Kebudayaan Islam (2)

Oleh : Muhammad Husain Haekal

Dengan fungsi zakat dan sedekah sebagai kewajiban yangbertalian dengan iman dalam disiplin rohanl ia dianggapsebagai salah satu unsur yang harus membentuk kebudayaandunia. Inilah hikmah yang paling tinggi yang akan mengantarkanmanusia mencapai kebahagiaannya. Harta dan segala keserakahanorang memupuk-mupuk harta merupakan sebab timbulnyasuperioritas (rasa keunggulan) seorang kepada yang lain.Sampai sekarang ia masih merupakan sebab timbulnya penderitaandunia ini dan sumber pemberontakan dan peperangan selalu.Sampai sekarang mammonisma - penyembahan harta - masih tetapmerupakan sebab timbulnya dekadensi moral yang selalu menimpadunia dan dunia tetap bergelimang dibawah bencana itu.Memupuk-mupuk harta dan keserakahan akan harta itulah yangtelah menghilangkan rasa persaudaraan umat manusia, danmembuat manusia satu sama lain saling bermusuhan. Sekiranyapandangan mereka itu lebih sehat dengan pikiran yang lebihluhur, tentu akan mereka lihat bahwa persaudaraan itu lebihkuat menanamkan kebahagiaan daripada harta, mereka akanmelihat juga bahwa memberikan harta kepada yang membutuhkanakan lebih terhormat pada Tuhan dan pada manusia daripadaorang harus tunduk kepada harta itu. Kalau benar-benar merekaberiman kepada Allah tentu mereka akan saling bersaudara, danmanifestasi persaudaraan ini ialah pertolongan kepada orangyang sedang dalam penderitaan, membantu orang yangmembutuhkannya dan dapat pula menghapuskan kemiskinan yangakan menjerumuskan manusia kedalam penderitaan itu. Apabila negara-negara yang sudah tinggi kebudayaannya padazaman kita sekarang ini mendirikan rumah-rumah sakit,lembaga-lembaga sosial dan amal untuk menolong fakir-miskin,atas nama kasih sayang dan kemanusiaan, maka didirikannyalembaga-lembaga itu karena didorong oleh rasa persaudaraanserta rasa cinta dan syukur kepada Allah atas nikmat yangditerimanya, sungguh ini suatu pikiran yang lebih tinggi danlebih tepat memberikan kebahagiaan kepada seluruh umatmanusia, seperti dalam firman Tuhan: "Dengan kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadamu,carilah kebahagiaan akhirat, tapi jangan kaulupakan nasibmudalam dunia ini. Berbuatlah kebaikan (kepada orang lain)seperti Tuhan telah berbuat kebaikan kepadamu, dan janganengkau berbuat bencana di muka bumi ini. Allah sungguh tidakmencintai orang-orang yang berbuat bencana." (Qur'an, 28: 77)



Persaudaraan insani ini akan menambah rasa cinta manusia satusama lain. Dalam Islam, rasa cinta demikian ini tidakseharusnya akan terhenti pada batas-batas tanah air tertentu,atau hanya terbatas pada salah satu benua. Yang seharusnyabahkan tidak boleh mengenal batas samasekali. Oleh karena itu, dari seluruh pelosok bumi manusia harussaling mengenal, supaya satu sama lain dapat menambah rasacinta kepada Allah, dan rasa cinta ini akan menambah tebaliman mereka kepada Allah. Untuk mencapai itu manusia darisegenap penjuru bumi harus berkumpul dalam satu irama yangsama, tanpa diskriminasi, dan tempat berkumpul yang terbaikuntuk itu ialah di tempat memancarnya cinta ini. Dan tempatitu ialah Baitullah di Mekah, dan inilah yang disebut ibadahhaji. Orang-orang beriman tatkala berkumpul disana, tatkalamereka melaksanakan segala upacara, mereka menempuh cara hidupyang luhur sebagai teladan iman kepada Allah, dengan niat yangikhlas menghadapkan diri kepadaNya. "Musim haji itu ialah dalam beberapa bulan yang sudahditentukan. Barangsiapa sudah membulatkan niat selamabulan-bulan itu hendak menunaikan ibadah haji, maka tidakboleh ada suatu percakapan kotor, perbuatan jahat danberbantah-bantahan selama dalam mengerjakan haji. Segalaperbuatan baik yang kamu lakukan, Tuhan mengetahuinya. Bawalahperbekalanmu, dan perbekalan yang paling baik ialah menjagadiri dari perbuatan hina. Patuhilah Aku, wahai orang-orangyang berpikiran sehat." (Qur'an. 2: 197)

Di dataran tinggi ini, di tempat orang-orang berimanmenunaikan ibadah haji untuk saling berkenalan, untuk salingmempererat tali persaudaraan, dan tali persaudaraan ini akanlebih memperkuat iman di tempat ini - segala perbedaan dandiskriminasi yang bagaimanapun di kalangan orang-orang berimanitu harus hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Tuhanmereka itu sama. Mereka menghadapkan seluruh hati sanubarinyauntuk mernenuhi panggilan Tuhan, benar-benar beriman akankeesaanNya, bersyukur akan nikrnat yang telah diberikanNya.Rasanya tak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmatiman akan keagungan Tuhan, sumber segala kebahagiaan.Dihadapan cahaya iman serupa ini, segala angan-angan kosongtentang hidup akan sirna, segala kebanggaan dan kecongkakankarena harta, karena turunan, karena kedudukan dan kekuasaanakan lenyap. Dan karena cahaya iman itu juga, maka manusiaakan dapat menyadari arti kebenaran, kebaikan dan keindahanyang ada dalam dunia ini, akan dapat memahami undang-undangTuhan yang abadi, dalam semesta alam ini, yang takkan pernahberubah dan berganti. Suatu pertemuan umum yang luas ini telahdapat melaksanakan arti persaudaraan dan persamaan semua orangberiman dalam bentuknya yang paling luas, luhur dan bersih. Inilah ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah Islam sepertiyang diwahyukan kepada Muhammad 'alaihissalam. Ini terrnasukprinsip-prinsip iman seperti sudah kita lihat dalam ayat-ayatyang kita kutip tadi, dan sebagai prinsip-prinsip kehidupanrohani Islam. Sesudah semua kita lihat, akan mudah sekal kitamenilai, norrna-norma etika apa yang harus kita terapkan atasdasar itu. Norma-norma ini memang sungguh luhur sekali, yangmemang belum ada tandingannya dalam kebudayaan mana pun ataudalam zaman apa pun. Apa yang akan membawa manusia untukmencapai kesempurnaannya bila saja ia dapat melatih dirisebagaimana mestinya, oleh Qur'an sudah dirumuskan, bukanhanya dalam satu surah saja hal ini disebutkan, bahkandisana-sini juga disebut. Begitu salah satu surah kita baca,kita sudah dibawa ke puncak yang lebih tinggi, yang belumdicapai oleh suatu kebudayaan sebelum itu, juga tidak mungkinakan dicapai oleh kebudayaan yang sesudah itu. Untukmengetahui betapa agungnya klimaks yang telah dicapai itucukup kita lihat misalnya adat sopan santun atas dasar rohaniini yang bersumberkan keimanan kepada Allah serta latihanmental dan hati kita atas dasar tersebut, tanpa orang melihatakan mencari keuntungan materi di balik sernua itu.

Dalam berbagai zaman dan bangsa, penulis-penulis sudah seringsekali melukiskan gambar Manusia Sempurna - atau Superman.Penyair-penyair, para pengarang, filsuf-filsuf danpenulis-penulis drama, sejak zaman dahulu mereka sudah pernahmelukiskan gambaran ini, dan sampai sekarang masih terusmelukiskan. Tetapi sungguhpun demikian, tidak akan ada sebuahgambaran manusia sempurna yang dilukiskan begitu cemerlang danunik seperti disebutkan dalam rangkaian Surah al-Isra' (17).

Ini baru sebagian saja hikmah yang diwahyukan Allah kepadaRasul, bukan dimaksudkan untuk melukiskan Manusia Sempurnamelainkan untuk mengingatkan manusia tentang beberapakewajiban. Dalam hal ini firman Allah: "Dan Tuhanmu sudah memerintahkan, jangan ada yang kamu sembahselain Dia dan supaya berbuat baik kepada ibu-bapa. Jika salahseorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjutdalam pemeliharaanmu, janganlah kamu mengucapkan kata "ah"kepada mereka dan jangan pula kamu membentak mereka, tapiucapkanlah dengan kata-kata yang mulia kepada mereka (93). Danrendahkanlah harimu dengan penuh kesayangan kepada mereka, dandoakan: 'Ya Allah, beri rahmatlah kepada mereka berdua,seperti kasih-sayang mereka mendidikku sewaktu aku kecil' (24)Tuhan kamu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Kalaukamu orang-orang yang berguna. Dia Maha Pengampun kepadamereka yang mau bertaubat (25). Berikanlah kepada keluargayang dekat itu bagiannya, begitu juga kepada orang-orangmiskin dan orang dalam perjalanan. Tetapi jangan kamuhambur-hamburkan secara boros (26). Pemboros-pemboros itusungguh golongan setan, sedang setan sungguh ingkar kepadaTuhan (27). Dan jika kamu berpaling dari mereka karena hendakmencari kurnia Tuhan yang kauharapkan, katakanlah kepadamereka dengan kata-kata yang lemah lembut (28). Jangankaujadikan tanganmu terbelenggu ke kuduk, dan jangan pulaengkau terlalu mengulurkannya, supaya engkau tidak jaditercela dan menyesal (29). Sesungguhnya Tuhan melimpahkanrejeki kepada siapa saja dan menentukan ukurannya. Dia Mahamengetahui akan hamba-hambaNya (30). Dan jangan kamu membunuhianak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami yang memberi rejekimereka, juga rejeki kamu: sebab membunuh mereka suatukesalahan besar (31). Janganlah kamu mendekati perjinahan,sebab perbuatan itu sungguh keji, dan cara yang sangat buruk(32). Janganlah kamu menghilangkan nyawa orang yang sudahdilarang Tuhan, kecuali atas dasar yang benar. Dan barangsiapadibunuh tidak pada tempatnya, maka kepada penggantinya telahkami berikan kekuasaan; tetapi janganlah dia membunuh denganmelanggar batas karena dia pun (yang dibunuh) mendapatpertolongan (33). Harta anak yatim jangan kamu dekati, kecualidengan cara yang baik sekali - sampai dia dewasa. Danpenuhilah janji itu, sebab setiap janji menghendakitanggungjawab (34). Jagalah sukatanmu bila kamu menakar,penuhilah dan timbanglah dengan timbangan yang jujur. Itulahcara yang baik dan akan lebih baik sekali kesudahannya (35).Dan janganlah engkau mencampuri persoalan yang tidakkauketahui; sebab segala pendengaran, penglihatan dan isi hatiorang, semua itu akan dimintai pertanggunganjawaban (36). Jugajanganlah engkau berjalan di muka bumi dengan congkak, sebabengkau tidak akan dapat menembus bumi ini, juga tidak akansampai setinggi gunung (37). Semua itu suatu kejahatan yangdalam pandangan Tuhan sangat buruk sekali." (38) (Qur'an, 17:23 - 38)

Sungguh ini suatu budi pekerti yang luhur, suatu integritasmoral yang sempurna sekali! Setiap ayat yang tersebut ini akanmembuat pembaca jadi tertegun membacanya, ia akanmengagungkannya melihat susunan yang begitu kuat, begituindah, dengan daya tarik kata-katanya, artinya yang sangatluhur serta cara melukiskannya yang sudah merupakan suatumujizat.3 Sayang sekali disini tempatnya tidak mengijinkankita menyatakan rasa kekaguman itu! Ya, bagaimana akanmungkin, sedang untuk membicarakan keenam belas ayat itu sajaseharusnya diperlukan sebuah buku tersendiri yang cukup besar! Kalau kita mau membawakan satu segi saja dari budi-pekerti danpendidikan akhlak yang terdapat dalam Qur'an, tentunyabidangnya akan luas sekali, yang tidak mungkin dapat ditampungdalam penutup buku ini. Cukup kiranya kalau kita sebutkan,bahwa tidak ada sebuah buku pun yang pernah memberikandorongan begitu besar kepada orang supaya melakukan kebaikan,seperti yang diberikan oleh Qur'an itu. Tidak ada buku yangbegitu agung mengangkat martabat manusia seperti yangdiperlihatkan Qur'an. Juga yang bicara tentang perbuatan baikdan kasih-sayang, tentang persaudaraan dan cinta-kasih,tentang tolong-menolong dan keserasian, tentang kedermawanandan kemurahan hati, tentang kesetiaan dan menunaikan amanat,tentang kehersihan dan ketulusan hati, keadilan dan sifatpemaat, kesabaran, ketabahan, kerendahan hati dan doronganmelakukan perbuatan terhormat, berbakti dan mencegahmelakukan perbuatan jahat, dengan i'jaz4 (mujizat) yang takada taranya dalam menyajikan seperti yang dikemukakan olehQur'an itu. Tak ada buku melarang sikap lemah dan pengecut,sifat egoisma dan dengki, kebencian dan kezaliman, berdustadan mengumpat, pemborosan, kekikiran, tuduhan palsu danperkataan buruk, permusuhan, perusakan, tipu-muslihat,pengkhianatan dan segala sifat dan perbuatan hina dan mungkar- seperti yang dilarang oleh Qur'an, dengan begitu kuat,meyakinkan, dengan i'jaz (mujizat), yang diturunkan dalamwahyu kepada Nabi berbangsa Arab itu. Tiada sebuah surah punyang kita baca, yang tidak akan memberi anjuran yang mendorongkita melakukan perbuatan baik, menganjurkan kita berbakti danmencegah kita melakukan perbuatan jahat. Dianjurkannya orangmencapai kesempurnaan yang akan membawa kepada kehidupan hargadiri dan budipekerti yang luhur. Kita dengarkan Qur'anmengenai toleransi: "Tangkislah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya.Kami mengetahui apa yang mereka sebutkan." (Qur'an, 23: 96)

"Kebaikan dan kejahatan itu tidak sama. Tangkislah (kejahatan)itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yangtadinya bermusuhan dengan engkau, akan menjadi sahabat yangakrab sekali." (Qur'an, 41: 34)

Tetapi toleransi yang dianjurkan Qur'an ini tidak mendorongorang bersikap lemah, melainkan menyuruh orang supaya berwatakterhormat (nobility of character), selalu berlumba untukkebaikan dan menjauhkan diri dari segala kehinaan: "Apabila ada orang memberi salam penghormatan kepadamu,balaslah dengan cara yang lebih baik, atau (setidak-tidaknya)dengan yang serupa." (Qur'an, 4: 86)

"Dan kalau kamu mengadakan (pukulan) pembalasan, balaslahseperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau kamutabah hati, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhatitabah (sabar)." (Qur'an, 16: 126)

Dan ini jelas sekali, bahwa toleransi yang dianjurkan ituialah dalam arti yang terhormat, tanpa bersikap lemahsamasekali, melainkan sepenuhnya sikap yang disertai hargadiri. Toleransi yang dianjurkan oleh Qur'an dengan cara yangterhormat ini dasarnya ialah persaudaraan, yang oleh Islamdijadikan tiang kebudayaan, dan yang dimaksud pula menjadipersaudaraan antar-manusia di seluruh jagat. Corakpersaudaraan Islam ini ialah yang terjalin dalam keadilan dankasih-sayang tanpa suatu sikap lemah dan menyerah.Persaudaraan atas dasar persamaan dalam hak, dalam kebaikandan kebenaran tanpa terpengaruh oleh untung-rugi kehidupanduniawi, sekalipun mereka dalam kekurangan. Mereka ini lebihtakut kepada Allah daripada kepada yang lain. Mereka iniorang-orang yang punya harga diri. Sungguhpun begitu merekasangat rendah hati. Mereka orang-orang yang dapat dipercaya,yang menepati janji bila mereka berjanji, orang-orang yangsabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan, yang apabilamendapat musibah, mereka berkata: Inna lillahi wa inna ilaihirajiun - 'Kami kepunyaan Allah dan kepadaNya juga kamikembali.' Tak ada yang membuang muka dan berjalan di muka bumidengan sikap congkak. Tuhan menjauhkan mereka dari sifatserakah dan kikir, tiada berkata dusta, terhadap Tuhan dankepada sesamanya. Mereka tidak mau menyebarkan perbuatan kejidi kalangan orang-orang beriman, mereka menjauhkan diri darisegala dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabilamereka marah, mereka segera meminta maaf. Mereka dapat menahanamarah dan dapat pula memaafkan orang lain. Sedapat mungkinmereka menghindarkan prasangka, mereka tidak mau salingmemata-matai atau saling menggunjing dari belakang. Merekatidak boleh memakan harta sesamanya dengan cara yang tidaksah, lalu akan membawa perkara itu kepada hakim, supaya merekadapat memakan harta orang lain dengan cara dosa itu. Jiwamereka dibersihkan dari segala sifat dengki, tipu-menipu,cakap kosong dan segala perbuatan yang rendah. Ciri-ciri khas watak dan etika yang menjadi landasanbudi-pekerti dan pendidikan akhlak yang murni itu dasarnyaialah - seperti yang sudah kita sebutkan - disiplin rohaniseperti yang ditentukan oleh Qur'an dan yang bertalian puladengan iman kepada Allah. Inilah soal yang pokok sekali danini pula yang akan menjamin adanya sistem moral dalam jiwaorang dengan tetap bersih dari segala noda, jauh dari segalapenyusupan yang mungkin akan merusak. Moral yang dasarnyamemperhitungkan untung-rugi segera akan diperbesar selama iayakin bahwa kelemahan demikian itu tidak akan menggangukeuntungannya. Orang yang dasar moralnya memperhitungkanuntung-rugi demikian ini sikap luarnya akan berbeda dengan isihati. Keadaannya yang disembunyikan akan berbeda dengan yangdiperlihatkan kepada orang. Ia berpura-pura jujur, tapi tidakakan segan-segan ia menjadikan itu hanya sebagai tameng untukmemancing keuntungan. Ia berpura-pura benar, tapi tidak akansegan-segan ia meninggalkannya kalau dengan meninggalkan ituia akan mendapat keuntungan. Orang yang pertimbangan moralnyademikian ini dalam menghadapi godaan mudah sekali jadi lemah,mudah sekali terbawa arus nafsu dan tujuan-tujuan tertentu! Kelemahan ini ialah gejala yang jelas terlihat dalam duniakita sekarang. Sudah sering sekali orang mendengar adanyaperbuatan-perbuatan skandal dan korupsi dimana-mana dalamdunia yang sudah beradab ini. Sebabnya ialah karena kelemahan,orang lebih mencintai harta dan kedudukan atau kekuasaandaripada nilai moral yang tinggi dan iman yang sebenarnya.Tidak sedikit mereka terjerumus masuk ke dalam jurang tragedimoral dan melakukan kejahatan yang paling keji, kita lihatpada mulanya mereka pun berakhlak baik, tetapi masihuntung-rugi itu juga yang menjadi dasar moralnya. Tadinyamereka menganggap bahwa sukses dalam hidup ini bergantung padakejujuran. Lalu mereka bersikap jujur karena ingin sukses,bukan bersikap jujur karena terikat oleh akidahnya -olehkeyakinan batinnya. Mereka berhenti hanya sampai disitu,meskipun ini sangat membahayakan dirinya. Tetapi setelahmereka lihat bahwa mengabaikan masalah kejujuran dalamperadaban abad kini merupakan salah satu jalan mencapaisukses, maka kejujuran itu pun mereka abaikan. Yang demikianini ada yang tetap tertutup dari mata orang, rahasianya tidaksampai terbongkar dan akan tetap dipandang terhormat, tetapiada juga yang rahasianya terbongkar dan ia tercemar, yangkadang berakhir dengan bunuh diri. Jadi pembinaan sistem watak dan moral atas dasar untung-rugiini sewaktu-waktu akan menjerumuskannya kedalam bahaya.Sebaliknya, apabila pembinaannya itu didasarkan atas sistemrohani seperti dirumuskan oleh Qur'an, ini akan menjamin tetapbertahan, takkan terpengaruh oleh sesuatu kelemahan. Niat yangmenjadi pangkal bertolaknya perbuatan ialah dasar perbuatanitu dan sekaligus harus menjadi kriteriumnya pula. Orang yangmembeli undian untuk Pembanguman sebuah rumahsakit, ia tidakmembelinya dengan niat hendak beramal, melainkan karenamengharapkan keuntungan. Orang yang memberi karena ada orangyang datang meminta secara mendesak dan ia memberi karenaingin melepaskan diri, tidak sama dengan orang yang memberikarena kemauan sendiri, yaitu memberi kepada mereka yang tidakmeminta secara mendesak, mereka yang oleh orang yang tidakmengetahui dikira orang-orang yang berkecukupan karena merekamemang tidak mau meminta-minta itu. Orang yang berkatasebenarnya kepada hakim karena takut akan sanksi hukumterhadap seorang saksi palsu, tidak sama dengan orang yangberkata sebenarnya karena ia memang yakin akan arti kebenaranitu. Juga moral yang landasannya perhitungan untung rugikekuatannya tidak akan sama dengan moral yang sudah diyakinibenar bahwa itu bertalian dengan kehormatan dirinya sebagaimanusia, bertalian dengan keimanannya kepada Allah. Dalamhatinya sudah tertanam landasan rohani yang dasarnya keimanankepada Allah itu. Qur'an tetap menekankan, bahwa pikiran yang rasionil harustetap bersih, jangan dimasuki oleh sesuatu yang akanmempengaruhi lukisan iman dan watak yang indah itu. Olehkarenanya minuman keras dan judi itu dipandang kotor sebagaiperbuatan setan. Kalaupun ada manfaatnya buat orang, namundosanya lebih besar dari manfaatnya. Dengan demikian harusdijauhi. Perjudian akan mengalihkan perhatian si penjudi daripersoalan lain, waktunya akan habis dan hiburan ini akanmembuatnya lupa dari segala kewajiban moral yang baik. Sedangminuman keras akan menghilangkan pikiran dan harta - untukmeminjam katakata Umar bin'l-Khattab, ketika ia berharap Tuhanakan memberikan penjelasan mengenai hal ini. Sudah wajarsekali pikiran yang rasionil itu akan jadi sesat kalau iahilang atau berubah, dan kesesatan itu akan lebih mudahmendorong orang melakukan perbuatan rendah, sebaliknyadaripada akan menjauhkan diri dari kejahatan. Sistem moral yang dibawa Qur'an untuk 'negara utama' itu bukandengan tujuan supaya jiwa manusia samasekali jauh darikenikmatan hidup yang diberikan Tuhan, sehingga karenanya iaakan hanyut ke dalam hidup pertapaan dalam merenungkan alam,dan menyiksa diri dalam menuntut ilmu untuk itu. Sistem moralini tidak rela membiarkan manusia menyerahkan diri kepadakesenangan supaya jangan ia tenggelam kedalam jurang kemewahandan karenanya ia akan melupakan segalanya. Bahkan moral inihendak membuat manusia menjadi umat pertengahan, mengarahkanmereka kepada lembaga budi yang lebih murni, lembaga yangmengenal alam dan segala isinya ini. Qur'an bicara tentang ciptaan Tuhan yang ada dalam alam inidengan suatu pengarahan yang hendak mengantarkan kita sejauhmungkin dapat kita ketahui. Ia bicara tentang bulan hariPertama, tentang matahari dan bulan, tentang siang dan malam,tentang bumi dan apa yang dihasilkan bumi, tentang langit danbintang-bintang yang menghiasinya, tentang samudera, dengankapal yang berlayar supaya kita dapat menikmati karunia Tuhan,tentang binatang untuk beban dan ternak, tentang ilmu dansegala cabangnya yang terdapat dalam alam ini. Qur'an bicaratentang semua ini, dan menyuruh kita merenungkan danmempelajarinya, supaya kita menikmati segala peninggalan danhasilnya itu sebagai tanda kita bersyukur kepada Allah.Apabila Qur'an telah mengajarkan etika Qur'an kepada manusia,menganjurkan mereka supaya berusaha terus untuk mengetahuisegala yang ada dalam alam ini, sudah sepatutnya pula biladari pengamatan mereka dengan jalan akal pikiran itu, merekaakan sampai ke tujuan sejauh yang dapat ditangkap oleh akalpikirannya itu. Sudah sepatutnya pula mereka membangun sistemekonominya itu atas dasar yang sempurna. Sistem ekonomi yang dibangun atas dasar moral dan rohaniseperti yang sudah kita sebutkan itu, sudah seharusnya akanmengantarkan manusia ke dalam hidup bahagia, dan menghapussegala penderitaan dari muka bumi ini. Prinsip-prinsip agungyang oleh Qur'an ditekankan sekali supaya ditanamkan kedalamjiwa seperti di tempat akidah dan iman itu, akan membuat orangtidak sudi melihat masih adanya penderitaan di muka bumi ini,atau masih adanya kekurangan yang dapat diberantas tapi tidakdilakukan. Bagi orang yang sudah mendapat ajaran ini yangpertama sekali akan ditolaknya ialah riba yang menjadi dasarkehidupan ekonomi dewasa ini, dan yang menjadi sumberpendieritaan seluruh umat manusia. Oleh karena itu Qur'ansecara tegas sekali mengharamkan, seperti dalam firman Tuhan: "Mereka yang memakan riba tidak akan dapat berdiri, kalau punberdiri hanya akan seperti orang yang sudah kemasukan setankarena penyakit gila." (Qur'an 2: 275)

"Setiap riba yang kamu lakukan untuk menambah harta orang laindalam pandangan Allah tidak akan dapat bertambah. Tetapi zakatyang kamu lakukan demi keridaan Allah, mereka itu yang akanmendapat balasan berlipat ganda." (Qur'an 30: 39)

Diharamkannya riba adalah norma dasar untuk kebudayaan yangakan dapat menjamin kebahagiaan dunia. Bahaya riba dalambentuknya yang paling kecil ialah ikut sertanya orang yangtidak bekerja dalam suatu hasil usaha orang lain hanya karenaia sudah meminjamkan uang kepadanya, dengan alasan lagi bahwadengan meminjamkan itu ia sudah membantu orang lain memperolehhasil keuntungan itu. Sebaliknya kalau ini tidak dilakukan sipeminjam tidak akan dapat berusaha dan dengan sendirinyatakkan dapat memungut keuntungan. Kalau hanya ini sajasatu-satunya bentuk riba itu, ini pun takkan dapat dijadikanalasan. Kalau orang yang meminjamkan uang itu mampumenjalankan sendiri, ia tidak akan meminjamkannya kepada oranglain, dan kalau uang itu tetap ditangannya sendiri tidakdijalankan dalam usaha, maka uang itu pun tidak akanmendatangkan keuntungan.

Sebaliknya, sedikit demi sedikituangnya itu akan habis dimakan pemiliknya sendiri. Jika iaakan meminta bantuan orang lain menjalankan uangnya denganbagi hasil menurut keuntungan yang akan diperoleh, tentucaranya bukan dengan jalan dipinjamkan sebagai modal denganlaba tertentu, melainkan dengan cara si pemilik uang itu ikutserta dengan orang yang menjalankan uangnya atas dasar bagiuntung. Kalau si pengusaha beruntung, maka si pemilik modalitu pun akan mendapat bagian keuntungan; kalau rugi, dia punakan turut memikul kerugiannya.

Sebaliknya kalau kepadapemilik modal itu akan ditentukan suatu laba, meskipun yangmengusahakan tidak mendapat keuntungan apa-apa, maka ituadalah suatu eksploitasi illegal, suatu pemerasan yang tidaksah. Dan tidak akan dapat terjadi bahwa harta itu dapatdiperlakukan seperti yang lain-lain, dapat dipersewakanseperti menyewakan tanah atau menyewakan hewan, dan bahwa labauang tunai harus sesuai dengan hasil sewa barang-barang yanglain itu. Uang yang dapat dipakai untuk pengeluaran dan dapatjuga dipakai untuk produksi, yang bisa dimanfaatkan untukkebaikan dan juga dapat menimbulkan kejahatan (dosa), denganharta bergerak dan tidak bergerak lainnya, besar sekaliperbedaannya. Orang yang menyewa tanah, rumah, hewan ataubarang apa pun, tentu karena ingin dimanfaatkan, yang berartiakan sangat berguna buat dia, kecuali jika dia memang orangbodoh atau orang edan, yang segala gerak-geriknya sudah tidaklagi diperhitungkan orang.

Sebaliknya yang mengenai uang modal, yang biasanya dipinjamuntuk tujuan-tujuan perdagangan yang sebaik-baiknya.Perdagangan itu senantiasa dihadapkan kepada soal untung ataurugi. Sedang mengenai sewa-menyewa barang-barang bergerak dantidak bergerak untuk dijalankan dalam usaha, sedikit sekaliyang mengalami kerugian, kecuali dalam keadaan yang abnormal,yang tidak masuk dalam keadaan biasa. Apabila keadaan abnormalini yang terjadi, maka kekuasaan hukum segera pula campurtangan antara si pemilik dengan si penyewa - seperti yangsering terjadi dalam semua negara di dunia - untukmenghilangkan ketidak adilan terhadap si penyewa sertamenolongnya dari tindakan si pemilik yang hanya akan memungutlaba dari usahanya itu.

Sebaliknya, dengan menentukan bungauang tunai, dengan lebih-kurang 7% atau 9%, maka ini tidakakan mengubah, bahwa si peminjam dapat terancam oleh kerugianmodal, disamping kerugian usahanya sendiri. Apabila disampingitu dia masih juga lagi dituntut dengan bunga, maka inilahyang disebut kejahatan (dosa). Akibat ini akan menimbulkanpermusuhan, sebaliknya daripada persaudaraan; akan menimbulkankebencian, bukan cinta kasih. Inilah sumber kesengsaraan dansegala krisis yang diderita umat manusia dewasa ini. Kalau memang inilah bahaya riba dalam bentuknya yang palingkecil, dan begitu pula akibat-akibat yang timbul, apalagidengan bentuk lain tatkala si pemberi pinjaman itu sudah lebihmendekati binatang buas daripada manusia, atau sipeminjam itusudah sangat membutuhkan uang di luar keperluan penanamanmodal atau produksi. Adakalanya ia sangat membutuhkan uanguntuk keperluan nafkah yang konsumtif, untuk keperluanmakannya atau makan keluarganya. Ketika itulah perhatiannyahanya pada yang lebih mudah saja dulu, sebelum ia dapatmemegang sesuatu pekerjaan yang dapat menjamin keperluanhidupnya dan kemudian dapat membayar kembali utangnya. Inisudah merupakan satu tugas perikemanusiaan sebagai langkahpertama. Dan ini pula yang dirumuskan oleh Qur'an. Bukankahdalam keadaan serupa ini pemberian pinjaman dengan riba sudahmerupakan suatu kejahatan yang sama dengan pembunuhan? Yanglebih parah lagi dari kejahatan ini ialah adanya segala macamtipu-muslihat dengan jalan riba itu untuk merampas hartaorang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak pandai menjagahartanya. Tipu muslihat ini tidak kurang pula jahatnya daripencurian yang rendah. Dan setiap pelaku ke arah ini harusdihukum seperti pencuri atau lebih keras lagi. Riba adalah salah satu faktor yang turut menjerumuskan duniake dalam bencana penjajahan, dengan segala macam penderitaanyang ditimbulkan oleh penjajahan itu. Sebagian besar masalahpenjaJahan itu dimulai oleh sekelompok tukang-tukang riba -secara perseorangan atau dalam bentuk badan-badan usaha - yangmendatangi beberapa negara dengan memberikan pinjaman kepadapenduduk. Kemudian mereka menyusup masuk lebih dalam lagisampai mereka dapat menguasai sumber-sumber kekayaan. Bilamanakelak anak negeri sudah menyadari kembali dan hendakmempertahankan diri dan harta mereka, orang-orang asing itucepat-cepat meminta bantuan negaranya. Negara ini pun kemudianmasuk atas nama hendak melindungi rakyatmya. Kemudian iamenyusup juga masuk lebih dalam lagi, lalu berkuasa sebagaipenjajah.

Sekarang mereka sebagai yang dipertuan. Kemerdekaanorang lain dirampas. Sebagian besar sumber-sumber kskayaannegeri itu mereka kuasai. Dengan demikian kekayaan mereka jadihilang, penderitaan mulai mencekam seluruh kawasan itu danbayangan kesengsaraan sudah pula merayap-rayap kedalam hatimereka. Pikiran mereka jadi kacau, moral jadi lemah, imanmereka pun mulai goyah. Martabat mereka jadi turun dari tarafmanusia yang sebenarnya ke taraf yang lebih hina, yang bagiorang yang beriman kepada Allah tidak akan sudi hidupdemikian, sebab, hanya kepada Allah semata orang merendahkandiri dan harus mengabdi. Juga penjajahan itu sumber peperangan, sumber penderitaanbesar yang sangat menekan kehidupan seluruh umat manusiadewasa ini. Selama ada riba, selama ada penjajahan, jangandiharap manusia akan dapat kembali ke masa persaudaraan dansaling cinta antara sesamanya. Harapan akan kembali ke masaserupa itu tidak akan ada, kecuali jika kebudayaan atas dasaryang dibawa oleh Islam dan diwahyukan dalam Qur'an itu dapatdibangun kembali.

Didalam Qur'an ada konsepsi sosialisma yang belum lagi dibahasorang. Sosialisma ini tidak didasarkan kepada perang modal danperjuangan kelas, seperti yang terdapat sekarang dalamsosialisma Barat, melainkan dasarnya ialah karakter dan moralyang tinggi yang akan menjamin adanya persaudaraan kelas,adanya kerja-sama dan saling bantu atas dasar kebaikan dankebaktian, bukan kejahatan dan saling permusuhan. Tidak sulitorang akan melihat landasan sosialisma atas dasar persaudaraanini, seperti yang sudah ditentukan oleh Qur'an mengenai zakatdan sedekah misalnya. Orang dapat menilai, bahwa ini bukanlahsosialisma dengan dominasi suatu kelas atas kelas yang lain,atau kekuasaan suatu golongan atas golongan yang lain.Kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an tidak mengenal adanyadominasi atau sikap berkuasa, melainkan atas dasarpersaudaraan yang sungguh-sungguh yang didorong oleh keyakinanyang kuat akan persaudaraan itu; suatu keyakinan yang membuatorang dengan mengingat karunia Tuhan itu mau memberi untuk simiskin, orang melarat, orany yang membutuhkan dan segala yangdiperlukannya akan makanan, tempat tinggal, obat-obatan,pengajaran dan pendidikan. Mereka memberikan itu atas dasarkeikhlasan dan kejujuran.

Dengan demikian penderitaan dapatdihilangkan, karunia Tuhan dan kebahagiaan dapat merata kepadaumat manusia. Sosialisma Islam ini tidak sampai menghapuskan hak miliksecara mutlak, seperti halnya dengan sosialisma Barat.Kenyataan sudah membuktikan - bolsyevisma di Rusia dannegara-negara sosialis lainnya - bahwa menghapuskan hak milikitu suatu hal yang tidak mungkin. Sungguhpun begitu, namunperusahaan-perusahaan negara harus tetap menjadi milik bersamauntuk kepentingan semua orang. Mengenai ketentuanperusahaan-perusahaan negara itu terserah kepada negara. Olehkarena itu mengenai ketentuan ini sejak abad-abad permulaandalam sejarah Islam sudah terdapat perbedaan pendapat. Darikalangan sahabat-sahabat Nabi sendiri ada yang terlampau kerasmenjalankan ketentuan sosialisma ini, sehingga segala yangdiciptakan Tuhan dijadikan milik bersama dan untuk kepentinganumum. Mereka memandang tanah dan segala yang terkandung, samadengan air dan udara, tidak boleh menjadi milik pribadi. Yangboleh dimiliki hanya hasilnya, yang disesuaikan dengan usahadan perjuangan masing-masing. Ada juga yang tidak berpendapatdemikian. Mereka menyatakan bahwa tanah boleh dimiliki dandianggap sebagai barang-barang yang boleh dipertukarkan.

Akan tetapi persetujuan yang sudah dicapai di kalangan merekaialah sama dengan yang berlaku di Eropa sekarang, yaitumenentukan bahwa setiap orang harus mencurahkan segalakemampuannya untuk kepentingan masyarakat, dan masyarakatharus pula berusaha, untuk kepentingan pribadi dalam mengatasisegala keperluannya. Setiap Muslim berhak menerimakebutuhannya serta kebutuhan orang yang menjadi tanggungannyadari baitulmal (perbendaharaan negara) Muslimin, selama iabelum mendapat pekerjaan yang akan menjamin keperluanhidupnya, atau selama pekerjaan yang dipegangnya itu tidakmencukupi keperluannya dan keperluan keluarganya. Selama norma-norma etik di dalam Qur'an seperti yang sudahkita sebutkan itu dijalankan, maka tidak akan ada orang yangmau berdusta; tidak akan ada orang yang mau mengatakan, bahwaia penganggur, padahal yang sebenarnya dia tidak mau bekerja,tidak akan ada orang yang mau menyatakan, bahwa penghasilandari pekerjaannya tidak mencukupi, padahal sebenarnya sudahlebih dari cukup. Khalifah-khalifah pada masa permulaan Islamdahulu sudah mewajibkan diri menyelidiki sendiri keadaan umatIslam untuk kemudian dapat mengatasi segala keperluan orangyang memang berada dalam kebutuhan.

Dari sini dapat kita lihat bahwa sosialisma dalam Islambukanlah sosialisma harta serta pembagiannya, melainkansosialisma yang menyeluruh, yang dasarnya persaudaraan dalamkehidupan rohani dan moral serta dalam kehidupan ekonomi.Kalau seseorang belum sempurna imannya sebelum ia mencintaisaudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, maka imannya itupun memang tidak sempurna kalau tidak dapat ia turut mendukungorang memberantas kemiskinan dan memberikan derma atau danauntuk kemakmuran bersama, membagikan kekayaan sebagai karuniaTuhan itu, baik dengan diketahui, atau tidak diketahui orang.Makin besar cintanya kepada orang lain, makin dekat ia kepadaTuhan. Dia sedikit pun merasa lebih gembira. Apabila Tuhantelah membuat manusia itu bertingkat-tingkat, memberikanrejeki kepada siapa saja yang dikehendakiNya serta menentukanpula, maka manusia takkan lebih baik keadaannya kalau tak adarasa saling hormat, yang kecil menghormati yang lebih besar,yang besar mencintai yang lebih kecil, si kaya mau memberiuntuk si miskin demi Allah semata, karena rasa syukur. Rasanya tidak perlu kita menyebutkan lagi apa yang sudahdisebutkan Qur'an tentang sistem ekonomi, tentang waris,tentang wasiat (testamen), tentang perjanjian-perjanjian,perdagangan dan sebagainya. Dalam memberikan isyarat yangsingkat sekalipun mengenai masalah-masalah hukum atausoal-soal kemasyarakatan, akan memerlukan ruangan sekian kalilebih banyak dari pasal ini. Cukup kalau kita sebutkan saja,bahwa apa yang sudah disebutkan dalam Qur'an sehubungan denganmasalah-masalah tersebut kiranya sampai sekarang belum adasuatu undang-undang yang lebih baik dari itu. Bahkan orangakan terkejut sekali bila ia melihat adanya beberapapenjelasan seperti perjanjian tertulis mengenai utang-piutangsampai pada waktu tertentu kecuali dalam perdagangan, atauseperti dalam mengirimkan dua orang juru pendamai jikadikuatirkan akan terjadi perceraian antara suami isteri, atauterhadap dua golongan yang sedang berperang dan pihak yangmenyerang dengan sewenang-wenang dan tidak mau diajak damaiitu harus diperangi sampai ia mau kembali kepada perintahTuhan - sungguh orang akan kagum sekali melihat semua ini.Apalagi akan membandingkannya dengan berbagai macamundang-undang yang pernah ada, kalau pun perundang-undanganyang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diletakkanQur'an itu sudah memang cukup baik. Jadi tidak mengherankan sekali - seperti yang sudah kitasebutkan tentang riba dan tentang sosialisma Islam sebagaidasar sistem ekonomi, yang dilukiskan di dalam Qur'an denganpenjelasan hukum sebagai suatu penyusunan undang-undang yangterbaik yang pernah ada dalam sejarah - kalau kebudayaan Islamitu juga yang menjadi kebudayaan yang layak buat umat manusiadan yang benar-benar akan memberikan hidup bahagia. Setelah melihat apa yang sudah kita kemukakan mengenai lukisanQur'an tentang kebudayaan serta landasannya, mungkin adabeberapa penulis Barat yang berpendapat bahwa sifat manusiatidak sesuai dengan sistem yang hendak memaksanya ke tingkatyang lebih tinggi diatas kemampuan kodratnya sendiri, danbahwa sistem demikian ini tidak akan mampu hidup atau akanbertahan lama. Manusia menurut tanggapan mereka, digerakkanoleh rasa harap dan cemas, oleh keinginan dan nafsu, samahalnya dengan makhluk hewan, hanya saja dia makhluk berpikirhomo sapiens. Bahwa manusia akan menganut suatu sistemkebudayaan seperti yang digambarkan oleh Islam itu, adalahsuatu hal yang tidak mungkin, sekurang-kurangnya tidak mudah.Paling jauh yang dapat kita lakukan dalam menyusun kehidupanmasyarakat manusia ini ialah memperbaiki nafsu itu,mengarahkan pikiran tentang harap dan cemas itu sebaik-baiknyadari segi materialisma ekonomi semata. Sedang yang di luar itumasyarakat tidak akan mampu melaksanakannya. Mungkin yangmenjadi alasan mereka ialah karena sistem Islam itu - sepertiyang digambarkan Qur'an dan sudah saya coba menguraikannyadisini secara ringkas - belum dapat diharapkan didalammasyarakat Islam sendiri kecuali pada masa Nabi dan pada masapermulaan sejarah Islam. Kalau sistem ini memang sesuai denganstruktur kehidupan, tentu didalam lingkungan Islam dahulusudah dapat dijalankan dan dari sana akan sudah tersebar keseluruh dunia.

Akan tetapi bilamana hal ini tidak terjadi,bahkan sebaliknya yang terjadi, maka anggapan bahwa sistem inisangat layak, dan dapat menjamin kebahagiaan umat manusia,adalah anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Atas keberatan ini kiranya pengakuan mereka sendiri sudahcukup untuk menggugurkannya, yaitu bahwa sistem Islam ituberjalan dan dipraktekkan pada masa Nabi dan pada permulaansejarah Islam. Dan Muhammad sendiri teladan yang paling baikdalam pelaksanaan itu. Kemudian teladan yang baik ituditeruskan oleh para khalifah yang mula-mula. Mereka terusberjalan dengan sistem itu sampai mencapai tujuan yangsempurna sebagaimana mestinya. Akan tetapi, adanyaintrik-intrik dan ambisi-ambisi yang timbul kemudian kadangdengan jalan Israiliat, kadang pula dengan jalan rasialisma,itulah yang sedikit demi sedikit telah mengancam dasar-dasarIslam yang sebenarnya. Akibat daripada semua itu orang berangsur-angsur kembalimengganti kehidupan rohani dengan materi, sifat kemanusiaandengan kebinatangan. Dan berhenti hanya sampai pada bataslingkaran peradaban dewasa ini berada, yang hakekatnya hendakmenjerumuskan umat manusia kedalam penderitaan. Muhammad sendiri teladan yang baik sekali dalam melaksanakankebudayaan seperti dilukiskan Qur'an itu.

Dalam buku inicontoh itu sudah kita lihat, bagaimana rasa persaudaraannyaterhadap seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggidan sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudara-saudaranya diMekah semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung duka dansengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak menanggungnya.Sesudah hijrah ke Medinah, dipersaudarakannya orang-orangMuhajirin dengan Anshar demikian rupa, sehingga mereka beradadalam status saudara sedarah. Persaudaraan sesama orang-orangberiman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untukmembangun suatu sendi kebudayaan yang masih muda waktu itu.Yang memperkuat persaudaraan ini ialah keimanan yangsungguh-sungguh kepada Allah dengan demikian kuatnya sehinggadibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan, Zat YangMaha Agung. Sikapnya dalam perang Badr, bagaimana ia berdoakepada Tuhan mengharapkan pertolongan yang dijanjikankepadanya. Ia minta pertolongan itu dilaksanakan, denganmenyebutkan bahwa bilamana angkatan Badr ini hancur, tak adalagi ibadat. Ini merupakan suatu manifestasi yang kuat dalamkomunikasi. Begitu juga tindakan-tindakannya yang lain diluar Badrmenunjukkan, bahwa dia selalu dalam komunikasi dengan Tuhan,diluar saat-saat tertentu sewaktu wahyu turun. Komunikasinyaini ialah melalui keimanannya dengan sungguh-sungguh, keimananyang sampai membuat mati itu tiada arti lagi. Maut malahdihadapinya dan diharapkannya. Orang yang sungguh-sungguhdalam imannya tidak pernah takut mati, bahkan mengharapkannyaselalu. Ajal sudah ditentukan. Dimana pun manusia berada, mautakan mencapainya selalu, sekalipun di dalam benteng-bentengyang kukuh. Iman inilah yang membuat Muhammad tetap tabahketika melihat kaum Muslimin lari tunggang-langgang padapermulaan pecah perang Hunain. Dipanggilnya orang-orang itutanpa menghiraukan maut yang sedang mengepungnya, dengansejuinlah kecil orang-orang yang masih bertahan bersama-samadia. Iman inilah yang membuat dia memberikan apa saja yang adapadanya tanpa ia sendiri takut kekurangan. Ia telah mencapaipuncak nilai-nilai kebaikan seperti yang diserukan olehKitabullah. Dengan teladan baik yang diberikannya itu dalam permulaansejarah Islam kaum Muslimin telah mengikuti jejaknya. Semua itu, dengan Muslimin pada permulaan sejarah Islam, yangtelah mengikuti teladan baik yang diberikannya, telah membuatIslam begitu pesat berkembang pada dasawarsa pertama, yangkemudian disusul dengan berpulangnya Nabi ke rahmatullah.Islam tersebar ke seluruh kawasan, panji-panji Islam berkibartinggi sesuai dengan kebudayaan yang berlaku. Daribangsa-bangsa yang tadinya sangat lemah dan berantakan, telahdapat pula dibangun menjadi bangsa-bangsa dan negara-negarayang kuat, dan menjadi pelopor ilmu pengetahuan. Dengan jalanini telah banyak sekali rahasia-rahasia alam yang dapatdiketahuinya. Karena itu diciptakannya pula karya-karya besaryang menjadi kebanggaan zaman sekarang, yang sudah dianggapsebagai zaman keemasan dan ilmu, tanpa memperkosa kebahagiaanumat manusia karena pengabdiannya kepada materi dan imannyakepada Tuhan yang masih lemah itu. Seperti dalam kebudayaan lain, kebudayaan Islam juga banyakdimasuki oleh ambisi-ambisi rasialisma dan Israiliat. Soalnyaialah karena ada segolongan ulama yang seharusnya menjadipewaris para nabi malah mereka ini lebih menyukai kekuasaandaripada kebenaran, daripada nilai moral. Ilmu yang ada padamereka dipakai alat untuk menyesatkan orang-orang awam dangenerasi mudanya, sama halnya dengan kebanyakan ulama-ulamasekarang yang juga mau menyesatkan orang-orang awam besertaangkatan mudanya itu. Ulama-ulama demikian ini ialahpembela-pembela setan, yang akan lebih berat memikultanggungjõawab dihadapan Tuhan. Maka kewajiban pertama buat setiap ulama yang benar-benarikhlas demi ilmu dan demi Tuhan, ialah harus siap melawanmereka dan memberantas semua bibit yang merusak itu. Merekahendak membelokkan orang dari kebenaran, hendak menyesatkanorang dari jalan yang lurus. Apabila ulama-ulama(pendeta-pendeta) yang menyesatkan di Barat itu telah ikutmemegang peranan dalam melibatkan gereja dan ilmu kedalamkancah saling berperang dalam merebut kekuasaan, maka peranandemikian tidak ada buat mereka di negeri-negeri Islam, sebabdalam kebudayaan Islam agama dan ilmu saling terjalin, sebabagama tanpa ilmu suatu kekufuran, ilmu tanpa agama sesat.Sekiranya dunia ini sampai bernaung dibawah kebudayaan Islamseperti yang dilukiskan Qur'an, dan tidak diperkosa olehadanya penaklukan-penaklukan Mongolia dan yang semacamnya yangtelah masuk Islam tapi tidak menjalankan prinsip-prinsip Islamatau berusaha menyebarkannya, malah Islam dipakainya sebagaialat untuk menguasai orang-orang awam di kalangan Muslimindengan prinsip yang sama sekali bertentangan denganprinsip-prinsip persaudaraan Islam - tentu keadaan dunia initidak akan seperti ini, umat manusia akan selamat daribeberapa hal yang kini menjerumuskan mereka kedalam jurangpenderitaan. Saya yakin, bahwa kebudayaan yang dilukiskan oleh Qur'an ituakan tersebar ke dunia luas kalau saja korps ulama ini mautampil ke depan dengan suatu ajakan yang ilmiah caranya, jauhdari segala cara berpikir yang beku dan fanatik. Kebudayaanini akan berdialog dengan hati, juga akan berdialog denganpikiran, dan dapat dijamin manusia dari segala bangsa akanmenerimanya dengan hati terbuka tanpa dapat dicegah olehambisi-ambisi pribadi. Untuk ini yang diperlukan olehulama-ulama itu tidak lebih dari hanya supaya mereka menjadiorang-orang yang benar-benar beriman, mengajak orang kepadaajaran Tuhan yang sebenarnya dan kepada kebudayaan yangdemikian ini dengan hati yang ikhlas demi agama. Ketika itulahorang merasa bahagia dengan persaudaraannya dalam Tuhanseperti pada zaman Nabi, mereka merasa bahagia.

Apa yang terjadi pada masa Nabi dan pada permulaan sejarahIslam sudah tidak memerlukan pembuktian lagi; dengan apa yangsudah saya sebutkan dalam pengantar buku ini, bahwa revolusirohani yang sinarnya sudah dipancarkan oleh Muhammad keseluruh dunia ini sudah seharusnya akan membukakan jalan umatmanusia kepada kebudayaan baru yang selama ini dicarinya. Dansaya tidak pernah ragu sekejap pun mengenai hal ini.

Akan tetapi ada beberapa sarjana Barat yang menyatakanbeberapa keberatan dengan menghubungkannya pada jiwa yangmenjadi sumber konsepsi kebudayaan Islam itu. Atas dasar itumereka mengambil kesimpulan, bahwa Islamlah yang menjadi sebabmundurnya bangsa-bangsa yang menganut agama ini. Yang pentingdiantaranya ialah apa yang mereka katakan, bahwa jabariahIslam itulah yang membuat semangat umat Islam jadi kendor,membuat mereka malas menghadapi perjuangan hidup, sehinggamereka menjadi golongan yang hina-dina.

Dalam menghadapitantangan ini dan apa yang sejalan dengan itu, inilah yangakan menjadi pokok pembahasan kedua pada bagian penutup bukuini. Catatan kaki:

1 Lihat halaman xlvii (A).
2 Kata 'irfan dan ma'rifat yang kadang mempunyai arti yang sama, disini kata ma'rifat tidak saya pergunakan sebagai istilah ilmiah yang umum dalam tasauf dan ilmu kalam, juga tidak saya salin dengan gnosis atau connaissance, melainkan mengingat persoalannya secara konotatif saya pergunakan kata persepsi, yakni pengamatan, pengenalan dan kesadaran batin (A).
3 Sudah tentu terjemahan ayat-ayat Qur'an di atas begitu juga yang lain tidak akan dapat mengungkapkan keagungan dan keindahan yang terkandung dalam bahasa aslinya, yang memang tidak mungkin dapat ditiru atau diterjemahkan dengan gaya yang sama (A).
4 I'jaz, 'yang tak dapat ditiru,' ciri khas Qur'an yang luar biasa, yang juga dari akar kata yang sama dengan mujizat (A).

0 komentar: