Orientalis (1)

Oleh : Muhammad Husain Haekal



WASHINGTON IRVING sebagai penulis terkemuka telah menjadikebanggaan Amerika Serikat terhadap bangsa-bangsa lain dalamabad ke-19. Dia telah menulis buku tentang sejarah hidup Nabi.Dalam buku ini dibentangkannya sejarah Nabi itu dengankemampuan retorika yang cukup besar sehingga tidak sedikitbagian-bagian yang dapat memikat hati pembacanya. Disampingkemampuannya itu kadang terlihat juga kejujurannya, tapikadang tampak pula tidak toleran dan penuh prasangka. Buku inidisudahi dengan sebuah penutup yang menjelaskan pokok-pokokajaran rukun Islam, serta apa yang dikiranya sumber-sumberyang berdasarkan sejarah yang telah dijadikan landasan ajaranitu, didahului dengan soal keimanan kepada Tuhan, kepada paramalaikat, kitab-kitab, para rasul dan hari kemudian. Kemudiankatanya: "Rukun keenam dan terakhir daripada rukun akidah Islam (rukuniman) ialah jabariah.



Sebagian besar kemenangan Muhammaddalam perang didasarkan kepada ajaran ini. Segala peristiwayang terjadi dalam hidup sudah ditentukan lebih dulu olehtakdir Tuhan, sudah tertulis dalam 'Papan Abadi' sebelumTuhan menciptakan alam ini, dan bahwa nasib dan ajal manusiasemua sudah ditentukan, sudah tak dapat dielakkan lagi. Dengancara apa pun menurut kemampuan usaha dan pikiran manusia,sudah tak dapat dimajukan lagi. Dengan keyakinan ini kaumMuslimin terjun ke medan perang tanpa merasa takut samasekali. Kalau mati dalam pertempuran demikian ini sama denganmati syahid yang akan langsung masuk surga, maka mereka yakinsalah satu ini pasti akan mereka capai -syahid atau menang. "Ajaran yang menentukan, bahwa manusia tidak berdaya dengankemauannya yang bebas itu untuk menghindari dosa atau selamatdari siksa, sebagian kaum Muslimin menganggapnya bertentangandengan keadilan dan rahmat Tuhan. Beberapa golongan timbul.

Mereka berusaha dan terus berusaha hendak meringankan danmemberi penjelasan mengenai ajaran yang membingungkan ini.Tetapi jumlah yang masih sangsi tidak banyak. Mereka ini tidaktermasuk golongan Sunnah (orthodoks). "Muhammad mendapat inspirasi tentang ajaran ini tepat padawaktunya. Memang ini ilham yang luar biasa terjadi pada waktuyang tepat sekali. Kejadian ini persis sesudah Perang Uhudyang malang itu, yang tidak sedikit makan korbansahabat-sahabatnya, termasuk Hamzah pamannya. Ketika itulah,tatkala kesedihan dan kegelisahan sedang mencekam hatisahabat-sahabat yang mengelilinginya, peraturan inidikeluarkan -- bahwa manusia tak dapat mengelak dari kematian,bila ajal sudahm tiba, sama saja di tempat tidur atau di medanperang ... "Kiranya orang takkan dapat melukiskan suatu ajaran yang lebihtepat dari ini untuk mendorong sekelompok tentara yang bodohtidak berpengalaman itu menyerbu secara buas ke medan perang.

Mereka sudah diyakinkan, kalau hidup mendapat rampasan perang,kalau mati mendapat surga! Karena ajaran ini juga tentaraMuslimin sudah hampir tak dapat dikalahkan lagi. Akan tetapiini juga yang mengandung racun yang akan menghancurkankekuasaan Islam itu. Begitu pengganti-pengganti Nabi ituberhenti sebagai penakluk, begitu mereka menyarungkan kembalipedangnya untuk selama-lamanya, ajaran jabariah ini pun mulaipula mengerumit (menggerogoti) untuk merusak. Urat-sarafMuslimin sudah peka terhadap perdamaian, juga sudah pekaterhadap kekayaan materi yang dibolehkan oleh Qur'an, dan yangmerupakan pemisahan yang tajam antara prinsip-prinsip inidengan agama Kristen, agama suci dan kasih sayang. SeorangMuslim yang ditimpa kemalangan menganggapnya sebagai nasibyang sudah ditakdirkan Tuhan dan tak dapat dihindarkan, jadiharus tunduk dan menerima, selama segala daya upaya danpikiran manusia memang tidak berguna. "Rumus yang berbunyi: "Tolonglah dirimu, Tuhan akanmenolongmu" dipandang oleh pengikut-pengikut Muhammad takdapat dilaksanakan, bahkan sebaliknya yang mereka ambil. Darisanalah salib berhasil mengikis bulan sabit. Adanya bulansabit ini sampai sekarang di Eropa - yang pada suatu waktupernah mencapai kekuatan yang luar biasa hanyalah karenaperbuatan negara-negara Kristen yang besar-besar; atau lebihtepat lagi: karena persaingan mereka sendiri. Bertahannyabulan sabit itu barangkali untuk menjadi bukti yang baru,bahwa: "barang siapa menggunakan pedang akan binasa olehpedang."

Demikianlah kata-kata Washington Irving, orang yang denganstudinya itu belum memungkinkan ia dapat menangkap jiwa Islamdan dasar kebudayaannya. Salah sekali pendapatnya dalammengartikan soal al-qadza wal-qadar (kadar atau takdir) sertasoal ajal itu. Barangkali dia masih dapat dimaafkan mengingatbeberapa buku Islam yang dijadikan bahan bacaannya membuat diaberpendirian demikian itu. Tetapi sebaliknya Qur'an, tidakdapat diukur dengan kalimat "Tolonglah dirimu, Tuhan akanmenolongmu" dari segi kuatnya dorongan Qur'an supaya orangpercaya kepada diri sendiri, dan bahwa manusia mendapatimbalan sesuai dengan perbuatan serta niat yang melahirkanperbuatan itu. "Katakan: 'Wahai umat manusia! Kebenaran dari Tuhan sudahdatang. Barang siapa menurut jalan yang benar, maka kebenaranitu buat kebaikan dirinya, dan barang siapa menjadi sesat, diasesat karena dirinya juga'." (Qur'an, 10: 108.)

"Barang siapa menurut jalan yang benar, maka kebenaran itubuat kebaikan dirinya; dan barang siapa menjadi sesat, diasesat karena dirinya juga. Seseorang tidak dapat memikulkanbeban orang lain, dan Kami tiada akan menjatuhkan siksaansebelum Kami mengutus seorang rasul." (Qur'an, 17: 15).

"Barang siapa menghendaki keuntungan akhirat akan Kamitambahkan keuntungan itu, dan barangsiapa menghendakikeuntungan dunia akan Kami berikan juga. Tetapi di akhirat iatidak mendapat bagian." (Qur'an, 42: 20)

"Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu golongan kalau merekatidak mengubah nasib mereka sendiri." (Qur'an, 13: 11.)

Dan contoh serupa ini banyak sekali dalam Qur'an. Jelas sekaliia menunjukkan bahwa manusia mendapat pahala atau mendapatsiksa sumbernya pada kehendak dan perbuatannya sendiri. Tuhanmendorong manusia berusaha dan mencari rejeki untuk makannyadi muka bumi ini. Mereka disuruh berjuang di jalan Allahdengan ayat-ayat yang cukup jelas dan kuat seperti yang sudahkita baca sebagian dalam buku ini. Ini sama sekali tidaksesuai dengan apa yang dikatakan Irving dan beberapa penulisBarat, bahwa Islam agama tawakal, serba tak acuh dan pasrah,mengajar pemeluknya bahwa mereka tidak berkuasa atas dirimereka sendiri untuk mendatangkan kebaikan atau keburukan,jadi tak ada gunanya mereka berusaha dan berkehendak, sebabusaha dan kehendaknya tergantung kepada takdir Tuhan. Kalaukita berusaha dan ditakdirkan takkan memberi hasil atas usahakita, tidak akan berhasil juga.

Sebaliknya kalaupun kita tidakberusaha tapi sudah ditakdirkar; kita akan menjadi orang kaya,orang kuat atau menjadi orang beriman, kita pun akan jadidemikian tanpa ada usaha atau kerja. Ayat-ayat yang sudah kitakemukakan itu menolak dan bertentangan sekali dengan pendapatini. Mereka-yang menghubungkan sikap tawakal kaum Muslimin padamasa-masa belakangan ini berpegang pada ayat terakhir, sepertifirman Tuhan ini: "Nyawa yang harus menemui kematiannya, hanyalah dengan ijinTuhan, sebab waktunya sudah ditentukan." (Qur'an, 3: 145).

"Setiap umat sudah mempunyai waktunya tertentu. Apabila sudahtiba waktunya, mereka takkan dapat mengundurkan ataumemajukannya barang sedikit pun juga." (Qur'an, 7: 34).

"Setiap peristiwa yang terjadi di bumi dan pada dirimu sendirisudah ditentukan terlebih dulu sebelum Kami menciptakannya.Buat Tuhan hal semacam ini mudah sekali." (Qur'an, 57: 22).

"Katakan: Takkan ada yang menimpa kita, kalau tidak sudahditentukan Tuhan kepada kita. Dialah Pelindung kita, danorang-orang yang beriman kepadaNya-lah mempercayakan diri."(Qur'an, 9: 51) Kalau pun itu yang menjadi pegangan mereka, sebenarnya merekatidak dapat menangkap arti ayat-ayat itu dan yang semacamnyaserta hubungan erat yang digambarkan antara hamba denganTuhannya. Mereka sudah terdorong dengan dugaan bahwa Islammengajarkan orang pasrah; padahal yang sebenarnya Islammenyuruh orang berjuang dan bersedia mati sebagai pahlawan,mempertahankan harga diri dan kehormatannya, dengankebudayaannya yang dibangun atas dasar persaudaraan dankasih-sayang. Sebenarnya ayat-ayat itu dan yang sejalan dengan itu telahmelukiskan suatu kenyataan ilmiah yang telah diakui pula olehsebagian besar filsuf-filsuf dan sarjana-sarjana Barat dengandiberi nama mazhab jabariah (fatalisma) juga dan menghubungkanpengertian jabr (nasib) ini kepada hukum alam dan sejumlahkehidupan biologis yang ada, sebaliknya daripada akanmenghubungkannya kepada kehendak dan kekuasaan Allah. Mazhabyang sudah diakui oleh sebagian besar filsuf-filsuf Barat initidak lebih puas, tidak lebih toleran, juga tidak lebih sesuaiuntuk umat manusia daripada mazhab filsafat yang disarikandari Qur'an Suci itu, seperti yang akan kita lihat nanti. Jabariah ilmiah (scientific determinism) ini berpendapat,bahwa ikhtiar yang ada pada kita dalam kehidupan ini ialahikhtiar nisbi dengan nilai yang kecil sekali, sedang pendapattentang ikhtiar nisbi ini lebih banyak bergantung kepadakeperluan hidup sosial dari segi praktisnya daripada kepadakenyataan ilmiah atau filsafat. Kalau mazhab ikhtiar ini tidakdijadikan suatu keputusan, akan sulit juga masyarakatmenemukan suatu patokan sebagai dasar hukumnya danbatas-batasnya, akan menyusun suatu pola kehidupan dan tingkahlaku setiap orang yang sudah ditentukan hukumannya itu, dengansuatu hukuman pidana atau perdata. Memang benar, bahwa di kalangan sarjana-sarjana dan ahli-ahlihukum itu ada juga yang tidak mendasarkan patokan hukumannyakepada pengertian jabr dan ikhtiar (nasib dan usaha, atausengaja dan tidak sengaja), melainkan kepada reaksi yangterjadi yang sudah merupakan pegangan masyarakat yang hendakmenjaga eksistensi mereka, dan yang juga berlaku buat individuyang hendak menjaga eksistensinya pula. Buat masyarakat yangberpegang kepada reaksi ini sama saja, apakah individu itubertindak atas kemauan sendiri atau tidak atas kemauansendiri.

Akan tetapi tindakan secara ikhtiar (dengan sadar)ini pada sebagian besar ahli-ahli hukum tetap merupakan dasardalam menjatuhkan hukuman. Sebagai alasannya ialah orang yangsudah kehilangan kebebasan atau kemauan, seperti orang gila,anak kecil atau orang dungu, ia tidak dikenakan hukuman atasperbuatannya seperti terhadap orang dewasa yang sudah dapatmembedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau pertimbangan-pertimbangan praktis dalam yurisprudenperundang-undangan ini kita kesampingkan dan kita hanya maumencurahkannya kepada kenyataan ilmiah dan filsafat, maka kitamelihat jabariah inilah kenyataannya. Tak ada orang yang dapatmemilih pada zaman mana ia mau dilahirkan, pada bangsa apa,pada lingkungan mana, juga ibu bapa yang siapa, dengan segalakekayaan dan kemiskinannya, dengan segala kelebihan dankekurangannya. Juga bukan karena dia pria atau wanita, bukankarena peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya - dalambanyak hal - yang akan menjadi faktor utama dalam membentukdan mengarahkan segala pekerjaan dan kehidupannya. Mengenaimazhab ini Hippolyte Taine menyatakan: "Manusia itu produklingkungannya." Tidak sedikit kalangan sarjana dan para filsuf yang mendukungkenyataan ini, sampai-sampai mereka mengatakan bahwa kalaudunia kita dapat mencapai pengetahuan mengenai segala hukumdan rahasia hidup manusia ini seperti pengetahuan yang sudahdiketahuinya dalam hukum tata surya, tentu orang akan dapatmenentukan nasib setiap individu atau masyarakat dengan pastisekali, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli ilmu falak yangsecara pasti sudah dapat menentukan waktu-waktu akanterjadinya gerhana matahari atau bulan.

Namun begitu, tidakada orang baik di Barat atau di Timur - yang mengatakan bahwamazhab jabariah ini merintangi orang dalam usahanya mencapaisukses dalam kehidupan, atau akan merintangi bangsa-bangsauntuk terjun ke tempat yang paling baik, juga tak ada yangmengatakan bahwa bangsa-bangsa yang menganut mazhab ini akanmengalami kemunduran. Sungguh pun begitu namun mazhabfatalisma di Barat tidak memberikan dorongan kepada orangsupaya berusaha dan bekerja seperti yang terdapat dalamayat-ayat Qur'an tentang tanggung awab manusia terhadappekerjaannya. "Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya.Dan hasil usahanya itu akan terlihat juga." (Qur'an 53: 39 -40)

Bukankah satu ini saja sudah cukup tepat sebagai argumenterhadap prasangka pihak Orientalis yang menduga bahwajabariah Islam itu membawa bangsa-bangsa yang menganutnyamenjadi mundur? Bahkan jabariah Islam ini lebih besar memberi dorongan orangberusaha untuk kebaikan dan untuk mendapatkan hasil rejekinyadari pada fatalisma di Barat. Kedua mazhab ini memang sudahbertemu bahwa dalam alam ini sudah ada hukum-hukum yang takdapat diubah atau diganti, dan semua yang ada dalam alam initunduk kepada hukum-hukum tersebut. Juga manusia tundukseperti yang lain yang ada dalam alam ini. Tetapi fatalismaini menundukkan orang kepada lingkungannya dan cara yangturun-temurun yang sudah tak dapat lagi dihindari dan membuatiradat manusia harus tunduk kepada lingkungannya. Dalam halini sudah tak ada jalan lagi ia dapat mengubah diri.Sebaliknya Qur'an mengajak iradat setiap individu atas dasarrasio menuju ke arah yang lebih baik, dan diingatkannya bahwabilamana hasil yang baik itu sudah ditentukan buat mereka,maka itu adalah atas usaha mereka sendiri dan mereka tidakakan mendapat hasil yang baik dengan seenaknya saja tanpausaha. "Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu golongan kalau merekatidak mengubah nasib mereka sendiri." (Qur'an, 13: 11)

Setelah Tuhan memberi petunjuk kepada umat manusia dengankitab-kitab suci mengenai apa yang harus mereka lakukan,setelah kepada para nabi dan rasul dibukakan jalan yang benardan disuruh memikirkan dan merenungkan segala isi dan hukumalam serta kekuasaan Tuhan, maka dengan kemampuan merekasendiri, mereka akan memikirkan dan merenungkan semua itu.Orang yang sudah beriman akan hal ini dan mengarahkan diri kearah itu, tentu ia akan memperoleh apa yang sudah ditentukanTuhan. Apabila sudah ditentukan dia akan mati membelakebenaran atau kebaikan seperti diperintahkan Allah, tidakperlu ia kuatir. Dia dan yang sebangsanya akan tetap hidup disisi Tuhan. Manalah anjuran yang lebih besar dari ini supayaorang berinisiatif, berusaha dan berkemauan?! Dan dimana pulatempatnya sikap serba tak acuh seperti diduga oleh Irving danOrientalis-orientalis lain itu? Sikap serba tak acuh sama sekali bukan tawakal4 kepada Allah.Dengan bertawakal kepada Allah tidak mungkin orang hanya akanbertopang dagu berpeluk lutut dan meninggalkan segala yangdiperintahkan Tuhan. Bahkan sebaliknya, ia harus bekerja kerasuntuk itu, seperti dalam firman Allah: "Kalau engkau telah berketetapan hati, tawakallah kepadaAllah." Jadi ketetapan hati dan iradat ini harus mendahului tawakal.Kita sudah berketetapan hati, lalu kita bertawakal kepadaAllah, kita mencapai tujuan kita berkat itu juga. Apa yangpatut kita tuju hanya Dia semata, kita patut bersikap takuthanya kepadaNya semata - kita akan mencapai semua hasil yangbaik itu berdasarkan undang-undang Tuhan dalam alam ini.Undang-undang Tuhan takkan berubah dan tidak akanberganti-ganti. Hasil yang baik ini yang harus menjadi tujuankita sampai usaha kita mencapai sukses, atau kita akan matikarenanya. Hasil usaha baik yang kita capai adalah dari Tuhan.Segala bencana yang menimpa kita karena perbuatan kita sendiridan karena kita menempuh jalan bukan ke jalan Allah. Jadisegala kebaikan dari Tuhan dan segala kesesatan dan kejahatandari perbuatan setan. Tentang kekuasaan Tuhan mengetahui segala yang terjadi dalamalam sebelum Tuhan menciptakan alam, dan bahwa Tuhan MahaAgung "... tiada yang tersembunyi padaNya barang seberat atom pun dilangit dan di bumi, tiada yang lebih besar atau lebih kecildari itu, semua sudah dalam Kitab yang nyata," (Qur'an, 34:3.)

berarti bahwa Tuhan telah menentukan beberapa hukum dalam alamini yang tak dapat diubah-ubah dan pengaruhnya harus lahirpula dari sana. Apabila sarjana-sarjana berpendapat seperti yang sudah kitakemukakan tadi, bahwa bila ilmu yang positif dapat mengetahuirahasia-rahasia dan undang-undang kehidupan manusia,mengetahui apa yang sudah ditentukan setiap individu danmasyarakat, seperti halnya dalam menentukan waktu-waktu akanterjadinya gerhana matahari dan bulan, maka keimanan kepadaAllah tidak bisa lain berlaku juga keimanan kepadakekuasaanNya yang mengetahui segalanya sebelum alam inidiciptakan. Apabila seorang arsitek bangunan yang membuatsebuah rencana rumah atau gedung serta menantikandilaksanakannya rencana itu, dapat mengetahui sampai berapalama kekuatan bangunan itu dan bagian-bagiannya yang mungkinakan bertahan selama beberapa tahun lagi; demikian jugasarjana-sarjana ekonomi berpendapat, bahwa hukum ekonomi punmemberi kepastian kepada mereka untuk mengetahui adanya krisisatau kemakmuran yang akan terjadi dalam kehidupan duniaekonomi, maka memperdebatkan ilmu Tuhan mengenai segala yangkecil dan yang besar yang menjadi ciptaanNya dalam alam inisifatnya akan sangat merendahkan Tuhan, suatu hal yang takdapat diterima oleh akal sehat. Ilmu ini tidak seharusnya akan menghentikan orang darimemikirkan hari kemudian mereka serta berusaha sekuat tenagamengikuti jalan yang benar dan menghindarkan diri dari jalanyang sesat. Ilmu Allah itu buat mereka masih gaib. Tetapiakhirnya mereka akan sampai juga kepada kebenaran sekalipunagak lambat. Tuhan telah menetapkan sifat kasih sayang itudalam DiriNya. Ia selalu menerima taubat hamba-Nya yang maubertaubat dan sudah banyak dosa yang diampuniNya. Selamarahmat Tuhan itu meliputi segalanya, manusia tidak perluberputus asa akan memperoleh jalan yang benar, asal ia maumerenungkan dan memikirkan alam semesta ini. Orang tidak perluberputus asa dari rahmat Tuhan kalau renungannya itu akhirnyaakan mengantarkannya ke jalan Allah. Manusia yang celaka ialahyang tidak mengakui sifat manusianya, dan merasa dirinya sudahterlampau besar untuk memikirkan dan merenungkan hal-hal yangakan mengantarkan dirinya kepada petunjuk Tuhan. Mereka itulahorang-orang yang hendak menentang Tuhan, bukan mengharapkanberoleh rahmat Tuhan. Jantung mereka oleh Tuhan sudah ditutup,mereka yang akan menjadi penghuni neraka, yang akan mendapattempat yang paling celaka. Apakah Orientalis-orientalis itu sudah melihat arti jabariahIslam yang begitu tinggi, begitu luas jangkauannya? Apakahmereka melihat bahwa anggapan mereka itu memang sangat lemah,yang menduga bahwa jabariah Islam itu menyuruh orang berpeluklutut tanpa usaha atau mau menerima hidup hina atau maumenyerah begitu saja? Disamping semua itu ajaran ini selalumemberikan harapan, bahwa pintu rahmat dan taubat selaluterbuka bagi barangsiapa yang mau bertaubat. Apa yang merekaduga bahwa ajaran ini menyuruh tiap Muslim menganggap setiapkeuntungan dan malapetaka yang menimpa dirinya sebagai takdiryang sudah ditentukan Tuhan dan oleh karenanya ia harus diamsaja, menerima segala bencana dan kehinaan itu dengan sabar,maka semua itu jauh dari kenyataan yang sebenarnya dari ajaranjabariah ini, yang mengajar orang supaya selalu berjuang danberusaha untuk memperoleh kerelaan Allah, untuk selalu berhatiteguh sebelum tawakal kepada Allah. Apabila orang belumberhasil mendapat sukses sekarang, hendaknya terus ia berusahakalau-kalau besok ia berhasil. Harapannya yang selalu padaTuhan agar langkahnya mendapat bimbingan ke arah yang benar,agar mendapat pengampunan dari segala dosa, adalah pendorongyang paling utama untuk berpikir dan berusaha terus-menerusdalam mencapai tujuan menurut kehendak Allah. KepadaNya iamenyembah dan kepadaNya pula ia meminta pertolongan. Tempatorang mengharapkan petunjuk batin, dan ke sana pula segalanyaakan kembali. Sungguh besar kekuatan yang dibangkitkan oleh ajaran yangtinggi ini kedalam jiwa manusia! Sungguh luas jangkauanharapan yang dibukakan itu. Kita terbimbing kepada kebaikanselama apa yang kita kerjakan memang karena Allah. Kalau kitasampai disesatkan oleh setan, taubat kita pun akan diterimaselama pikiran kita dapat mengalahkan nafsu kita dan membawakita kembali ke jalan yang lurus. Jalan lurus ini ialahundang-undang Tuhan dalam ciptaanNya, undang-undang yang akanmenjadi penyuluh kita dengan segenap hati dan pikiran kita,serta dengan permenungan kita akan segala yang diciptakanTuhan. Dan kita pun mulai berusaha mengenal semua rahasia alamitu.

Akan tetapi, apabila sesudah itu masih ada orang yang sesatdan mempersekutukan Tuhan, masih ada orang yang mau melakukankerusakan di muka bumi ini, masih ada yang mau menutup matadari segala arti persaudaraan, maka itu adalah contoh yangdiberikan Tuhan kepada manusia guna memperlihatkan kekuasaanTuhan sehingga yang demikian itu kelak menjadi suatu teladanbuat mereka. Inilah keadilan dan rahmat Tuhan kepada seluruhumat manusia. Orang tidak akan mencegah atau membatasimelakukan semua itu. Tetapi hukuman yang akan diterimanyasesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Akan tetapi, buat apa manusia berpikir, buat apa bekerja,kalau maut itu memang selalu mengintai mereka! Bila ajal sudahsampai sesaat pun tak dapat diundurkan atau dimajukan. Buatapa manusia berpikir dan buat apa pula bekerja kalau orangyang bahagia sudah ditentukan lebih dulu akan jadi bahagia,dan yang sengsara akan jadi sengsara? Ini adalah pertanyaan ulangan sengaja jawabannya kitakemukakan supaya dapat kita lihat masalah ketentuan ajal inidari segi lain: Apa yang sudah ditentukan Tuhan lebih duluialah undang-undang alam sejak sebelum alam itu diciptakan dansebelum difirmankan kepadanya 'Jadilah'! maka ia pun jadi.'Dalam melukiskan ini tak ada yang lebih tepat dari firmanAllah ini "Tuhan kamu telah menetapkan sifat kasih sayang itudalam DiriNya." Ini berarti bahwa kasih sayang itu sudahmenjadi sifat Tuhan dan menjadi salah satu undang-undangNyadalam alam semesta. Tak ada suatu kewajiban yang diharuskanterhadap DiriNya. Kewajiban memang tidak seharusnya ada atasYang Maha Kuasa. Dalam hal ini Allah berfirman: "Kami tiada akan menjatuhkan siksaan sebelum Kami mengutusseorang rasul." Apabila ada suatu golongan yang sesat dan kepada mereka Tuhantidak mengutus seorang rasul, maka undang-undang Tuhan disiniberlaku - tiada seorang dari mereka akan dijatuhi siksaan.Buat setiap orang yang beriman, tanda-tanda kebesaran Tuhandalam alam ini sudah wajar sekali, bahwa Tuhanlah yangmenciptakan alam. Apabila Tuhan sudah mengutus seorang rasulkepada suatu golongan, kemudian berlaku hukum alam dankehendak Tuhan atas golongan itu, yaitu bahwa setelah diberipetunjuk ada orang dari golongan tersebut yang masih tetapmempertahankan kesesatannya, maka orang yang telah menganiayadirinya sendiri itu akan menjadi contoh buat orang lain.

Sungguh naive sekali untuk mengatakan bahwa orang yang telahsesat ini diperlakukan tidak adil karena telah dijatuhihukuman atas kesesatannya, padahal kesesatan demikian memangsudah termaktub lebih dulu (ditentukan) terhadap dirinya. Kitamengatakan naive untuk tidak mengatakan merendahkan Tuhan,sebab jalan pikiran yang paling tepat akan mengatakan kepadakita, bahwa barangsiapa yang sesat, ia telah menganiayadirinya, bukan Tuhan yang menganiayanya. Untuk menjelaskan ini cukup kiranya kita mengambil contohseorang ayah yang penuh kasih sayang mendekatkan api kepadaanaknya yang masih bayi. Kalau sianak memegangnya,dijauhkannya api itu seraya memberi isyarat, bahwa api itupanas. Kemudian secara berulang-ulang api itu didekatkannyalagi kepada sibayi, tidak apa juga kalau jari bayi itu sampaiterbakar sedikit supaya dialami sendiri dalam kenyataan apayang sudah diperingatkan kepadanya itu dan supaya selaludiingat selama hidupnya. Tetapi bilamana sesudah dewasa iamasih mau memegang api atau menceburkan diri ke dalam api,maka apa yang sudah menimpanya itulah ganjarannya, dan janganayahnya yang disalahkan, jangan ada yang minta supaya sangayah mengalanginya dari perbuatan itu. Begitu juga misalnyaseorang ayah yang sudah memberi petunjuk tentang bahaya judiatau minuman keras kepada anaknya. Maka bilamana sianak itukelak sudah dewasa dan dia melanggar juga apa yang sudahdilarang oleh ayahnya lalu karenanya ia mendapat bencana, makabukanlah sang ayah yang kejam menganiayanya, sekalipun ia akanmampu mencegah dari berbuat demikian. Sang ayah sama sekalibukan kejam kalau membiarkan sianak sampai melanggar apa yangsudah menjadi larangan, dan ini merupakan contoh buat keluargadan saudara-saudaranya yang lain. Begitu juga keluarga dansaudara-saudara yang sampai ratusan atau ribuan jumlahnyadalam sebuah kota yang memang banyak godaannya karena pengaruhkeadaan. Sudah cukup baik dan adil sekali kiranya kalaukonsekwensi yang tak dapat dihindarkan menimpa mereka sebagaiganjaran terhadap perbuatan mereka sendiri. Itu akan dapatmemperbaiki keadaan anggota masyarakat yang lain, meskipun apayang telah menimpa anak-anak negeri yang aniaya itu sangatdisesalkan.

Inilah contoh keadilan yang paling sederhana danberimbang sehubungan dengan masyarakat manusia kita ini,seperti yang sudah kita lukiskan tadi. Apalagi bila kitamembayangkan dan membandingkan dengan alam semesta, denganmakhluk-makhluk yang berjuta-juta banyaknya dalam luasan ruangdan waktu yang tak terbatas! Apa yang sudah menimpa individudan masyarakat - karena perbuatannya sendiri - dalam bentukyang sudah tidak mampu lagi khayal kita membayangkannya, semuaitu baru merupakan contoh keadilan atau keseimbangan dalambentuknya yang sangat sederhana. Kalau adanya kekejaman itu kita alamatkan kepada sang ayah,karena dia membiarkan anaknya yang sesat itu harus menerimaganjaran kesesatannya, pada hal kesesatan itu memang sudahtermaktub atas dirinya, maka juga beralasan sekali kekejamandemikian itu kita alamatkan kepada diri kita sebab kita telahmembunuh seekor kutu yang sangat mengganggu, dikuatirkan akanmembawa penularan kepada kita, yang ada kalanya akanmenimbulkan bencana kepada masyarakat kalau ini sampai menularkepada orang lain. Atau karena kita membuang batu dari dalamkandung empedu atau ginjal kita sebab takut mengakibatkan rasasakit atau penderitaan, atau kita memotong salah satu bagiananggota tubuh kita karena dikuatirkan bagian yang rusak ituakan menjalar ke seluruh badan dan akibatnya akan fatalsekali. Kalau semua itu tidak kita lakukan, karena memangsudah termaktub atas diri kita, kemudian kita menderita atausampai mati karenanya, maka yang harus disalahkan akibatbencana itu hanyalah diri kita sendiri, sebab Tuhan sudahmembukakan pintu penderitaan buat kita, sama halnya denganpintu taubat yang terbuka buat orang yang berdosa. Hanyaorang-orang bodoh sajalah yang rela menerima penderitaandemikian itu dengan anggapan bahwa itu memang sudah termaktubatas dirinya. Ini karena kedunguan dan ketololan mereka saja. Sementara kita melihat kutu yang dibunuh, batu yang dibuangdan dicabutnya anggota tubuh yang sakit sungguh adil sekali -meskipun dalam hukum alam sudah termaktub, bahwa kutu akanmengganggu dan akan membawa penularan penyakit kepada manusia,batu dan anggota tubuh yang sakit akan mendesak bagian tubuhyang lain sehingga dapat membinasakan - dengan melihat semuaini bagaimana kita tidak akan menganggapnya suatu kebodohanyang naive sekali, yang tak dapat diterima akal selain pikiranegoistis yang sempit, yang melihat keadilan itu hanya darisegi kita yang subyektif saja, dan tidak menghubungkannyakepada seluruh masyarakat insani, atau lebih dari itu,menghubungkannya kepada alam semesta?! Apa artinya kutu, batu dan manusia dibandingkan dengan alamini? Bahkan apa artinya seluruh umat manusia dibandingkandengan alam? Dengan khayal kita yang sempit, kita berusahahendak membayangkan batas-batas alam yang luas, dengan ruangdan waktu, dengan awal dan akhir, dan dengan segala kata-katayang semacam itu. Sudah tak ada jalan lain lagi buat kita akandapat membayangkan bentuk alam ini selain itu, karena memangsangat terbatas sekali, sesuai dengan pengetahuan yang adapada kita, yang juga terbatas, dan masih sedikit sekali. Danyang sedikit ini sudah cukup memperlihatkan kepada kita bahwaundang-undang Tuhan dalam alam ialah undang-undang yangteratur dan seimbang, yang tak berubah-ubah danbertukar-tukar. Kita sampai mengetahui undang-undang inikarena Tuhan menganugerahkan kepada kita pendengaran,penglihatan dan jantung, supaya kita melihat segala keindahanciptaanNya ini, dapat memahami alam sesuai denganundang-undangNya itu. Maka kita pun mengagungkan kemuliaanTuhan, kita berbuat baik menurut yang diperintahkanNya. Danberbuat baik atas dasar iman, buat mereka yang mengerti ialahsuatu manifestasi ibadat yang paling tinggi kepada Tuhan. Maut ialah akhir hidup dan permulaan hidup.

Oleh karena ituyang merasa takut mati hanya mereka yang menolak adanya hidupakhirat dan merasa takut pada kehidupan akhirat karenaperbuatan mereka yang buruk selama dalam dunia. Mereka tidakingin mati mengingat adanya perbuatan tangan mereka sendiri.Akan tetapi mereka yang memang sudah bersedia mati, ialahorang-orang yang benar-benar beriman dan mereka yang berbuatkebaikan selama hidup di dunia. Seperti dalam firman Allah: "Dia Yang telah menciptakan Mati dan Hidup untuk menguji kamusiapa diantara kamu yang lebih baik perbuatannya. Dia MahaKuasa, Maha Pengampun." (Qur'an, 67: 2)

Dan firmanNya lagi yang ditujukan kepada Nabi: "Kami tidak pernah menjadikan manusia sebelum engkau itu kekalselamanya. Kalau engkau mati, apakah mereka akan hidup kekal?Setiap jiwa akan merasakan mati dan kamu akan Kami uji denganyang buruk dan yang baik sebagai suatu cobaan, dan kamu kelakpun akan kembali kepada Kami." (Qur'an, 21: 34 - 35)

"Perumpamaan mereka yang dibebani membawa Kitab Taurat,kemudian tidak mereka bawa, sama seperti keledai yang membawakitab-kitab besar. Buruk sekali perumpamaan orang-orang yangmendustakan ayat-ayat Tuhan itu; dan Tuhan tidak memberipetunjuk kepada orang-orang yang zalim. Katakanlah: 'Wahaiorang-orang yang menganut agama Yahudi, kalau kamu mendakwakanbahwa kamu sahabat-sahabat Tuhan diluar orang lain,nyatakanlah keinginanmu akan mati itu -jika benar-benar kamujujur. Tetapi kamu tidak akan pernah menyatakan keinginanmuitu, karena perbuatan tangan mereka sendiri yang telah merekalakukan. Tuhan Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalimitu." (Qur'an, 62 :5 - 7)

"Dialah Yang telah mengambil jiwamu pada malam hari dan Diamengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang harinya. Kemudiankamu dibangkitkan kembali supaya waktu tertentu dapatdipenuhi. Sesudah itu kepadaNya juga tempat kamu kembali.Kemudian kepadamu diberitahukanNya apa yang telah kamukerjakan." (Qur'an, 6: 60)

Inilah beberapa ayat yang sudah jelas sekali menolak apa yangdikatakan orang bahwa jabariah Islam itu mengajar orangbertopang dagu dan enggan berusaha. Tuhan menciptakan maut danhidup untuk menguji manusia, siapa daripada mereka yangmelakukan perbuatan baik. Perbuatan dalam dunia dan balasannyasesudah mati. Mereka yang tidak berusaha, tidak berjuang dimuka bumi ini, tidak mencari nafkah sebagai karunia Tuhan;kalau mereka tidak mau menafkahkan harta mereka; kalau merekatidak mau mengutamakan sahabatnya meskipun mereka sendiridalam kekurangan, mereka telah melanggar perintah Tuhan. Sebaliknya, bilamana semua itu mereka lakukan dengan baik,perbuatan mereka akan diterima baik oleh Allah dan pada harikemudian mendapat pahala dan balasan yang baik. Tuhan akanmenguji kita dalam hidup kita ini dengan yang baik dan yangburuk sebagai suatu cobaan. Dengan otak kita, kita juga yangdapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.Barangsiapa berbuat baik seberat atom pun akan dilihatnya,barangsiapa berbuat keburukan seberat atom juga akandilihatnya. Kalau apa yang sudah menimpa kita itu bukan karenasudah ditentukan Tuhan terhadap diri kita, niscaya itu akanmembuat kita lebih tekun melakukan kebaikan untuk melihathasil yang baik pula. Sesudah itu sama saja buat kita: adakahTuhan akan menjadikan kita manusia yang kuat, yang masih giatbekerja, atau akan dikembalikan ke usia yang sudah pikun, yangsudah tidak dapat kita ketahui lagi apa yang dulunya sudahpernah kita ketahui. Kriterium atau ukuran hidup seseorangbukanlah dari jumlah tahun yang sudah ditempuhnya, melainkandari perbuatan-perbuatan baik apa yang sudah dilakukannyaselama itu, dan yang akan menjadi peninggalannya. Mereka yangsudah meninggal di jalan Tuhan (dalam berbuat kebaikan), dalampandangan Tuhan mereka hidup, di tengah-tengah kita jugakenangan mereka tetap hidup. Berapa banyak nama-nama yangtetap kekal selama berabad-abad karena orang-osrang itu telahmengabdikan diri dan segala daya upayanya untuk kebaikan,mereka itu berada di tengah-tengah kita yang masih hidup,sungguh pun mereka telah berpulang sejak ratusan tahun yanglalu. "Apabila sudah tiba waktunya, mereka takkan dapat mengundurkanatau memajukannya barang sedikit pun juga." Inilah yang benar. Hanya ini yang sesuai dengan hukum alam.Manusia sudah mempunyai batas waktu yang takkan dapatdilampauinya. Sama halnya dengan matahari dan bulan, sudahmempunyai waktu-waktu gerhana yang tidak berubah-ubah, takdapat dimajukan atau diundurkan. Waktu yang sudah ditentukanini lebih mendorong orang untuk berusaha dan melakukanperbuatan-perbuatan yang baik. Ia akan berusaha sekuat tenaga. Ia tidak tahu kapan ia akan menemui ajalnya. Bilamana ajal itusampai maka balasannya apa yang sudah dikerjakannya. Dihadapan kita setiap hari sudah ada buktinya bahwa ajal itutakdir yang tak dapat dielakkan. Ada orang yang mati dengantiba-tiba dan orang tidak tahu apa sakitnya. Ada orang yangsakit, yang sudah sekian puluh tahun menderita dan merintihmelawan penyakitnya itu sampai ia tua serta sudah takbertenaga lagi. Dari kalangan kedokteran dewasa ini ada yangberpendapat bahwa manusia itu dilahirkan dalam prosespembentukannya sudah ada benih yang menentukan hidupnya. Jarakwaktu yang akan ditempuh oleh benih itu untuk mencapaitujuannya yang terakhir dapat pula diketahui asal sajabenihnya sendiri dapat kita ketahui. Tetapi untuk mengetahuibenih ini bukan soal yang begitu mudah. Adakalanya ia dalambentuk fisik, tersembunyi dalam salah satu bagian dalam tubuh- bagian yang penting atau tidak penting - adakalanya dalambentuk psychis dalam pikiran kita, bertalian denganlapisan-lapisan otak yang akan mendorong pihak yangbersangkutan hidup berpetualang dan mau menghadapi bahaya,atau sebagai pemberani. Allah mengetahui belaka semua itu. Diayang mengetahui saat kematian setiap manusia itu akan tiba,menurut hukum alam, tanpa dapat diubah dan ditukar-tukar. Sebagai tanda kasih sayang Tuhan, Ia tidak akan menjatuhkansiksaan sebelum mengutus seorang rasul yang akan memberikanbimbingan kepada manusia dalam mencapai Kebenaran sertamenjelaskan pula jalan kebaikan yang harus ditempuhnya.Sekiranya Tuhan akan menghukum manusia karena perbuatan merekayang salah, niscaya takkan ada makhluk hidup di muka bumi iniyang akan ketinggalan. Tuhan menunda mereka sampai pada waktutertentu sampai mereka dapat mendengarkan dan mau menerimaajakan para rasul itu dan tidak sampai benar mereka terpesonaoleh godaan hidup duniawi. Tuhan tidak mengutus para rasul itudari kalangan raja-raja, orang-orang kaya, orang-orangberpangkat atau dari kalangan orang cerdik pandai. Merekadiutus dari kalangan rakyat jelata. Nabi Ibrahim tukang kayu,ayahnya pun tukang kayu. Nabi Isa juga tukang kayu diNazareth. Juga tidak sedikit dari nabi-nabi itu yang tadinyapenggembala kambing, termasuk Nabi penutup Muhammad'alaihissalam. Tuhan mengutus para rasul dari rakyat jelataitu untuk memperlihatkan bahwa Kebenaran itu bukan menjadimilik orang-orang kaya atau orang-orang kuat melainkan milikorang yang mencari Kebenaran demi kebenaran semata. Kebenaranyang azali, yang abadi, ialah orang yang baru sempurna imannyaapabila ia sudah dapat mencintai saudaranya seperti mencintaidirinya sendiri. "Yang paling mulia di kalangan kamu dalam pandangan Tuhanialah yang paling takwa - yang dapat menjaga diri darikejahatan." "Dan bekerjalah, nanti Tuhan akan melihat hasil pekerjaankamu, dan balasan diberikan hanya sesuai dengan apa yang kamulakukan." Dan Kebenaran terbesar ialah bahwa Allah itu Benar, tiadaTuhan selain Dia. Maut, akhir dan permulaan hidup. Akhir hidup duniawi danpermulaan hidup akhirat. Soal hidup duniawi yang kita ketahuihanya sedikit sekali. Yang kita ketahui tentang hidup hanyayang berhubungan dengan indera kita, dengan akal kita yangmembimbing kita, kemudian dengan jantung kita yang membukakanrahasia hidup itu kepada kita. Sedang mengenai hidup akhirattak ada yang dapat kita ketahui selain apa yang sudahditerangkan Tuhan kepada kita. Hukum-hukum alam buat kitamasih gelap. Ilmunya ada pada Tuhan. Apa yang sudahditerangkan Tuhan dalam Kitab Suci mengenai hal ini sudahmemadai kiranya, bahwa itu adalah tempat pembalasan. Kitamenyiapkan diri kita dalam dunia ini dengan perbuatan kita,dengan kehendak dan niat kita serta sikap kita sesudah itu;kita bertawakal kepada Allah akan adanya balasan yang adilitu. Sedang apa yang dibalik itu soalnya ada pada Tuhansemata-mata. Sudahkah agaknya mereka sependapat dengan Washington Irvingdari kalangan Orientalis dan diluar Orientalis dalam melihatsampai berapa jauh kesalahan mereka dalam menggambarkanjabariah Islam itu? Yang kita catat disini hanyalah yang adadidalam Qur'an. Kita tidak ingin menempatkan masalah ini dalamsuatu perdebatan seperti pendapat ahli-ahli ilmu kalam darikalangan kaum sufi dan yang lain, termasuk para filsuf dangolongan-golongan tertentu dalam kalangan Muslimin. Yang jelassekali kesalahan Irving ialah dugaannya bahwa masalah qadzadan qadar (takdir atau nasib) dan ketentuan umur diturunkandan disebutkan di dalam Qur'an sesudah Perang Uhud dan setelahterbunuhnya Hamzah sebagai syahid utama. Pada hal ayat-ayatyang sudah kita kutipkan itu ialah ayat-ayat yang turun diMekah sebelum hijrah dan sebelum peperangan-peperangandimulai. Irving dan yang semacamnya telah terjerumus ke dalamkesalahan semacam itu sebab mereka tidak mau menyulitkan diridalam membahas persoalan yang begitu penting dengan cara yangilmiah dan cermat. Bahkan mereka menggambarkan Islam menurutkonsepsi yang sejalan dengan kecenderungan mereka sendirisebagai orang-orang Kristen, lalu mereka mengarang-ngarangdalil menurut nafsu mereka sendiri, dengan dugaan bahwa dalilmereka itu akan sudah meyakinkan pembaca tanpa ada orang lainyang akan membuktikan kesalahan mereka itu. Kalau kalangan Orientalis dapat memahami arti jabariah Islamseperti yang sudah kita gambarkan, niscaya mereka dapat pulamenghargai konsepsi filsafatnya yang begitu tinggi, begitudalam melukiskan hidup ini sehingga dapat menampilkanteori-teori ilmu dan filsafat. Dan ini telah dicapai olehpikiran manusia dalam pelbagai zaman dengan segalaperkembangan dan kemajuannya. Pengertian filsafat Islam iniialah pengertian yang berimbang, yang tidak mempersempitpengertian determinisma, dunia sebagai kemauan dan pikiran(die Welt als Wille und Vorstellung) dan evolusi kreatif.

5Bahkan semua mazhab itu, dalam susunannya mengikuti jalannyahukum alam dan kehidupan. Kalau pun disini tempatnya tidakcukup memadai untuk menjelaskan gambaran ini, namun akan sayacoba meringkaskannya dengan seteliti dan sejelas mungkin. Sayakira orang yang sudah membaca apa yang saya tulis akansependapat, bahwa dari semua yang pernah kita ketahui tentangteori-teori, pengertian ini memang sangat tinggi, luas dandalam sekali. Pengertian ini kemudian hari akan membukakanjalan pada pemikiran umat manusia yang lebih agung. Sebelum saya menjelaskan ini secara ringkas, ada dua masalahingin saya catat dalam hal ini, hendaknya jangan dilupakanpertama dengan ini saya tidak bermaksud hendak menentang teoriKristen. Apa yang pernah diajarkan Isa, oleh Islam juga diakuiseperti sudah beberapa kali saya sebutkan dalam buku ini.Hanya saja apa yang diajarkan Islam lebih menyeluruh danmemahkotai semua kenabian dan kerasulan sebelumnya.Kitab-kitab Injil telah juga menegaskan kata-kata Yesus ini."Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakanHukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untukmeniadakannya melainkan untuk menggenapinya." Begitu jugakeimanan Muslimin kepada Ibrahim, kepada Musa, kepada Isa dannabi-nabi yang lain sebelum itu, semua sama. Hanya sajakedatangan Islam melengkapi apa yang telah diutus Tuhan kepadamereka itu, mengoreksl kata-kata yang telah dibelokkan olehpengikut-pengikut mereka, dari arti yang sebenarnya. Keduamengenai filsafat Islam yang diambil dari Qur'an sudahdikemukakan orang sebelum saya, meskipun tidak sama denganyang saya kemukakan sekerang ini. Hanya saja yang saya tempuhdalam hal ini sesuai dengan garis tuntunan Qur'an dan dengancara yang sesuai dengan metoda ilmiah sekarang. Kalau iniberhasil mencapai sasarannya, sudah tentu karena rahmat dankarunia Tuhan juga. Kalau hasil itu belum juga saya peroleh,maka doa yang paling besar saya panjatkan kepada Tuhan ialahsemoga mereka yang berpengetahuan dapat memberi petunjukkepada saya untuk mencapai sasaran itu. Yang mula-mula ditentukan oleh Qur'an ialah bahwa Tuhan sudahmenentukan hukum tertentu dalam alam semesta ini, yang tidakberubah-ubah dan bertukar-tukar. Sudah tentu alam itu bukanhanya planet kita ini saja dengan segala isinya, Juga bukanterbatas hanya pada apa yang tertangkap oleh pancaindera kitasaja yang terdiri dari planet-planet dan tata surya, tetapialam itu ialah segala yang diciptakan Tuhan, yang dapat danyang tidak dapat dirasakan - sensibilia dan insensibilia, yangnyata dan yang gaib. Untuk mengetahui hal ini benar-benar,cukup kalau kita bayangkan bahwa pengetahuan yang ada padakita memang sedikit sekali: eter yang ada di sekitar kita dansekitar tata surya yang lain, listrik yang memenuhi eter danmemenuhi bumi kita, jarak yang begitu jauh memisahkan kitadari matahari dan planet-planet lain yang lebih jauh darimatahari, dan di balik planet-planet itu yang jaraknya sampairibuan tahun cahaya lebih jauh dari matahari.

6 Kemudian, dibalik semua itu yang tiada terbatas, yang takkandapat dijangkau oleh imajinasi kita, dan yang halnya ada padaTuhan ilmunya semua itu berjalan menurut hukum yang sudahpasti tak berubah-ubah. Apa yang sudah kita ketahui semua iniberdasarkan data ilmiah menurut istilah kita sekarang - yangtidak mencampur adukkan fantasi dengan fakta. Kemudian faktaitu disamping fantasi menjadi makin kecil sampai sedemikianrupa, kemudian fakta itu masih tinggal sejauh yang dapat kitaketahui, yang dapat kita ukur menurut ukuran kita, dan apayang kita peroleh dengan dasar itu, itulah yang kita sebuthukum alam dan kehidupan. Kalau kita mau melepaskan fantasikita sebebas-bebasnya untuk menggambarkan betapa kecilnya apayang kita ketahui itu, tentu contohnya akan banyak sekali dihadapan kita, sehingga ruangan dalam buku ini pun akan terlalusempit karenanya. Kita ambil misalnya penghuni planet Mars.

Mereka membangun sebuah pemancar dengan kekuatan 100.000.000kilowatt supaya dengan demikian apa yang terjadi di tempatmereka diperdengarkan dan diperlihatkan melalui pesawattelevisi kepada kita penghuni bumi ini. Sesudah itu, dapatkahkita menahan pikiran kita? Sedang Mars bukanlah planet yangterjauh jaraknya dari kita, juga bukan yang paling sulit akandapat kita hubungi. Pengetahuan kita tentang alam ini yang hanya sedikit sekali,segala yang ada dalam alam itu memberi pengaruh juga kepadakehidupan bumi kita dengan segala isinya. Andaikata satu sajadari planet-planet itu dengan ketentuan dari Tuhan berbedaedarannya, tentu hukum alam itu akan jadi berubah, dan berubahpula hidup kita yang pendek dan sedikit ini, terpengaruh olehkeadaan di sekitar kita, oleh hal-hal yang tiada pentingsekalipun. Hidup itu terpengaruh dan tunduk kepada kodrat alamkarena peristiwa-peristiwa alam yang besar-besar.

Dalammenerima pengaruh itu kadang ia menjurus kepada yang baik,kadang malah menyimpang. Baik dalam tujuan yang menjurus kearah yang baik atau yang menyimpang, dalam kedua hal itu atasdasar yang mempengaruhinya tidak didorong oleh faktor-faktorkehidupan saja melainkan juga oleh kesediaannya dalam menerimapengaruh kehidupan itu serta kekuatan yang timbal-balik salingmempengaruhi. Ada beberapa faktor tertentu yang dapat memberipengaruh besar dan beranekarupa kedalam jiwa orang. Kemudianpengaruh-pengaruh itu akan saling terdesak ke sudut. Salahsatu diantaranya akan jadi juru pemisah, akan jadi batasantara yang baik dengan yang jahat. Yang selebihnya, yang satuakan menjurus kepada yang baik, yang lain kepada yang jahat. Adanya yang baik dan yang jahat dalam kehidupan ini tidak lainialah suatu akibat saja dari adanya saling pengaruh antarafaktor-faktor kehidupan dengan jiwa manusia.

Oleh karenaitulah yang baik dan yang jahat itu sudah merupakan sebagiandari gejala hukum yang sudah pasti dalam alam ini. Adanyakedua sifat baik dan jahat ini sudah pula merupakan suatukeharusan, seperti halnya dengan negatif dan positif yangmerupakan suatu keharusan adanya listrik. Demikian juga adanyabeberapa macam kuman sudah merupakan keharusan hidup dalamtubuh manusia. Tidak ada suatu kejahatan hanya untuk kejahatan saja ataukebaikan hanya untuk kebaikan saja; tetapi itu tergantungkepada maksud yang menjadi tujuannya serta akibat yang terjadikarenanya. Adakalanya terjadinya kejahatan dan kebaikan itukarena keharusan yang mendesak sekali. Alat-alat perusak yangdigunakan dalam peperangan untuk menghancurkan jutaan manusia,memusnakan karya-karya ciptaan manusia yang sungguh agung danindah, diwaktu damai besar sekali artinya. Kalau tidak karenadinamit manusia takkan mampu membelah terowongan dan memasangjalan kereta api didalamnya, takkan mampu menemukantambang-tambang yang berisikan harta karun terdiri daribatu-batu dan logam yang sangat berharga. Begitu juga gasberacun yang dilepaskan orang yang sedang berperang kepadapenduduk sipil dari bangsa yang diperanginya dan yang dianggapsebagai suatu cemar dan cacat besar kepada perikemanusiaan dansebagai suatu manifestasi kebiadaban dan kepengecutan yangtiada taranya, dimasa damai gas ini besar sekali faedahnya; iadapat mengabdi kepada perikemanusiaan, menolong umat manusiadari pelbagai penyakit menular yang cukup mengerikan. Gas inijuga yang dapat menjernihkan air dari kuman-kuman berbahaya,seperti gas chlorine misalnya. Dalam dunia perkapalan iaberguna sekali karena sebagian dapat digunakan membasmi hamatikus dan sebagian lagi dapat membahayakan kehidupan paranelayan.

Dahulu kala orang membayangkan, bahwa ada jenis-jenisserangga, burung dan binatang-binatang yang sama sekali takada gunanya. Tetapi kemudian setelah diselidiki dan dipelajaribetapa besar manfaat serangga-serangga, burung-burung danbinatang-binatang itu buat manusia. Negara pun telah pulamembuat undang-undang memberikan suaka dan melarang orangmembunuh atau memburunya, mengingat betapa menguntungkanmakhluk-makhluk itu untuk umat manusia. Mereka yang telahmempelajari makhluk-makhluk ini melihat bahwa makhluk-makhlukini ingin damai, ingin sekali menyesuaikan diri dengan duniadisekitarnya dalam batas-batas ia dapat mempertahankaneksistensinya, supaya dapat pula ia mengimbangi adanyakebaikan yang harus dipelihara. Binatang-binatang ini tidakmengganggu, kecuali bila hendak membela diri, bila ada pihakyang menyerangnya atau yang mengganggunya. Juga perbuatan-perbuatan kita sebagai manusia tidak adakebaikan hanya untuk kebaikan saja atau kejahatan hanya untukkejahatan saja; tetapi yang ada, semua itu tergantung kepadamaksud yang menjadi tujuannya serta akibat yang terjadikarenanya. Bukankah pembunuhan itu suatu perbuatan dosa yangdilarang? Sungguhpun begitu dalam melarang pembunuhan Tuhanberfirman: "Dan janganlah kamu membunuh yang oleh Tuhan sudah dilarang,kecuali jika atas dasar kebenaran." Membunuh atas dasarkebenaran tidak berdosa. "Dengan hukum qishash itu berartisuatu kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang mengerti..." Algojo yang membunuh seorang penjahat yang telah dijatuhihukuman mati, orang yang membunuh karena membela diri,prajurit yang membunuh karena membela tanah air, orang berimanyang membunuh supaya jangan digoda orang dan keyakinanagamanya - mereka semua tidak melakukan perbuatan dosa, tidakmelakukan pelanggaran. Tidak lebih mereka hanya menyampaikantugas yang telah diwajibkan Tuhan kepada mereka, dan balasanuntuk mereka pun sebagai orang-orang yang telah berbuatkebaikan. Apa yang berlaku terhadap pembunuhan itu, berlaku jugaterhadap yang lain, terhadap perbuatan-perbuatan yang silihberganti antara yang baik dengan yang jahat. Sarjana yangtelah menemukan alat-alat perusak untuk kepentingan pertahanantanah air, atau alat-alat perusak yang dapat memberi manfaatkepada dunia di masa damai, orang yang membuat senjata, setiappekerja, setiap orang di muka bumi ini, apakah ia bekerjauntuk melakukan pekerjaan baik atau melakukan pelanggaran,tergantung kepada sasaran yang menjadi tujuannya serta akibatyang terjadi karena perbuatannya itu. Ini adalah iradat dan undang-undang Tuhan dalam alam.

Olehkarena dalam menangkap hukum ini manusia yang diciptakan Tuhanitu kesanggupannya bertingkat-tingkat satu dengan yang lain,maka ada orang yang hanya memusatkan seluruh kegiatannya pada"titik" tempat ia dilahirkan, serta berusaha mengembangkan danmemeliharanya, ada pula yang bakatnya dalam kerajinan, sedangyang lain punya bakat dalam bidang usaha lain - dalam bidangkesenian, tehnik, ilmu pengetahuan misalnya, yang tidak begitumudah bagi mereka akan dapat menangkap arti hukum itu.

Olehkarena mengenal hukum alam itu merupakan dasar bagi manusiasupaya ia dapat mencapai tujuan hidupnya, maka ada puladiantara mereka yang telah diberi bakat kenabian. Yang laindiberi kesanggupan untuk menjelaskan ajaran itu kepada kita,mana yang baik dan mana pula yang jahat. Yang lain lagimendapat karunia berupa ilmu dan pikiran yang akan membuatmereka menjadi pewaris para nabi, maka dituntunnya kita kepadaapa yang harus kita lakukan dan apa- pula yang harus kitahindarkan. Juga kita dilengkapi dengan tenaga pikiran danperasaan, supaya kita dapat menangkap ajaran yang diberikankepada kita. Dengan itu kita dapat melatih diri supaya kitadapat mencapai tujuan kita dalam hidup ini sebaik-baiknya,supaya kita dapat mengajak orang berbuat baik dan mencegahmelakukan kejahatan.

Sungguhpun begitu, apabila ada orang-orang yang terjerumusdalam hal ini sampai mereka itu melakukan pelanggaran - laluuntuk menjaga eksistensinya masyarakat menjatuhkan hukumankepada mereka dengan maksud supaya pelanggaran mereka tidaksampai merugikan masyarakat - maka adanya hukuman ini tidakberarti suatu jalan buntu untuk mereka bertaubat dan kembalikepada kebenaran. Barangsiapa melakukan perbuatan dosa karenatidak tahu kemudian ia menyadari dan, mau mengubah keadaandirinya, mau kembali kepada Tuhan sebagai orang yang patuh,Tuhan akan mengampuni dosanya yang telah lampau. Dengandemikian orang yang telah bersalah dan berbuat dosa akanmengambil pelajaran dari peristiwa sejarah itu dan akanmembersihkan hatinya. Ia akan kembali ke jalan yang benardengan penuh taubat, dan Allah pun akan menerima taubatnya,sebab Dia Maha Pengasih dan Pengampun.

Gambaran kehidupan demikian ini dapat mempertemukan beberapaaliran filsafat yang bermacam-macam, yang tadinya diduga tidakakan dapat dipertemukan. Jelas sekali bahwa eksistensi inisuatu kemauan. "Sesungguhnya perintah Kami terhadap sesuatuapabila Kami menghendakinya Kami hanya mengatakan kepadanya'Jadilah!' maka ia pun jadi." Alam dapat memantulkan apa yangdapat ditangkap oleh daya rasa dan apa yang tidak. Alam sudahmempunyai hukum-hukum tertentu, yang dalam batas-batas ilmukita yang nyata ini kita dapat mengetahui apa yang akandicapai oleh pikiran kita. Makin bertambah kita berusaha akanmakin bertambah pula penemuan kita tentang alam. Yang menjadidasar hukum alam ialah kebaikan. Akan tetapi kejahatan selaluhendak melawannya dan kadang sampai hampir mengalahkannya.

Perlawanan kebaikan terhadap kejahatan, itulah yang disebutevolusi kreatif yang telah membawa kemajuan yang luar-biasakepada alam dan umat manusia, sehingga dengan langkah itu iatelah mencapai kesempurnaannya seperti sekarang ini.

0 komentar: