Oleh : William G. Carr
Penterjemah : Musthalah Maufur MA
KONSPIRASI BERCOKOL DI AMERIKA
Menancapkan kuku sedikit demi sedikit
Kalau kita menyimak sejarah Amerika modern, kita akan mengetahui asal-usul masuknya Yahudi, berawal sejak sejarah Amerika itu sendiri. Bahkan orangorang Yahudi telah berusaha mengembangkan sayap pengaruhnya di bumi itu sebelum Amerika Serikat lahir sebagai negara, yaitu ketika Amerika masih terdiri dari 13 wilayah koloni Inggris. Mata para pemilik modal mulai mengincar koloni Inggris di Amerika setelah Benjamin Franklin, seorang tokoh Amerika terbesar tiba di London ia disambut oleh para pemilik modal Yahudi yang telah menguasai perekonomian Inggris, seperti telah kita jelaskan sebelumnya.
Dalam dokumen Senat Amerika halaman 98 butir 33 terdapat laporan yang ditulis oleh Robert L.Owen, mantan kepala komisi bank dan keuangan dalam Kongres Amerika tentang pertemuan antara wakil-wakil perusahaan Rothschild dan Benjamin Franklin. Disebutkan antara lain, bagaimana para utusan Rothschild minta keterangan tentang sebab yang menurut hematnya
bisa membuat perekonomian di koloni Amerika maju. Franklin menjawab pertanyaan itu dengan kata-kata sebagai berikut :
"Masalah itu tidak sulit. Kita akan mencetak mata uang kita sendiri, sesuai dengan kebutuhan yang dihajatkan oleh industri yang kita miliki."
Menurut pengamatan Robert L. Owen, jawaban Franklin itu langsung membuat kelompok Rothschild tertarik untuk memanfaatkan kesempatan itu, untuk memetik keuntungan besar. Itulah yang tampak pada awal mulanya, bahwa mencetak mata uang sendiri bagi koloni Inggris di Amerika merupakan larangan hukum, agar koloni itu tetap menggantungkan sistem keuangannya pada bank Inggris.
Sementara itu, Amschel Mayer Rothschild masih tinggal di Jerman mengurusi perusahaannya. Ia merekrut tentara profesional sewaan di Jerman, dan mengirimnya kepada Pemerintah Inggris dengan imbalan sebesar $ 8 untuk setiap orang. Pengaruh Rothschild dan kondisi Pemerintah Inggris telah memungkinkan untuk meluluskan tuntutan koloni Amerika mencetak mata uangnya sendiri. Undang-undang itu lahir, dan Pemerintah Inggris di Amerika segera melaksanakan undang-undang itu. Pemerintah Inggris menyerahkan kembali seluruh aset milik Amerika yang disimpan di bank Inggris, sebagai pengembalian deposito sekaligus dengan bunganya yang segera akan dibayar dengan mata uang baru. Apa akibat dari langkah tersebut? Kita serahkan jawabnya kepada Benjamin Franklin sendiri, yang sampai sekarang masih
tersimpan dalam dokumen Kongres nomor 23, berbunyi sebagai berikut :
"Perkembangan situasi berbalik 100% dalam jangka waktu hanya satu tahun, setelah disahkannya undang-undang itu. Masa-masa makmur telah berakhir, dan berubah menjadi krisis ekonomi yang parah, sehingga jalan-jalan di koloni itu penuh dengan gangguan. Bank Inggris telah menolak menerima pembayaran lebih dari 50% dari nilai mata uang Amerika, seperti yang berlaku sesuai dengan undang-undang baru. Dengan kata lain, mata uang Amerika anjlok sampai 50% nilainya."
Para analis sejarah sepakat mengambil kesimpulan, bahwa sebab timbulnya revolusi Amerika untuk menentang Pemerintah Inggris adalah menyangkut masalah 'Pajak Teh' yang terkenal itu. Sedang Benjamin Franklin adalah salah satu figur terkemuka dalam revolusi Amerika. Para analis memberikan komentar mengenai sebab-sebab itu sebagai berikut :
"Sesungguhnya Amerika Serikat bersedia sepenuhnya untuk menerima beban pajak tambahan itu, atau yang sejenisnya, seandainya Inggris tidak mencabut undang-undang tentang hak untuk mencetak mata uang bagi koloni Inggris di Amerika, yang menyebabkan timbulnya pengangguran dan resesi ekonomi seluruh koloni. Orang tidak tahu, bahwa sebenarnya lahirnya beban pajak baru yang mengeruhkan ekonomi Amerika oleh Inggris disebabkan oleh adanya
pemeras internasional yang mencekik perekonomian Inggris. Sedang revolusi pada waktu itu belum pecah. Perlawanan bersenjata yang pertama antara pasukan revolusi melawan pasukan Inggris baru dimulai pada 19 April 1775. Kemudian timbul peristiwa lain yang tidak perlu kita ceritakan di sini, hingga terpilihnya George Washington sebagai panglima pasukan revolusi. Kongres mengeluarkan deklarasi kemerdekaan pada tahun 1776."
Setelah usai perang revolusi, para pemilik modal internasional tetap berusaha lewat perwakilan mereka, untuk memperjuangkan lahirnya undang-undang tentang hak mencetak mata uang. Para tokoh kemerdekaan Amerika menyadari bahaya yang mengancam, dan bersikap waspada terhadap persekongkolan para pemilik modal itu. Masalah ini bisa diketahui dari dokumen mengenai suasana pertemuan yang diadakan di kota Philadelphia tahun 1787, yang dikenal dengan "Pertemuan para bapak pendiri Amerika Serikat". Teks ke 5 bagian ke 8 pada butir pertama undang-undang Amerika berbunyi :
"Kongres adalah satu-satunya lembaga yang punya wewenang mencetak mata uang, dan mengeluarkan undang-undang yang bertalian dengan peraturan mengenai nilainya."
Langkah yang diandalkan oleh para pemilik modal internasional adalah taktik konservatif mereka, yaitu menggunakan perusahaan terselubung. Para direktur Bank Inggris telah memilih wakil mereka di Amerika pada tahun 1780, yaitu seorang tokoh penting bernama Alexander Hamilton, yang muncul berkat propaganda Yahudi, sehingga namanya bisa mengorbit sebagai salah satu pejuang kemerdekaan. Ia mengusulkan gagasan untuk mendirikan Bank
terpadu yang punya wewenang untuk mencetak mata uang, dan sekaligus berwenang mengawasi itu, sebagai ganti wewenang pemerintah. Di samping masalah bank itu, ia juga mengajukan usul, agar lembaga dikelola oleh swasta. Untuk modal bank itu dibutuhkan uang sebesar 12 juta US Dolar, 10 juta dolar di antaranya akan diambilkan dari bank Inggris, sedang sisanya ditawarkan kepada para investor Amerika sendiri.
Menjelang akhir tahun 1783 Hamilton dan partnernya Robert Morris berhasil mendirikan Bank Amerika yang dimaksud. Morris, seorang analis keuangan dalam Kongres Amerika telah berhasil mengawasi keuangan dan perbelanjaan pemerintah Amerika, sehingga membuat kas negara jatuh dalam keadaan krisis keuangan yang parah pada saat perang kemerdekaan usai. Masalah ini membuktikan dengan jelas, bahwa taktik yang dipakai oleh kekuatan terselubung adalah dengan memanfaatkan perang dan kaki-tangan. Morris melangkah lebih jauh lagi. Ia mengeluarkan uang kas negara yang masih tersisa sebanyak $ 250 ribu untuk didepositokan dalam Bank Amerika, karena para direktur Bank Amerika merupakan orang-orang wakil Bank Inggris yang konsekuensi logisnya adalah, bahwa kelompok pemilik modal Yahudi yang telah
menguasai Bank Inggris berarti juga menguasai Bank Amerika.
Melihat adanya bahaya kelompok Konspirasi Yahudi terhadap Amerika, para tokoh revolusi kemerdekaan, terutama Benjamin Franklin sendiri terpanggil untuk ikut campur dalam Kongres, dan mereka berhasil membatalkan wewenang Bank Amerika untuk mencetak mata uang. Bank Inggris yang telah menguasai Bank Amerika adalah pihak yang telah menyebabkan timbulnya krisis keuangan di bawah pengawasan Robert Morris itu.
Para pemilik modal tidak putus-asa atas kegagalan sementara ini. Bahkan mereka mengeluarkan instruksi kepada kaki-tangan mereka agar melipatgandakan usaha dengan menunggu saat yang tepat. Mereka akhirnya berhasil mengorbitkan Alexander Hamilton sampai pada kedudukan Menteri Keuangan Amerika. Kedudukan itu memungkinkan Hamilton mendapatkan persetujuan Pemerintah Amerika untuk memberikan wewenang mencetak mata uang berdasarkan jumlah nilai pinjaman negara dan swasta. Hamilton mengungkapkan alasan kepada pemerintah, bahwa mata uang yang dikeluarkan oleh kongres dan nota jaminan pinjaman nasional tidak akan ada harganya di luar negeri. Sedang nota jaminan pinjaman nasional dan swasta yang dikeluarkan oleh bank bisa dipergunakan dalam berbagai bentuk
transaksi dengan pihak luar negeri. Modal baru telah ditetapkan bagi bank sebesar $ 35 juta, dengan catatan yang $ 28 juta diambil dari investor Eropa. Padahal, keuangan Eropa berada di tangan kelompok Rothschild.
Kini tiba saatnya Hamilton memetik buah sebagai balasan setimpal atas ulah dan perbuatannya. Ibarat domba yang dipelihara, dan setelah gemuk dipotong. Menurut dugaan, Hamilton telah mengetahui lika-liku Konspirasi lebih banyak daripada yang dikehendaki mereka. Terjadilah persaingan keras antara Hamilton dan seorang Yahudi profesional bernama Aron Pour, sehingga
Hamilton mendapat giliran yang menyedihkan.
0 komentar:
Posting Komentar