Yahudi Menggenggam Dunia (28)

Oleh : William G. Carr
Penterjemah : Musthalah Maufur MA



Zionisme mencekik Inggris
1. Rahasia di balik masalah Palestina

Setelah Asquith dan pemerintahannya jatuh, Konspirasi bisa menempatkan Tiga Serangkai Lloyd George, Balfour dan Churchill untuk memerintah Inggris. Berubahlah perimbangan kekuatan dunia. Amerika tiba-tiba melibatkan diri dan memihak Inggris dalam perang melawan Jerman pada pertengahan tahun 1917, tiga tahun setelah perang pecah selama masa itu masing-masing pihak dalam keadaan seimbang. Amerika sebenarnya tidak punya kepentingan apaapa
dalam perang ini, meskipun negara itu harus mengorbankan ribuan putra terbaiknya, dan mengeluarkan jutaan dolar. Publik opini Amerika menunjukkan, bahwa mayoritas penduduknya menolak keterlibatan negaranya dalam perang itu. Sebenarnya bangsa Amerika masih memandang bangsa Eropa, khususnya Inggris, dengan mata kebencian dan kewaspadaan. Mereka belum bisa melupakan perang melawan penjajah Inggris itu. Akan tetapi, di sana ada faktor baru, yaitu gerakan Zionisme yang sepenuhnya mengendalikan pemerintah Inggris, dan juga pengaruhnya yang sangat kuat di Amerika. Maka opini publik Amerika bukanlah satu-satunya pertimbangan yang menentukan kebijakan pemerintahnya. Faktor baru itu didukung oleh adanya berbagai bentuk hubungan yang dilakukan dari balik layar. Dan yang paling menonjol adalah hubungan Rothschild dengan menteri luar negeri Inggris Arthur George Balfour, dan hubungan Balfour bersama Lord Reading dari satu sisi dan dari sisi lain dengan perusahaan Cohen-Lobe di New York, yang mewakili kelompok pemilik modal internasional di Amerika. Hubungan terakhir dilakukan secara resmi, ketika pemerintah Inggris mengutus menteri luar negerinya Balfour pada 5 April 1917, untuk mengadakan pertemuan dengan
kelompok Cohen-Lobe beserta para wakil perusahaan monopoli yang tergabung dalam Cohen-Lobe itu. Balfour menyampaikan secara resmi atas nama pemerintahnya, bahwa pemerintah Inggris akan mendukung proyek yang mengacu pada terwujudnya Zionisme politik, sebagai imbalan atas kesediaan mereka mendukung keterlibatan Amerika ke dalam perang memihak
Inggris. Demikianlah kedua belah pihak telah sepakat dan kemudian benarbenar melaksanakan. Tepat pada tanggal 7 Juni 1917 pasukan Amerika pertama tiba di Eropa. Sedang Inggris sesuai dengan perjanjian tersebut melaksanakan langkah bagi terwujudnya Zionisme politik.



2. Deklarasi Balfour
Kita kembali kepada masalah hubungan pertama antara Rothschild dan Balfour. Tanggal 18 Juli 1917 Lord Rothschild yang mewakili cabang Rothschild and Brothers menulis surat kepada Balfour yang isinya :

"Sesuai dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada Anda. Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah baginda Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami maksudkan kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang pernyataan itu, kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan
Zionisme dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk membicarakan masalah itu." Lord Rothschild

Adapun bunyi teks pernyataan yang diminta oleh Lord Rothschild, yang telah disetujui oleh pemerintah kerajaan Inggris adalah yang kelak menjadi deklarasi Balfour, yang isinya :
1) Pemerintah kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina.
2) Pemerintah kerajaan Inggris akan mengupayakan dengan segala kepastian yang dimilikinya untuk mendukung tercapainya tujuan ini.
Pemerintah kerajaan Inggris juga akan membicarakan cara dan sarana yang dibutuhkan oleh organisasi Zionisme untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Demikianlah sikap pemerintah kerajaan Inggris di bawah Perdana Menteri Lloyd George, yang diwakili oleh menteri luar negerinya Arthur George Balfour, yang bertekuk lutut tanpa syarat kepada arsiteknya. Bahkan pemerintah Inggris tidak menawar sama sekali persyaratan yang diajukan oleh Lord Rothschild dan kawan-kawannya dari organisasi Zionis. Bukti lain yang
menunjukkan adanya hubungan pemerintah Lloyd George dengan tokoh-tokoh Zionis adalah disetujuinya tuntutan mereka yang lain. Yaitu tuntutan untuk memilih Lord Reading sebagai kepala perutusan ekonomi Inggris di Amerika Serikat. Padahal, Lord Reading itu tidak lain adalah seorang Yahudi yang menyamar. Nama aslinya adalah Sir Roefoss Isac, yaitu orang yang tersangkut skandal Marcony yang terkenal itu, sebelum mendapat gelar Lord. Pemerintah
Inggris memberi gelar itu kepadanya dengan maksud, agar skandal yang telah menjatuhkan namanya itu akan terkubur dalam ingatan orang. Dan pemerintah Inggris terpaksa memilihnya untuk menduduki posisi rawan itu, karena desakan dari Lord Rothschild dan kawannya seperti Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner tertinggi Inggris di Palestina, dan Sir Alfred Mond, yang kelak juga mendapat gelar Lord.

Sementara itu, Lord Reading telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan pemerintah Amerika Serikat mengenai masalah keuangan, yang tidak seorang pun bisa mengungkap. Hasil dari pembicaraan itu baru bisa dilihat dari tinjauan kembali tentang struktur Bank Inggris, berdasarkan sistem baru setelah tahun 1919, yang kemudian muncul hubungan keuangan besar-besaran antara kedua negara. Di bawah ini adalah kutipan beberapa kalimat dari
sebuah surat yang dikirim oleh Yacob Sheiff, seorang tokoh Yahudi yang mewakili perusahaan Cohen-Lobe di New York kepada salah seorang pimpinan organisasi Zionisme bernama Freedman pada bulan September 1917 sebagai berikut :

"Saya benar-benar yakin sekarang, bahwa jaminan yang diberikan oleh Inggris, Amerika dan Perancis kepada kita telah memungkinkan dimulainya imigrasi besar-besaran bagi bangsa kita ke tanah Palestina. Jalan akan terbuka kelak untuk menempatkan jaminan dari negara-negara besar mengenai kemerdekaan bangsa kita, yaitu ketika bangsa kita di sana telah mencapai jumlah yang cukup untuk bisa dijadikan alasan bagi tuntutan seperti itu."

Bukti-bukti seperti itu rasanya cukup jelas untuk membuka tirai yang menutupi, siapa sebenarnya Kekuatan Terselubung yang menguasai perjalanan sejarah bangsa-bangsa dari balik layar. Itu memperjelas, bahwa Zionisme bukanlah suatu gerakan yang lahir dari 'rahim kebetulan.' Ia merupakan anak dari sebuah program jangka panjang, yang dibentuk oleh perkumpulan pemilik modal internasional dengan tujuan menguasai seluruh dunia dengan
kekayaannya. Berikut ini diketengahkan beberapa data lain yang bisa melengkapi bukti-bukti yang lalu, yang bisa dijadikan bahan tambahan untuk meneropong beberapa sisi misterius dari pengaruh Kekuatan Terselubung dan Zionisme di Inggris.

Pada tanggal 28 Januari 1915 Perdana Menteri Asquith menulis dalam buku hariannya beberapa baris catatan berikut :

"Saya menerima catatan khusus dari Herbert Samuel dengan judul Masa Depan Palestina. Dia menyangka, bahwa kami mampu menempatkan sebanyak 3 sampai 4 juta bangsa Yahudi Eropa di bumi Palestina. Gagasan semacam ini bagi kami seperti kumpulan cerita mengenai perang salib baru. Saya menunjukkan kebencianku terus perang terhadap program dan gagasan yang
akan menambah beban tanggungjawab kami ..... dan seterusnya."

Catatan tersebut menunjukkan bukti kuat mengenai sikap Asquith terhadap Zionisme dan Konspirasi internasional. Tidak bisa diragukan lagi, bahwa sikap benci Asquith dan pemerintahannya menyebabkan pihak Konspirasi mengambil langkah-langkah baru untuk menumbangkan Asquith. Bahkan juga akan mendongkel sistem pemerintahan Inggris yang ada pada saat itu.
Memang benar, bahwa para pemilik modal sejak lama telah menguasai beberapa pabrik senjata di Inggris. Pada saat para perancang program Konspirasi mengumumkan perang terhadap Asquith yang menentang Zionisme, Inggris tiba-tiba dihadapkan pada krisis dahsyat di bidang produksi kimia sebagai bahan dasar bagi industri senjata perang dan amunisi. Direktur
produksi bahan kimia di Inggris ketika itu adalah seorang Yahudi bernama Sir Frederick Nathan. Ia memberikan tender bahan-bahan kimia kepada perusahaan Browner-Mond dengan kredit besar dari pemerintah sebagai bantuan. Sedang pemilik perusahaan itu tidak lain adalah dua orang pengusaha Yahudi terkenal, yaitu Browner dan Mond itu sendiri yang diambil
sebagai nama perusahaannya. Kemudian perusahaan itu membangun pabrik kimia raksasa di kota Silvertown dengan biaya dari bantuan kredit pemerintah itu. Ketika pabrik ini mulai memproduksi bahan-bahan kimia, kebutuhan bahan kimia pemerintah segera bisa diatasi. Pada saat itu media massa yang kebanyakan telah dikuasai oleh Konspirasi segera menyanjung keberhasilan Browner dan Mond sebagai patriot yang dibanggakan Inggris. Pada saat negara
sedang dikepung oleh ancaman krisis persenjataan, mereka tampil sebagai juru selamat. Sedang kecaman pedas dibebankan kepada pemerintah. Tidak lama kemudian, setelah proyek Silvertown beroperasi, terjadi ledakan dahsyat yang menghancurkan pabrik tersebut beserta 800 rumah di sekitarnya. Akibatnya, produksi bahan kimia macet dan kembali pula krisis mengancam pemerintahan Asquith. Sedang para pahlawan palsu beserta para perancangnya telah selamat dari kecaman, dan mendapat sanjungan serta pujian.

Sebagai penutup perlu kita ingatkan, bahwa Mond yang bergelar Sir Alfred Mond itu, yang kemudian menjabat pengawas produksi bahan kimia Inggris, di samping sebagai wakil pemerintah dalam produksi persenjataan di kerajaan itu adalah kelak menjadi kepala perwakilan Yahudi di Palestina. Telah kita ketengahkan peristiwa yang terjadi berturut-turut, hingga jatuhnya pemerintahan Asquith, yang kemudian digantikan oleh pemerintahan tiga serangkai, yaitu Lloyd George, Balfour dan Churchill. Kemudian menyusul berbaliknya perimbangan kekuatan dalam Perang Dunia I, setelah Balfour mengadakan kunjungan ke New York untuk menghubungi para pemilik modal internasional. Mungkin timbul pertanyaan di benak kita mengenai sebab yang memaksa menteri luar negeri Inggris harus pergi ke New York untuk
menghubungi mereka. Padahal, kelompok Rothschild punya pusat kegiatan di London, sebagaimana beberapa kali telah kita singgung. Untuk menjawab pertanyaan seperti itu, kita bisa melihat Encyclopedia Yahudi mengenai gerakan Zionisme sebagai berikut :

"Perang Dunia I telah memaksa pusat organisasi Zionisme di Berlin berpindah ke New York. Seluruh kekuasaan dan wewenang diserahkan kepada Komite Darurat Zionisme di bawah pimpinan seorang jaksa agung Amerika L.B. Brandes."
Dalam kaitan ini, seorang penulis berkebangsaan Inggris mengatakan dalam bukunya berjudul Waters Flowing to the East halaman 51 :

"Sejak itu, yaitu perpindahan pusat Zionisme dari Berlin ke Amerika, pengaruhnya tampak makin bertambah besar dalam kehidupan politik di Amerika dan Eropa. Perwakilan imigrasi Yahudi telah berubah menjadi kekuatan yang mampu mengirimkan dana dan informasi penting kepada kelompok sabotase di setiap negeri di dunia."

Kemudian seorang pengamat Amerika dalam bidang peperangan M. Harrisburger menambahkan dalam bukunya My Experiences in the First World War halaman 145-146 :

"Perusahaan milik orang Yahudi, Eliyans telah mentransfer uang sebesar 700.000 Franc Perancis pada 16 Maret 1916 kepada The Grand Eastern Lodge di Paris, dan kepada The Grand Eastern Lodge di Roma sebesar 1 juta Lira Italia pada tanggal 18 Maret tahun yang sama. Hal ini telah tercatat dalam dokumen perkumpulan itu. Tidaklah keliru, kalau kita meragukan, bahwa uang sebesar itu hanya untuk dibagikan kepada orang-orang Yahudi miskin. Jumlah itu sangat besar waktu itu. Di sana pasti ada tujuan lain."

Kita kembali lagi meneropong peristiwa keji yang mengakibatkan Konspirasi Zionisme berhasil menguasai Inggris sepenuhnya. Dalam periode ini digambarkan oleh seorang penulis Inggris A.N. Field dalam bukunya That's all Things halaman 4 sebagai berikut :

"Demikianlah pengaruh Yahudi tampak jelas setelah Lloyd George memegang kendali pemerintahan."

Pertemuan pertama yang diadakan oleh komite politik organisasi Zionisme, setelah Lloyd George memegang kendali kekuasaan dilaksanakan 7 Februari 1917 di kota London. L. Fray dalam bukunya Waters Flowing to the East halaman 55 mengatakan :

"Pertemuan pertama yang diadakan oleh Komite politik organisasi Zionisme adalah tanggal 7 Februari 1917 di rumah kediaman Moshe Gaster di London, dihadiri oleh :
1) Lord Rothschild, kepala Rothschild and Brothers cabang London, dan James Rothschild putra Edmond De Rothschild, kepala cabang Perancis untuk kelompok Rothschild and Brothers, dan kepala Dewan Pemukiman Yahudi yang mewakili Rothschild di Palestina.
2) Sir Mark Sykes, yang rumah tinggalnya terletak di distrik Ballingham Guinness London, yang merupakan pusat gerakan Zionisme di Inggris,
3) Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner Tinggi Inggris pertama di Palestina dan koordinator imigrasi Yahudi di wilayah itu.
4) Herbert Pantowich, yang kelak menjadi gubernur jenderal di Palestina.
Dialah orang yang bertanggung jawab dalam bidang hukum dan undangundang serta pelaksanaannya di Palestina.
5) Harry Sasheer
6) Joseph Cowen
7) Haim Weisman, seorang ketua Zionisme politik terbesar.
8) Nachom Sokolov, penanggungjawab dalam bidang propaganda yang kelak menulis buku The History of Zionisme.

Topik utama yang dibahas dalam pertemuan itu adalah strategi yang akan dipakai sebagai landasan pijak dalam perundingan resmi, yang akan menentukan perjalanan nasib Palestina, Armenia dan Irak. Seorang politikus Amerika Jeffrey menambah informasi mengenai pertemuan itu dalam sebuah komentarnya yang ia sajikan kepada pihak organisasi Zionis di Amerika Serikat sebagai berikut :

"Saya menyampaikan rincian hasil pertemuan ini kepada organisasi Zionisme di Amerika. Kemudian sejak itu, mereka mencampuri urusan dalam negeri Inggris, dan mengarahkan pemerintahan Lloyd George dalam masalah penting yang menjadi bidangnya."

Selanjutnya kita perlu mengukur, sejauh mana penyusupan Zionisme ke dalam pemerintahan Inggris pada saat itu diatur. Berikut ini beberapa pengakuan seorang tokoh Yahudi Samuel Landman yang dibeberkan sendiri kelak dalam bukunya Yahudi Internasional, diterbitkan di London tahun 1926 sebagai berikut :

"Setelah persetujuan ditandatangani oleh Sir Mark Sykes dan Haim Weizman serta Sokolov, mereka sepakat untuk mengirim sepucuk surat kepada jaksa agung Amerika Serikat L.D. Brandes, yang sekaligus juga kepala Komite Organisasi Zionisme di New York, untuk memberitahukan, bahwa pemerintah Inggris telah menyetujui untuk membantu orang-orang Yahudi dalam merebut Palestina dari tangan bangsa Arab. Imbalannya, persatuan Yahudi internasional bersedia bersekutu dengan Inggris, dan Zionisme di Amerika bersedia mendesak pemerintah Amerika untuk bergabung dengan sekutu. Pada saat itu, Amerika belum melibatkan diri dalam perang. Kemudian gerakan Zionisme di Amerika meniupkan arus kuat untuk mendukung dan menekan pemerintah Amerika agar terlibat dalam perang memihak Inggris. Ini membuat kekuatan Inggris menjadi unggul seketika."

"Kami mengirimkan surat serupa kepada jenderal Mac. Donaff, komandan angkatan darat Inggris. Dr Weizman sejak itu telah menjadi orang yang punya pengaruh besar, sehingga memungkinkan ia mengadakan hubungan langsung dengan jenderal Mac. Donaff, dan bisa mencampuri urusan militer. Ia berhasil memperoleh hak pembebasan 6 orang pemuda Yahudi dari dinas wajib militer. Padahal, negara masih dalam keadaan perang. Dr Weizman berhasil memperoleh pembebasan mereka dari dinas wajib militer, karena alasan yang ada hubungannya dengan kepentingan utama bagi negara."
"Adapun kepentingan utama yang dimaksud tidak lain adalah mendirikan kantor khusus untuk gerakan Zionisme, langsung di bawah pimpinan Weizman. Sedang ke 6 pemuda itu adalah saya sendiri dan 5 kawan lainnya, di antaranya Harry Sasheer, seorang anggota Komite politik organisasi Zionisme. Pemerintah baru di bawah pimpinan Lloyd George, Balfour dan Churchill menganggap organisasi Zionisme sebagai kawan dan sekutunya. Kantor-kantor perwakilan kita mendapat perlakuan istimewa dalam pelayanan urusan paspor untuk beberapa orang tertentu, transportasi dan pendanaan. Sebagai contoh, kami sendiri bisa menguruskan dokumen-dokumen perjalanan untuk seorang Yahudi berkebangsaan Turki Utsmani, karena ia adalah
kawan kami sendiri. Kementerian dalam negeri Kerajaan Inggris dengan mudah memberikan berbagai fasilitas, meskipun kerajaan Turki pada saat itu sedang berperang melawan Inggris. Setiap warga Turki Utsmani dianggap musuh."

Demikianlah sebagai penutup bab ini, kita bertambah yakin, bahwa langkah pertama dan paling utama yang ditempuh oleh pemerintah tiga serangkai adalah, bahwa politik negaranya (Inggris) akan mendukung program Rothschild untuk mendirikan sebuah negara bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina.

0 komentar: