Oleh : Muhammad Husain Haekal
KAUM Muslimin yang hijrah ke Abisinia tinggal selama tigabulan di sana. Sementara itu Umar ibn'l-Khattab sudah pulamasuk Islam. Setelah para pengungsi ini mengetahui bahwapihak Quraisy sudah mulai surut dari mengganggu Muhammad danpengikut-pengikutnya - setelah Umar masuk Islam - menurutsebuah sumber, banyak diantara mereka itu yang kembali, dansumber lain mengatakan semua mereka itu kembali ke Mekah.Tetapi setelah mereka sampai di Mekah, ternyata pihakQuraisy kembali menyiksa kaum Muslimin, bahkan lebih keraslagi dari pada yang pernah dialami kaum pengungsi itu dulu.Sebahagian mereka ada yang kembali ke Abisinia, ada pulayang memasuki Mekah atau di dekat-dekatnya dengansembunyi-sembunyi. Konon katanya, bahwa mereka yang kembaliitu membawa pula sejumlah kaum Muslimin dan mereka initinggal di Abisinia sampai sesudah Hijrah dan sesudahkeadaan Muslimin di Medinah jadi lebih stabil.
Apa pula motif yang mendorong kaum Muslimin di Abisinia itukembali sesudah tiga bulan mereka tinggal di sana? Disinilah munculnya cerita gharaniq itu yang dilangsir olehIbn Sa'd dalam At-Tabaqat'l-Kubra dan oleh At-Tabari dalamTarikh'r-Rusul-wal-Muluk, yang juga sama dilangsir olehahli-ahli tafsir kalangan Muslimin dan penulis-penulissejarah Nabi, dan lalu diambil pula oleh sekelompokOrientalis-orientalis yang dalam sekian lama oleh merekatetap dipertahankan. Adapun timbulnya cerita gharaniq itu ialah, setelah Muhammadmelihat pihak Quraisy menjauhinya dan sahabat-sahabatnya disiksa. Ia berharap-harap sambil mengatakan: Coba aku tidakmendapat perintah apa-apa yang kiranya akan menjauhkanmereka dari aku. Ia mengumpulkan golongannya dan merekabersama-sama pada suatu hari duduk-duduk dalam sebuah tempatpertemuan di sekitar Mekah. Kepada mereka dibacakannya SurahAn-Najm sampai pada firman Allah: "Adakah kamu perhatikanLat dan 'Uzza. Dan itu Manat, ketiga, yang terakhir?"(Qur'an, 53:19-20)
Sesudah itu lalu dibacakannya pula: "Itugharaniq yang luhur, perantaraannya sungguh dapatdiharapkan." Kemudian ia meneruskan membaca Surah itu seluruhnya sampaipada akhirnya ia sujud. Ketika itu semua orang ikut sujud,tak ada yang ketinggalan. Pihak Quraisy menyatakankepuasannya atas apa yang telah dibaca Muhammad itu. Kata mereka: "Kami tahu sudah bahwa Allah itu menghidupkandan mematikan, menciptakan dan memberi rejeki. Tetapi dewakami ini menjadi perantara kami kepadaNya. Kalau ternyatadia juga kauberi tempat, maka kamipun setuju dengan kau." Dengan demikian hilanglah perselisihan dengan mereka itu.Peristiwa tersebut lalu tersebar di kalangan umum hinggasampai juga ke Abisinia. Pihak Muslimin lalu berkata: Disana ada keluarga-keluarga dekat kami yang sangat kamicintai. Lalu merekapun pulang kembali. Apabila pada tengahhari mereka sampai ke dekat Mekah mereka bertemu denganrombongan kafilah Kinana yang lalu dan rombongan itupunmenjawab: Ia menyebutkan dewa-dewa mereka dengan baik danmerekapun lalu mengikutinya. Kemudian ia berbalik lagimencela dewa-dewa mereka itu dan merekapun lalu memusuhinyalagi. Perbuatan mereka itu dibicarakan oleh pihak Muslimin.Tidak tahan lagi mereka ingin menemui keluarga, dan merekalalu memasuki Mekah. Sebabnya maka Muhammad berbalik tidak mau menyebutkandewa-dewa Quraisy dengan baik - menurut beberapa sumber yangmencatat berita ini - ialah karena ia sudah tidak tahan atasucapan Quraisy: "Kalau ternyata dewa-dewa kami juga kauberitempat, maka kami pun setuju dengan kau," dan karena ketikadia sedang duduk-duduk di rumahnya hingga sore Jibril datangdan bertanya: "Aku membawakan dua anak kalimat ini kepadamu?" denganmenunjuk kepada "Itu gharaniq yang luhur, perantaraannyadapat diharapkan." Muhammad pun menjawab: "Aku mengatakan sesuatu yang tidakdikatakan oleh Allah." Kemudian Allah mewahyukan: "Dan hampir-hampir saja mereka itu menggoda kau tentang apayang sudah Kami wahyukan kepadamu, supaya engkau mau atasnama Kami memalsukannya dengan yang lain." "Ketika itulah mereka mengambil engkau menjadi kawan mereka.Dan kalaupun tidak Kami tabahkan hatimu, niscaya engkauhampir cenderung juga kepada mereka barang sedikit. Dalamhal ini, akan Kami timpakan kepadamu hukuman berlipat ganda,dalam hidup dan mati. Selanjutnya engkau tiada akanmempunyai penolong menghadapi Kami." (Qur'an 17:73-75)
Dengan begitu kembali ia memburuk-burukkan dewa-dewaQuraisy itu, dan Quraisypun kembali lagi memusuhinya danmengganggu sahabat-sahabatnya. Demikianlah cerita gharaniq ini, yang bukan seorang sajadari penulis-penulis biografi Nabi yang menceritakannya,demikian juga ahli-ahli tafsir turut menyebutkan, dan tidaksedikit pula kalangan Orientalis yang memang sudah sekianlama mau bertahan. Jelas sekali dalam cerita ini adakontradiksi. Dengan sedikit pengamatan saja hal ini sudahdapat digugurkan. Di samping itu cerita ini berlawanan pula dengan segalasifat kesucian setiap nabi dalam menyampaikan risalah Tuhan.Memang mengherankan sekali apabila ada beberapa penulissejarah Nabi dan ahli tafsir dari kalangan Islam sendiriyang masih mau menerimanya. Oleh karena itu Ibn Ishaq tidakragu-ragu lagi ketika menjawab pertanyaan dengan mengatakanbahwa cerita itu bikinan orang-orang atheis. Akan tetapi mereka yang berpegang pada alasan ini berusahamembenarkannya dengan berpegang pada ayat-ayat: "Dan hampir-hampir saja mereka itu menggoda kau ..." sampaipada firman Tuhan: "Dan tiada seorang rasul atau seorangnabi yang Kami utus sebelum kau, apabila ia bercita-cita,setan lalu memasukkan gangguan ke dalam cita-citanya itu.Tetapi Allah menghapuskan apa yang dimasukkan setan itu.Kemudian Allah menguatkan keterangan-keterangaNya itu. DanAllah Maha mengetahui dan Bijaksana. Apa yang dimasukkansetan itu adalah ujian bagi mereka yang berpenyakit dalamhatinya dan berhati batu. Dan mereka yang melakukankesalahan akan berada dalam pertentangan yang takberkesudahan." (Qur'an, 22: 52 - 53)
Ada orang yang menafsirkan kata "bercita-cita" itu denganarti "membaca," ada pula yang menafsirkannya dengan arti"bercita-cita," seperti yang sudah umum dikenal. Keduamereka ini masing-masing berpendapat - diikuti olehOrientalis-orientalis - bahwa Quraisy telah sampai dipuncaknya menyiksa sahabat-sahabat Nabi, ada yang merekabunuh, ada pula yang dilemparkan ke padang pasir, dijilatoleh terik matahari yang membakar, ditindih pula dengan batuseperti yang dialami oleh Bilal. Karena itu terpaksa iamenyuruh mereka hijrah ke Abisinia. Demikian jugamasyarakatnya sendiripun begitu kasar terhadap dirinya yangjuga kemudian memboikotnya. Tetapi karena ia begitu menjagakeislaman mereka yang sudah lepas dari penyembahan berhala,ia pun lalu mendekati kaum musyrik dan membacakan Surahan-Najm dengan menambahkan lagi cerita gharaniq. Sesudah iasujud merekapun ikut pula sujud. Mereka lalu memperlihatkansuatu kecenderungan hendak mengikutinya, karena ia sudahmemberi tempat kepada dewa-dewa mereka itu disamping Allah.
Atas peristiwa ini yang juga disebutkan dalam beberapa bukubiografi dan buku-buku tafsir - Sir William Muirmenganggapnya sebagai suatu argumen yang kuat tentang adanyacerita gharaniq itu. Selanjutnya kaum Muslimin yang telahberangkat ke Abisinia itu belum lagi selang tiga bulan sejakmereka mengungsi, yang dalam pada itu mereka telah diberisuaka dengan baik sekali oleh pihak Najasyi. Kalau tidakkarena tersiarnya berita, bahwa antara Muhammad denganQuraisy sudah tercapai kompromi, tentu tak ada motif lainyang akan mendorong mereka itu kembali, ingin berhubungandengan keluarga dan kerabat mereka. Dan dari mana pula akanada kompromi antara Muhammad dengan Quraisy itu, kalau bukanMuhammad juga yang mengusahakannya. Di Mekah ia termasukminoritas dengan tenaga yang masih lemah. Jugasahabat-sahabatnya masih lemah sekali untuk dapatmempertahankan diri dari gangguan dan penyiksaan Quraisy. Alasan-alasan yang dikemukakan mereka, dengan mengatakan,bahwa cerita gharaniq itu benar adanya, adalah suatu alasanyang lemah sekali dan tidak tahan uji. Baiklah kita mulaidulu dengan menolak Muir. Kembalinya kaum Muslimin ke Mekahdari Abisinia, pada dasarnya karana dua sebab:
Pertama, karena 'Umar ibn'l-Khattab masuk Islam tidak lamasetelah mereka hijrah. Umar masuk Islam dengan semangat yangsama seperti ketika ia menentang agama ini dahulu. Ia masukIslam tidak sembunyi-sembunyi. Malah terang-terangan iamengumumkan di depan orang banyak dan untuk itu ia bersediamelawan mereka. Ia tidak mau kaum Muslimin sembunyi-sembunyidan mengendap-endap di celah-celah pegunungan Mekah dalammelakukan ibadat, menjauhkan diri jauh dari gangguanQuraisy. Bahkan ia terus melawan Quraisy sampai nanti diabeserta kaum Muslimin itu dapat melakukan ibadat dalamKa'bah.
Disinilah pihak Quraisy menyadari, bahwa penderitaan yangdialami Muhammad dan sahabat-sahabatnya, hampir-hampirmenimbulkan perang saudara, yang akibat-akibatnya tidak akandapat dibayangkan, dan siapa pula yang akan binasa. Adaorang-orang dari kabilah-kabilah Quraisy dan darikeluarga-keluarga bangsawannya yang sudah menerima Islam,mereka akan lalu berontak bila siapa saja dari kabilahnyaitu ada yang terbunuh sekalipun orang itu berlainan agama.Jadi, dalam memerangi Muhammad ini, mereka harus memempuhsuatu cara yang tidak akan membawa akibat yang begituberbahaya. Di samping itu supaya cara ini dapat puladisepakati oleh Quraisy mereka mengadakan genjatan senjatadengan pihak Muslimin, sehingga dengan demikian tiadaseorangpun dari mereka itu yang boleh diganggu.
Inilah yang telah sampai kepada kaum pengungsi di Abisiniaitu, dan membuat mereka berpikir-pikir akan kembali ke Mekah Kedua. Sungguhpun begitu, barangkali mereka masihmaju-mundur juga akan kembali, kalau tidak karena adanyasebab kedua yang telah menguatkan niat mereka, yakni padawaktu itu di Abisinia sedang berkecamuk suatu pemberontakanmelawan Najasyi, yang dilancarkan karena adanya suatutuduhan yang ditujukan kepadanya. Ia melaksanakan janjinyadan memperlihatkan rasa kasih-sayangnya kepada kaumMuslimin. Kaum Muslimin sendiri menyatakan harapannyasekiranya Tuhan akan memenangkan Negus terhadap lawannyaitu. Tetapi mereka sendiri tidak sampai melibatkan diridalam pemberontakan, karena mereka adalah orang-orang asing,dan lagi mereka belurn begitu lama tinggal di Abisinia.Bahwa yang telah sampai kepada mereka itu berita-beritaperdamaian antara Muhammad dengan Quraisy, perdamaian yangmenyelamatkan Muslimin dari gangguan yang pernah merekaalami, maka bagi mereka akan lebih baik meninggalkankekacauan yang ada sekarang dan kembali bergabung kepadakeluarga mereka sendiri. Inilah yang telah mereka lakukan semua, atau sebagian darimereka. Hanya saja, sebelum mereka sampai ke Mekah, pihak Quraisysudah berkomplot lagi terhadap Muhammad dansahabat-sahabatnya. Kabilah-kabilah mereka sudah mengadakanpersetujuan tertulis bersama; mereka berjanji mengadakanpemboikotan total terhadap Banu Hasyim: tidak akan salingberjual-beli .
Dengan adanya perjanjian itu perang yang tak berkesudahanantara kedua belah pihak itupun segera berkecamuk lagi.Sekarang mereka yang telah pulang dari Abisinia itu kembalilagi ke sana. Bersama mereka ikut pula orang-orang yangmasih dapat pergi bersama-sama. Sekali ini mereka menghadapikekerasan dari Quraisy, yang berusaha hendak merintangimereka itu hijrah. Jadi, bukanlah kompromi seperti yang disebutkan Muir ituyang menyebabkan Muslimin kembali dari Abisinia, melainkankarena adanya perjanjian perdamaian sebagai akibat Umar yangtelah masuk Islam serta semangatnya yang berapi-api hendakmembela agama ini. Jadi dukungan mereka atas adanya ceritagharaniq dengan alasan kompromi itu, adalah dukungan yangsamasekali tidak punya dasar.
Adapun alasan yang dikemukakan oleh penulis-penulis biografidan ahli-ahli tafsir dengan ayat-ayat: "Dan hampir-hampirsaja mereka itu menggoda kau ...," dan "Dan tiada seorangrasul atau seorang nabi yang Kami utus sebelum kau,apabila ia bercita-cita, setan lalu memasukkan gangguanke dalam cita-citanya itu ..." adalah alasan yang lebihkacau lagi dari argumen Sir Muir. Cukup kita sebutkan ayatpertama itu saja dalam firman Tuhan: "Dan kalaupuntidak Kami tabahkan hatimu, niscaya engkau hampircenderung juga kepada mereka barang sedikit," untukkita lihat, bahwa setan telah memasukkan gangguan kedalam cita-cita Rasul itu, sehingga hampir saja iacenderung kepada mereka sedikit-sedikit; tetapi Tuhanmenguatkan hatinya sehingga tidak sampai dilakukannya,dan kalau dilakukan juga, Tuhan akan menimpakanhukuman berlipat-ganda dalam hidup dan mati. Jadi, dengan membawa ayat-ayat ini sebagai alasan, jelaslahalasan itu terbalik adanya.
Jalan cerita gharaniq ini ialah bahwa Muhammad telahbenar-benar berpihak kepada Quraisy dan Quraisypun sudahbenar-benar pula menggodanya sehingga ia mau mengatakansesuatu yang tidak difirmankan Tuhan. Sedang ayat-ayat disini menegaskan, bahwa Tuhan telah menguatkan hatinya,sehingga dia tidak melakukan hal itu. Bilamana disebutkandemikian, bahwa buku-buku tafsir dan sebab-sebabnya turunQur'an membuat ayat-ayat ini dapat mengubah masalahgharaniq, kita lihat bahwa alasan ini berlawanan sekalidengan kesucian para rasul dalam menyampaikan tugas mereka,dan bertentangan dengan seluruh sejarah Muhammad. Suatualasan yang kacau, bahkan lemah samasekali.
Sedang bunyi ayat-ayat "Dan tiada seorang rasul dan seorangnabi yang Kami utus sebelum kauÉ" sama sekali tak adahubungannya dengan cerita gharaniq itu. Apalagi yangmenyebutkan bahwa Tuhan telah menghapuskan gangguan yangdimasukkan setan dan akan menjadikan godaan bagi mereka yangberpenyakit dalam hatinya dan berhati batu; kemudian Allahmenguatkan keterangan-keteranganNya. Dan Allah Mahamengetahui dan Bijaksana. Bilamana cerita ini diteliti dengan penyelidikan ilmiahternyata ia tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Yangpertama sekali sebagai bukti ialah adanya beberapa sumberyang beraneka-ragam. Pernah diceritakan seperti disebutkandi atas - bahwa ungkapan itu ialah "Itu gharaniq yang luhur,perantaraannya sungguh dapat diharapkan." Sumber lainmenyebutkan: "Gharaniqa yang luhur, perantaraannya dapatdiharapkan." Sumber selanjutnya menyebutkan: "perantaraannyadapat diharapkan," tanpa menyebutkan gharaniqa ataugharaniq. Sumber keempat mengatakan: "Dan sebenarnya itulahgharaniq yang luhur." Sumber kelima menyebutkan: "Dansebenamya mereka itulah gharaniq yang luhur, dan perantaraanmereka bagi mereka yang diharapkan."1 Dalam beberapa bukuhadis disebutkan adanya sumber-sumber lain di samping yanglima tadi. Adanya keaneka-ragaman dalam sumber-sumbertersebut menunjukkan, bahwa hadis itu palsu adanya, danbikinan golongan atheis, seperti kata Ibn Ishaq, dantujuannya ialah hendak menanamkan kesangsian tentangkebenaran ajakan Muhammad dan risalah Tuhan itu
Bukti lain yang lebih kuat dan pasti, ialah konteks ataususunan Surah an-Najm yang sama sekali tidak menyinggungsoal gharaniq ini. Konteks itu seperti dalam firman Tuhan;"Sungguh dia telah melihat keterangan-keterangan yang amatbesar dan Tuhan. Adakah kamu perhatikan Lat dan 'Uzza? DanManat ketiga, yang terakhir? Adakah untuk kamu itu yanglaki-laki dan untuk Dia yang perempuan? Kalau begitu iniadalah pembagian yang tak seimbang. Ini hanyalah nama-namayang kamu buat sendiri, kamu dan nenek-moyang kamu. Allahtidak memberikan kekuasaan karenanya; yang mereka turutihanyalah prasangka dan kehendak nafsu belaka. Dan padamereka pimpinan yang benar dari Tuhan sudah pernah ada."(Qur'an, 53:18-23)
Susunan ini jelas sekali, bahwa Lat dan 'Uzza adalahnama-nama yang dibuat-buat oleh kaum musyrik, mereka dannenek-moyang mereka, sedang Allah tidak memberikan kekuasaanuntuk itu. Bagaimana mungkin susunan itu akan berjalansebagai berikut: "Adakah kamu perhatikan Lat dan 'Uzza. DanManat ketiga, yang terakhir. Itu gharaniq yang luhur,perantaraannya dapat diharapkan. Adakah untuk kamu itu yanglaki-laki dan untuk Dia yang perempuan? Kalau begitu iniadalah pembagian yang tak seimbang. Ini hanyalah nama-namayang kamu buat sendiri, kamu dan nenek-moyang kamu. Allahtidak memberikan kekuasaan karenanya."
Susunan ini rusak, kacau dan bertentangan satu sama lain.Dan pujian kepada Lat, 'Uzza dan Manat ketiga yang terakhirdan celaan dalam empat ayat berturut-turut tak dapatditerima akal dan tak tak ada orang yang akan berpendapatbegitu. Yang demikian ini sudah tak dapat diragukan lagi, dan bahwahadis tentang gharaniq itu adalah palsu dan bikinan golonganatheis dengan maksud-maksud tertentu. Orang yang suka padayang aneh-aneh dan tidak berpikir logis, tentu percaya akanhadis ini.
Argumen lain ialah seperti yang dikemukakan oleh almarhumSyaikh Muhammad Abduh dalam tulisannya yang jelas membantahcerita gharaniq ini, yaitu bahwa belum pernah ada orang Arabmenamakan dewa-dewa mereka dengan gharaniq, baik dalamsajak-sajak atau dalam pidato-pidato mereka. Juga tak adaberita yang dibawa orang mengatakan, bahwa nama demikian itupernah dipakai dalam percakapan mereka. Tetapi yang adaialah sebutan ghurnuq dan ghirniq sebagai nama sejenisburung air, entah hitam atau putih, dan sebutan untuk pemudayang putih dan tampan. Dari semua itu, tak ada yang cocokuntuk diberi arti dewa, juga orang-orang Arab dahulu tak adayang menamakannya demikian.
Tinggal lagi sebuah argumen yang dapat kita kemukakansebagai bukti bahwa cerita gharaniq ini mustahil akan adadalam sejarah hidup Muhammad sendiri. Sejak kecilnya, semasaanak-anak dan semasa mudanya, belum pernah terbukti iaberdusta, sehingga ia diberi gelar Al-Amin, "yang dapatdipercaya," pada waktu usianya belum lagi mencapai duapuluhlima tahun. Kejujurannya sudah merupakan hal yang tak perludiperbantahkan lagi di kalangan umum, sehingga ketika suatuhari sesudah kerasulannya ia bertanya kepada Quraisy:"Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kukatakan, bahwa padapermukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu?"Jawab mereka: "Ya, engkau tidak pernah disangsikan. Belum
pernah kami melihat kau berdusta."
Jadi orang yang sudah dikenal sejak kecil hingga tuanyabegitu jujur, bagaimana orang akan percaya bahwa iamengatakan sesuatu yang tidak dikatakan oleh Allah, ia akantakut kepada orang dan bukan kepada Allah! Hal ini tidakmungkin. Mereka yang sudah mempelajari jiwanya yang begitukuat, begitu cemerlang, jiwa yang begitu membentengmempertahankan kebenaran dan tidak pula pernah mencari mukadalam soal apapun, akan mengetahui ketidak mungkinan ceritaitu. Betapa kita melihat Muhammad berkata: Kalau Quraisymeletakkan matahari di sebelah kanannya, dan meletakkanbulan di sebelah kirinya dengan maksud supaya ia melepaskantugasnya, akan mati sekalipun dia tidak akan melakukan halitu - bagaimana pula akan mengatakan sesuatu yang tidakdiwahyukan Allah kepadanya, dan mengatakan itu untukmeruntuhkan sendi agama yang oleh karenanya ia diutus Allahsebagai petunjuk dan berita gembira bagi seluruh umatmanusia!
Dan kapan pula ia kembali kepada Quraisy guna memuji-mujidewa-dewa mereka? Ataukah sesudah sepuluh tahun atau sekiantahun dari kerasulannya, demi tugas yang besar itu iasanggup memikul pelbagai macam siksaan, berupa-rupapengorbanan, sesudah Allah memperkuat Islam dengan Hamzahdan Umar dan sesudah kaum Muslimin mulai menjadi kuat diMekah, dengan berita yang sudah meluas pula ke seluruhjazirah, ke Abisinia dan semua penjuru?! Pendapat demikianini adalah suatu legenda, suatu kebohongan yang sudah takberlaku.
Mereka yang menciptakan cerita ini sebenarnya sudahmerasakan bahwa hal ini akan mudah terbongkar. Mereka laluberusaha menutupinya dengan mengatakan, bahwa begituMuhammad mendengar kata-kata Quraisy bahwa dewa-dewa merekasudah mendapat tempat sebagai perantara, hal itu beratsekali dirasanya, sehingga ia kembali kepada Tuhan bertobat,dan begitu ia pulang ke rumah sore itu Jibrilpun datang.Tetapi tabir ini akan terbuka juga kiranya. Kalau hal ituoleh Muhammad sudah sangat luar biasa, ketika ia mendengarkata-kata Quraisy itu, apalagi ia sampai akan mengoreksiwahyu pada waktu itu juga.
Jadi masalah gharaniq ini memang tidak punya dasar, selainsebagai karangan yang dibikin-bikin oleh suatu golongan yangmau melakukan tipu muslihat terhadap Islam, yang terjadisesudah permulaan sejarah Islam. Yang lebih mengherankanlagi ialah karena kecerobohan mereka yang telah melakukanpemalsuan-pemalsuan itu melemparkan pemalsuan mereka justruke dalam jantung Islam, yaitu ke dalam Tauhid! Yang justrukarena itu pulalah Muhammad diutus, supaya meneruskannyakepada umat manusia sejak dari semula, dan yang sejak itupula tidak kenal arti mengalah. Juga segala yang ditawarkankepadanya oleh Quraisy apa saja yang dikehendakinya berupaharta, bahkan akan dijadikannya ia raja atas mereka, tidaksampai membuatnya jadi berpaling. Semua itu ditawarkankepadanya, pada waktu penduduk Mekah yang menjadipengikutnya masih sedikit sekali jumlahnya. Waktu itugangguan-gangguan Quraisy kepada sahabat-sahabatnya tidaksampai membuat ia surut dari dakwah yang diperintahkan Tuhankepadanya, yaitu supaya diteruskan kepada umat manusia. Jadisasaran mereka yang telah melakukan pemalsuan terhadapmasalah yang begitu teguh menjadi pegangan Muhammad yang takada taranya itu, hanya menunjukkan suatu kecerobohan yangtidak rasional, dan yang sekaligus menunjukkan pula, bahwamereka yang masih cenderung mau mempercayainya ternyatatelah tertipu; suatu hal yang sebenarnya tidak perlu sampaiada orang akan tertipu karenanya.
Jadi masalah gharaniq ini memang samasekali tidak punyadasar, dan samasekali tak ada hubungannya pula dengankembalinya Muslimin dari Abisinia. Seperti disebutkan diatas, mereka kembali karena Umar sudah masuk Islam dandengan semangatnya yang sama seperti sebelum itu ia membelaIslam, sampai menyebabkan Quraisy terpaksa mengadakanperjanjian perdamaian dengan Muslimin. Juga mereka kembalipulang ketika di Abisinia sedang berkecamuk pemberontakan.Mereka kuatir akan akibatnya. Tetapi setelah Quraisymengetahui mereka kembali, kekuatirannya makin bertambahakan besarnya pengaruh Muhammad di kalangan mereka.Quraisypun lalu membuat rencana mengatur langkah berikutnya,yang berakhir dengan dibuatnya piagam yang menentukandiantaranya tidak akan saling mengawinkan, berjual-beli danbergaul dengan Banu Hasyim, dan yang juga sudah sepakatdiantara mereka, akan membunuh Muhammad jika dapat.
Catatan kaki:
1 Sekedar gambaran terjemahan ini hanya dari segi ungkapansedang perbedaan atau persamaan yang lebih jelas hanya darisegi semantik menurut bahasa aslinya (A).
0 komentar:
Posting Komentar