu sumur. Kami ingin mengambil air dari sumur itu namun tidak ada airnya setetespun, kemudian hal itu sampai kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau mendatangi sumur tersebut dan duduk di bibirnya. Beliau meminta air dalam bejana lalu beliau berwudu dengan berkumur dan berdoa, kemudian menumpahkan sedikit air ke dalam sumur itu. Tidak lama kemudian sumur tersebut memancarkan sumber air yang cukup untuk kami dan hewan-hewan kami.
4154 Diriwayatkan dari Jabir Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada hari Hudaibiyah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada kami: "Kalian adalah manusia terbaik di muka bumi". Ketika itu kami berjumlah 1400 orang. Seandainya sekarang aku masih bisa melihat, akan aku tunjukkan kepada kalian letak pohon (tempat baiat kaum muslimin kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam).
4175 Diriwayatkan dari Suwaid bin An Nu'man Radliyallaahu 'anhu, salah seorang yang turut membaiat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di bawah pohon (pada hari Hudaibiyah), dia berkata: Dalam peristiwa itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabatnya diberi Shallallaahu 'alaihi wa Sallamiq (jenis makanan), kemudian mereka mengunyahnya.
4177 Diriwayatkan dari Umar bin Khattab Radliyallaahu 'anhu bahwa pada suatu malam dia berjalan bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau ditanya oleh Umar tentang sesuatu, namun beliau tidak menjawabnya. Umar bertanya lagi kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam hingga tiga kali, namun beliau tetap tidak menjawabnya. Maka Umar berkata kepada dirinya sendiri, "Hai Umar, biarlah ibumu kehilangan kamu. Kamu bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sampai tiga kali namun beliau tidak menjawabmu". Kata Umar: Kemudian aku memacu ontaku hingga aku bisa mendahului rombongan kaum muslimin. Aku khawatir akan turun ayat Al-Quran mengenai diriku. Tiba-tiba aku mendengar teriakan seseorang yang memanggilku, lalu aku berkata, "Aku khawatir ada ayat Al-Quran turun mengenai diriku". Kemudian aku menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan aku ucapkan salam kepada beliau, lalu beliau bersabda, "Pada malam ini sudah diturunkan kepadaku satu surah yang lebih aku sukai daripada dunia seisinya". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membacakan surah tersebut yang dimulai dengan Innaa fatahnaa laka fathan mubiinaa (Sungguh Kami telah memberimu kemenangan yang nyata). (Al-Quran, surah Al-Fath).
4179 Diriwayatkan dari Al-Miswar bin Makhramah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada tahun Hudaibiyah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pergi bersama para sahabatnya lebih dari 1000 orang. Ketika sampai di Dzul Hulaifah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengalungi dan menandai hewannya yang dipersiapkan untuk kurban. Di situlah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memulai ihram umrah dan mengirim mata-matanya dari suku Khuza'ah. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melanjutkan perjalanan dan sesampainya di Ghadir Al-Asythath beliau ditemui oleh mata-matanya yang mengatakan, "Orang-orang kafir Quraisy telah menghimpun pasukan besar untuk menghadapi Anda dan mengumpulkan orang-orang Habasyah/Ethiopia untuk membantu mereka memerangi Anda dan menghalangi Anda agar Anda tidak bisa mencapai Baitullah". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Wahai sahabat-sahabatku, sampaikanlah pendapat kalian kepadaku. Apakah kalian setuju jika aku akan menghancurkan keluarga dan keturunan mereka yang ingin menghalangi kita mencapai Baitullah? Jika mereka menemui kita, maka Allah Azza wa Jalla pasti akan menghancurkan seorang mata-mata dari orang-orang musyrik, ataukah kita biarkan mereka terkalahkan oleh kita?" Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu berkata, "Ya Rasulullah, Anda pergi ke Baitullah tidak berniat membunuh atau memerangi siapapun, karena itu teruskanlah perjalanan menuju Baitullah. Jika ada orang yang menghalangi kita untuk beribadah di Baitullah maka kita akan memeranginya". Mendengar pendapat Abu Bakr itu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Teruskanlah perjalanan dengan nama Allah".
4186 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Umar Radliyallaahu 'anhu, ayahnya, mengutusnya pada hari Hudaibiyah untuk mengambil kuda di seorang laki-laki dari kaum Anshar, kemudian ia mengetahui orang-orang mengatakan baiat kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di dekat suatu pohon, sementara Umar belum mengetahui hal itu, maka Abdullah bin Umar menyatakan baiat (sumpah setia) kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu ia pergi mengambil kuda untuk selanjutnya dibawa kepada Umar yang ketika itu Umar sedang mengenakan baju besi untuk bersiap-siap menghadapi pertempuran. Maka Abdullah bin Umar memberitahu Umar bahwa orang-orang menyatakan baiat kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di bawah suatu pohon. Umar pun segera berangkat bersama Abdullah untuk menyatakan baiat kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Karena peristiwa itulah orang-orang mengatakan bahwa Abdullah bin Umar memeluk Islam sebelum ayahnya.
0 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami pernah menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berumrah. Beliau melaksanakan tawaf dan kami pun menyertainya. Beliau juga melaksanakan solat dan kami pun melaksanakan solat bersamanya. Beliau juga melaksanakan sa'I antara Shafa dan Marwah. Kami selalu melindungi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dari orang-orang Mekkah, sehingga tidak ada seorangpun yang menyerangnya.

BAB 22: PERANG DZATU QARAD
4194 Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika aku keluar (menuju Al-Ghabah) sebelum azan pertama solat subuh. Biasanya onta Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam merumput di Dzi Qarad. Aku ditemani oleh seorang budak laki-laki milik Abdurrahman bin Auf dan memberitahu aku bahwa onta Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dicuri --- lanjutan hadis ini sudah disebutkan di muka pada nomor hadis: 1300---Disebutkan di bagian akhir hadis ini bahwa Salamah bin Al-Akwa mengatakan: (setelah aku berhasil merebut kembali onta Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dari tangan pencuri) aku dibonceng oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di atas onta beliau hingga kami memasuki Madinah.

BAB 23: PERANG KHAIBAR
4196 Diriwayatkan dari Salmah bin Al-Akwa Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Kami pergi bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menuju khaibar. Kami berjalan pada malam hari, kemudian seorang laki-laki berkata kepada Amir Radliyallaahu 'anhu, "Wahai Amir, mengapa engkau tidak melantunkan puisimu kepada kami?" Amir adalah seorang penyair yang amat andal. Kemudian Amir turun untuk melantunkan puisinya kepada pasukan muslimin seiring dengan derap langkah onta mereka (yang artinya): . Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Semoga Allah merahmatinya". Salah seorang laki-laki berkata, "Wahai Nabi, seharusnya dia mati syahid. Sungguh senanng seandainya Anda mengizinkan kami menyertainya lebih lama lagi". Kata Salamah bin Al-Akwa: Kemudian kami sampai di Khaibar dan mengepung kota itu sehingga kami menderita kelaparan yang menyedihkan dan akhirnya Allah Swt menaklukkan kota itu. Pada petang hari setelah penaklukkan, pasukan muslimin menyalakan api, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya, "Api apa itu? Untuk apa kalian menyalakan api?" Mereka menjawab, "Untuk memasak daging". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya, "Daging apa?" Mereka menjawab, "Daging keledai". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tuangkan daging itu dan pecahkan periuknya". Seorang laki-laki bertanya, "Bolehkah kami menuangkan daging itu kemudian mencuci periuknya?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Begitu juga boleh". Ketika dua pasukan saling berhadapan, Amir mengarahkan pedangnya yang pendek untuk menebas kaki seorang yahudi, tetapi pedang tersebut memental kembali dan ujung pedang itu mengenai lututnya sendiri sehingga akhirnya ia tewas. Ketika orang-orang kembali dari pertempuran, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihatku, kemudian beliau bertanya sambil memegang tanganku, "Ada apa denganmu?" Aku menjawab, "Biarlah ayah dan ibuku aku kurbankan untuk Anda". Orang-orang berkata bahwa Amir tidak mendapatkan pahala jihad. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Berdustalah orang yang berkata seperti itu. Sungguh Amir mendapat pahala ganda --- beliau berisyarat dengan menjajarkan dua jarinya --- dia berjihad dengan gigih, hanya sedikit orang Arab yang berbuat seperti Amir". Riwayat lain berbunyi: "Hanya sedikit orang Arab yang menjalani hidup seperti Amir".
4197 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba di Khaibar pada malam hari, --- lanjutan hadis ini sudah disebutkan di muka pada kitab solat nomor hadis: 243 --- Pada riwayat ini ditambahkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, membunuh pasukan musuh yang laki-laki dan menawan wanita serta anak-anak mereka.
4205 Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berperang melawan orang-oran Khaibar, pasukan muslimin melewati dataran tinggi dan sambil menghadap ke lembah mereka mengucapkan Takbir dengan suara keras: Allaahu akbar Allaahu Akbar Laa ilahaa illaallaah. Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Rendahkan suara kalian, karena kalian tidak memanggil kepada Tuhan yang tuli dan tidak ada, melainkan kalian memanggil Tuhan Yang Maha Mendengar dan Dekat, dan Dia menyertai kalian". Kata Abu Musa: Saya berada di belakang hewan tunggangan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sehingga beliau mendengar apa yang saya ucapkan: Laa haula walaa quwwata illaa billaahi (Tiada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah). Maka beliau bersabda, "Hai Abdullah bin Qais, maukah kamu aku tunjukkan satu kalimat yang termasuk kekayaan surga?" Saya menjawab, "Tentu mau, ya Rasulullah. Biarlah saya kurbankan ayah dan ibu saya untuk Anda". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Yaitu kalimat Laa haula walaa quwwata illaa billaahi (Tiada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah)".
4207 Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'd As-Sa'idi Radliyallaahu 'anhu bahwa pada suatu pertempuran Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berhadapan dengan orang-orang musyrik. Dua pasukan saling menyerang, kemudian mereka kembali ke kemah masing-masing. Di antara pasukan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ada seorang laki-laki yang selalu memburu pasukan orang-orang kafir yang terpisah dari kelompoknya dan menebasnya dengan pedang, sehingga orang-orang dari pasukan muslimin berkata perihal laki-laki itu: "Hari ini tidak ada seorangpun dari kita yang menandingi pahala si fulan itu". Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Dia itu akan menjadi penghuni neraka". Seorang pasukan muslimin berkata: "Saya akan terus mengikutinya". Setiap kali laki-laki itu berhenti ia pun berhenti dan setiap kali laki-laki itu berlari iapun berlari mengikutinya. Kata Sahl: Akhirnya laki-laki tersebut terluka amat parah dan dia tidak sabar lalu ingin segera mati. Dia menancapkan pedangnya di tanah dengan ujung di atas tepat pada arah ulu hatinya, kemudian ia rebahkan dirinya ke pedang itu untuk bunuh diri. Seorang pasukan muslim yang mengintai dengan terus mengikuti laki-laki itu menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: "Saya bersaksi bahwa Anda adalah utusan Allah". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Ada apa?" Dia berkata: "Laki-laki yang Anda sebutkan bahwa dia penghuni neraka sehingga orang-orang merasa terkejut, memang dia benar-benar penghuni neraka. Saya selalu mengikutinya dia terluka amat parah dan tidak sabar lalu ingin segera mati, kemudian dia menancapkan pedangnya di tanah dengan ujung di atas tepat pada arah ulu hatinya, lalu dia merebahkan dirinya ke pedang itu untuk bunuh diri". Ketika itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ada orang yang mengerjakan perbuatan ahli surga menurut pandangan manusia tetapi sebenarnya dia penghuni neraka. Ada pula orang yang menurut pandangan manusia mengerjakan perbuatan ahli neraka tetapi sebenarnya dia penghuni surga".
4203 Menurut riwayat lain, hadis di muka (nomor:1647) bagian akhirnya sebagai berikut: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Wahai fulan, berdirilah dan umumkan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang beriman. Mungkin Allah mengokohkan agama Islam dengan seorang pendosa".
4206 Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa ra: Betisku terkena senjata pada perang Khaibar, lalu aku menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau mengusap betisku dengan ludahnya tiga kali, maka aku tidak merasa sakit hingga sekarang.
4213 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tinggal selama tiga malam di antara Khaibar dan Madinah dan ketika itu beliau menikahi Shafiyah. Aku mengundang kaum muslimin untuk menghadiri walimah pernikahan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Di situ tidak ada roti dan daging yang dihidangkan. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh Bilal membentangkan tikar kulit, kemudian kami diberi hidangan kurma, susu kering dan mentega. Sesama kaum muslimin bertanya, "Apakah Shafiyah menjadi salah seorang ibu orang-orang mukmin (Ummul mukminin) ataukah seorang budak perempuan milik Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?" Mereka berkata, "Jika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruhnya berhijab berarti dia adalah salah seorang Ummul mukminin, jika tidak berarti dia adalah budak perempuan milik beliau". Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat, beliau menempatkan Shafiyah di belakang beliau dan beliau memanjangkan hijab Shafiyah.
4216 Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Radliyallaahu 'anhu bahwa pada saat perang Khaibar, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang nikah mut'ah dan makan daging keledai.
4228 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membagikan rampasan perang pada perang Khaibar, dua bagian untuk pasukan berkuda, dan satu bagian untuk pasukan yang berjalan kaki.
4230 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika kami berada di Yaman, kami mendengar hijrah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dari Mekkah ke Madinah. Maka kami berangkat untuk turut berhijrah menyusul Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Kami bertiga, yaitu saya yang paling muda dan dua orang saudara laki-laki saya, masing-masing adalah Abu Burdah dan Abu Ruhm, dalam rombongan yang berjumlah 53 orang. Kami naik perahu/kapal yang kemudian membawa kami kepada Najasyi di Habasyah/Ethiopia. Di sana kami bertemu dengan Ja'far bin Abi Thalib Radliyallaahu 'anhu, kemudian kami menetap bersamanya hingga kemudian kami bersama-sama pulang ke Madinah dan bertemu dengan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau menaklukkan Khaibar. Orang-orang mengatakan kepada kami, yakni kami yang menumpang perahu/kapal, "Kami mendahului kalian dalam berhijrah (ke Madinah)". Asma binti Umais mengunjungi Hafshah, istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Asma termasuk orang yang turut serta dalam rombongan yang tiba di Madinah bersama kami dan turut berhijrah ke Najasyi (Raja Habasyah). Ketika Asma bertemu Hafshah, Umar Radliyallaahu 'anhu (ayah Hafshah) masuk ke rumah Hafshah, kemudian dia bertanya ketika melihat Asma, "Siapa ini?" Hafshah menjawab, "Dia Asma binti Umais". Umar bertanya lagi, "Apakah dia orang Habasyah? Apakah dia orang yang telah mengarungi lautan?" Asma menjawab, "Ya". Kata Umar Radliyallaahu 'anhu, "Kami mendahului kalian dalam berhijrah (ke Madinah) dan kami lebih berhak daripada kalian terhadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam". Mendengar ucapan Umar itu, Asma marah dan berkata, "Demi Allah, tidak benar itu. Ketika kalian bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau memberi makan orang yang lapar di antara kalian dan menasehati kalian ayng tidak mengerti, sedangkan ketika itu kami berada di negeri Habasyah yang jauh dan penuh kesengsaraan yang itu kami lakukan karena Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, saya tidak mau makan dan minum sebelum saya laporkan ucapanmu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, karena di Habasyah kami teraniaya dan terancam. Semua itu akan saya beritahukan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan saya tanyakan kepada beliau. Demi Allah, saya tidak berdusta, tidak mengurangi dan tidak menambah". Ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang, Asma memberitahukan, "Ya Rasulullah, tadi Umar berkata begini dan begini". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya, "Apa yang telah kamu katakan kepada Umar?" Asma menjawab, "Tadi saya katakan kepadanya begini dan begini". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak ada orang yang lebih berhak terhadapku daripada kalian. Umar dan para sahabatnya mendapat satu pahala hijrah, sedangkan kalian yang mengarungi lautan mendapat dua pahala hijrah".
4232 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Sungguh aku mengenali suara orang-orang Asy'ariyyin yang membaca Al-Quran ketika mereka memasuki malam. Aku mengenali rumah-rumah mereka dari suara bacaan Al-Quran mereka pada malam hari, meskipun pada siang harinya aku tidak pernah melihat rumah-rumah mereka". Di antara mereka adalah Hakim. Ketika dia bertemu pasukan musuh yang berkuda dia berkata, "Teman-temanku menyuruhmu menunggu mereka".
4233 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Setelah penaklukkan Khaibar kami menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau memberi kami jatah pembagian rampasan perang. Beliau tidak memberikan bagian kepada orang yang tidak turut dalam penaklukkan.

BAB 24: UMRAH AL-QADHA'
4258 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi Maimunah ketika beliau sedang berihram, namun beliau menjalani hidup berumah tangga dengan Maimunah ketika beliau sudah bebas dari ihram. Maimunah wafat di sarif (dekat Mekkah).

BAB 25: PERANG MU'TAH DI WILAYAH SYAM
4261 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai panglima dalam perang Mu'tah dan beliau bersabda: "Jika Zaid terbunuh maka Ja'far yang menggantikannya. Jika Ja'far terbunuh maka Abdullah bin Rawahah yang menggantikannya". Kata Abdullah bin Umar: Saya turut dalam perang itu di tengah mereka. Kami mencari Ja'far bin Abi Thalib, kemudian kami menemukan mayatnya diantara orang-orang yang mati syahid. Kami menemukan lebih dari 90 luka di tubuhnya akibat tebasan pedang dan bidikan panah.

BAB 26: TERUTUSNYA USAMAH BIN ZAID KE AL-HURAQAH OLEH NABI SAW
4269 Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami diutus oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ke Al-Hurqah (wilayah suku Juhainah). Kami menyerang mereka pada pagi hari dan mengalahkan mereka. Saya dan seorang laki-laki Anshar memergoki seorang laki-laki dari mereka. Ketika kami telah menguasainya, dia mengucapkan: Laa ilaaha illaallaah (Tiada tuhan selain Allah). Mendengar itu, seorang Anshar tersebut berhenti menyerangnya, kemudian saya membidiknya dengan anak panah dan berhasil membunuhnya. Ketika kami pulang, berita itu sampai kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau bertanya, "Hai Usamah, apakah kamu membunuh orang yang sudah mengucapkan Laa ilaaha illaallaah?" Saya menjawab, "Dia mengucapkan itu hanya untuk menyelamatkan diri". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu mengulangi pertanyaan itu, sehingga ingin rasanya saya belum masuk Islam sebelum hari itu.
4270 Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya berperang menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tujuh kali, dan saya turut berperang dalam pasukan yang dikirim oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebanyak sembilan kali. Suatu ketika Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu menjadi panglima kami dan pada saat lain Usamah Radliyallaahu 'anhu menjadi panglima kami.

BAB 27: PERANG AL-FATH (PENAKLUKKAN MEKKAH) PADA BULAN RAMADHAN
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat dari Madinah (menuju Mekkah) pada bulan Ramadhan bersama 10.000 pasukan. Peristiwa tersebut berlangsung setelah delapan setengah tahun semenjak hijrah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ke Madinah. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beserta semua pasukan menempuh perjalanan ke Mekkah dengan berpuasa. Sesampainya di Al-Kadid, yaitu suatu tempat air antara Usfan dan Qudaid, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berbuka, begitu pula semua pasukan.
4277 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada bulan Ramadhan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat menuju Hunain. Orang-orang yang menyertai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ada yang berpuasa, ada yang tidak. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berada di atas kendaraannya, beliau meminta segelas susu atau air, kemudian beliau meletakkannya di atas telapak tangannya atau di atas kendaraannya, lalu beliau melihat orang-orang (untuk menunjukkan bahwa beliau berbuka), maka orang-orang yang tidak berpuasa berkata kepada mereka yang berpuasa, "Berbukalah!".

BAB 29: ANAK KECIL MENJADI IMAM SOLAT
4302 Diriwayatkan dari Amr bin Salamah Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Kami berada di tempat yang menjadi lewatan para kafilah. Suatu ketika kami bertanya kepada kafilah yang lewat, "Ada apa dengan orang-orang itu? Ada apa dengan orang-orang itu? Ada apa dengan laki-laki itu (Maksudnya Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam)?" Orang-orang berkata, "Laki-laki itu mengatakan bahw Allah telah mengutusnya dan telah memberinya wahyu, atau Allah telah mewahyukan Al-Quran kepadanya". Saya mengingat pembicaraan tersebut seolah terukir di dada saya. Banyak orang Arab yang enggan masuk Islam kecuali setelah penaklukkan Mekkah. Mereka mengatakan, "Jangan mengikuti Muhammad dan kaumnya. Jika nanti dia bisa menaklukkan lawan-lawannya berarti dia benar-benar seorang Nabi". Setelah terjadi penaklukkan Mekkah, ayah saya masuk Islam mendahului kaumnya. Sepulangnya dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata kepada kaumnya, "Demi Allah, saya benar-benar telah bertemu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan beliau bersabda, "Laksanakan solat begini dan begini pada waktu begini dan begini. Apabila waktu solat telah tiba, hendaklah dari salah seorang kalian menyerukan azan dan imam solat kalian hendaklah orang yang paling baik dalam membaca dan memahami Al-Quran"". Kata Amr bin Salamah: Mereka mencari imam solat, kemudian mereka tidak menemukan orang lain yang melebihi saya dalam membaca dan memahami Al-Quran, karena saya sebelumnya sudah mempelajari Al-Quran dari kafilah yang lewat, sehingga akhirnya mereka mengajukan saya menjadi imam solat mereka yang ketika itu saya berumur 6 tahun atau 7 tahun. Pada saat itu saya mengenakan pakaian burdah pendek yang menyingsing apabila saya pergunakan bersujud. Seorang perempuan dari kelompok suku saya berkata, "Mengapa kalian tidak menutup pantat imam kalian?" Maka merekapun membeli kain untuk jubah saya. Kegembiraan saya tiada tara ketika menerima pemberian jubah tersebut.

BAB 30: FIRMAN ALLAH SWT: "....DAN PADA PERANG HUNAIN KETIKA KAMU BANGGA DENGAN JUMLAHMU... DAN ALLAH
4313 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa Radliyallaahu 'anhu bahwa tangannya terluka. Dia berkata: Saya terluka ini ketika menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam perang Hunain.

BAB 31: PERANG AUTHAS
4323 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Seusai perang Hunain, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Abu Amir untuk memimpin satu pasukan menyerang Authas. Setibanya di sana, Abu Amir berhadapan dengan Duraid bin Ash-Shimmah. Duraid terbunuh dan Allah mengalahkan pengikut Duraid. Kata Abu Musa: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus saya beserta Abu Amir. Abu Amir terpanah pada lututnya oleh Jusyamiy hingga menancap dalam. Saya mendekatinya dan saya tanyakan kepadanya, "Paman, siapa yang telah memanahmu?" Abu Amir memberi isyarat Abu Musa bahwa di sanalah orang yang telah menyerangnya dengan anak panah". Kata Abu Musa: Saya mengejar orang itu dan dia melarikan diri ketika melihat saya. Saya terus mengejarnya dan saya katakan kepadanya, "Mengapa kamu tidak malu, mengapa kamu tidak berhenti?" Maka diapun berhenti dan kami bertarung. Setelah dua kali tebasan pedang saya berhasil membunuhnya, kemudian saya katakan kepada Abu Amir, "Allah telah membunuh orang yang memanahmu". Kata Abu Amir, "Cabutlah anak panah ini". Saya mencabutnya, maka darahpun menyembur dari lukanya. Kata Abu Amir, "Wahai kemenakanku, sampaikanlah salamku kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan katakan kepada beliau, "Mohonkan ampunan untukkku". Kata Abu Musa: Abu Amir menunjuk saya sebagai penggantinya untuk memimpin pasukan. Sebentar kemudian Abu Amir tewas sebagai syahid. Ketika pulang, saya menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau berbaring di rumah di atas tempat tidur di atas tanah dengan sehelai alas. Di punggung dan lambung beliau terdapat sisa-sisa debu yang menempel. Saya memberitahukan keadaan kami dan keadaan Abu Amir kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Saya menyampaikan permintaan Abu Amir kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Katakan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam agar beliau memohonkan ampunan untukku"". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta air untuk berwudu, kemudian beliau berdoa dengan mengangkat kedua tangannya, "Ya Allah, ampunilah Ubaid, Abu Amir". Kata Abu Musa: Saya melihat putihnya ketiak Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada saat berdoa, kemudian beliau melanjutkan, "Ya Allah, jadikanlah Abu Amir pada hari kiamat lebih utama daripada kebanyakan manusia". Kata Abu Musa: "Ya Rasulullah, mohonkanlah ampunan untuk saya". Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdoa: "Ya Allah, ampunilah dosa Abdullah bin Qais (Abu Musa) dan masukkanlah ia ke dalam surga kelak pada hari kiamat".

BAB 32: PERANG THA'IF PADA BULAN SYAWAL, TAHUN 8 H.
4324 Diriwayatkan dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu, istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata: Ketika di rumah saya ada seorang laki-laki berperangai perempuan (banci), Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk. Beliau mendengar banci tersebut berkata kepada Abdullah bin Umayyah, "Hai Abdullah, jika Allah menaklukkan Tha'if untukmu esok, ambillah gadis Ghailan, karena gadis tersebut bila dipandang dari depan tampak empat bagian tubuhnya dan bila dipandang dari belakang tampak delapan bagian tubuhnya". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu, "Jangan biarkan orang ini (laki-laki banci) mendekati kalian (kaum perempuan)".
4325 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengepung Thaif dan tidak memperoleh kemenangan, beliau bersabda, "Insya Allah, kita akan kembali ke Madinah". Para sahabat merasa kecewa. Mereka berkata, "Kita meninggalkan Tha'if tanpa kemenangan?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda lagi, "Kita akan pulang". Berikutnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Bersiap-siaplah untuk bertempur besok". Besoknya mereka bertempur dan mereka banyak yang terluka. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda lagi, "Insya Allah, besok kita akan pulang ke Madinah". Hal itu menyenangkan para sahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sehingga beliau tersenyum.
4326 Diriwayatkan dari Sa'd dan Abu Bakrah Radliyallaahu 'anhu, keduanya berkata: Kami pernah mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa yang mengakui orang lain sebagai ayahnya padahal dia tahu bahwa orang tersebut bukan ayahnya, maka surga diharamkan baginya".
4327 Disebutkan di dalam riwayat lain: Sa'd dan Abu Bakrah Radliyallaahu 'anhu, yang satu adalah orang pertama yang membidikkan anak panah di jalan Allah, dan yang satunya lagi adalah orang yang melompati benteng Tha'if bersama sejumlah orang, kemudian dia menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Riwayat lain menyebutkan: Dia menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebagai orang ketiga dari 23 orang dari Tha'if.
4328 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Aku bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau singgah di Ji'ranah antara Mekkah dan Madinah dan beliau disertai Bilal, kemudian ada seorang Arab pedalaman menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata, "Laksanakanlah janjimu kepadaku". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Terimalah kabar gembira". Kata orang itu, "Seringkali kau menyampaikan kabar gembira kepadaku". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menghadap ke Abu Musa dan Bilal dengan tampak marah dan bersabda, "Orang Arab pedalaman ini menolak kabar gembira, sekarang terimalah untuk kalian berdua". Kata Abu Musa dan Bilal, "Tentu kami menerimanya". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta semangkok air, lalu beliau membasuh tangan dan wajahnya dengan air itu, kemudian beliau menyemburkan air kumur ke dalam mangkok itu dan bersabda kepada Abu Musa dan Bilal, "Minumlah, kemudian sisanya usapkan pada wajah dan leher sampai dada kalian, serta bergembiralah". Abu Musa dan Bilal mengambil mangkok tersebut dan melaksanakan perintah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dari balik kelambu, Ummu Salamah (istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) berkata kepada Abu Musa dan Bilal, "Sisakan air itu untuk ibu kalian". Maka Abu Musa dan Bilal menyisakannya untuk Ummu Salamah.
4334 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Suatu ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengumpulkan orang-orang Anshar kemudian beliau bersabda, "Orang-orang Quraisy belum lama melewati masa Jahiliyah dan penderitaan, karena itu aku memperbaiki mereka dan menjinakkan hati mereka (dengan memberi mereka rampasan perang). Relakah kalian jika orang-orang pulang dengan memperoleh harta rampasan perang, sedangkan kalian pulang dengan memperoleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?" Orang-orang Anshar menjawab, "Tentu kami rela". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Seandainya orang-orang menempuh perjalanan melewati lembah dan orang-orang Anshar menempuh perjalanan melewati lereng bukit, tentu aku akan menempuh jalan yang dilalui oleh orang-orang Anshar".

BAB 33: PENUGASAN NABI SAW KEPADA KHALID BIN WALID UNTUK MENYERU SUKU JADZIMAH
4339 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Khalid bin Walid ke Bani Jadzimah. Khalid menyeru mereka masuk Islam, namun mereka tidak mau mengucapkan "Kami masuk Islam", tetapi mengatakan "Kami memeluk agama lain". Khalid bin Walid membunuh sebagian mereka dan menawan sebagian lainnya. Dia membagikan tawanan kepada masing-masing kami, hingga pada suatu hari dia memerintahkan agar setiap orang dari kami membunuh tawanannya masing-masing, lalu saya berkata, "Demi Allah, saya tidak mau membunuh tawanan saya"" Tidak seorangpun dari sahabat-sahabat saya yang mau membunuh tawanannya. Ketika kami tiba kembali di Madinah dan bertemu dengan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kami memberitahukan hal itu kepada beliau, maka beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, "Ya Allah, sungguh aku menyatakan pembebasan diriku kepada-Mu daripada apa yang telah diperbuat oleh Khalid". Beliau mengucapkan itu dua kali.

BAB 34: PASUKAN YANG DIPIMPIN OLEH ABDULLAH BIN HUDZAFAH AS-SAHMIY DAN ALQAMAH BIN MUJAZZIZ AL-MUDLI
4340 Diriwayatkan dari Ali Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengirim pasukan dengan menunjuk seorang Anshar sebagai komandannya dan menyuruh mereka mematuhinya. Ketika komandan itu marah dia berkata kepada pasukannya, "Bukankah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah menyuruh kalian mematuhiku?" Mereka menjawab, "Benar". Kata komandan itu, "Sekarang kumpulkan kau bakar untukku". Maka merekapun melaksanakannya. Kata komandan itu selanjutnya, "Nyalakan api". Maka merekapun melaksanakannya. Komandan itu berkata lagi, "Masuklah kalian ke dalam api". Mereka hendak melaksanakannya dengan berpegang tangan satu sama lain, tetapi kemudian mereka berkata, "Kita akan berlari dari api menuju Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam". Mereka senantiasa mengatakan itu hingga apipun padam dan kemarahan komandan berhenti. Hal itu didengar oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau bersabda, "Seandainya mereka memasuki api tersebut niscaya mereka tidak akan keluar dari api itu hingga hari kiamat. Kepatuhan itu hanya pada kebaikan".

BAB 35: ABU MUSA DAN MU'ADZ DIUTUS KE YAMAN SEBELUM HAJI WADA
4341 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutusnya ke Yaman bersama dengan Mu''dz bin Jabal. Masing-masing ditugaskan menjadi gubernur propinsi, karena pada saat itu Yaman terbagi menjadi dua propinsi. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada dua orang tersebut: "Berikan kemudahan dan jangan memberikan kesulitan. Sampaikan kabar gembira dan jangan membuat rakyat membencimu". Maka masing-masing dari dua orang itu berangkat menjalankan tugas. Apabila salah seorang dari keduanya melakukan perjalanan di wilayahnya yang dekat dengan wilayah sahabatnya, biasanya dia membuat kesepakatan untuk bertemu dengan sahabatnya itu kemudian menyampaikan salam. Suatu ketika Mu'adz mengadakan perjalanan di wilayahnya yang dekat dengan tempat Abu Musa. Mu'adz menaiki bighal untuk menemui Abu Musa yang ketika itu dia sedang duduk dengan dikerumuni orang banyak dan di dekatnya terdapat seorang laki-laki yang kedua tangannya dibelenggu pada lehernya, kemudian Mu'adz bertanya kepada Abu Musa, "Hai Abdullah bin Qais (panggilan Abu Musa), ada apa dengan orang ini?" Abu Musa menjawab, "Dia ini keluar dari Islam (orang murtad)". Kata Mu'adz, "Saya tidak mau turun sebelum orang ini dibunuh". Kata Abu Musa, "Turunlah, karena orang ini dibawa kemari memang untuk dibunuh". Mu'adz berkata lagi, "Saya tidak mau turun sebelum orang ini dibunuh". Maka Abu Musa memerintahkan agar orang itu dibunuh. Setelah itu barulah Mu'adz turun dari bighalnya dan bertanya kepada Abu Musa, "Hai Abdullah, bagaimana Anda membaca Al-Quran?" Abu Musa menjawab, "Saya membacanya secara bertahap". Abu Musa balik bertanya, "Bagaimana Anda membaca Al-Quran, hai Mu'adz?" Mu'adz menjawab, "Saya tidur pada awal malam, kemudian saya bangun setelah tidur pada sebagian malam, lalu saya membaca Al-Quran sebanyak yang telah ditetapkan oleh Allah untuk saya, maka saya mengharapkan pahala tidur saya dari Allah sebagaimana saya mengharapkan pahala solat malam saya".
4343 Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutusnya ke Yaman, lalu dia bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengenai minuman yang biasa dibuat di Yaman. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Minuman apa?" Abu Musa menjawab: "Bit" dan Mizr (jenis minuman beralkohol)". Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersbda: "Setiap yang memabukkan adalah haram".

BAB 36: PENUGASAN ALI BIN ABI THALIB DAN KHALID BIN WALID KE YAMAN
4349 Diriwayatkan dari Al-Bara Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus kami ke Yaman beserta Khalid bin Walid (sebagai komandan). Berikutnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan kedudukan Khalid. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, "Berikan pilihan kepada sahabat-sahabat Khalid, siapa diantara mereka yang ingin bergabung denganmu, bergabunglah, dan siapa yang ingin pulang, pulanglah (ke Madinah)". Kata Al-Bara: Saya termasuk orang yang bergabung dengan Ali bin Abi Thalib, kemudian saya mendapat jatah beberapa awaq emas dari rampasan perang.
4350 Diriwayatkan dari Buraidah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Ali menemui Khalid untuk membawa jatah separuh rampasan peran (yang menjadi hak Allah, Rasul-Nya, kerabat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, anak-anak yatim, fakir miskin dan Ibnu Sabil). Saya membenci Ali, ketika dia selesai mandi (seusai meniduri budak perempuan dari tawanan perang), saya katakan kepada Khalid, "Tidakkah kamu lihat orang itu (maksudnya Ali bin Abi Thalib)?" Ketika kami bertemu dengan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam saya menyampaikan hal itu kepada beliau, kemudian beliau bertanya, "Wahai Buraidah, apakah kamu membenci Ali?" Saya menjawab, "Ya". Beliau bersabda, "Janganlah kamu membencinya, karena dia seharusnya mendapat hak dari separuh rampasan perang lebih banyak daripada yang dia peroleh".1
1): Tuan pemilik budak memang halal menyetubuhi budak perempuannya.
4351 Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Ali bin Abi Thalib berada di Yaman sebagai komandan pasukan, dia mengirimkan sebatang emas yang belum dibersihkan di dalam kantong kulit yang telah di samak kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membagikannya kepada empat orang: Uyainah bin badr, Aqra bin Habis, Zaid Al-Khail, dan yang keempat adalah Alqamah atau mungkin Umar bin Thufail. Salah seorang sahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada teman-temannya, "Sebenarnya kita lebih berhak memperoleh emas itu daripada mereka". Hal itu sampai kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau bersabda, "Mengapa kalian tidak mempercayaiku, padahal aku adalah orang yang paling dipercaya di langit dan aku selalu menerima berita dari langit baik pagi maupun sore". Kata Abu Sa'id: Maka berdirilah seorang laki-laki bermata cekung, bertulang pipi dan berdahi menonjol, berjenggot tebal, berkepala gundul, dan menyingsingkan pakaiannya, sambil berkata, "Ya Rasulullah, bertakwalah kepada Allah". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Celaka kamu, bukankah aku ini orang yang paling bertakwa kepada Allah?" Kata Abu Sa'id: kemudian orang itu menyingkir. Khalid bin Walid berkata, "Ya Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan, karena dia mengerjakan solat". Kata Khalid, "Banyak orang solat hanya dengan lidahnya, tanpa hatinya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 'Aku tidak diperintahkan untuk menyelidiki isi hati manusia, juga tidak diperintahkan untuk merobek perut manusia". Ketika orang itu menyingkir, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandangnya dan bersabda, "Dari keturunan orang itu kelak akan muncul orang-orang yang pandai membaca Al-Quran dengan fasih tetapi tidak sampai pada kerongkonga mereka (hanya di bibir belaka). Mereka lepas dari agama sebagaimana lepasnya anak panah dari busur. "Kata perawi: Aku kira Rasulullah juga bersabda, "Jika aku masih hidup dan bertemu dengan orang-orang itu tentu akan aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum tsamud".

BAB 37: PERANG DZUL KHALASHAH
4357 Hadis yang berkaitan dengan jarir mengenai perang Dzul Khalashah sudah disebutkan di muka, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Jarir: "Sudikah kamu membebaskanku dari beban Dzul Khalashah?" Di dalam riwayat ini Jarir mengatakan: Dzul Khalashah adalah suatu rumah di Yaman milik suku Khats'am dan suku Bajilah yang didalamnya terdapat banyak berhala yang disembah. Ketika Jarir tiba di Yaman, ia menjumpai seorang laki-laki yang mengundi nasib dengan mempergunakan anak panah, kemudian laki-laki tersebut diberitahu oleh seseorang: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ada di sini. Jika ia menangkapmu ia akan memenggal lehermu". Suatu ketika laki-laki tersebut sedang mengundi nasib dengan anak panah, tiba-tiba Jarir berhenti di situ dan berkata kepadanya: "Patahkan anak panah itu dan bersaksilah bahwa tiada tuhan selain Allah, atau akan kupenggal lehermu". Maka laki-laki tersebut mematahkan anak panahnya dan bersaksi tiada tuhan selain Allah.

BAB 38: KEPERGIAN JARIR KE YAMAN
4359 Diriwayatkan dari Jarir Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika saya berada di Yaman, saya bertemu dengan dua orang laki-laki Yaman yang bernama Dzu Kala dan Dzu Amr. Saya segera menceritakan kepada mereka perihal Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian Dzu Amr berkata kepada saya, "Jika perihal sahabatmu (yakni Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) yang kau ceritakan itu benar, dia sudah meninggal tiga hari yang lalu". Mereka berdua kemudian pergi bersama saya. Ketika kami sampai di suatu jalan, kami melihat orang-orang berkendaraan datang dari arah Madinah, kemudian kami bertanya kepada mereka, lalu mereka menjawab, "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah wafat dan Abu Bakr telah ditujuk sebagai khalifah". Ketika itu kaum muslimin dalam keadaan baik. Dua orang tersebut mengatakan kepada saya, "Beritahukan kepada sahabatmu (yakni Abu Bakr) bahwa kami telah datang dan insya Allah kami akan kembali lagi ke sini. Kemudian dua orang tersebut pulang ke Yaman.
BAB 39: PERANG SIF AL-BAHR
4360 Diriwayatkan dari Jabir Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengirim pasukan menuju pantai dan beliau menunjuk Abu Ubaidah bin Al-Jarrah sebagai komandan dengan jumlah personil sebanyak 300 orang, kami berangkat (dengan bekal terbatas), sehingga di tengah perjalanan perbekalan kami habis. Abu Ubaidah memerintahkan agar sisa perbekalan pasukan dikumpulkan menjadi satu sehingga terkumpul dua kantong kurma. Setiap hari Abu Ubaidah membagikannya sedikit demi sedikit kepada kami sampai akhirnya masing-masing kami hanya memperoleh jatah satu biji kurma. Saya berkata: "Apakah cukup satu biji kurma untuk satu orang?" Kata Abu Ubaidah: "Kita mengetahui nilainya ketika sudah habis". Kata Jabir: Kemudian kami tiba di pantai, tiba-tiba di situ kami menemukan seekor ikan sebesar bukit kecil. Selama 18 hari pasukan kami memakannya, kemudian Abu Ubaidah memerintahkan mengambil dua tulang rusuk ikan tersebut. Maka ditegakkanlah dua tulang rusuk itu, kemudian Abu Ubaidah memerintahkan mengangkutnya dengan onta. Ketika mendekat, onta tersebut lewat di bawah tulang rusuk ikan itu tanpa menyentuhnya.
4361 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu dia berkata --- pada riwayat lain---: ....maka seekor ikan besar yang disebut ikan anbar terlempar dari laut. Kami memakannya selama setengah bulan dan kami mempergunakan lemaknya untuk meminyaki tubuh kami, sehingga tubuh kami tetap segar. Menurut riwayat lain dari Jabir juga: Abu Ubaidah mengatakan: "Makanlah". Ketika kami tiba di Madinah, kami menceritakan peristiwa itu kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau bersabda: "Makanlah sebagai rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Berikan sebagian sisanya kepada kami". Maka seseorang membawakannya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu beliau memakannya.1
1): Keterangan: Mereka menyangsikan boleh tidaknya makan hewan laut yang sudah mati (menjadi bangkai), kemudian Rasulullah Saw memperbolehkannya.

BAB 40: PERANG UYAINAH BIN HISHN
4367 Diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair Radliyallaahu 'anhu bahwa orang-orang Bani Tamim datang dengan naik hewan untuk menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian Abu Bakr berkata (kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam): "Tunjuklah Al-Qa'qa bin Ma'bad bin Zurarah sebagai pemimpin mereka". Kata Umar: "Tunjuklah Al-Aqra bin Habis sebagai pemimpin mereka" Kata Abu Bakr kepada Umar: "Kamu hanyalah bermaksud menentang saya". Kata Umar: "Saya tak bermaksud menentangmu". Keduanya berdebat sampai bersuara keras, maka turunlah ayat yang berkaitan dengan itu (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, tetapi bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Al-Quran, surah Al-Hujaraat:1).

BAB 41: DELEGASI BANI HANIFAH DAN PERISTIWA TSUMAMAH BIN UTSAL
4372 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengirim pasukan berkuda menuju Najd, kemudian mereka membawa seorang laki-laki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal. Mereka mengikat laki-laki itu di salah satu pilar masjid, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemuinya dan bertanya, "Apa yang kamu miliki, hai Tsumamah?" Tsumamah menjawab, "Saya memiliki kebaikan, hai Muhammad. Jika engkau membunuh saya, engkau membunuh orang yang memiliki hak darah. Jika engkau memberikan kemurahan (dengan membebaskan saya), engkau memberikan kemurahan kepada orang yang pandai berterima kasih. Jika engkau menginginkan harta, mintalah apa yang engkau suka". Maka Tsumamah ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Esok harinya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemui Tsumamah lagi dan bertanya, "Apa yang kamu miliki, hai Tsumamah?" Tsumamah menjawab, "Seperti yang telah saya katakan kepadamu, jika engkau memberikan kemurahan (dengan membebaskan saya), engkau memberikan kemurahan kepada orang yang pandai berterima kasih". Maka Tsumamah ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Pada hari ketiga Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemui Tsumamah lagi dan bertanya, "Apa yang kamu miliki, hai Tsumamah?" Tsumamah menjawab, "Seperti apa yang telah saya katakan kepadamu". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabat, "Bebaskan Tsumamah". Maka Tsumamah pergi ke sumber air di dekat masjid untuk mandi, kemudian dia masuk ke masjid dan mengucapkan, "Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Hai Muhammad, Demi Allah semula tidak ada orang yang paling saya benci selain engkau, tetapi kini tidak ada orang yang paling saya cinta selain engkau. Demi Allah, semula tidak ada agama yang paling saya benci selain agamamu, tetapi kini tiada ada agama yang paling saya senangi selain agamamu. Demi Allah, semula tidak ada negeri yang paling saya benci selain negerimu, tetapi kini tidak ada negeri yang paling saya cintai selain negerimu. Pasukan berkudamu telah menangkap saya ketika saya hendak berumrah. Bagaimana menurutmu?" Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan berita gembira dan menyuruh Tsumamah melaksanakan umrah. Ketika Tsumamah sampai di Mekkah, seseorang bertanya kepadanya, "kau telah berganti agama?" Tsumamah menjawab, "Tidak. Demi Allah. Tetapi saya telah masuk Islam mengikuti Muhammad Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Demi Allah, mulai saat ini tidak ada lagi biji gandum yang datang dari Yamamah kepada kalian (orang-orang kafir Mekkah) kecuali seizin Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam".
4373 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Musailimah Al-Kadzzab sudah muncul pada masa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Musailimah berkata, "Jika Muhammad menyerahkan kepemimpinannya sepeninggalnya nanti kepadaku, aku akan mengikutinya". Musailimah bersama sejumlah besar orang-orang dari sukunya datang ke Madinah, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemuinya dengan didampingi oleh Tsabit bin Qais bin Syammas. Ketika itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang memegang sebatang pelepah kurma dan beliau berhenti di dekat Musailimah yang berada di tengah pengikut-pengikutnya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Musailimah, "Seandainya kamu meminta sebatang pelepah kurma ini dariku niscaya aku tidak akan memberikannya kepadamu. Kamu tidak akan bisa melawan ketetapan Allah mengenai dirimu. Jika kamu memusuhi Islam, pasti Allah akan menghancurkanmu. Sungguh aku melihatmu seperti apa yang telah diperlihatkan kepadaku dalam mimpiku, dan inilah Tsabit bin Qais yang akan menjawab pertanyaanmu atas namaku". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pergi meninggalkannya. Kata Abdullah bin Abbas: Kemudian aku bertanya tentang sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Sungguh aku melihatmu seperti apa yang telah diperlihatkan kepadaku dalam mimpiku", maka aku diberitahu oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi di kedua tanganku terdapat dua gelang emas sehingga aku merasa tidak enak, kemudian dalam mimpi itu aku diberi wahyu untuk meniup dua gelang tersebut. Akupun meniupnya, lalu dua gelang itu terbang. Aku menafsirkan bahwa dua gelang emas tersebut adalah dua orang pendusta yang mengaku sebagai Nabi sepeninggalku nanti". Kata perawi: yang pertama adalah Al-Ansiy dan yang kedua adalah Musailimah.
4375 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Ketika aku sedang tidur, aku diberi kunci kekayaan bumi, kemudian di telapak tanganku diletakkan dua gelang emas yang membuatku tidak senang, lalu aku diperintahkan meniupnya. Aku pun meniup dua gelang itu kemudian hilang. Aku menafsirkan mimpi tersebut bahwa dua gelang emas itu maksudnya adalah dua orang pendusta yang hidup pada masaku, yaitu penguasa Shan'a dan penguasa Yamamah".

BAB 42: KISAH ORANG-ORANG NAJRAN
4380 Diriwayatkan dari Hudzaifah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Al-Aqib dan As-Sayid, dua orang penguasa Najran, datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan maksud mengutuknya, kemudian yang satu mengatakan kepada temannya, "Jangan lakukan itu, karena jika dia (Muhammad) benar-benar seorang Nabi lalu kita mengutuknya, maka kita dan keturunan kita akan celaka". Akhirnya keduanya mengatakan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Sungguh kami akan memberikan kepadamu apa yang kau minta dan utuslah untuk menyertai kami orang yang terpercaya. Jangan mengutus untuk menyertai kami kecuali orang yang terpercaya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sungguh aku akan mengutus orang yang benar-benar terpercaya untuk me nyertaikalian". Kata perawi: Maka para sahabat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masing-masing ingin dirinya terpilih sebagai utusan. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Berdirilah, hai Abu Ubaidah bin Al-Jarrah". Ketika dia berdiri, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Inilah orang yang terpercaya di antara kaum muslimin".
4382 Riwayat lain dari Anas Radliyallaahu 'anhu, berbunyi sebagai berikut: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Setiap umat memiliki orang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di antara umat ini (kaum muslimin) adalah Abdullah bin Al-Jarrah".

BAB 43: KEDATANGAN ORANG-ORANG ASY'ARIYYIN DAN ORANG-ORANG YAMAN
4385 Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kami sekelompok Al-Asy'ariyyin menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian kami minta diberi hewan tunggangan, namun Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menolak memberi kami hewan tunggangan. Kami mengulangi permintaan itu, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersumpah bahwa beliau tidak akan memberi kami hewan tunggangan. Tidak lama kemudian, sejumlah onta hasil rampasan perang dibawa kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau memerintahkan agar kami diberi lima ekor onta. Ketika kami mengambil onta-onta itu kami berkata, "Kita ini telah membuat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengabaikan sumpahnya. Kita selamanya tidak akan beruntung". Maka aku menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata, "Ya Rasulullah, engkau telah bersumpah tidak akan memberikan hewan tunggangan kepada kami, tetap sekarang engkau memberikannya kepada kami?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda , "Memang, tetapi aku menyatakan sumpah kemudian aku mengetahui ada keputusan lain yang lebih baik, niscaya tidak ada yang aku pilih kecuali yang lebih baik itu, sehingga aku membatalkan sumpah tersebut".
4388 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang-orang Yaman telah datang kepadamu, mereka berhati lembut dan lunak. Iman adalah Yaman dan hikmah adalah Yaman. Kebanggaan dan kesombongan ada di kalangan pemilik onta, dan ketentraman serta ketenangan ada di kalangan pemilik kambing".1
1): Keterangan: Demikianlah gambaran sosial ekonomi dan perilaku pada saat itu.

BAB 44: HAJI WADA
4400 Hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu mengenai solat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di Ka'bah sudah disebutkan di depan (nomor hadis 296). Pada riwayat ini Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu menuturkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan solat di tempat yang didekatnya terdapat pualam (marmer) merah.
4404 Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan perang suci sebanyak 19 kali dan sesudah berhijrah beliau melaksanakan suatu ibadah haji yang beliau tidak lagi melaksanakan ibadah haji sesudah itu. Haji tersebut adalah haji Wada.
4406 Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Masa sudah berlalu sebagaimana keadaannya semula ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah 12 bulan. Dari 12 bulan itu terdapat empat bulan yang mulia, yang tiga berturut-turut, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram, yang satu lagi adalah Rajab yang juga dihormati oleh suku Mudhar, antara bulan Jumada Al-Tsani dan Sya'ban. Sekarang ini bulan apa?" Kami menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam diam, sehingga kami mengira beliau akan memberi nama bulan ini dengan nama lain. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Bukankah sekarang ini bulan Dzul Hijjah?" Kami menjawab: "Benar". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya lagi: "Kota apa ini?" Kami menjawab: "Allah dan RasulNya lebih tahu". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam diam, sehingga kami mengira beliau akan memberi nama kota ini dengan nama lain, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Bukankah ini kota Mekkah?" Kami menjawab: "Benar". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya lagi: Hari apa ini?" Kami menjawab: "Allah dan RasulNya lebih tahu". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam diam, sehingga kami mengira beliau akan memberi nama hari ini dengan nama lain. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya lagi: "Bukankah ini hari Nahr (hari qurban)?" Kami menjawab: "Benar". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian --- kata perawi: Mungkin Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda: "dan kehormatan kalian". ---adalah mulia dan haram dilanggar oleh sesama kalian, sebagaimana mulianya hari ini, di kota ini, di bulan ini. Kalian akan bertemu dengan Tuhan kalian, kemudian Dia akan bertanya kepada kalian mengenai amal perbuatan kalian. Perhatikanlah, janganlah kalian menjadi sesat kembali sepeninggalku dengan saling memenggal le hersesama kalian. Orang yang hadir di sini harus menyampaikan pesan ini kepada orang yang tidak hadir. Mungkin sebagian orang yang tak hadir setelah menerima pesan ini lebih memahaminya daripada orang yang hadir. Ketahuilah, bukankah aku sudah menyampaikan wahyu Allah?" Beliau mengulanginya dua kali.
4411 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa pada haji wada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mencukur habis rambutnya, juga kebanyakan sahabatnya, sedangkan sebagian yang lain memendekkannya (tanpa mencukur habis).

BAB 45: PERANG TABUK ATAU PERANG AL-USRAH
4415 Diriwayatkan dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Aku diutus oleh para sahabatku kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk memintakan kepada beliau hewan tunggangan untuk mereka, karena mereka menyertai beliau dalam pasukan perang Al-Usrah atau perang Tabuk. Aku katakan, "Wahai Nabi, para sahabatku mengutusku kepada anda agar anda memberi mereka hewan tunggangan". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Demi Allah, aku tidak akan memberimu apapun". Kata Abu Musa: Aku bertemu dengan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau sedang marah namun aku tidak mengerti. Aku kembali dengan perasaan sedih karena penolakan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan karena khawatir beliau marah sebab aku. Aku pulang menemui teman-temanku, lalu aku beritahukan kepada mereka apa yang telah dikatakan oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Sejenak kemudian aku mendengar Bilal memanggil, "Hai Abdullah bin Qais (yakni Abu Musa)". Aku menjawabnya, kemudian dia mengatakan, "Datangilah panggilan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam". Ketika aku menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beliau bersabda, "Ambillah dua onta ini dan ambillah dua onta itu". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menunjuk enam ekor onta yang beliau beli dari Sa'd. Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selanjutnya, "Bawalah onta-onta itu kepada teman-temanmu dan katakan kepada mereka, "Allah ---atau Rasulullah--- memberikan hewan tunggangan ini kepada kalian, gunakanlah sebagai hewan tunggangan". Kata Abu Musa: Aku membawa onta-onta itu kepada teman-temanku dan aku katakan kepada mereka, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberikan hewan tunggangan ini kepada kalian, tetapi demi Allah, aku tidak akan meninggalkan kalian sehingga ada sebagian dari kalian menyertaiku untuk menemui orang yang turut mendengar sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan agar kalian tidak menuduhku menyampaikan sesuatu yang tidak disabdakan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ".Maka mereka berkata kepadaku, "Demi Allah, kamu kami anggap orang yang bisa dipercaya dan kami pasti akan melaksanakan apa yang kamu mau". Maka Abu Musa pergi bersama sejumlah orang dari sukunya, sehingga mereka menemui orang-orang yang turut mendengar langsung sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang berisi penolakan beliau terhadap permintaan Abu Musa dan teman-temannya yang kemudian disusul dengan pemberian beliau kepada mereka. Orang-orang yang mereka temui tersebut memberitahukan kepada mereka hal yang sama yang telah diberitahukan kepada mereka oleh Abu Musa.
4416 Diriwayatkan dari Sa'd bin Abi Waqqas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat ke perang Tabuk dengan menunjuk Ali Radliyallaahu 'anhu sebagai wakilnya di Madinah, kemudian Ali Radliyallaahu 'anhu mengatakan: "Apakah anda menugaskan saya sebagai wakil anda untuk mengurus anak-anak dan kaum wanita?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Mengapa kamu tidak rela mendapat posisi di sisiku sebagaimana posisi Harun di sisi Musa? Hanya saja sesudah aku tidak ada Nabi lagi".

BAB 46: KISAH KA'B BIN MALIK RA DAN FIRMAN ALLAH AZZA WA JALLA: "(DAN DIA MEMBERI TAUBAT) DAN ORANG ---
4418 Diriwayatkan dari Ka'b bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Aku tidak pernah tertinggal oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam suatu pertempuran kecuali perang Tabuk, namun aku juga tidak ikut dalam perang Badr. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak menegur orang yang tidak turut dalam perang Badr, karena kepergian beliau sebenarnya hanya untuk mencari kafilah orang-orang kafir Quraisy, sehingga Allah mempertemukan kedua pasukan tanpa perjanjian sebelumnya. Aku menyertai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada malam Aqabah ketika kami menyatakan kesetiaan untuk membela Islam. Aku tidak suka membandingkan keikutsertaanku pada malam Aqabah senilai dengan mengikuti perang Badr, meskipun bagi kebanyakan orang perang Badr lebih populer. Kisah mengenai diriku sebagai berikut: Pada saat perang Tabuk berlangsung, aku dalam keadaan kuat dan berkecukupan, namun aku tidak turut dalam parang tersebut. Demi Allah, semula aku tidak memiliki onta hingga dua ekor, tetapi ketika perintah perang tersebut tiba aku memiliki dua ekor onta. Ketika akan berperang, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya merahasiakannya, tetapi lain halnya dengan perang Tabuk yang harus dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam cuaca yang amat panas denganperjalanan yang jauh, dengan perbekalan yang cukup untuk menghadapi musuh dalam jumlah besar, sehingga Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan perintah perang dengan jelas kepada kaum muslimin agar mereka bisa menyiapkan diri untuk bertempur. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberitahukan kepada mereka maksud pertempuran yang beliau kehendaki. Jumlah kaum muslimin yang mengikuti Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam perang Tabuk sangat banyak, sehingga tidak ada seorang pencatat yang bisa mendaftar nama-nama mereka secara lengkap. Ka'b mengatakan: Seorang muslim yang ingin tidak ikut dalam perang Tabuk mengira bahwa dirinya tidak akan diketahui jika tidak ikut selama tidak ada wahyu Allah yang turun mengenai dirinya. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat ke perang Tabuk, buah-buahan banyak yang menua dan amat rimbun, sehingga Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan kaum muslimin bisa mempergunakannya untuk perbekalan. Aku segera pergi mencari perbekalan untuk ikut bertempur, tetapi kemudian aku pulang tanpa berbuat apapun. Aku berkata kepada diriku sendiri, "Aku pasti bisa memperoleh perbekalan. Aku selalu menunda-nunda persiapan, sementara orang-orang sangat giat mempersiapkan perbekalan ".Pada suatu pagi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berangkat dengan disertai oleh kaum muslimin, sementara aku belum menyiapkan apapun. Aku berkata, "Satu atau dua hari kemudian aku akan memperoleh perbekalan, lalu aku akan menyusul mereka". Ketika orang-orang sudah berangkat, aku pergi mencari perbekalan, tetapi kemudian aku pulang tanpa melakukan sesuatu. Aku selalu seperti itu sehingga orang-orang sudah pergi dengan cepat dan perang tidak bisa aku ikuti (padahal sebenarnya aku bisa mengikutinya jika aku mau). Aku ingin rasanya menyusul ke medan perang, tetapi ternyata aku ditakdirkan tidak ikut berperang. Setelah keberangkatan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ke medan perang, aku merasa sedih setiap kali aku keluar rumah, karena tidak ada orang yang bisa aku temui kecuali mereka yang dituduh munafik karena tidak ikut berperang, atau mereka yang berhalangan yang dimaafkan oleh Allah karena fisik mereka memang lemah sehingga tidak turut berperang. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak men yebutnamaku sampai beliau di Tabuk. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya ketika beliau duduk di tengah orang banyak di Tabuk, "Apa yang dilakukan oleh Ka'n?" Seorang laki-laki dari Bani Salimah menjawab, "Ya Rasulullah, Ka'b mengurus dua pakaian burdahnya dan ribut memandang keelokan dua panggulnya". Mu'adz bin Jabal mengatakan, "Sungguh jelek ucapanmu. Ya Rasulullah, Demi Allah, tidak ada yang kami ketahui mengenai Ka'b kecuali kebaikan". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam diam. Ka'b bin Malik melanjutkan penuturan kisahnya: Ketika aku mendengar berita bahw Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sudah berangkat pulang menuju Madinah beserta pasukan muslimin, muncullah kegundahanku. Aku mulai menggagas alasan bohong agar esok Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak memarahiku, dan dalam hal ini aku juga meminta saran kepada keluargaku yang bisa memberikan pandangan. Ketika aku mendapat informasi bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam hampir tiba di Madinah hilanglah gagasan kedustaanku. Aku mengerti bahwa aku tidak akan bisa menghindari kemarahan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan alasan yang dusta, maka aku bertekad untuk berkata jujur kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Rasulllah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah pada pagi hari. Apabila dari perjalanan jauh, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya masuk ke masjid dulu, kemudian melaksanakan solat dua rakaat, lalu duduk bersama para sahabatnya. Pada saat itulah beliau ditemui oleh orang-orang yang tidak turut berperang. Mereka segera menyampaikan alasan dan sumpah kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam atas tidak ikutnya mereka dalam perang Tabuk. Mereka berjumlah lebih dari 80 orang laki-laki. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menerima alasan yang mereka sampaikan, meminta mereka menyatakan baiat (janji setia) dan memohonkan ampunan untuk mereka, serta menyerahkan rahasia yang mereka simpan kepada Allah Swt. Aku menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Ketika aku mengucapkan salam, beliau tersenyum dengan senyuman orang marah. Beliau memanggilku, "Kemarilah". Aku pun berjalan mendekat, lalu duduk di hadapan beliau. Beliau bertanya kepadaku, "Mengapa kamu tidak ikut berperang? Bukankah kamu sudah membeli hewan tunggangan?" Aku menjawab, "Benar, ya Rasulullah. Demi Allah, seandainya aku duduk di dekat orang selain Anda (seandainya orang yang aku hadapi ini bukan anda) aku pasti memilih menghindari kemarahannya dengan aku sampaikan berbagai alasan yang aku buat-buat, karena aku diberi kemahiran berdebat, tetapi demi Allah, aku tahu bahwa jika pada hari ini aku menyampaikan alasan palsu kepada Anda agar anda tidak memarahiku pasti Allah akan membuat anda marah kepadaku. Jika aku berkata jujur kepada anda sehingga anda memarahiku, maka dengan itu aku memang mengharap ampunan Allah. Demi Allah, aku tidak mempunyai satu alasanpun. Ketika aku tidak turut berperang, aku dalam keadaan sehat, kuat, dan dalam kecukupan". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Orang ini berkata jujur. Berdirilah sehingga Allah memberikan keputusan mengenai dirimu". Akupun berdiri. Orang-orang dari Bani Salimah segera mengejar dan mengikutiku. Mereka berkata kepadaku, "Demi Allah, kami tidak pernah mengetahui kamu berbuat dosa sebelum ini. Kamu tidak akan mampu menyampaikan alasan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam seperti orang-orang lain yang juga tidak turut berperang. Sebenarnya dosamu cukup diatasi dengan permohonan ampunan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kepada Allah untumu". Kata Ka'b: Mereka selalu mendesakku untuk menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lagi sehingga aku ingin kembali kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk menyampaikan alasan dusta. Aku tanyakan kepada mereka, "Apakah ada orang lain yang senasib denganku?" Mereka menjawab, "Ya, ada dua orang yang berkata seperti kamu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu dikatakan kepada keduanya seperti yang dikatakan kepadamu". Aku bertanya, "Siapa dua orang itu?" Mereka menjawab: "Murarah bin Al-Rabi Al-Amri dan Hilal bin Umayyah Al-Waqifi".Mereka menyebutkan kepadaku dua orang laki-laki saleh yang turut serta dalam perang Badr yang keduanya bisa diteladani. Kegundahanku aku lupakan ketika mereka menyebut dua orang itu. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang kaum muslimin berbicara dengan kami, tiga orang yang tidak ikut dalam perang Tabuk, orang-orang menjauhi kami dan mereka berubah sikap terhadap kami, sehingga bumi ini asing bagi kami, tidak serperti bumi yang kami kenal sebelumnya. Selama 50 hari kami mengalami seperti itu. Dua orang temanku (Murarah dan Hilal) mengurung diri di rumah sambil menangis, sedangkan aku yang masih sangat muda dan tegar tetap saja keluar untuk menghadiri solat jamaah bersama kaum muslimin. Aku juga berkeliling di pasar, namun tidak seorangpun menyapaku. Aku menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan mengucapkan salam kepadanya ketika beliau sedang duduk bersama para sahabat seusai solat. Aku berkata dalam hati, "Apakah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menggerakkan bibirnya ataukah tidak, untuk menjawab salamku?" Kemudian aku mengerjakan solat di dekat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu aku mencuri pandang kepadanya. Ketika aku akan memulai solat, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menghadap ke arahku, namun ketika aku menoleh ke arah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau berpaling dariku. Ketika sikap keras orang-orang tersebut cukup lama aku alami, aku berjalan sehingga aku melompati tembok kebun Abu Qatadah, sepupuku dan orang yang paling aku cintai. Aku mengucapkan salam kepadanya, tetapi demi Allah, dia tidak membalas salamku. Kemudian aku berkata, "Hai Abu Qatadah, aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apakah kamu tahu bahwa aku mencintai Allah dan RasulNya?" Abu Qatadah diam saja, lalu aku mengulangi ucapanku dengan sumpahku, namun dia tetap saja diam. Untuk ketiga kalinya aku mengulangi ucapanku dengan sumpahku kepadanya dengan nama Allah, kemudian dia berkata, "Allah dan RasulNya yang lebih tahu". Maka airmataku pun bercucuran mendengar jawaban Abu Qatadah, lalu aku kembali dengan melompati pagar. Ketika aku sedang berjalan di pasar Madinah, seorang nabathiy/petani Nasrani dari Syam yang menjual bahan makanan di Madinah berkata, "Adakah orang yang sudi menunjukkanku kepada Ka'b bin Malik?" Orang-orang segera memberinya petunjuk untuk menemuiku. Ketika dia menemuiku, dia menyerahkan sepucuk surat kepadaku dari raja Ghassan yang isinya, "Amma ba'du, aku mendapat informasi bahwa temanmu (maksudnya Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) telah bersikap keras kepadamu, sedangkan Allah tidak akan membuatmu tinggal di negeri di mana kamu dihinakan dan disia-siakan, karena itu bergabunglah dengan kami, kami akan menerimamu dengan senang hati". Kata Ka'b bin Malik: Setelah mebaca surat ini, aku berkata, "Ini adalah ujian juga". Lalu aku remas-remas surat itu kemudian aku membakarnya. Ketika 40 hari sudah berlalu dari 50 hari yang akan berlangsung, utusan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menemuiku untuk menyampaikan pesan, "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruhmu menjauhi istrimu". Aku bertanya, "Aku harus menceraikannya atau aku harus berbuat apa?" Utusan tersebut menjawab, "Jauhi saja dan jangan mendekatinya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam juga menyampaikan pesan seperti itu melalui utusannya kepada dua orang temanku (Murarah dan Hilal). Aku berkata kepada istriku, "Pulanglah ke rumah keluargamu dan tinggallah di sana sampai Allah memberi keputusan dalam persoalan ini". Kata Ka'b selanjutnya: Istri Hilal bin Umayyah menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: "Ya Rasulullah, Hilal bin Umayyah adalah laki-laki yang sudah tua yang perlu perawatan, sedangkan dia tidak memiliki pembantu, bolehkah aku melayaninya?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan, dia tidak boleh mendekatimu". Istri Hilal berkata lagi, "Demi Allah, Hilal sudah tidak memiliki kemauan seksual sedikitpun dan dia senantiasa menangis semenjak menghadapi persoalannya itu hingga sekarang ini". Kata Ka'b bin Malik: Mendengar berita itu sebagian keluargaku bertanya kepadaku, "Sebaiknya kamu meminta izin kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam perihal istrimu untuk melayanimu sebagaimana pemberian izin Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kepada istri Hilal untuk melayani suaminya". Aku berkata, Demi Allah, aku tidak akan meminta izin kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam perihal istriku. Aku tidak tahu apa jawaban Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang akan diberikan jika aku meminta izin kepadanya perihal istriku, karena aku masih muda". Sepuluh hari kemudian, yaitu setelah genap 50 hari terhitung sejak Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang kaum muslimin berbicara dengan kami (aku dan dua orang yang lain), aku melaksanakan solat subuh pada hari ke 50 tersebut di atas atap rumahku. Ketika aku sedang duduk dalam keadaan gundah dan bumi terasa sempit bagiku ---seperti yang dijelaskan oleh Allah Swt di dalam Al-Quran mengenai diriku--- tiba-tiba aku mendengar teriakan seseorang yang mendaku gunung Sal dengan sekeras-kerasnya, "Hai Ka'b bin Malik, berbahagialah!" Kata Ka'b: Mendengar itu aku merebahkan diri untuk bersujud, karena aku tahu bahwa telah datang pembebasan untukku. Seusai solat subuh, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengumumkan bahwa Allah telah menerima taubat kami. Orang-orang segera menyampaikan berita gembira kepada kami, juga kepada dua orang teman kami. Seorang laki-laki berkuda segera menemuiku untuk menyampaikan berita tersebut, begitu pula seorang pejalan kaki dari Bani Aslam yang menyusuri jalan pegunungan dengan suaranya yang sampai kepadaku lebih cepat daripada kuda. Ketika orang yang suaranya bisa aku dengar itu datang menemuiku dengan membawa berita gembira tentang diterimanya taubatku, aku melepas bajuku kemudian aku berikan kepada orang tersebut. Aku berikan bajuku kepada dua orang itu (pengendara kuda dan pejalan kaki) atas berita gembira yang mereka sampaikan kepadaku, padahal ketika itu aku hanya memiliki dua baju tersebut, sehingga setelah itu aku mencari pinjaman dua baju untuk aku pakai. Aku berangkat menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian orang-orang menyambutku dengan gembira sambil mengucapkan, "Selamat atas diterimanya taubatmu oleh Allah". Ketika aku memasuki masjid, aku melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang duduk dengan dikelilingi oleh para sahabat. Thalhah bin Ubaidillah berdiri menyambutku, menjabat tanganku dan mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah, tidak ada seorangpun dari kaum Muhajirin yang berdiri untuk menyambutku kecuali Thalhah, maka aku tidak bisa melupakannya. Kata Ka'b selanjutnya: Ketika aku mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda dengan wajah berseri-seri karena gembira, "Bergembiralah dengan hari terbaikmu ini semenjak kamu dilahirkan oleh ibumu". Kata Ka'b: Aku bertanya, "Ya Rasulullah, apakah ampunan untukku ini dari anda ataukah dari Allah?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Tidak dari aku, tetapi dari Allah". Biasanya ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam keadaan gembira wajahnya bersinar bagai bulan purnama dan kami bisa mengetahui hal itu. Ketika aku duduk di hadapan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, aku berkata, "Ya Rasulullah, karen taubatku telah diterima oleh Allah, aku akan menyedekahkan semua hartaku karena Allah dan RasulNya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sisakan sebagiannya untuk dirimu, karena demikian itu akan lebih baik bagimu". Aku berkata: Kalau begitu yang aku sisakan untukku adalah hartaku dari hasil pembagian rampasan perang yang ada di Khaibar. Aku berkata, "Ya Rasulullah, Allah telah menyelamatkanku hanyalah karena aku berkata benar, dan sebagai bagian dari taubatku aku tidak akan mengatakan kecuali kebenaran selama hidupku. Demi Allah, aku tidak tahu apakah ada orang lain yang diuji oleh Allah karena berkata benar yang mendapat balasan lebih bai daripada yang aku terima sejak aku berkata jujur kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam". Sejak aku mengatakan hal itu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, aku tidak berkeinginan untuk berkata dusta sampai sekarang ini, dan aku berharap Allah senantiasa melindungiku dari kedustaan seumur hidupku. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (yang artinya): "Sungguh Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar ....dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar". (Al-Quran, surah At-Taubah:117-119). Demi Allah, setelah Allah membimbingku memeluk Islam, tidak ada nikmat yang diberikanNya kepadaku yang lebih besar bagiku daripada kejujuranku kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sehingga aku tidak berdusta kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang membuatku celaka sebagaimana celakanya orang-orang yang berdusta, karena Allah berfirman kepada mereka tentang kejelekan mereka yang tiada tara: "Mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah apabila kamu kembali kepada mereka ....maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik". (Al-Quran, surah At-Taubah:95-96). Kata Ka'b: Kami bertiga tidak termasuk dalam kelompok orang-orang yang sumpah palsu mereka diterima oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau meminta baiat mereka dan memohonkan ampunan kepada Allah untuk mereka, sedangkan persoalan kami diserahkan kepada Allah oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, yang akhirnya Allah sendiri yang memberikan keputusan. Dalam hal ini Allah berfirman: "Dan terhadap tiga orang yang penerimaan taubat mereka ditangguhkan...". (Al-Quran, surah At-Taubah:188). Dalam ayat tersebut tidak bermaksud menyebutkan dosa kami karena tidak ikut bertempur dalam perang Tabuk, melainkan yang dimaksudkan adalah penundaan Allah dalam menerima taubat kami dan penyerahan persoalan kami kepada Allah oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, tidak seperti orang-orang yang membuat sumpah dan alasan palsu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu beliau menerima alasan mereka.
BAB 47: SURAT NABI SAW KEPADA KISRA (RAJA PERSI) DAN KAISAR (RAJA ROMAWI)
4425 Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada saat perang Al-Jamal, Allah memberiku keuntungan dengan adanya satu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Ketika aku hamir saja bergabung untuk bertempur di pihak pasukan Al-Jamal (pihak Aisyah ra). Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendapat berita bahwa orang-orang Persi mengangkat putri Kisra sebagai penguasa, beliau bersabda, "Tidak akan beruntung orang-orang yang mengangkat seorang perempuan sebagai penguasa mereka".

BAB 48: SAKIT NABI SAW DAN WAFATNYA
4433 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika sakit menjelang wafat, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengangkat Fathimah. Beliau membisikkan suatu rahasia kepada Fathimah sehingga dia menangis. Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggil Fathimah lagi, lalu beliau membisikkan kepadanya suatu rahasia sehingga dia tersenyum. Kata Aisyah: (Setelah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat) kami menanyakan hal itu kepada Fathimah, lalu dia menjawab, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membisikkan rahasia kepadaku bahwa beliau akan wafat dalam sakit tersebut, sehingga aku menangis, kemudian beliau membisikkan rahasia lagi kepadaku bahwa akulah orang pertama dari keluarga beliau yang akan menyusul beliau, maka akupun tersenyum".1
1): Keterangan: Tiga bulan sepeninggal Rasulullah Saw, Fathimah wafat.
4435 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah mendengar (dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bahwa seorang Nabi tidaklah wafat sebelum diberi pilihan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sakit menjelang wafat dan suaranya mulai parau, saya mendengarnya membaca ayat Al-Quran (yang artinya): "....bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah...". (Al-Quran, surah An-Nisaa:69(, maka saya menduga bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sudah diberi pilihan tersebut.
4437 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika dalam keadaan segar bugar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Seorang Nabi tidaklah wafat sebelum melihat tempatnya di surga, kemudian dia diberi pilihan antara kehidupan dunia atau kehidupan surga. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sakit menjelang wafat, beliau tidak sadar ketika kepalanya berada dalam pangkuan saya. Ketika sadar, beliau memandang ke arah atap rumah lalu mengucapkan, "Ya Allah, tempatkan aku di sisi Kekasih Yang Maha Tinggi". Aisyah mengatakan: Berarti Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak memilih hidup lebih lama lagi bersama kami. Kata Aisyah: Saya mengerti bahwa hal itu sesuai dengan apa yang pernah beliau sabdakan ketika beliau dalam keadaan segar bugar.
4439 Diriwayatkan dari Aisyah ra: Apabila Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sakit, biasanya beliau membaca surah Mu'awwidzat, kemudian meniupkan nafasnya kepada dirinya sendiri dan mengusapkan tangannya ke seluruh tubuhnya. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sakit menjelang wafat, saya pun membaca surah Mu'awwdzat kemudian saya tiupkan nafas saya ke seluruh tubuh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana yang biasa beliau lakukan, dan saya mengusapkan tangan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ke seluruh tubuhnya.
4440 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Aku mendengar ucapan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjelang wafatnya ketika beliau menyandarkan punggungnya kepadaku, "Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi".
4446 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat ketika beliau berada di antara dada dan daguku. Aku tidak pernah mengalami kesedihan karena ditinggal mati oleh seseorang sepeninggal Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.
4447 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Ali bin Abi Thalib Radliyallaahu 'anhu keluar dari rumah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau sakit menjelang wafat, lalu orang-orang bertanya: "Hai Abul Hasan (yakni Ali bin Abi Thalib), bagaimana keadaan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?" Ali Radliyallaahu 'anhu menjawab: "Alhamdulillah, sudah sembuh". Kemudian Abbas bin Abdul Mutthalib memegang tangan Ali dan berkata kepadanya: "Demi Allah, tiga hari lagi kamu akan diimpin oleh orang lain. Demi Allah, menurutku Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam akan wafat karena sakitnya sekarang ini, karena aku tahu keadaan wajah anak cucu Abdul Mutthalib ketika akan wafat. Mari kita pergi menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk kita tanyakan siapa yang akan menjadi khalifah. Jika khalifah itu dari kelompok kita, kita akan mengetahuinya dan jika selain dari kita, kita akan mengetahuinya, kemudian beliau akan meninggalkan wasiat kepada kita". Ali Radliyallaahu 'anhu berkata: "Demi Allah, jika kita bertanya kepada Rasullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengenai khalifah kemudian beliau menolak memberikannya kepada kita, maka orang-orang sepeninggal beliau tidak akan memberikan jabatan khalifah kepada kita. Demi Allah, aku tidak akan menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam".
4449 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Di antara nikmat Allah yang diberikan kepadaku adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat di rumahku, ketika pada giliranku, dan dalam posisi antara dadaku dan daguku, serta Allah memadukan antara air liurku dengan air Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada saat wafatnya. Ketika aku menyandarkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Abdurrahman masuk menemuiku dengan membawa siwak. Aku melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandang siwak tersebut dan aku mengerti bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyukai siwak. Aku berkata kepadanya, "Maukah anda aku ambilkan siwak itu?" Beliau menganggukkan kepala yang bermakna "ya". Aku kemudian mengambil siwak untuknya, tetapi agaknya terlalu keras untuknya, lalu aku tawarkan lagi, "Maukah anda jika aku lunakkan siwak itu?" Beliau menganggukkan kepala yang berarti "ya". Maka aku melunakkan siwak itu kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membersihkan giginya dengan siwak tersebut. Di hadapan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terdapat bejana berisi air. Beliau memasukkan tangannya ke dalam air itu kemudian mengusapkannya pada wajahnya sambil mengucapkan: "Laa ilaaha illaallaah, sungguh kematian itu disertai penderitaan dan kesengsaraan". Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan: "Bersama Kekasih Yang Maha Tinggi". Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat dan tangannya terkulai.
4458 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sakit, kami membalurkan obat-obatan pada mulutnya, lalu beliau berisyarat, "Jangan kau membalurkan obat-obatan pada mulutku". Kami berkata: Orang sakit memang maunya tidak menyukai obat. Ketika sadar, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Bukankah aku melarangmu membalurkan obat pada mulutku?" Kami berkata: Orang sakit maunya memang tidak menyukai obat. Beliau bersabda, "Di rumah ini tidak ada seorangpun yang tidak dibalur mulutnya dengan obat ketika sakit dan aku pun melihatnya, kecuali Abbas karena dia tidak menyaksikanmu (pada saat kau balur mulutku)".
4462 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, di berkata: Ketika sakit Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam semakin parah, beliau mulai tidak sadar, lalu Fathimah mengatakan, "Betapa berat penderitaan ayahku". Mendengar itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Fathimah, "Setelah hari ini ayahmu tidak lagi menderita".

BAB 49: WAFAT NABI SAW
4466 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat pada usia 63 tahun.

0 komentar: