Kitab Tentang Keutamaan Sahabat Nabi SAW

BAB 1: KEUTAMAAN ABU BAKR
3659 Diriwayatkan dari Jabir bin Muth'im Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Seorag perempuan menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau menyuruhnya kembali lagi di lain waktu. Perempuan itu bertanya, "Bagaimana jika saya nanti tidak bertemu Anda?" (sepertinya perempuan itu bermaksud: "Bagaimana jika Anda sudah wafat?") Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jika kamu tidak bertemu denganku, temuilah Abu Bakr ra".
3660 Diriwayatkan dari Ammar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya hanya ditemani oleh 5 orang budak, dua orang perempuan, dan Abu Bakr (mungkin ini ketika pengikut beliau sangat sedikit pada masa awal Islam).
3661 Diriwayatkan dari Abu Darda Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Suatu ketika saya duduk bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, tiba-tiba Abu Bakr datang sambil menyingsingkan pakaiannya hingga kedua lututnya terlihat. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Temanmu itu pasti habis bertengkar". Abu Bakr mengucapkan salam kemudian berkata, "Ya Rasulullah, saya baru saja bertengkar dengan Umar bin Khattab. Saya berkata kasar kepadanya, lalu saya menyesal. Saya sudah meminta maaf kepadanya, namun dia menolak, sehingga saya sekarang menemui Anda". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Semoga Allah mengampunimu hai Abu Bakr". Beliau mengulangi ucapan itu tiga kali. Umar juga menyesal kemudian datang ke rumah Abu Bakr. Umar bertanya, "Apakah Abu Bakr di rumah?" Keluarganya menjawab, "Tidak". Umar segera menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan mengucapkan salam. Wajah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tampak tidak berseri-seri, sehingga Abu Bakr merasa iba. Abu Bakr segera berlutut dan berkata, "Ya Rasulullah, demi Allah, kezaliman saya kepada Umar melebihi kezaliman Umar kepada saya". Abu Bakr mengulangi kata-kata itu dua kali, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Ketika Allah mula-mula mengutusku sebagai Rasul, kalian mengatakan, "Muhammad berdusta, sedangkan Abu Bakr ketika itu langsung berkata, "Muhammad benar", Abu Bakr telah membelaku dengan dirinya dan hartanya. Mengapa kalian menyakiti sahabatku ini (Abu Bakr)?" Beliau mengulangi kata-kata itu dua kali. Semenjak itu Abu Bakr tidak pernah disakiti hatinya.


3662 Diriwayatkan dari Amr bin Al-Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menugasinya memimpin pasukan pada perang Dzat As-Salasil. Kata Amr bin Al-Ash: Saya menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu saya bertanya, "Siapa orang yang paling Anda cintai?" Beliau menjawab, "Aisyah". Saya bertanya lagi, "Dari kalangan laki-laki?" Beliau menjawab, "Ayahnya". Saya bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Umar bin Al-Khattab". Lalu beliau menyebut beberapa nama laki-laki.
3665 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulllah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Siapa yang berjalan dengan menyeret pakaiannya yang menyentuh tanah dengan sombong/bangga, kelak pada hari kiamat Allah tidak mau melihatnya". Abu Bakr berkata, "Salah satu bagian ujung pakaian saya ini menyentuh tanah jika saya tidak berhati-hati ketika berjalan?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tetapi engkau tidak melakukan hal itu dengan bangga/sombong".
3674 Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari Radliyallaahu 'anhu bahwa dia berwudu di rumahnya kemudian keluar. Kata Abu Musa: Saya akan selalu bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada hari ini. Abu Musa datang ke masjid, lalu bertanya tentang Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Orang-orang menjawab, "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar menuju arah sana". Abu Musa pergi mengikuti jejak Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan terus bertanya tentang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sehingga dia tiba di sumur Aris. Dia duduk di dekat pintu yang terbuat dari pelepah pohon kurma sampai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyelesaikan hajatnya. Setelah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudu, Abu Musa menghampiri beliau yang sedang duduk di atas bibir sumur Aris dengan menyingsingkan pakaian di betisnya dan menjulurkan kakinya ke dalam sumur. Abu Musa mengucakan salam kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu kembali lagi ke dekat pintu. Kata Abu Musa: Hari ini saya akan menjadi penjaga pintu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Maka datanglah Abu Bakr dan mengetuk pintu. Saya bertanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Abu Bakr". Saya katakan, "Tunggu". Saya mendekati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata, "Ya Rasulullah, ada Abu Bakr, dia minta izin masuk?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Izinkan dia masuk dan sampaikan berita gembira kepadanya bahwa dia akan masuk surga". Saya kembali menemui Abu Bakr, lalu saya katakan kepadanya, "Silahkan masuk, dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberitahukan kabar gembira bahwa kamu akan masuk surga". Abu Bakr masuk, kemudian duduk di sebelah kanan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di bibir sumur tersebut sambil menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan menyingsingkan pakaian di betisnya. Saya kembali ke pintu dan duduk. Saya meninggalkan saudara saya yang masih berwudu yang akan menyusul saya. Saya berkata, "Jika Allah menghendaki kebaikan untuk saudara saya tentu Allah akan mendatangkannya kemari". Kemudian ada seseorang mendorong pintu, lalu saya bertanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Umar bin Khattab". Saya katakan, "Tunggu". Saya segera mendekati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan mengucapkan salam lalu saya beritahukan, "Ada Umar bin Khattab yang mohon izin masuk?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Izinkan dia masuk dan beritahukan kabar gembira kepadanya bahwa dia akan masuk surga". Saya kembali menemui Umar dan saya katakan kepadanya, "Silahkan masuk, dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan kabar gembira kepadamu bahwa kamu akan masuk surga". Umar pun masuk, lalu duduk bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di bibir sumur di sebelah kiri beliau dengan menjulurkan kakinya ke dalam sumur. Saya kembali ke pintu dan duduk. Saya katakan, "Jika Allah menghendaki kebaikan untuk saudara saya yang akan menyusul saya tentu Allah akan mendatangkannya kemari". Kemudian ada seseorang mendorong pintu, lalu saya bertanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Utsman bin Affan". Saya katakan, "Tunggu". Saya segera mendekati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk memberitahukan kehadiran Utsman bin Affan. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Izinkan dia masuk dan beritahukan kabar gembira kepadanya bahwa dia akan masuk surga atas bencana yang akan menimpanya". Saya kembali ke pintu menemui Utsman bin Affan dan saya katakan kepadanya, "Silahkan masuk, dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberitahukan kabar gembira kepadamu bahwa kamu akan masuk surga atas bencana yang akan menimpamu". Maka Utsman pun masuk dan mendapati bibir sumur sudah penuh (karena sudah diduduki oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakr, dan Umar), maka Utsman duduk di hadapan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada bagian lain.
3673 Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Janganlah mencaci para sahabatku, karena seandainya kalian menginfakkan harta kalian di jalan Allah berupa emas sebesar gunung Uhud, pahalanya tidak akan bisa menyamai satu atau setengah mudd makanan yang diinfakkan oleh para sahabatku".
3675 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beserta Abu Bakr, Umar dan Utsman mendaki gunung Uhud, kemudian gunung itu berguncang, maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Uhud, tenanglah, karena diatasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq (Abu Bakr), dan dua orang Syahid (Umar dan Utsman)".
3677 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika saya berdiri di tengah orang banyak yang ketika itu kami berdoa kepada Allah untuk Umar bin Khattab Radliyallaahu 'anhu yang dibaringkan di atas tempat tidurnya (wafat), tiba-tiba dari belakang saya ada seorang laki-laki yang meletakkan sikunya di atas pundak saya sambil berkata, "Semoga Allah memberimu rahmat dan saya berharap semoga Allah memberimu derajat yang sama dengan dua orang temanmu, karena saya sering mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Saya selalu bersama Abu Bakr dan Umar, saya melakukan sesuatu selalu bersama Abu Bakr dan Umar, dan saya selalu pergi bersama Abu Bakr dan Umar"". Kata laki-laki tersebut, "Saya berharap semoga Allah menjadikanmu sederajat dengan Abu Bakr dan Umar". Kata Abdullah bin Abbas: Lalu saya menoleh, ternyata laki-laki tersebut adalah Ali bin Abu Thalib Radliyallaahu 'anhu.

BAB 2: KEUTAMAAN UMAR BIN KHATTAB
3679 Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Aku bermimpi memasuki surga, maka di sana aku melihat Rumaisha, istri Abu Thalhah. Aku mendengar derap langkah kaki, kemudian aku bertanya, "Siapa itu?" Para penghuni surga menjawab, "Dia Bilal". Aku juga melihat suatu istana dengan seorang perempuan berada di halamannya, lalu aku bertanya, "Milik siapa ini?" Para penghuni surga menjawab, "Milik Umar". Aku ingin memasuki istana itu untuk melihat-lihat di dalamnya, tetapi kemudian aku teringat bahwa Umar suka cemburu". Mendengar sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tersebut Umar berkata, "Biar ayah dan ibuku berkurban untuk anda (ungkapan untuk sumpah atau untuk mohon izin bicara), ya Rasulullah, apakah aku akan cemburu kepada Anda?"
3688 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengenai hari kiamat, kemudian beliau balik bertanya: "Apa yang telah kau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang itu menjawab: "Tidak ada, kecuali cinta kepada Allah dan Rasul-Nya". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai". Kata Anas: Kami tidak pernah merasa gembira seperti ketika mendengar sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tersebut, yaitu, "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai". Kata Anas selanjutnya: Maka aku sangat mencintai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakr, dan Umar, dan aku berharap aku bisa bersama mereka kelak di akhirat karena cintaku kepada mereka, meskipun amal baikku tidak sebanyak amal baik mereka.
3689 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Di kalangan Bani Israil dulu terdapat beberapa orang yang diberi ilham/petunjuk tentang agama dan mereka itu bukan Nabi. Jika umatku ada yang seperti itu, maka salah satunya adalah Umar".

BAB 3: KEUTAMAAN UTSMAN BIN AFFAN
3698 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa pada suatu saat dia ditemui oleh seorang laki-laki dari Mesir untuk bertanya: "Tahukah kamu bahwa Utsman melarikan diri pada saat perang Uhud?" Abdullah bin Umar menjawab: "Ya". Orang itu bertanya lagi: "Tahukah kamu bahwa Utsman tidak turut dalam perang Badr?" Abdullah bin Umar menjawab: "Ya". Orang itu bertanya lagi: "Tahukah kamu bahw Utsman tidak hadir dalam Baiat Ridhwan (peristiwa Hudaibiyah)?" Abdullah bin Umar menjawab, "Ya". Orang itu mengucapkan: "Allahu Akbar". Abdullah bin Umar berkata: "Mendekatlah kemari, akan aku jelaskan kepadamu mengenai larinya Utsman dalam perang Uhud, aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Mengenai tidak ikutnya dalam perang Badr adalah karena dia harus merawat putri Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (istri Utsman) yang sakit, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, "Kamu mendapat pahala dan jatah rampasan perang sama dengan orang yang turut dalam perang Badr". Mengenai tidak hadirnya Utsman dalam Baiat Ridhwan adalah karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak mendapatkan orang yang lebih dihormati oleh orang-orang kafir Mekkah daripada Utsman, sehingga beliau mengutusnya sebagai delegasi kaum muslimin untuk bertemu dengan orang-orang kafir Mekkah, dan berlangsungnya Baiat Ridhwn adalah ketika Utsman sudah berangkat ke Mekkah, maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengangkat tangan kanan beliau sendiri sambil bersabda, "Ini adalah tangan Utsman". Beliau menepukkan tangan kanannya pada tangan kirinya sambil bersabda, "Ini adalah Baiat Utsman"". Abdullah bin Umar berkata kepada laki-laki dari Mesir tersebut: "Camkan penjelasanku ini".

BAB 4: KEUTAMAAN ALI BIN ABU THALIB RA
3705 Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib Radliyallaahu 'anhu bahwa suatu ketika tangan Fathimah sakit karena banyak bekerja, kemudian ada seorang tawanan perang dibawa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Mendengar itu Fathimah datang ke tempat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (meminta tawanan tersebut sebagai pembantunya), tetapi dia tidak berjumpa dengan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan hanya berjumpa dengan Aisyah Radliyallaahu 'anhu. Fathimah memberitahukan maksud kedatangannya kepada Aisyah. Ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang, Aisyah memberitahukan kepada beliau tentang kedatangan Fathimah dengan maksud tersebut. Kata Ali: Maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendatangi kami ketika kami sedang berbaring. Saya ingin bangun, tetapi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak usah bangun (hai Ali dan Fathimah)". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam duduk di antara kami berdua, sehingga saya merasakan dinginnya dua telapak kaki beliau yang menyentuh dada saya. Beliau bersabda, "Maukah kalian aku ajari sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kalian minta dari aku? Apabila kalian akan pergi tidur, bacalah Allaahu Akbar 34 kali, Subhanallaah 33 kali, dan Alhamdulillaah 33 kali. Demikian itu lebih baik bagi kamu daripada memperoleh seorang pembantu".

BAB 5: KEUTAMAAN KERABAT RASULULLAH SAW
3720 Diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada saat perang Ahzab, aku dan Umar bin Abu Salamah ditempatkan di dekat orang-orang perempuan, kemudian aku melihat ayahku, Zubair meninggalkan pasukan dengan naik kuda menuju Bani Quraizhah dua atau tiga kali. Ketika aku pulang dari peperangan, aku bertanya kepada ayah, "Mengapa aku melihat Anda meninggalkan pasukan?" Zubair balik bertanya, "Kau melihatku, anakku?" Aku menjawab, "Ya". Ayahku berkata, "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa yang sudi memata-matai Bani Quraizhah kemudian memberiku informasi tentang mereka?" Maka aku berangkat menuju Bani Quraizhah, dan ketika aku kembali, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku dengan ungkapan sumpah/pujian kepadaku yang mana beliau menyebutkan kedua orang tua beliau, "Ayah dan ibuku aku korbankan untukmu".

BAB 6: TENTANG THALHAH BIN UBAIDILLAH RA
3722 Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada suatu pertempuran yang diikuti oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, tidak ada orang yang tetap setia melindungi beliau kecuali saya (Thalhah bin Ubaidillah ra) dan Sa'd.
3724 Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia melindungi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan tangannya pada suatu pertempuran, kemudian tangannya terkena senjata musuh sehingga lumpuh.

BAB 7: KEUTAMAAN SA'D BIN ABU WAQQASH AZ-ZUHRI RA
3725 Diriwayatkan dari Sa'd bin Abu Waqqash Az-Zuhri Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada saat perang Uhud, saya mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyebut kedua orang tuanya dalam sumpah/pujian terhadap saya dengan ungkapan, "Ayah dan ibuku aku kubankan untukmu".

BAB 8: TENTANG BESAN DAN MENANTU NABI SAW
3729 Diriwayatkan dari Al-Miswar bin Makhramah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Ali Radliyallaahu 'anhu (suami Fathimah) pernah meminang putri Abu Jahl, kemudian Fahimah mendengar hal itu, lalu dia menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata, "Umat Anda mengatakan bahwa Anda tidak akan memarahi putri Anda, dan sekarang ini Ali akan menikahi putri Abu Jahl". Kata Al-Miswar: Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beranjak dari tempatnya, lalu aku mendengar beliau membaca tasyahud di dalam khotbahnya lalu bersabda, "Amma ba'du. Aku memang telah menikahkan Abul Ash bin Rabi (dengan salah seorang putriku sebelum dia masuk Islam), kemudian dia membenarkanku (dengan masuk Islam). Sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku dan aku tidak suka Ali menyakiti hatinya. Demi Allah, putri Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak boleh berkumpul dengan putri musuh Allah (dimadu) pada seorang suami". Mendengar itu Ali membatalkan pinangannya.
3729 Diriwayatkan dari Al-Miswar bin Makhramah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyebutkan seorang menantu laki-lakinya dari Bani Abdi Syams. Beliau memujinya dalam hal perbesanannya. Beliau bersabda, "Dia berkata kepadaku lalu membenarkanku dan dia berjanji kepadaku kemudian memenuhi janjinya (dengan masuk Islam)".

BAB 9: KEUTAMAAN ZAID BIN HARITSAH, BUDAK NABI SAW YANG TELAH DIMERDEKAKAN
3730 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memberangkatkan pasukan dengan menunjuk Usamah bin Zaid sebagai panglimanya, kemudian ada sejumlah orang mengkritik penunjukan Usamah sebagai panglima itu, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jika kalian mengkritik penunjukan Usamah sebagai panglima berarti kalian juga mengkritik penunjukan ayahnya sebagai panglima pada masa sebelumnya. Demi Allah, Zaid memang layak memimpin pasukan, dan dia tergolong orang yang paling aku cintai, sedangkan anaknya ini (Usamah) juga termasuk orang yang paling aku cintai setelah dia (Zaid)".
3731 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Seorang Qa'if (ahli dalam garis keturunan) masuk ke rumahku ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berada di rumahku pula. Saat itu pula Usamah bin Zaid dan Zaid bin Haritsah sedang berbaring, kemudian Qa'if tersebut, "Telapak kaki dua orang ini menunjukkan kesamaan garis keturunan". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam merasa senang sekaligus kagum dengan ucapan itu, kemudian beliau memberitahukannya kepada Aisyah.

BAB 10: TENTANG USAMAH BIN ZAID RA
3733 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang perempuan dari suku Makhzum mencuri, kemudian orang-orang berkata: "Siapa yang bersedia melaporkan hal ini kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?" Tidak seorangpun bersedia melaporkannya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Akhirnya Usamah bin Zaid lah yang melaporkan hal itu kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda: "Dulu apabila di kalangan Bani Israil terdapat orang yang terhormat mencuri, mereka membiarkannya (tanpa hukuman), tetapi jika ada orang kelas bawah di antara mereka mencuri, mereka mengeksekusinya dengan potong tangan. Seandainya Fathimah mencuri pasti akan aku potong tangannya".
3735 Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah menggendongnya bersama Al-Hasan, kemudian beliau berdoa: "Ya Allah, cintailah dua anak ini, karena aku juga mencintai keduanya".

BAB 11: KEUTAMAAN ABDULLAH BIN UMAR RA
3740 Diriwayatkan dari Hafshah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda kepadanya: "Abdullah bin Umar adalah orang yang saleh".

BAB 12: KEUTAMAAN AMMAR DAN HUDZAIFAH RA
3743 Diriwayatkan dari Abu Darda Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang anak muda duduk di sampingnya di suatu masjid di Syam, kemudian anak itu berkata: "Ya Allah, berilah aku seorang teman karib yang saleh". Abu Darda Radliyallaahu 'anhu bertanya: "Dari mana asalmu?" Dia menjawab: "Dari Kufah". Anak laki-laki itu bertanya: "Bukankah di tengah kalian ada orang yang mengetahui rahasia yang tidak diketahui oleh orang lain yang diterimanya dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, yaitu Hudzaifah?" Abu Darda menjawab: "Ya, benar". Anak laki-laki itu bertanya lagi: "Bukankah di tengah kalian ada orang yang diselamatkan oleh Allah dari setan berkat doa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, yaitu Ammar?" Abu Darda menjawab: "Ya benar". Anak laki-laki itu bertanya lagi: "Bukankah di tengah kalian ada orang yang setia dalam menyiapkan siwak dan bantal Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, yaitu Abdullah bin Mas'ud?" Abu Darda menjawab: "Ya, benar". Anak laki-laki itu bertanya lagi: "Bagaimana Abdullah bin Mas'ud membaca surah: Wallaili idzaa yaghsyaa, wannahaari idzaa tajallaa (Demi malam apabila menutupi cahaya siang. Demi siang ketika terang benderang. QS Al-Lail:1-2)?" Kata Abu Darda: "Orang ini selalu mendekatiku untuk meminta agar aku menjelaskan apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam".

BAB 13: KEUTAMAAN ABU UBAIDAH BIN AL-JARRAH RA
3744 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Setiap umat memiliki seorang yang dipercaya, dan orang yang dipercaya di kalangan kita, wahai umatku, adalah Abu Ubaidah dan Al-Jarrah".

BAB 14: KEUTAMAAN AL-HASAN DAN AL-HUSAIN RA
3749 Diriwayatkan dari Al-Barra Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang menggendong Al-Hasan bin Ali di atas pundak beliau sambil berdoa, "Ya Allah, aku mencintai Al-Hasan, maka cintailah dia".
3752 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Tidak ada orang yang paling mirip dengan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kecuali Al-Hasan bin Ali Radliyallaahu 'anhu.
3753 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa ketika dia ditanya mengenai orang yang sedang berihram membunuh lalat, dia menjawab: "Mengapa orang-orang Irak bertanya tentang pembunuhan lalat, padahal mereka telah membunuh Al-Hasan, cucu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (putra Fathimah binti Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam), sedangkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sendiri juga pernah bersabda, "Al-Hasan dan Al-Husain adalah buah hatiku di dunia ini".

BAB 15: TENTANG ABDULLAH BIN ABBAS
3756 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah meemluk saya dalam dekapan dada beliau sambil berdoa, "Ya Allah, ajarkan al-hikmah kepadanya".
3756 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, melalui jalur lain dengan bunyi seperti itu (nomor hadis 1550), dengan perbedaan pada doa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebagai berikut: "Ya Allah, ajarkan Al-Quran kepadanya".

BAB 16: KEUTAMAAN KHALID BIN WALID
3757 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan berita duka atas kematian Zaid, Ja'far dan Abdullah bin Rawahah (yang gugur sebagai syuhada secara berurutan dalam memimpin suatu peperangan) sebagaimana hadis terdahulu (nomor:639), kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Akhirnya bendera pasukan muslimin diambil alih oleh pedang Allah (yakni Khalid bin Walid) sehingga Allah memberi mereka kemenangan".

BAB 17: KEUTAMAAN SALIM, BUDAK ABU HUDZAIFAH RA YANG TELAH DIMERDEKAKAN
3758 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pelajarilah pembacaan Al-Quran dari empat orang: 1) Abdullah bin Mas'ud --- maka Abdullah bin Amr segera belajar membaca Al-Quran kepada Abdullah bin Mas''d ---. 2) Salim, budak Abu Hudzaifah yang telah dimerdekakan. 3) Ubay bin Ka'b. 4) Mu'adz bin Jabal".

BAB 18: KEUTAMAAN AISYAH RA
3773 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia pernah meminjam kalung Asma' binti Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu, kemudian hilang, lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta tolong beberapa orang sahabatnya untuk mencari kalung tersebut. Ketika waktu solat tiba, mereka mengerjakan solat tanpa berwudu (karena tidak ada air). Setelah mereka bertemu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mereka mengadukan hal tersebut kepada beliau, maka turunlah ayat tayammum. Hadis lain yang berkaitan dengan ini sudah disebutkan di muka pada kitab tayammum, nomor hadis: 223.

BAB 19: KEUTAMAAN ORANG-ORANG ANSHAR
3777 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Perang Bu'ats (antara dua suku besar di Madinah --- suku Aus dan suku Khazraj ---) adalah keuntungan yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, sehingga ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, suku-suku di sana terpecah belah dan banyak pemimpin mereka sudah terbunuh atau terluka. Itulah keuntungan yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, sehingga orang-orang Madinah mudah masuk Islam.

BAB 20: SABDA NABI SAW: "KALAU TAK ADA HIJRAH TENTU AKU MENJADI SEORANG ANSHAR
3779 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Seandainya tidak ada hijrah tentu aku menjadi seorang Anshar".
BAB 21: MENCINTAI ORANG-ORANG ANSHAR TERMASUK BAGIAN DARI IMAN
0 Diriwayatkan dari Al-Barra Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Tidak ada yang mencintai orang-orang Anshar kecuali seorang mukmin, dan tidak ada yang membenci orang-orang Anshar kecuali seorang munafik. Siapa yang mencintai orang-orang Anshar akan dicintai oleh Allah, dan siapa yang membenci orang-orang Anshar akan dibenci oleh Allah".

BAB 22: SABDA NABI SAW KEPADA ORANG-ORANG ANSHAR: "KALIAN ADALAH ORANG-ORANG YANG PALING AKU CINTAI"
3785 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat para wanita dan anak-anak dari kaum Anshar yang berhadapan dengan beliau ketika mereka datang dari walimah pernikahan, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdiri tegak sambil bersabda, "Sungguh kalian adalah orang-orang yang paling aku cintai". Beliau mengulangi sabda itu tiga kali.
3786 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, melalui jalur lain, dia berkata: Seorang perempuan dari kaum Anshar bersama anak laki-lakinya yang masih kecil mendatangi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda dua kali kepadanya, "Demi Allah yang menggenggam jiwaku, kalian adalah orang-orang yang paling aku cintai".
3787 Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Orang-orang Anshar mengatakan, "Ya Rasulullah, setiap Nabi memiliki pengikut, dan kami adalah pengikut Anda, maka berdoalah kepada Allah agar Allah menjadikan para pengikut kami sebagai bagian dari kami". Maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdoa sesuai permintaan mereka.

BAB 23: KEUTAMAAN SUKU-SUKU ANSHAR
3791 Diriwayatkan dari Humaid Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Suku Anshar yang terbaik adalah Bani An-Najjar, Bani Abdul Asyhal, Bani Al-Harits, dan Bani Sa'idah, serta kebaikan itu meliputi seluruh suku Anshar". Sa'd bin Ubadah berkata kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Ya Rasulullah, suku-suku Anshar diberi urutan kebaikan dan kami diletakkan pada urutan terakhir?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apakah belum cukup jika kalian tergolong dalam kelompok terbaik?"

BAB 24: SABDA NABI SAW KEPADA ORANG-ORANG ANSHAR: "BERSABARLAH HINGGA KALIAN BERTEMU DENGANKU---
3792 Diriwayatkan dari Usaid bin Hudhair Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar berkata: "Ya Rasulullah, mengapa Anda tidak menunjuk saya sebagai pejabat/petugas seperti Anda telah menunjuk si Fulan itu?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sepeninggalku nanti kalian akan menghadapi suatu pilihan, maka bersabarlah hingga kalian bertemu denganku di Al-Haudh (pada hari kiamat)".
3793 Diriwayatkan dari Anas Radliyallaahu 'anhu, melalui jalur lain seperti hadis tersebut (nomor:1562) dengan bunyi akhirnya sebagai berikut: ".... Dan tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah Al-Haudh".

BAB 25: FIRMAN ALLAH AZZA WA JALLA: "DAN MEREKA (ORANG-ORANG ANSHAR) MENGUTAMAKAN---
3798 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang laki-laki menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau mengutus seseorang untuk menanyakan makanan kepada istri-istri beliau untuk menjamu tamu tersebut. Mereka mengatakan: "Kami hanya memiliki air". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabat: "Siapa yang sudi menjamu tamu ini?" Seorang laki-laki dari kaum Anshar menjawab: "Saya". Dia kemudian berangkat bersama tamu itu untuk menemui istrinya dan berkata: "Hormatilah tamu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ini". Istrinya menjawab: "Kita tidak memiliki apa-apa kecuali makanan untuk anak-anak kita". Si suami itu berkata kepada istrinya: "Siapkan makanan itu untuk tamu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan nyalakan lampu, lalu tidurkan anak-anak apabila mereka minta makan malam". Si istri kemudian menyiapkan makanan tersebut dan menyalakan lampu serta menidurkan anak-anaknya. Berikutnya dia mendekati lampu seolah hendak memperbaikinya, tetapi lalu memadamkannya. Ketika lampu padam suami dan istri tersebut menunjukkan kepada tamu mereka bahwa mereka berdua sedang makan, padahal sebenarnya mereka semalaman sangat merasa lapar dan tidak makan apa-apa (karena makanan mereka diberikan kepada tamu tersebut). Ketika pagi tiba si suami tersebut menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau bersabda: "Tadi malam Allah tertawa dan kagum terhadap amal baik kalian berdua. Maka Allah menurunkan ayat (yang artinya): Dan mereka (orang-orang Anshar) mengutamakan (orang-orang Muhajirin) di atas diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam kekurangan. Dan siapa yang dihindarkan dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Quran, surah Al-Hasyr:9)".

BAB 26: SABDA NABI SAW: "TERIMALAH ORANG-ORANG ANSHAR YANG BERBUAT BAIK DAN AMPUNILAH MEREKA YANG ---
3799 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Abu Bakr dan Al-Abbas Radliyallaahu 'anhu melewati orang-orang Anshar yang sedang duduk bersama sambil menangis, lalu Abu Bakr atau Al-Abbas bertanya, "Mengapa kalian menangis?" Mereka menjawab, "kami teringat ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam duduk bersama kami". Maka Abu Bakr atau Al-Abbas Radliyallaahu 'anhu menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk memberitahukan hal itu, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar dengan mengikatkan kain burd di kepalanya, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam naik mimbar yang sesudah itu beliau tidak menaikinya lagi. Setelah memuji dan mengagungkan Allah, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Aku berpesan kepada kalian, hormatilah orang-orang Anshar, karena mereka itu sahabat dekatku dan mencela mereka sama dengan mencelaku. Mereka telah melaksanakan kewajiban mereka, sehingga mereka tetap memperoleh hak mereka. Terimalah mereka yang berbuat baik dan ampunilah mereka yang berbuat salah".
3800 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar dengan menyelimutkan kain di atas pundaknya dan kepalanya diikat dengan kain yang diminyaki, kemudian beliau duduk di atas mimbar. sEtelah memuji dan mengagungkan Allah, beliau bersabda: "Amma ba'du, saudara-saudara, umat manusia akan bertambah banyak, dan orang-orang Anshar semakin sedikit, sehingga orang-orang Anshar akan seperti garam di dalam makanan. Siapa di antara kalian nanti menjadi penguasa yang bisa saja berbuat untuk menyengsarakan atau memberikan manfaat kepada orang lain, maka terimalah orang-orang Anshar yang berbuat baik, dan maafkan mereka yang berbuat salah".

BAB 27: KEUTAMAAN SA'D BIN MU'ADZ RA
3803 Diriwayatkan dari Jabir ra: Saya pernah mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Arasy bergoncang karena kematian Sa'd bin Mu'adz"

BAB 28: KEUTAMAAN UBAY BIN KA'B RA
3809 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada Ubay, "Sesungguhnya Allah menyuruhku membacakan kepadamu ayat: Lam yakunilladziina kafaruu min ahlil kitaabi.... (orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidaklah.... QS. Al-Bayyinah:1)". Ubay bertanya, "Allah menyebut nama saya?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Ya". Mendengar itu Ubay menangis.

BAB 29: KEUTAMAAN ZAID BIN TSABIT RA
3810 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada masa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ada empat orang yang menghimpun Al-Quran (sebelum dibukukan dalam satu mushhaf). Mereka semuanya dari orang-orang Anshar, yaitu: Ubaiy, Mu'adz bin Jabal, Abu Zaid, dan Zaid bin Tsabit . Anas ditanya: "Siapa Abu Zaid?" Anas menjawab: "Salah seorang saudara ayah saya".

BAB 30: KEUTAMAAN ABU THALHAH RA
3811 Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada saat perang Uhud, pasukan muslimin melarikan diri dan membiarkan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sendirian kecuali Abu Thalhah yang tetap melindungi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan perisai dari kulit yang ia miliki. Abu Thalhah adalah seorang pemanah yang amat tangguh dan ketika itu ia mematahkan dua atau tiga busur karena kerasnya anak panah. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersbda: "Serahkan anak panah yang kau bawa itu kepada Abu Thalhah". Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdiri untuk mengamati pasukan musuh kemudian Abu Thalhah berkata: "Wahai Nabi, biarlah ayah ibuku berkurban untuk anda, janganlah Anda berdiri agar tidak terkena sasaran anak panah musuh. Biarlah leherku saja yang aku kurbankan untuk menyelamatkan Anda". Kata Anas ra: Ketika itu aku melihat Aisyah binti Abu Bakr dan Ummu Sulaim mondar mandir mengangkut air minum di dalam kantong kulit untuk pasukan muslimin. Keduanya menyingsingkan pakaian pada kaki mereka sehingga aku melihat perhiasan pada bagian kaki mereka. Pada saat itu pedang Abu Thalhah terjatuh dari tangannya dua atau tiga kali karena sangat lelah.

BAB 31: KEUTAMAAN ABDULLAH BIN SALAM RA
3812 Diriwayatkan dari Sa'd bin Abi Waqqash Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya tidak pernah mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada seseorang yang berjalan di muka bumi bahwa dia termasuk penghuni surga, kecuali kepada Abdullah bin Salam. Ayat berikut turun berkaitan dengan Abdullah bin Salam, "Dan seorang dari Bani Israil (Abdullah bin Salam) bersaksi atas kebenaran Al-Quran sebagai kitab yang diturunkan oleh Allah". (Al-Quran, surah Al-Ahqaaf:10).
3813 Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Pada masa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam saya pernah bermimpi, kemudian saya memberitahukannya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Saya bermimpi berada di dalam suatu taman --- Abdullah bin Salam menggambarkan betapa luas dan hijau taman tersebut ---, di tengah taman terdapat pilar besi, bagian bawahnya berada di bumi dan bagian atasnya berada di langit. Di puncaknya terdapat pegangan. Dikatakan kepada saya, "Panjatlah". Saya menjawab, "Saya tidak bisa". Kemudian saya didatangi oleh seorang penolong yang mengangkat pakaian saya dari arah belakang, sehingga saya berhasil memanjat hingga tiba di puncak taman dan berpegang pada pegangan di puncak tersebut. Dikatakan kepada saya, "Pegang erat-erat". Ketika tangan saya menggenggam pegangan tersebut, tiba-tiba saya terjaga. Berikutnya saya menuturkan mimpi itu kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau bersabda, "Taman tersebut adalah taman Islam, tiang tersebut adalah tiang Islam, dan pegangan tersebut adalah pegangan yang kukuh dan kuat, maka kamu akan tetap berpegang pada Islam hingga kamu mati".

BAB 32: PERNIKAHAN NABI SAW DENGAN KHADIJAH RA DAN KEUTAMAAN KHADIJAH
3818 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Kecemburuanku terhadap istri-istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidaklah sebesar kecemburuanku terhadap Khadijah, meskipun aku tidak pernah melihatnya, karena Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam seringkali menyebut-nyebut namanya. Setiap kali Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyembelih kambing dan menyayat-nyayatnya, beliau selalu menyisihkannya untuk diberikan kepada teman-teman Khadijah. Aku seringkali berkata kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Seolah-olah di dunia ini tidak ada perempuan lain kecuali Khadijah". Beliau bersabda, "Kebaikan Khadijah sungguh amat banyak dan darinya aku memperoleh anak".
3820 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Jibril mendatangi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata, "Ya Rasulullah, inilah Khadijah, dia telah datang dengan membawa masakan atau makanan atau minuman. Jika dia menemui Anda, ucapkan salam kepadanya dari Tuhannya dan dari aku, serta sampaikan kepadanya kabar gembira bahwa dia memperoleh rumah di surga yang terbuat dari qashab (ruas-ruas seperti pipa dari emas, mutiara, dan sebagainya), tanpa ada kebisingan maupun kepenatan".
3821 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, meminta izin masuk ke rumah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Suara Halah yang mirip dengan suara Khadijah membuat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam teringat bagaimana Khadijah meminta izin memasuki rumah ketika dia masih hidup, sehingga hal itu membuat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terkesima, lalu beliau bersabda, "Ya Allah, ternyata kamu Halah". Kata Aisyah: Saya merasa cemburu, kemudian saya berkata kasar kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Mengapa Anda selalu menyebut-nyebut seorang perempuan Quraisy yang sudah tua (Khadijah) yang bagian dalam pipinya memerah dan telah lama meninggal? Bukankah Allah telah memberi Anda pengganti yang lebih baik daripada Khadijah?"

BAB 33: TENTANG HIND BIN UTBAH
3825 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Hind bin Utbah menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata, "Ya Rasulullah, dulu sebelum saya masuk Islam, tidak ada keluarga di muka bumi yang paling saya inginkan menjadi hina selain keluarga Anda, tetapi sekarang setelah saya masuk Islam tidak ada keluarga di muka bumi yang paling saya inginkan tetap menjadi terhormat selain keluarga Anda". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Begitu pula aku kepadamu. Demi Allah yang menggenggam jiwaku, ...". (lanjutannya seperti hadis terdahulu).

BAB 34: PERISTIWA YANG BERKAITAN DENGAN ZAID BIN AMR BIN NUFAIL RA.
3826 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan Zaid bin Amr bin Nufail di dasar lembah Baldah sebelum wahyu (mengenai sembelihan) turun kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Beliau diberi hidangan makanan, namun beliau enggan memakannya. Kata Zaid bin Amr: "Saya tidak mau memakan daging hewan yang kalian sembelih dengan menyebut nama-nama berhala kalian, karena saya hanya memakan daging hewan yang disembelih dengan menyebut nama Allah". Zaid bin Amr mencela cara orang-orang kafir Quraisy dalam menyembelih hewan dan berkata: "Allah-lah yang telah menciptakan kambing dan menurunkan hujan dari langit serta menumbuhkan rerumputan di bumi untuk minuman dan makanan kambing, tetapi mengapa kalian menyembelih kambing dengan menyebut nama selain Allah?" Zaid menolak penyembelihan seperti itu dan mengagungkan nama Allah.

BAB 35: MASA-MASA JAHILIYAH
3836 Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Perhatikanlah, siapa yang hendak bersumpah, janganlah bersumpah kecuali dengan nama Allah". Biasanya orang-orang Quraisy bersumpah dengan nama ayah dan nenek moyang mereka, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah bersumpah dengan nama ayah dan moyang kalian".
3841 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Bait puisi yang paling benar yang pernah dilantunkan oleh seorang penyair adalah puisi Labid (yang artinya): Ketahuilah, segala sesuatu selain Allah adalah batil". Dengan bait puisi ini hampir saja Umayyah bin Abi Ash-Shalt masuk Islam

BAB 36: TERUTUSNYA NABI MUHAMMAD SAW BIN ABDULLAH BIN ABDUL MUTTHALIB, BIN HASYIM, BIN ABDI MANAF ---
3851 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Wahyu pertama kali diturunkan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau berusia 40 tahun. Beliau menetap di Mekkah (setelah menerima wahyu pertama) selama 13 tahun, kemudian beliau diperintah berhijrah, maka berhijrahlah beliau ke Madinah, lalu beliau menetap di Madinah selama 10 tahun sampai wafat.

BAB 37: PENYIKSAAN YANG DIDERITA NABI SAW DAN PARA SAHABATNYA OLEH ORANG-ORANG MUSYRIK DI MEKKAH
3856 Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa ketika dia ditanya mengenai penyiksaan yang paling berat oleh orang-orang musyrik terhadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata: Suatu ketika Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan solat di Hijr Ka'bah, tiba-tiba Uqbah bin Abu Mu'aith datang, kemudian dia menjeratkan pakaiannya keras-keras pada leher Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka datanglah Abu Bakr menerkam pundak Uqbah dan menyingkirkannya dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Abu Bakr berkata, "Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki karena dia mengucapkan, "Tuhanku adalah Allah?""1
1): Keterangan: Lihat kembali hadis di muka, nomor 178

BAB 38: TENTANG JIN
3859 Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa dia ditanya: "Siapa yang meberitahu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengenai sekelompok jin yang mendengarkan bacaan Al-Quran pada suatu malam?" Dia menjawab: "Sebatang pohon memberitahu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengenai sekelompok jin tersebut".
3860 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia biasanya membawakan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam satu belanga air untuk keperluan wudu dan istinja (sebagaimana hadis terdahulu yang lengkapnya sebagai berikut: Suatu ketika Abu Hurairah mengikuti Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian beliau bertanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Aku Abu Hurairah". Kata Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Ambilkan aku batu (untuk bersuci setelah buang hajat karena tidak ada air), jangan tulang atau kotoran hewan". Kata Abu Hurairah, "Maka aku membawa sejumlah batu untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan aku himpun pada ujung pakaianku, kemudian aku menjauh. Setelah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersuci, aku berjalan bersama beliau dan bertanya, "Ada apa dengan tulang dan tahi binatang?" Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Tulang dan kotoran itu mengandung makanan untuk jin")
3860 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, seperti hadis di muka dengan tambahan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebagai berikut: "Aku didatangi oleh delegasi jin dari Nashibin yang berparas sangat tampan. Mereka meminta perbekalan makanan kepadaku, kemudian aku berdoa kepada Allah agar tidak ada tulang atau kotoran hewan yang mereka temui melainkan mereka dapatkan makanan di dalamnya".

BAB 39: HIJRAH KE HABASYAH/ETHIOPIA
3874 Diriwayatkan dari Ummu Khalid binti Khalid Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Saya datang (ke Madinah) dari Habasyah ketika saya masih gadis kecil, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memakaikan kepada saya sehelai kain bergambar, lalu beliau menghapus gambar tersebut dengan tangan beliau sendiri sambil mengatakan, "Bagus, Bagus!"

BAB 40: KISAH ABU THALIB
3885 Diriwayatkan dari Al-Abbas bin Abdul Mutthalib Radliyallaahu 'anhu (paman Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam) bahwa dia bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Mengapa kamu tidak menolong pamanmu (Abu Thalib), padahal dia telah membentengimu da memarahi (orang-orang kafir Quraisy) untuk membelamu?" Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Dia berada di bagian neraka yang dangkal. Seandainya tanpa pertolonganku, dia akan berada di bagian neraka yang paling dasar".
3885 Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallaahu 'anhu bahwa dia mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda ketika paman beliau (Abu Thalib) disebut-sebut di dekat beliau oleh seseorang: "Mudah-mudahan syafaatku kelak pada hari kiamat akan berguna baginya, sehingga dia akan ditepatkan di bagian neraka yang dangkal yang apinya hanya sebatas mata kakinya yang membuat otaknya mendidih".

BAB 41: PERISTIWA ISRA
3886 Diriwayatkan dari Jbir bin Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ketika orang-orang Quraisy mendustakanku perihal peristiwa Isra' yang aku jalani, aku berdiri di Hijr, lalu Allah menampakkan Baitul Maqdis kepadaku, sehingga sambil melihatnya aku bisa menjelaskan ciri-cirinya kepada mereka".

BAB 42: MI'RAJ
3887 Diriwayatkan dari Malik bin Sha'sha'ah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengisahkan kepada mereka perihal malam Isra Mi'raj yang beliau jalani: "Ketika aku berbaring di Al-Hathim atau di Al-Hijr, tiba-tiba aku didatangi oleh seseorang kemudian dia membelah tubuhku pada bagian antara ini dan ini --- kata Perawi: Antara kerongkongan hingga perut sebatas pinggang, lalu dia mengeluarkan hatiku, kemudian sebuah nampan emas penuh dengan iman dibawa kehadapanku, lalu hatiku dicuci, kemudian diisi penuh dengan iman, kemudian dikembalikan lagi. Berikutnya seekor hewan yang lebih kecil dari Bighal dan lebih besar dari keledai dibawa kehadapanku --- Kata perawi: Hewan tersebut adalah Buraq, yang jangkauan langkahnya amat jauh sekali. Aku dinaikkan di atas hewan itu, kemudian Jibril membawaku pergi hingga tiba di langit yang paling rendah. Jibril minta dibukakan pintu, kemudian dia ditanya, "Siapa itu?" Dia menjawab "Jibril". Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad". Dia ditanya lagi, "Muhammad dipanggil (untuk Mi'raj)?" Dia menjawab, "Ya". Dikatakan, "Selamat datang, Muhammad! Sekarang telah tiba kunjungan yang terbaik". Maka pintu langit yang pertama dibuka. Ketika aku memasuki langit pertama, di situ ada Adam. Kata Jibril kepadaku, "Ini ayahmu, Adam, ucapkan salam kepadanya". Akupun mengucapkan salam kepada Adam, kemudian dia menjawab salamku. Kata Adam kepadaku, "Selamat datang, putra yang saleh dan Nabi yang saleh". Berikutnya Jibril mengajakku naik ke langit kedua. Jibril minta dibukakan pintu, lalu dia ditanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Jibril". Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad". Dia ditanya lagi, "Muhammad dipanggil (untuk Mi'raj)?" Dia menjawab, "Ya". Dikatakan, "Selamat datang, Muhammad! Kini kunjungan yang terbaik telah tiba". Maka pintu langit kedua dibuka. Ketika aku memasuki langit kedua, di situ ada Yahya dan Isa. Keduanya adalah saudara sepupu dari jalur ibu. Kata Jibril kepadaku, "Ini Yahya dan Isa, ucapkan aslam kepada mereka!" Maka akupun mengucapkan salam kepada mereka, lalu mereka menjawab salamku. Mereka mengatakan, "Selamat datang, saudara yang saleh dan Nabi yang saleh". Berikutnya Jibril mengajakku naik ke langit ketiga. Jibril minta dibukakan pintu, dia ditanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Jibril". Dia ditanya lagi, "Siapa yagn bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad". Dia ditanya lagi, "Muhammad dipanggil (untuk Mi'raj)?" Dia menjawab, "Ya". Dikatakan, "Selamat datang, Muhammad! Kini kunjungan yang terbaik telah tiba". Maka pintu langit yang ketiga dibuka. Ketika aku memasukinya, di situ aku bertemu Yusuf. Kata Jibril kepadaku, "Ini Yusuf, ucapkan salam kepadanya". Akupun mengucapkan salam kepadanya, lalu dia menjawab salamku. Kata Yusuf kepadaku, "Selamat datang, saudara yang saleh dan Nabi yang saleh". Berikutnya Jibril mengajakku naik ke langit keempat. Jibril minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Jibril". Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad". Dia ditanya lagi, "Muhammad dipanggil (untuk Mi'raj)?" Dia menjawab, "Ya". Dikatakan, "Selamat datang, Muhammad! Kini kunjungan yang terbaik telah tiba". Maka pintu langit yang keempat dibuka. Ketika aku memasukinya, di situ aku bertemu dengan Idris. Kata Jibril kepadaku, "Ini Idris, ucapkan salam kepadanya". Akupun mengucapkan salam kepadanya, lalu dia menjawab salamku. Kata Idris kepadaku, "Selamat datang, saudara yang saleh dan Nabi yang saleh". Berikutnya Jibril mengajakku naik ke langit ke lima. Jibril minta dibukakan pintu, kemudian dia ditanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Jibril". Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad". Dia ditanya lagi, "Muhammad dipanggil (untuk Mi'raj)?" Dia menjawab, "Ya". Lalu dikatakan, "Selamat datang, Muhammad! Kini kunjungan yang terbaik telah tiba". Ketika aku memasuki langit kelima, di situ aku bertemu dengan Harun. Kata Jibril kepadaku, "Ini Harun, ucapkan salam kepadanya". Akupun mengucapkan salam kepadanya, lalu dia menjawab slaamku". Kata Harun, "Selamat datang, saudara yang saleh dan Nabi yang saleh". Berikutnya Jibril mengajakku naik ke langit keenam. Jibril minta dibukakan pintu, lalu dia ditanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Jibril". Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad". Dia ditanya lagi, "Muhammad dipanggil (untuk Mi'raj)?" Dia menjawab, "Ya". Penjaga langit keenam berkata, "Selamat datang, Muhammad! Sekarang kunjungan yang terbaik telah tiba". Ketika aku memasuki langit keenam, disitu aku bertemu dengan Musa. Kata Jibril kepadaku, "Ini Musa, ucapkan salam kepadanya". Akupun mengucapkan salam kepadanya, kemudian dia menjawab salamku. Kata Musa, "Selamat datang, saudara yang saleh dan Nabi yan saleh". Ketika aku meninggalkan Musa, dia menangis, kemudian dia ditanya, "Mengapa kamu menangis?" Musa menjawab, "Karena ada seorang Rasul yang diutus sesudah aku dengan pengikutnya yang masuk surga jauh lebih banyak daripada pengikutku yang masuk surga". Berikutnya Jibril mengajakku naik ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan pintu, lalu dia ditanya, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Jibril". Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad". Dia ditanya lagi, "Muhammad dipanggil (untuk Mi'raj)?" Dia menjawab, "Ya". Penjaga langit ketujuh berkata, "Selamat datang, Muhammad! Kini kunjungan yang terbaik telah tiba". Ketika aku memasuki langit ketujuh, di situ ada Ibrahim. Kata Jibril kepadaku, "Ini ayahmu, Ibrahim, ucapkan salam kepadanya". Akupun mengucapkan salam kepadanya, kemudian dia menjawab salamku. Kata Ibrahim kepadaku, "Selamat datang, putra yang saleh dan Nabi yang saleh". Setelah itu Sidratul Muntaha diperlihatkan kepadaku. Aku melihat pepohonan di Sidratul Muntaha rindang dan asri bagai pilar-pilar berjajar di Taman Hajar (dekat Madinah) dan dedaunannya selebar telinga gajarh. Kata Jibril kepadaku, "Ini sidratul Muntaha". Di situ terdapat empat sungai, masing-masing adalah dua sungai yang tersembunyi dan dua sungai yang tampak jelas. Aku bertanya kepada Jibril, "Apa dua sungai itu, masing-masing?" Jibril menjawab, "Dua sungai yang tersembunyi itu adalah dua sungai surga, sedangkan dua sungai yang tampak jelas itu adalah sungai Nil dan Furat/Eufrat". Setelah itu Al-Baitul Makmur diperlihatkan kepadaku yang setiap hari dikunjungi oleh 70.000 malaikat. Kemudian segelas khamer, segelas susu, dan segelas madu, dibawa ke hadapanku, lalu aku memilih susu. Kata Jibril kepadaku, "Susu itu maksudnya adalah kesucian diri (agama Islam) yang kamu ikuti beserta umatmu". Kemudian aku menerima kewajiban solat sebanyak 50 kali dalam setiap sehari semalam. Ketika aku kembali, aku bertemu Musa, kemudian dia bertanya kepadaku, "Engkau mendapat perintah apa?" Aku menjawab, "Aku mendapat perintah solat 50 kali dalam setiap sehari semalam". Kata Musa, "Sungguh umatmu tidak akan mampu melaksanakan solat 50 kali dalam setiap sehari semalam. Demi Allah, aku sudah mencobakannya kepada orang-orang sebelum kamu, juga sudah aku cobakan kepada orang-orang pilihan dari Bani Israil (ternyata banyak yang tidak mampu melaksanakannya). Kembalilah kepada Tuhanmu untuk meminta keringanan demi umatmu". Kata Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam: "Maka aku menghadap lagi kepada Allah untuk meminta pengurangan, kemudian Allah memberiku pengurangan 10 waktu dalam sehari semalam (sehingga tinggal 40). Ketika aku kembali, aku bertemu Musa lagi, kemudian dia mengatakan seperti apa yang telah dikatakan sebelumnya. Akupun menghadap lagi kepada Allah untuk meminta pengurangan, lalu Allah memberiku pengurangan 10 waktu (sehingga tinggal 30). Ketika aku kembali, aku bertemu Musa lagi, kemudian dia mengatakan seperti apa yang telah ia katakan sebelumnya, lalu aku menghadap lagi kepada Allah untuk meminta pengurangan, maka Allah memberiku pengurangan 10 lagi (sehingga tinggal 20). Ketika aku kembali, aku bertemu Musa lagi, lalu dia mengatakan seperti apa yang telah dia katakan sebelumnya. Akupun menghadap lagi kepada Allah untuk meminta pengurangan, lalu Allah memberiku pengurangan 10 lagi sehingga perintah yang aku terima tinggal 10 kali solat dalam setiap sehari semalam. Ketika aku kembali, aku bertemu lagi dengan Musa, lalu dia mengatakan seperti apa yang telah ia katakan sebelumnya. Akupun menghadap lagi kepada Allah untuk meminta pengurangan, lalu Allah memberiku pengurangan 5 lagi, sehingga perintah solat yang aku terima tinggal 5 kali dalam setiap sehari semalam. Ketika aku kembali, aku bertemu lagi dengan Musa, kemudian dia bertanya kepadaku, "Tinggal lima kali solat dalam setiap sehari semalam". Kata Musa, "Sungguh umatmu tidak mampu melaksanakan solat lima kali dalam setiap sehari semalam, karena aku sudah mencobakannya kepada orang-orang sebelum kamu, juga kepada orang-orang pilihan dari Bani Israil (ternyata banyak yang tidak mampu melaksanakannya). Kembalilah kepada Tuhanmu untuk meminta keringanan demi umatmu". Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Aku sudah minta pengurangan berkali-kali kepada Tuhanku, sehingga aku meraa malu. Dengan perintah lima kali solat dalam setiap sehari semalam ini aku merasa lega dan aku berserah diri kepada Allah". Ketika aku meninggalkan Musa, aku mendengar suara, "Aku sudah memberikan perintah-Ku, dan Aku sudah mengurangi beban hamba-hamba-Ku"".
3888 Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radliyallaahu 'anhu, mengenai firman Allah Swt: "Dan Kami tidaklah menjadikan ru'ya yang telah Kami perlihatkan kepadamu melainkan sebagai ujian bagi manusia". (Al-Quran, surah Al-Israa:60). Menurut Abdullah bin Abbas: Kata ru'ya pada ayat tersebut maksudnya adalah "penglihatan nyata" (bukan mimpi) yang dialami Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada saat beliau di isra' kan ke Baitul Maqdis. (Menurut mufassir lain: Kata ru'ya tersebut maknanya adalah mimpi yang diperlihatkan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengenai perang Badr sebelum perang ini terjadi). Mengenai firman Allah Azza wa Jalla sebagai lanjutan ayat tersebut: ".... Dan pohon terkutuk yang disebutkan di dalam Al-Quran". (Al-Quran, surah Al-Israa:60). Abdullah bin Abbas berpendapat bahwa pohon itu adalah pohon Zaqqum di neraka.

BAB 43: PERNIKAHAN NABI SAW DENGAN AISYAH, KEDATANGAN AISYAH DI MADINAH DAN PELAKSANAAN PERNIKAHAN ---
3894 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Perjanjian pernikahan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dengan aku ketika aku berumur 6 tahun. Kami tiba di Madinah, dan kami singgah di tempat Bani Al-Harits bin Al-Khazraj. Aku jatuh sakit sehingga rambutku rontok. Setelah aku sembuh, rambutku tumbuh kembali. Ketika aku sedang bermain ayunan (bandulan) bersama teman-temanku, aku didatangi oleh ibuku, Ummu Ruman. Dia memanggilku, kemudian aku mendekatinya. Aku tidak tahu apa maksud ibuku memanggilku. Dia menuntunku dengan memegang tanganku, hingga dia menghentikanku di depan pintu suatu rumah. Ketika itu napasku terasa sesak. Ketika napasku lancar kembali, ibuku mengambil sedikit air untuk diusapkannya pada wajahku dan kepalaku. Ibuku membawaku masuk ke suatu rumah yang di situ sejumlah perempuan dari kaum Anshar sudah berkumpul. Mereka mengatakan, "Semoga Allah melimpahkan kebaikan, keberkahan, dan kemujuran". Ibuku menyerahkanku kepada mereka, kemudian mereka meriasku. Pada pagi setengah siang itu tidak ada yang mengejutkanku kecuali munculnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam (sebagai pengantin laki-laki), kemudian aku diserahkan kepada beliau, dan ketika itu aku berumur sembilan tahun.
3895 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: "Kamu diperlihatkan kepadaku dua kali dalam mimpiku. Aku melihatmu di atas sehelai sutera, kemudian dikatakan kepadaku, "Ini istrimu, bukalah cadarnya". Ternyata perempuan tersebut adalah kamu, lalu aku berkata, "Jika mimpi ini dari Allah niscaya Allah akan melaksanakannya"".
BAB 44: HIJRAH NABI SAW DAN PARA SAHABATNYA KE MADINAH
3905 Diriwayatkan dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu, istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dia berkata: Aku tidak meikirkan kedua orangtuaku sama sekali kecuali mereka memeluk agama Islam. Tidak ada hari yang kami lalui kecuali kami di datangi oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setiap pagi dan sore. Ketika kaum muslimin diuji (dengan adanya kekerasan oleh orang-orang kafir Quraisy), Abu Bakr pergi berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Sesampainya di Bark Al-Ghimad, dia ditemui oleh Ibnu Daghinah, pemimpin suku Qarah. Ibnu Dhaghinah bertanya, "Mau pergi ke mana, hai Abu Bakr?" Abu Bakr menjawab, "Aku diusir oleh masyarakatku, maka aku ingin mengembara ke Habasyah dan menyembah Tuhanku". Ibnu Daghinah berkata, "Hai Abu Bakr, orang seperti kamu tidak patut meninggalkan negeri asalnya dan tidak patut diusir, karena kamu gemar menyantuni orang-orang miskin, menyambung tali kekerabatan, menanggung beban orang yang menderita, menjamu tamu, dan menolong orang-orang yang tertimpa musibah, karena itu aku akan melindungimu. Kembalilah dan sembahlah Tuhanmu di negerimu sendiri". Abu Bakr kembali dengan disertai oleh Ibnu Daghinah. Pada petang harinya, Ibnu Daghinah menemui para tokoh Quraisy dan berkata kepada mereka, "Orang seperti Abu Bakr tidak patut meninggalkan negerinya, juga tidak pantas diusir. Apakah kalian akan mengusir orang yang gemar menyantuni orang miskin, menyambung hubungan kerabat, menanggung beban orang yang menderita, menjamu tamu, dan menolong orang-orang yang tertimpa musibah?" Para tokoh Quraisy tidak menyangkal pembelaan Ibnu Daghinah terhadap Abu Bakr. Mereka berkata kepada Ibnu Daghinah, "Biarlah Abu Bakr menyembah Tuhannya di rumahnya sendiri dengan membaca apa saja yang dia sukai, tetapi dia tidak boleh mengganggu kami dengan ibadahnya dan dia tidak boleh mempertontonkan ibadahnya kepada orang lain, karena kami khawatir dia akan mempengaruhi istri-istri dan anak-anak kami". Ibnu Daghinah memberitahukan hal itu kepada Abu Bakr, lalu Abu Bakr menyembah Tuhannya di rumahnya sendiri, tidak memperlihatkan solatnya kepada orang lain, dan tidak membaca Al-Quran kecuali di rumahnya. Berikutnya Abu Bakr berkeinginan untuk membangun Masjid, maka masjid pun dibangun di halaman rumahnya dan di situlah dia melaksanakan solat dan membaca Al-Quran. Para wanita musyrik dan anak-anak mereka mulai mendekat kepada Abu Bakr dengan mengagumi dan memperhatikannya. Abu Bakr adalah orang yang berhati lembut dan tidak mampu menahan air matanya ketika membaca Al-Quran. Demikian itu membuat para tokoh kafir Quraisy terkejut, lalu mereka mengirim utusan kepada Ibnu Daghinah, kemudian dia mendatangi mereka. Kata mereka kepada Ibnu Daghinah, "Kami membiarkan Abu Bakr menyembah Tuhannya di rumahnya sendiri adalah atas perlindunganmu, tetapi sekarang Abu Bakr telah melanggar syarat yang telah kami tentukan dengan membangun masjid di halaman rumahnya dan memperlihatkan solat serta memperdengarkan bacaan Al-Quran kepada orang lain. Kami khawatir Abu Bakr akan mempengaruhi para wanita dan anak-anak kami, karena itu hentikanlah dia. Jika dia mau menyembah Tuhannya di rumahnya sendiri, silahkan! Tetapi jika dia tidak mau begitu dan hanya memilih terang-terangan dalam menyembah Tuhannya, maka mintalah dia untuk lepas dari perlindunganmu. Kami tidak ingin mengingkari perjanjian denganmu dan kami tidak mengakui hak Abu Bakr untuk beribadah dengan terang-terangan". Kata Aisyah: Kemudian Ibnu Daghinah menemui Abu Bakr dan berkata, "Kau sudah tahu perjanjian yang aku buat dengan orang-orang kafir Quraisy untuk melindungimu. Sekarang kau boleh beribadah di rumahmu sendiri, jika tidak maka kau akan lepas dari perlindunganku, karena aku tidak ingin orang-orang Arab mendengar bahwa aku mengingkari perjanjian yang aku buat dengan seseorang". Abu Bakr mengatakan, "Aku serahkan kembali kepadamu perlindungan yang kau berikan kepadaku dan sekarang aku berserah diri kepada perlindungan Allah Azza wa Jalla". Ketika itu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berada di Mekkah. Beliau bersabda kepada kaum muslimin, "Negeri tujuan hijrah kalian sudah diperlihatkan kepadaku, yaitu negeri yang banyak pohon kurma antara dua gunung berbatu". Kemudian sejumlah orang berhijrah ke Madinah, dan orang-orang yang telah berhijrah ke Habasyah juga berhijrah semuanya ke Madinah. Abu Bakr bersiap-siap untuk berhijrah ke Madinah tetapi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, "Tunggulah untuk sementara waktu, karena aku juga berharap diizinkan berhijrah". Abu Bakr bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Biarlah ayahku aku kurbankan untuk Anda, apakah Anda juga berharap diizinkan berhijrah?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Ya". Maka Abu Bakr menangguhkan keberangkatan hijrahnya agar nantinya ia bisa menemani Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam berhijrah. Selama empat bulan Abu Bakr memberi makan dua ekor onta miliknya dengan daun pohon Samur yang sengaja ditebang untuk itu. Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Pada suatu hari, ketika kami sedang duduk di rumah Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu pada tengah hari yang amat terik, seseorang berkata, "Itu dia Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendatangi kita dengan menyelubungkan kain pada kepalanya pada saat yang tidak seperti biasanya (tumben)". Mendengar itu, Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu berkata, "Biarlah aku kurbankan ayahku dan ibuku untuk Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Demi Allah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidaklah datang pada saat seperti ini kecuali ada sesuatu yang penting". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam minta izin masuk, kemudian beliau dipersilahkan. Ketika Rasululah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berada di dalam rumah Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu, beliau bersabda kepadanya, "Suruh keluar orang-orang yang berada di rumah ini". Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu berkata, "Di sini tidak ada siapapun kecuali keluarga Anda sendiri, ya Rasulullah. Biarlah ayahku aku kurbankan untuk Anda". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda "aku sudah diizinkan oleh Allah untuk berhijrah". Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu bertanya, "Biarlah ayahku aku kurbankan untuk Anda, apakah aku akan menemani Anda, ya Rasulullah?" Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Ya". Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu berkata, "Biarlah aku kurbankan ayahku dan ibuku untuk Anda, silahkan ambil salah satu dari dua ekor ontaku ini". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Aku mau, tetapi harus aku bayar harganya". Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Secepat mungkin kami mempersiapkan perbekalan untuk Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr. Kami membuatkan mereka makanan yang diletakkan di dalam kantong kulit. Asma membelah ikat pinggangnya menjadi dua, kemudian dia mengikatkannya pada ujung atas kantong kulit tersebut, sehingga dia dijuluki Dzatun nithaqain (perempuan yang memiliki ikat pinggang yang dibelah dua). Kata Aisyah ra: Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr sampai di duatu gua di gunung Tsur. Keduanya tinggal di gua itu selama tiga malam. Abdullah bin Abu Bakr tinggal bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr pada malam hari di gua itu. Ketika itu Abdullah bin Abu Bakr masih remaja, cerdas dan cerdik. Sebelum fajar, Abdullah bin Abu Bakr sudah meninggalkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr, sehingga ketika pagi dia sudah berada di Mekkah di tengah orang-orang kafir Quraisy seolah-olah dia semalaman berada di Mekkah. Abdullah bin Abu Bakr selalu mengingat apa yang ia dengar dari orang-orang kafir Quraisy mengenai rencana mereka untuk membunuh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr, lalu ia memberitahukannya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr pada malam hari. Ketika hari mulai gelap, Amir bin Fuhairah, budak Abu Bakr yang telah dimerdekakan, membawa biri-biri ke gunung Tsur agar air susunya yang masih segar bisa diminum oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr, yaitu air susu biri-biri mereka dihangatkan dengan batu panas, sehingga mereka berdua selalu merasa segar semalaman. Sebelum fajar, Amir bin Fuhairah sudah membawa pulang biri-biri tersebut. Dia melakukan demikian itu setiap malam selama tiga malam. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr menyewa seorang laki-laki dari Bani Adiy, bagian dari Bani Abdullah bin Adiy, sebagai penunjuk jalan yang mahir. Laki-laki tersebut memiliki persekutuan dengan keluarga Al-Ash bin Wa'il As-Sahmi dan beragama/berkeyakinan seperti orang-orang kafir Quraisy. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr mempercayai laki-laki tersebut dan menyerahkan dua ekor onta mereka kepadanya dengan janji bahwa ia akan membawa onta tersebut ke gua Tsur setelah lewat tiga malam. Akhirnya laki-laki tersebut benar-benar membawa dua ekor onta itu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr pada pagi hari setelah menyertai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr, begitu pula laki-laki sebagai penunjuk jalan tadi. Penunjuk jalan itu mengajak mereka menyusuri jalan pantai. Suraqah bin Malik bin Ju'syum Al-Mudliji berkata, "Beberapa orang utusan dari orang-orang kafir Quraisy menemui kami dengan menjanjikan upah bagi siapa saja yang berhasil membunuh atau menangkap Muhammad dan Abu Bakr, masing-masing sebesar uang darah (100 ekor onta)". Kata Suraqah selanjutnya, "Ketika aku sedang duduk bersama orang-orang Bani Mudlij, sukuku, tiba-tiba ada seorang dari mereka datang menemui kami dan berdiri di hadapan kami, sementara kami tetap duduk, kemudian dia berkata, "Wahai Suraqah, baru saja aku melihat beberapa orang menyusuri pantai yang aku kira Muhammad dan para sahabatnya". Kata Suraqah, "Meskipun aku yakin bahwa mereka adalah Muhammad dan para sahabatnya, tetapi aku katakan kepada orang yang menemuiku, "Mereka yang kau lihat itu bukan Muhammad dan para sahabatnya, melainkan si fulan dan si fulan, yang tadi kami melihat mereka berangkat". Kata Suraqah, "Aku tetap berada di kelompok itu beberapa saat, kemudian aku beranjak pulang. Aku diperintahkan budak perempuanku untuk mengambil kudaku yang berada di balik bukit agar ia persiapkan untukku. Aku mengambil tombakku di atas rumah, lalu aku membawanya dengan aku rendahkan ujungnya yang tajam ke dekat tanah. Aku dekati kudaku dan aku menaikinya, lalu aku memacunya, sehingga aku menyusul Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan orang-orang yang menyertainya. Ketika aku mendekati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, kudaku tergelincir dan akupun jatuh tersungkur. Aku bangun dan tanganku meraih kantong anak panah, lalu aku menentukan pilihan dengan mempergunakan anak panah sebagai alat untuk mengundi "Apakah aku harus mencelakai mereka ataukah tidak?" Ternyata hasil undian yang muncul adalah pilihan yang tidak aku sukai, yaitu tidak mencelakai mereka. Aku menaiki kudaku lagi dan aku tinggalkan pengundian. Ketika aku mendekati Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lagi, aku mendengarnya membaca Al-Quran tanpa menoleh, sementara Abu Bakr sering-sering menoleh ke belakang, tiba-tiba dua kaki depan kudaku terpuruk ke dalam tanah hingga batas lututnya sehingga akupun tersungkur. Aku berupaya membangkitkan kudaku dengan susah payah dan hampir saja tidak bisa bangkit, namun akhirnya kudaku bisa berdiri, tiba-tiba tanah bekas terperosoknya kudaku mengepulkan debu bagai asap ke angkasa, lalu akupun menentukan pilihan dengan undian anak panah ternyata hasil undian yang muncul adalah apa yang tidak aku sukai, yaitu aku tidak boleh mencelakai mereka. Kemudian aku berteriak memanggil mereka bahwa mereka dalam keadaan aman, lalu mereka berhenti. Aku menaiki kudaku lagi sehingga aku menghampiri mereka --- ketika aku mendapatkan halangan untuk menghampiri mereka, aku berkata dalam hati bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam akan memperoleh kemenangan---, kemudian aku katakan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Orang-orang kafir Quraisy telah menentukan upah sebanyak 100 ekor onta bagi orang yang berhasil membunuh atau menangkapmu"". Kata Suraqah, "Aku juga memberitahukan kepada Rasulullah dan sahabatnya mengenai rencana orang-orang kafir Quraisy. Aku menawarkan perbekalan dan sejumlah harta kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan sahabatnya tetapi mereka menolak. Permintaan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr kepadaku tiada lain hanyalah, "Rahasiakan kami". Aku meminta Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menuliskan pernyataan pemberian keamanan untukku, kemudian beliau menyuruh Amir bin Fuhair menuliskannya di lembaran kulit. Setelah itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melanjutkan perjalanan". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan Az-Zubair di tengah kafilah para pedagang muslimin yang kembali dari Syam. Az-Zubair memberikan pakaian putih kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakr, sementara itu orang-orang muslim di Madinah telah mendengar keberangkatan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dari Mekkah, sehingga mereka setiap pagi menunggu di Al-Harrah. Mereka menunggu-nunggu kehadiran Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sehingga terik matahari membuat mereka pulang. Pada suatu hari mereka terpaksa pulang setelah mereka menunggu kehadiran Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam waktu yang lama. Ketika mereka sampai di rumah masing-masing, seorang Yahudi naik ke atap rumahnya untuk melihat sesuatu, maka dia melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beserta para sahabatnya dengan pakaian putih-putih bagai fatamorgana, sehingg aorang Yahudi tersebut tidak dapat menahan teriakannya sekeras mungkin, "Hai orang-orang Arab, inilah orang besar yang kalian tunggu-tunggu". Mendengar itu kaum muslimin segera mengambil senjata kemudian mereka menemui Rasulullah saw di tengah Al-Harrah. Rasulullah saw berjalan bersama mereka ke arah kanan sehingga beliau singgah di Bani Amr bin Auf. Peristiwa tersebut adalah pada hari Senin, bulan Rabi'ul Awwal. Abu Bakr berdiri di hadapan orang banyak, sementara Rasulullah saw duduk dengan diam. Orang-orang Anshar yang belum mengenal Rasulullah saw datang, kemudian mereka menyalami Abu Bakr (yang mereka kira Rasulullah saw). Ketika terik matahari menyengat Rasulullah saw, Abu Bakr menaungi beliau dengan kain, maka semenjak itu orang-orang mulai mengenal Rasulullah saw. Rasulullah saw tinggal di keluarga Bani Amr bin Auf selama 10 hari dan mendirikan masjid Quba yang didirikan atas dasar takwa, kemudian Rasulullah saw melaksanakan solat di masjid tersebut. Berikutnya Rasulullah saw menaiki ontanya dengan diiringi para sahabatnya, sehingga onta tersebut berlutut di suatu tempat yang disitu nantinya didirikan masjid Rasulullah saw (masjid Nabawi) di Madinah. Ketika itu Rasulullah saw melaksanakan solat di situ bersama kaum muslimin. Tempat tersebut adalah tempat untuk pengeringan kurma milik Suhail dan Sahl, dua anak yatim yang diasuh oleh As'ad bin Zurarah. Ketika onta Rasulullah saw berlutut di tempat itu, beliau bersabda, "Insya Allah, inilah tempat yang dikehendaki Allah". Rasulullah saw memanggil Suhail dan Sahl untuk menanyakan harga tanah tempat pengeringan kurma tersebut untuk beliau pergunakan mendirikan masjid. Suhail dan Sahl berkata, "Ya Rasulullah, kami menghibahkan tanah ini kepada Anda". Rasulullah saw tidak mau menerimanya sebagai hibah, sehingga beliau membelinya dari dua anak tersebut, kemudian beliau mendirikan masjid di situ. Dalam mendirikan masjid tersebut, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersama kaum muslimin mengangkut batu. Sambil mengangkut batu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melantunkan bait-bait puisi (yang artinya), "Beban ini lebih baik daripada beban Khaibar, karena beban ini bagi Tuhan kami lebih baik dan lebih suci. Ya Allah, balasan baik yang sejati adalah kelak di akhirat, maka berikan kasih sayang-Mu kepada orang-orang Ansyar dan Muhajirin"".
3909 Diriwayatkan dari Asma Radliyallaahu 'anhu bahwa ia mengandung Abdullah bin Zubair Radliyallaahu 'anhu. Kata Asma: Ketika aku hamil tua, aku pergi berhijrah ke Madinah. Ketika aku sampai di Quba, aku melahirkan Abdullah bin Zubair, lalu aku membawanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan aku meletakkannya di atas pangkuan beliau. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminta sebuah kurma, kemudian beliau mengunyahnya, lalu beliau suapkan sebagiannya ke dalam mulut Abdullah bin Zubair, sehingga yang pertama kali masuk ke dalam mulut Abdullah bin Zubair adalah air liur Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Beliau mengoleskan kunyahan kurma ke langit-langit mulut Abdullah bin Zubair dan memohon agar Allah memberkahinya. Abdullah bin Zubair adalah bayi pertama yang lahir di tanah Islam (Madinah).
3922 Diriwayatkan dari Abu Bakr Radliyallaahu 'anhu, di berkata: Ketika saya bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di gua Tsur, saya mendongak ke atas, tiba-tiba saya melihat telapak kaki orang-orang yang mengejar kami. Saya berkata, "Ya Rasulullah, kalau salah seorang dari mereka melihat ke bawah, tentu dia melihat kita". Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Diamlah, hai Abu Bakr, kita berdua dan Allah yang ketiga".

BAB 45: KEDATANGAN NABI SAW DAN PARA SAHABATNYA DI MADINAH
3925 Diriwayatkan dari Al-Bara bin Azib Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Orang yang pertama kali tiba di Madinah (dalam berhijrah) adalah Mush'ab bin Umair dn Abdullah bin Ummi Maktum. Keduanya mengajarkan Al-Quran kepada orang-orang Madinah. Orang yang tiba di Madinah berikutnya adalah Bilal, Sa'd, dan Ammar bin Yasir. Berikutnya adalah Umar bin Al-Khattab dalam rombongan yang berjumlah 20 orang dari para sahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, baru kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah. Saya tidak pernah melihat kegembiraan penduduk Madinah seperti kegembiraan mereka ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, sehingga budak-budak perempuanpun turut berkata, "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah tiba". Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, saya sudah membaca dan menghafal surah Al-A'laa sekaligus surah-surah Al-Mufashshal yang lain.

BAB 46: TINGGALNYA ORANG-ORANG MUHAJIRIN DI MEKKAH SEUSAI MELAKSANAKAN IBADAH HAJI
3933 Diriwayatkan dari Al-Ala' bin Al-Hadhrami Radliyallaahu 'anhu, dia berkata: Rsulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Orang-orang Muhajirin diizinkan tinggal di Mekkah selama tiga hari setelah keluar dari Mina (seusai menunaikan ibadah haji)".

BAB 47: KUNJUNGAN ORANG-ORANG YAHUDI KEPADA NABI SAW KETIKA BELIAU TIBA DI MADINAH
3941 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Jika ada 10 pemimpin orang-orang Yahudi beriman kepadaku, niscaya semua orang Yahudi akan beriman kepadaku".

0 komentar: