Oleh : William G. Carr
Penterjemah : Musthalah Maufur MA
Kekuatan Konspirasi dan Napoleon
Setelah tahap di atas selesai, kekuatan Konspirasi mengincar seorang yang sedang naik daun, yaitu Napoleon Bonaparte. Mulailah sejak itu kekuatan Konspirasi mengulurkan dana besar-besaran kepada Napoleon untuk membiayai perang yang kondang itu, dengan tujuan untuk menyingkirkan sistem kerajaan di seluruh negara Eropa. Napoleon mengerahkan pasukannya
besar-besaran ke berbagai negara Eropa. Puncak pengerahan pasukan itu terjadi pada tahun 1804, ketika ia mengangkat dirinya sebagai Kaisar Perancis, dan mengangkat saudara-saudaranya menjadi raja di negara-negara Eropa yang ditaklukkan. Joseph dijadikan raja Napoli, Louis raja Belanda, dan Jerume raja Lostvalia (salah satu wilayah Jerman ketika itu). Nathan Rothschild juga dengan diam-diam mengangkat keempat saudaranya menjadi raja uang di
keempat kerajaan Eropa itu. Dengan demikian, merekalah penguasa yang sebenarnya di balik tahta kerajaan keluarga Napoleon.
Selanjutnya, pihak Konspirasi memilih negara Swiss sebagai pusat lembaga keuangan yang aman. Mereka berusaha menyelamatkan negara ini dari perang dan pertikaian umum. Dengan kata lain, Swiss akan dijadikan negara netral untuk selamanya. Setelah itu, kekuatan Konspirasi melangkah lagi kepada bisnis baru yang banyak memberi keuntungan, yaitu perdagangan 'perang'.
Untuk mencapai tujuan ini mereka harus menguasai pabrik-pabrik senjata, amunisi dan kapal perang, dan menguasai industri-industri baja, besi, kimia dan pabrik yang memproduksi alat perang lainnya. Dengan strategi ini, kekuatan Konspirasi mempersiapkan dana besar-besaran yang membanjiri berbagai proyek itu, yang kemudian produknya dialirkan kepada pihak yang
bersengketa tanpa kecuali. Akan tetapi muncul kendala bagi mereka, yang datang dari Napoleon sendiri. Awal mulanya Napoleon merasa puas terhadap para sesepuh Yahudi yang mengulurkan pinjaman uang besar-besaran kepadanya, untuk membiayai perlengkapan pasukannya sebesar itu. Akan tetapi, lama-kelamaan Napoleon menyadari, bahwa dibalik itu ada kekuatan
terselubung yang menggerakan tangannya. Napoleon mengambil langkah lebih hati-hati dan waspada, di samping berusaha untuk memukul kekuatan terselubung itu, apabila telah cukup bukti-bukti dan saat yang tepat telah tiba. Namun sebelum Napoleon bisa melaksanakan niatnya karena ia dan pasukannya masih mati-matian berperang melawan Rusia, kekuatan
Konspirasi telah memergoki gelagat yang tidak menyenangkan dari Napoleon.
Di sela-sela kesibukan Napoleon itulah pihak Konspirasi melihat adanya kesempatan yang tepat untuk memukul Napoleon, sehingga pasukan Napoleon menjadi kacau dan dipukul roboh oleh pasukan Rusia. Dalam lembaran sejarah pada umumnya disebutkan, bahwa kekalahan Napoleon oleh Rusia disebabkan oleh adanya kesulitan cuaca dingin dan salju tebal yang menghalangi laju pasukannya. Padahal, penyebab yang sebenarnya adalah karena jalur penghubung yang menuju pasukan Napoleon diputus oleh tangan-tangan terselubung, sehingga senjata dan amunisi yang dikirim untuk pasukannya tidak bisa sampai. Sementara itu, amunisi pasukan Rusia terus
mengalir dengan deras. Langkah kekuatan Konspirasi yang dilakukan untuk menghancurkan pasukan Napoleon kemudian memaksa Napoleon turun tahta.
Langkah ini oleh Konspirasi Internasional dijadikan tradisi untuk melangkah dan mengadakan kegiatan di masa-masa selanjutnya. pihak Konspirasi dalam melakukan taktik itu menggunakan kaki tangan orang-orang Serbia untuk menyelusup ke jajaran penting dalam industri, transportasi, logistik dan posisi rawan lainnya. Ketika itulah negara-negara yang telah dimasuki oleh mereka jatuh di bawah pengaruh kekuatan terselubung. Posisi kunci yang dikendalikan
mereka memungkinkan mereka melaksanakan kegiatan yang bisa menimbulkan kekacauan dalam suplai pasukan yang sedang bertempur di medan laga. Taktik Konspirasi yang dipakai untuk menghancurkan pasukan Napoleon dipakai lagi di kemudian hari untuk menghancurkan pasukan Czar Rusia pada tahun 1904 dalam menghadapi pasukan Jepang.
Sejarah telah mencatat, bagaimana peristiwa berikutnya terjadi setelah kekalahan Napoleon, disusul dengan peristiwa penurunan Napoleon dari tahta dan dibuang ke pulau Elba. Ketika Napoleon melarikan diri sebagai usaha untuk kembali, segera ditangkap kembali oleh jaringan yang telah dipasang oleh Konspirasi. Pertempuran Waterloo merupakan perang terakhir bagi
Napoleon. Adapun Nathan Rothschild, nasibnya justru sebaliknya. Ia telah berhasil menguasai keuangan di seluruh Eropa, setelah berakhirnya masa kejayaan Napoleon. Rothschild pada waktu itu telah membangun istana yang letaknya menghadap langsung dengan istana raja Louis XVIII, pewaris tahta kerajaan Perancis. Dari lokasi di seputar istana raja, Nathan bisa memantau gerak-gerik yang ada di sana dari jendela istananya sendiri itu. Para mata-mata
Konspirasi dalam istana raja Louis lebih mudah mengadakan hubungan dengan Nathan, khususnya mengenai perkembangan perang Waterloo yang hampir berakhir. Pada waktu yang sama, Nathan mengadakan jaringan lain untuk menguak informasi tentang perang tersebut, untuk kemudian dikirim ke Inggris. Pada saat datangnya berita mengenai keunggulan pasukan Wellington (panglima pasukan Inggris) atas Napoleon, dan dipastikan Wellington akan tampil sebagai pemenang perang, Nathan mengirimkan berita kebalikannya ke Inggris lewat utusannya. Dikatakan, bahwa Napoleon lah yang menang atas Wellington. Tak ayal lagi, berita itu membuat rakyat Inggris cemas, dan harga bursa uang anjlok seketika. Kemudian Nathan berangkat secepatnya ke Inggris dengan kapal khusus. Begitu Nathan menginjakkan kakinya ke London, segera saja ia memerintahkan anak buahnya untuk memborong seluruh penjualan
modal, saham, uang dan apa saja yang bisa dibeli. Peristiwa ini sangat mengejutkan semua pihak, setelah pada hari berikutnya tersiar berita yang sebenarnya, yaitu kemenangan Wellington atas Napoleon. Setelah pasar modal kembali normal, para pemilik modal Yahudi, khususnya Nathan telah memboyong keuntungan yang sangat besar. Tidak seorang pun membicarakan bagaimana Rothschild membungkam kemarahan pemerintah Inggris dan rakyatnya, akibat kerugian jutaan poundsterling dalam pasar modal London itu dalam waktu hanya satu hari. Dan jelas pula tercatat dalam sejarah, bahwa Rothschild setelah itu mengeluarkan bantuan kepada Inggris uang sebesar £ 18 juta, dan kepada Rusia £ 5 juta, karena negeri ini telah berjasa membantu
Konspirasi menghancurkan Napoleon. Ketika Nathan meninggal dunia tahun 1836, Bank Inggris benar-benar telah berada di tangannya. Dan hutang nasional Inggris kala itu telah mencapai £ 885 juta, akibat penjagalan ekonomi besarbesaran dalam pasar modal. Sedikit sekali orang yang bisa menemukan tokoh Free Mason Eropa yang bisa menyingkap, bagaimana The Grand Free Mason Lodge bisa menyusup ke posisi penting di negara-negara Eropa. Paus Paulus
Pius IX termasuk orang yang mengetahui gerakan yang dilakukan oleh Free Masonry itu, sehingga dia mengharamkan umat Kristen Katolik memasuki perkumpulan itu.
Kalau masih ada orang yang meragukan peran Konspirasi dalam peristiwa revolusi Perancis, bisa ditunjukkan bukti-bukti yang lebih jelas, yaitu ketika terjadi diskusi dalam Majelis Nasional Perancis yang diadakan pada tahun 1904. Kita bisa mengutip sebuah ucapan yang dilontarkan oleh De Rosanbe, seorang wakil anggota Majelis. Dia mengatakan "Kita telah yakin benar tentang masalah ini, yaitu bahwa Free Masonry adalah satu-satunya pihak yang merancang timbulnya revolusi Perancis. Dan sambutan serta tanggapan yang kita dengarkan dalam Majelis ini menunjukkan, bahwa sebagian kita tahu seperti yang saya ketahui."
Kemudian seorang anggota lain bernama Gommel, yang juga termasuk anggota perkumpulan The Grand Eastern Lodge Perancis berdiri mengatakan :
"Kita bukan hanya mengetahui hal itu, melainkan kita akan mengumumkan kepada khalayak ramai."
Pada acara makan malam besar-besaran yang diadakan di Paris pada tahun 1923, yang dihadiri oleh para politisi dan wakil-wakil dari Liga Bangsa-Bangsa (Nations-League) yang kelak menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations), seorang tokoh The Grand Eastern Lodge bangkit seraya mengatakan dengan penuh kebanggaan :
"Perancang Pemerintahan Perancis adalah putra Free Masonry Nasional Perancis. Dan perancang Republik Dunia besok adalah putri Free Masonry Internasional."
Demikian kita melihat kekuatan Konspirasi yang sampai tahun 1923 telah berani berbangga-bangga di tengah-tengah Pemerintahan Republik Perancis sebagai ayah Revolusi Perancis, yang diberi sebutan akbar itu. Dan mereka berani pula mengumumkan niatnya tentang program yang akan dilaksanakan di masa mendatang, seperti mendirikan Republik Dunia, yang dikatakannya
sebagai anak putri kandung Free Masonry Internasional. Fenomena ini tidak perlu mengherankan, sebagai akibat keberhasilan mereka dalam perjanjian Versailles dan dalam perang dunia I. Sebelum itu mereka telah berhasil menghancurkan sistem kerajaan Perancis, dan peristiwa yang terjadi pada abad ke 19 atas ulah tangan-tangan tersembunyi mereka.
Setelah tahun 1923, Kekuatan Konspirasi telah bisa mempersiapkan kakitangannya untuk menduduki posisi penting dalam pemerintahan Perancis. Monseour Edouard Herriot adalah seorang antek Konspirasi yang pertama kali bisa menduduki kursi Perdana Menteri Perancis pada tahun 1924. Sejak itu pula pengaruh Konspirasi sangat menentukan untuk mempersiapkan orangorang yang akan menduduki jabatan penting. Herriot telah berhasil memelopori gerakan sekulerisasi total di Perancis, menggantikan agama Kristen yang telah menjadi agama negara sejak berabad-abad lamanya. Seorang anggota kawakan dari The Grand Eastern Lodge bernama Leon Bluem adalah seorang Yahudi, dan seorang politikus Perancis terkemuka yang
memainkan peran penting dalam kebijakan politik Perancis sampai setelah perang dunia II. Ia berkali-kali menduduki jabatan menteri dan wakil perdana menteri. Tahun 1936 ia menjadi perdana menteri. Setelah itu, ia menjadi utusan Perancis untuk Liga Bangsa-Bangsa (Nations League) pada masa antara perang dunia I dan perang dunia II, yang bermarkas di Jerman. Sampai sekarang Konspirasi juga ingin menguasai Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations), dengan memanfaatkan keluguan negara-negara anggota yang berkumpul dalam satu badan internasional itu. Dengan demikian, negara-negara itu akan mudah menjadi mangsa bagi Konspirasi. Setelah Liga Bangsa-Bangsa dibubarkan, Konspirasi Yahudi Internasional berusaha menyelusup ke dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ada bukti nyata yang tidak boleh kita abaikan tentang usaha itu, yaitu ketika Badan Internasional itu menyetujui berdirinya
negara Israel, dan memberikan negeri Palestina kepada Zionisme Politik.
Amerika dan Uni Sovyet ikut mendukung berdirinya negara Israel itu. Kedua negara adidaya itu telah lama dipengaruhi oleh lobi Yahudi. Dengan demikian, tercapailah salah satu cita-cita Konspirasi, yang lebih dari setengah abad lamanya diperjuangkan. Jelaslah bagi kita, sejauh mana perjalanan yang telah ditempuh oleh kekuatan Konspirasi, setelah jatuhnya Napoleon Bonaparte.
0 komentar:
Posting Komentar