Yahudi Menggenggam Dunia (19)

Oleh : William G. Carr
Penterjemah : Musthalah Maufur MA

Peperangan Sipil Amerika (1861-1866) dan Terbunuhnya Abraham Lincoln
Perang sipil Amerika merupakan peristiwa sejarah terpenting bagi negara itu. Kita tidak akan membahas deskripsi mengenai perang yang terkenal itu. Buku sejarah sudah banyak mengungkapnya. Hanya saja, dalam peristiwa itu ada hal-hal yang tersembunyi bagi pandangan umum, yaitu perang yang dimainkan oleh para pemilik modal internasional, dan akibat yang ditimbulkan oleh perang itu.



Pada tahun 1857 di London, Princess Leonara, putri direktur perusahaan Rothschild and Brothers cabang Inggris punya hajad mengawinkan anak putrinya bernama Louica Rothschild dengan seorang pria kerabat dekat dari Perancis bernama Alfonso Rothschild. Sejumlah pemilik modal dari berbagai negeri berkumpul dalam upacara pernikahan itu, di samping beberapa politisi, antara lain Benjamin Disraeli, seorang politikus jempolan Yahudi, yang kelak
menjadi perdana menteri Inggris sampai beberapa kali. Dalam upacara itu Disraeli menyampaikan sambutan, antara lain :

"Saat ini para pemuka keluarga besar Rothschild yang ketenarannya meluas di seluruh Eropa dan di setiap ujung dunia berkumpul di tempat ini." Kemudian ia melanjutkan kata-katanya yang ditujukan kepada keluarga Rothschild cabang Paris dan London : "Kalau Anda berdua berminat, kita akan membagi Amerika Serikat menjadi dua bagian. Satu bagian untuk James (pimpinan cabang Perancis) dan bagian lainnya untuk Leonnel (cabang Inggris). Adapun
Napoleon .... adapun Napoleon III, Kaisar Perancis, kita akan memberikan wilayah yang akan kita tentukan kemudian. Mengenai Bismarck, Kanselir Jerman, jatah nasibnya adalah yang telah kita sediakan untuknya, yaitu sebesar pijakan kaki, yang kita akan mengenyahkannya."

Sejarah telah menjelaskan kepada kita, bagaimana keluarga Rothschild memilih Yahuda Benjamin, seorang kerabat Rothschild sendiri, sebagai pimpinan yang mewakili perusahaan keluarga itu di Amerika. Bagaimana peristiwa demi peristiwa terjadi kemudian, hingga pecahnya perang sipil Amerika bisa meletus? Para pemilik modal melaksanakan program yang telah
disinggung oleh Disraeli tadi. Ia mendesak Napoleon III untuk menduduki Meksiko, lalu mencaplok negeri itu ke dalam kekuasaan imperiumnya.

Pemerintah Britania Raya kembali menduduki Amerika Utara. Dalam perang ini, para tokoh pemilik modal Yahudi punya dua ujung tombak sasaran, yaitu pertama menciptakan kesempatan emas yang bisa dieksploitasi untuk mengeluarkan pinjaman dan penjualan senjata kepada Napoleon III, untuk mempersenjatai diri di Meksiko, di samping untuk mengulurkan persenjataan di Amerika Selatan yang masih muda itu. Sedang sasaran kedua adalah, bahwa
wilayah ini akan jatah ke tangan para pemilik modal internasional secara langsung. Lebih dari itu, mereka akan menghalangi presiden besar Abraham Lincoln dengan perang ini, agar dia tidak membebaskan perbudakan di Amerika. Mereka menyadari, bahwa perbudakan yang berkelanjutan tentu akan menyebabkan kehancuran bangsa Amerika itu sendiri. Presiden Lincoln sendiri telah mengetahui masalah ini, sehingga ia pernah mengucapkan katakata
yang populer : "Tidak mungkin suatu bangsa akan bertahan hidup, kalau setengah dari jumlah warganya terdiri dari warga yang berstatus merdeka, sedang setengah lainnya hidup dalam ikatan perbudakan."

Perang itu tidak sejalan dengan harapan para pemilik modal internasional. Setelah perang berjalan 2 tahun, pasukan Selatan tampak mengalami kemunduran dan membutuhkan bantuan. Para pemilik modal menoleh kepada Napoleon III, dan mendesaknya agar tetap maju perang. Mereka menyanggupi memberi tambahan bantuan materi kepada Napoleon dengan target, bahwa mereka kelak akan bisa menguasai Louisiana dan Texas. Czar Rusia mendengar
berita ini, dan menjadi marah karenanya. Czar kemudian mengancam Inggris dan Perancis, bahwa penyerbuan dalam bentuk apa pun terhadap Amerika Serikat berarti menyerbu wilayah Rusia sendiri. Ancaman itu bukan hanya gertak sambal. Czar mengirim pasukan angkatan lautnya menuju sepanjang pantai kota New York dan San Francisco, dan menyerahkan komando pasukan laut ini kepada presiden Abraham Lincoln sendiri.

Manuver keras para pemilik modal untuk merebut perekonomian Amerika Serikat mengalami kendala besar, karena adanya tantangan gigih dari presiden Lincoln. Abraham Lincoln bekerja keras untuk melepaskan rantai yang mengikat erat leher Amerika dalam sektor perekonomian. Untuk mencapai perjuangan, Lincoln berpegang pada undang-undang Amerika teks ke 5 bagian
ke 8 butir 1, yang isinya memberikan wewenang kepada Kongres untuk mengeluarkan mata uang di samping hak untuk mengeluarkan nota Bank senilai 450 juta dolar yang jumlah hutang nasional akan dijadikan penutupnya.

Para pemilik modal Yahudi Internasional ketika itu mengerahkan segala kekuatannya untuk menghadapi Lincoln yang mengancam kedudukan mereka. Mereka mulai mengadakan manuver dan kegiatan terselubung, dengan tujuan menjatuhkan Lincoln. Manuver pertama bisa mereka capai melalui Kongres agar Kongres mengesahkan undang-undang baru yang bisa mencegah
pembatasan bunga pinjaman nasional atas harga barang-barang impor dengan mata uang tersebut. Di samping itu, mereka juga mengumumkan perang kepada mata uang baru itu di pasaran internasional dan bank-bank asing, sehingga nilainya turun sampai tingkat rendah, yaitu sepertiga dari nilai normal. Setelah itu mereka memborong mata uang tersebut yang masih beredar, untuk membeli nota bank simpan-pinjam negara dengan harga penuh
menurut nilai dolar. Dengan demikian, para pemilik modal telah berhasil melempar batu dan sekaligus mendapat dua ekor burung, yang mengakibatkan anjloknya nilai mata uang negara dari satu sisi, dan mereka mengeruk keuntungan besar-besaran di sisi lain. Berikut ini petikan beberapa kalimat dari surat instruksi para pemilik modal di Eropa kepada lembaga keuangan di
Amerika Serikat :

"Kami tidak bisa menerima beredarnya mata uang baru Amerika, kecuali kalau itu berpindah di bawah kekuasaan kami. Kami bisa mencapai tujuan ini lewat nota bank pinjaman nasional, yang pada akhirnya bisa menguasai mata uang pemerintah."

Para pemilik modal telah berhasil menanamkan pengaruh mereka di kalangan sejumlah anggota Kongres dan Senat. Dengan mudah mereka bisa menundukkan Kongres dan membungkam suaranya, untuk mendukung disahkannya undang-undang keuangan pada tahun 1863, yang
menguntungkan para pemilik modal itu, meskipun ditentang oleh presiden Lincoln. Dengan demikian, tertancaplah kuku baru Yahudi dalam memperebutkan perekonomian Amerika Serikat. Berikut ini kutipan sebuah surat dari Konglomerat Rothschild kepada sebuah lembaga keuangan raksasa di London yang terletak di Wall Street, yang kondang sampai sekarang, yaitu
lembaga keuangan Eickhaimer, Morton dan Van der Gold. Surat itu tertanggal 25 Juni 1863, berbunyi :

"Mr. John Shirman menulis surat kepada kami dari negara bagian Ohio Amerika Serikat, untuk memberikan informasi mengenai spekulasi keuntungan besar yang akan bisa diperoleh, setelah undang-undang baru yang disahkan oleh Kongres mengenai perbankan. Mr. Shirman mengatakan, bahwa ini merupakan kesempatan yang belum pernah ditemukan oleh para pemilik modal internasional selama ini untuk mengeruk keuntungan besar. Tampaknya undang-undang ini akan menjamin Bank Amerika untuk menguasai perekonomian Amerika."

Rothschild berbicara panjang lebar dalam suratnya itu, yang pada akhirnya ia mengemukakan pandangannya sebagai berikut :

"Hanya beberapa orang yang tahu hakikat undang-undang baru mengenai keuangan.
Mereka akan menghadapi dua pilihan, dan tidak ada lainnya, yaitu apakah mereka akan
mengikuti di belakang kita untuk mendapat beberapa keuntungan, ataukah akan menentang kita, sedang mereka telah terikat oleh undang-undang itu. Oleh karena itu, sikap oposisi yang menentang undang-undang itu akan sia-sia. Kebanyakan orang Amerika adalah golongan yang tidak bisa berfikir tentang keuntungan apa yang diperoleh oleh para pemilik modal internasional dari undang-undang ini. Mereka tidak akan berfikir, bahwa undang-undang ini sebenarnya merupakan musuh bagi kepentingan mereka sendiri."

Hormat kami
(Rothschild & Brothers)

Di bawah ini adalah kutipan surat balasan yang dikirim oleh perusahaanperusahaan
Eickhaimer, Morton dan Van der Gold kepada Rothschild bersaudara :

"Tuan-tuan yang mulia, kami telah menerima surat tuan. Tampaknya Mr. John Shirman adalah seorang yang memiliki sifat kecerdikan, seperti yang dimiliki oleh seorang konglomerat berbakat dan bisa mengantisipasi perkembangan yang akan mendatangkan keuntungan besar. Padahal umurnya masih sangat muda. Di samping itu, ia mengidamkan untuk bisa menduduki kursi kepresidenan Amerika Serikat. Sekarang ia anggota Kongres. Fikiran sehat telah membuatnya sadar, bahwa untuk memperoleh keuntungan besar adalah dengan mengadakan persahabatan dengan tokohtokoh dan lembaga-lembaga yang memiliki sumber dana keuangan besar, yang menurut dia bukan saja menggunakan uang sebagai alat untuk mencari dukungan pemerintah,
melainkan juga untuk memukul pihak yang menentang kepentingan mereka."

Selanjutnya butir undang-undang tentang keuangan yang baru itu disebut berulang-ulang oleh Rothschild, dan menyinggung keuntungan yang bakal diperoleh dari upaya itu. Setelah itu, baru kata-kata berikut ini mengakhiri surat di atas :

"pihak Bank telah mendapat wewenang bukan untuk mengurangi atau menambah mata
uang yang beredar, sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu, bank juga mendapat wewenang hukum untuk memberi pinjaman atau menariknya kembali bila dianggap perlu. Mengingat bahwa bank adalah lembaga paling penting dalam suatu negara, maka pihaknya bisa bekerja dalam lingkup satu strategi, dan menentukan pasaran uang, sebagaimana yang dikehendaki. Kalau mau misalnya, mengurangi seluruh jenis produksi nasional dalam satu minggu, atau bahkan satu hari pun, hal itu akan bisa terlaksana. Oleh karenanya, lembaga-lembaga keuangan mendapat eksepsi hukum dari kewajiban membayar pajak atas pinjamannya, sahamnya, depositonya dan seluruh asetnya. Kami yakin, bahwa surat ini akan tuan anggap sebagai catatan istimewa."

Hormat kami
(Eickhaimer, Morton dan Van der Gold)

Surat di atas tidak memerlukan komentar lagi. Hanya sebagai tambahan saja perlu ditandaskan di sini, bahwa dengan adanya undang-undang baru tersebut, para pemilik modal internasional berhasil menguasai perekonomian Amerika Serikat, dan bukan pemerintah yang menguasainya. Bank-bank itu pada hakikatnya adalah lembaga keuangan Yahudi, khususnya ketika modal
nasional dalam keadaan lemah. Sedang pemerintah menggantungkan pada income besar dan tetap. Negara terpaksa akan bergantung pada para pemilik modal internasional tersebut, yang menguasai kebanyakan lembaga keuangan dan bank-bank internasional.

Dalam menghadapi persekongkolan seperti itu, tidak ada jalan lain bagi Abraham Lincoln, kecuali mengingatkan seluruh rakyat Amerika secara terbuka. Kali ini bangsa Amerika akan mendengarkan suara akal dan peringatan dari presiden mereka. Lincoln tidak segan-segan lagi menyerang secara terbuka para pemilik modal internasional dengan ucapan provokatif,
antara lain :

"Saya melihat dengan jelas sebuah ancaman krisis sedang datang mendekati kita sedikit
demi sedikit, yaitu sebuah krisis yang membuat bulu-kudukku berdiri, karena cemas apa
yang bakal menimpa negeri ini. Siasat suap-menyuap telah menjadi cara yang selalu dijadikan pegangan. Pada gilirannya, kelak akan terjadi kerusuhan dan kehancuran besar-besaran, sebagaimana seluruh kekayaan negara pada akhirnya akan jatuh ke tangan sekelompok kecil orang yang tidak segan-segan lagi menelan dan sekaligus menghancurkan bangsa ini."

Peringatan Lincoln itu disampaikan menjelang habis masa jabatannya sebagai presiden Amerika Serikat. Akan tetapi, dalam pemilihan berikutnya ia terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya. Kali ini ia bertekad akan memperjuangkan sebuah undang-undang yang bisa menyingkirkan cengkeraman kuku Konspirasi dari Amerika. Hal inilah yang membuat mereka segera mempersiapkan diri untuk mencegah datangnya bahaya dari Lincoln.
Maka, pada malam 14 April 1865, presiden Lincoln dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth. Mayoritas rakyat Amerika tidak tahu sebab-sebab tindakan kriminil ini. Begitu pula catatan sejarah tidak mengupas peristiwa pembunuhan tersebut secara jelas. Hanya para penyelidik yang mendapat bukti-bukti kuat mengenai adanya hubungan nyata si pembunuh,
John Dickles Booth dengan Yahuda B. Benjamin, yang telah kita singgung sebelumnya, bahwa ia adalah agen Rothschild di Amerika. Namun para pemilik modal Yahudi internasional kali ini juga tetap berada di balik layar dengan selamat. Sementara itu, si pembunuh harus menghadapi hukuman setimpal di muka pengadilan. Dengan terbunuhnya Lincoln, berarti jalan untuk
menguasai perekonomian Amerika terbuka seluruhnya bagi para pemilik modal Yahudi internasional.

0 komentar: