Pengaruh Uhud

Oleh : Muhammad Husain Haekal


Abu Sufyan telah kembali dari Uhud ke Mekah. Berita-beritakemenangannya sudah lebih dulu sampai, yang disambut pendudukdengan rasa gembira, karena dianggap sudah dapat menghapuscemar yang dialami Quraisy selama di Badr. Begitu sampai ia keMekah, langsung menuju Ka'bah sebelum ia pulang ke rumah.Kepada Hubal dewa terbesar ia menyatakan puji dan syukur.Dicukurnya lebih dulu rambut yang di bawah telinganya, lalu iapulang ke rumah sebagai orang yang sudah memenuhi janji bahwaia takkan mendekati isterinya sebelum dapat mengalahkanMuhammad.



Sebaliknya kalangan Muslimin, mereka melihat kota Medinahsudah banyak terasa aneh sekali, meskipun musuh tetapmengejar-ngejar mereka. Selama tiga hari terus-menerus merekatetap tabah menghadapi musuh yang masih tidak mempunyaikeberanian menghadapi mereka itu. Padahal belum selangduapuluh empat jam yang lalu musuh telah merasa sebagai pihakyang menang. Pihak Muslimin melihat keadaan Medinah itu sudah terasa banyaksekali mengalami perubahan, meskipun kekuasaan Muhammad dikota itu tetap di atas. Dalam pada itu Nabi as. merasa, bahwakeadaan memang sudah sangat genting dan gawat sekali, bukanhanya dalam kota Medinah saja, bahkan juga sudah melampauisampai kepada kabilah-kabilah Arab lainnya, yang memang sudahmerasa ketakutan.

Peristiwa Uhud membawa perasaan lega kepadamereka, sehingga terpikir oleh mereka itu hendak menentangnyalagi dan mengadakan perlawanan. Oleh karena itu ia inginsekali mengikuti berita-berita sekitar penduduk Medinah dankalangan Arab umumnya, yang kiranya akan memberikan suatukemungkinan menempatkan kembali kedudukan, kekuatan dankewibawaan Muslimin kedalam hati mereka. Berita pertama yang sampai kepadanya sesudah peristiwa Uhud,ialah bahwa Tulaiha dan Salama bin Khuailid dua bersaudara -dan keduanya waktu itu yang memimpin Banu Asad - sedangmengerahkan masyarakatnya dan mereka yang mau mentaatinya,untuk menyerang Medinah dan menyerbu Muhammad sampai ke dalamrumahnya sendiri dengan maksud memperoleh keuntungan danmerampas ternak Muslimin yang dipelihara di ladang-ladangsekeliling kota itu. Yang menyebabkan mereka berani berbuatbegitu ialah karena anggapan bahwa Muhammad dan teman-temannyamasih menderita karena telah mengalami pukulan hebat selama diUhud.

Berita itu terbetik juga oleh Nabi. Ia segera memanggil AbuSalama b. Abd'l-Asad yang lalu diserahi pimpinan pasukan yangterdiri dari 150 orang, termasuk Abu 'Ubaida bin'l-Jarrah,Sa'd b. Abi Waqqash dan Usaid b. Hudzair. Mereka diperintahkansupaya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyidengan menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang, supayajangan ada orang yang mengenal jejak mereka. Dengan demikianmereka akan dapat menyergap musuh dengan cara yang tiba-tibasekali. Perintah ini oleh Abu Salama dilaksanakan. Ia berhasilmenyerbu musuh dalam keadaan tidak siap. Dalam pagi butamereka sudah terkepung. Dikalahkannya anak buahnya dalammenghadapi perjuangan itu. Tetapi pihak musyrik sudah takdapat bertahan lagi. Dua pasukan segera dikirim mengejarmereka dan merebut rampasan perang yang ada. Ia dan anakbuahnya menunggu di tempat itu sambil menantikan pasukanpengejar itu kembali membawa rampasan perang.

Setelah seperlima rampasan itu dikeluarkan untuk Tuhan, untukRasul, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan,selebihnya mereka bagi sesama mereka, lalu mereka kembali keMedinah dengan sudah membawa kemenangan. Kewibawaan yangkarena peristiwa Uhud itu terasa sudah agak berkuramg, kinimulai kembali lagi. Hanya saja Abu Salama sendiri hidup tidaklama lagi sesudah ekspedisi itu. Ia menderita luka-luka akibatperang Uhud dan luka-lukanya itu belum sembuh benar kecualiyang tampak dari luar saja. Tetapi sesudah ia bekerja keraslukanya itu terbuka dan kembali mengucurkan darah, yangdiderita terus sampai meninggalnya. Sesudah itu kemudian sampai pula berita kepada Muhammad bahwaKhalid b. Sufyan b. Nubaih al-Hudhali yang tinggal di Nakhlaatau di 'Urana telah mengumpulkan orang pula hendakmenyerangnya.

Mendengar ini Muhammad segera mengutus Abdullahb. Unais meneliti dan mencek kebenaran berita tersebut.Abdullah berjalan menuju ke tempat Khalid, yang ketika itudijumpainya ia sedang berada di rumah bersama denganisteri-isterinya. "Siapa kamu," tanya Khalid setelah Abdullah sampai. "Saya dari golongan Arab juga," jawabnya. "Mendengar tuanmengumpulkan orang hendak menyerang Muhammad maka saya datangkemari." Khalid berterus-terang, bahwa ia memang sedang mengumpulkanorang hendak menyerang Medinah. Setelah Abdullah melihatsekarang ia seorang diri jauh dari anak-buahnya - kecualiisteri-isterinya - dicarinya jalan supaya ia mau berjalanbersama-sama. Begitu ia mendapat kesempatan dihantamnya orangitu dengan pedangnya dan dia pun menemui ajalnya. Dibiarkannyadia di tangan isteri-isterinya yang berkerumun menangisinya.Sekembalinya ke Medinah disampaikannya berita itu kepadaRasul. Setelah kematian pemimpinnya itu, Banu Lihyan sebagai cabangHudhail yang selama beberapa waktu tenang-tenang saja,sekarang mulai terpikir akan mengadakan pembalasan dengansuatu tipu-muslihat.

Pada waktu itulah kabilah yang berdekatan itu mengutusrombongan kepada Muhammad dengan mengatakan: Di kalangan kamiada beberapa orang Islam. Kirimkanlah beberapa orang sahabattuan bersama kami, yang akan dapat kelak mengajarkan hukumagama dan Qur'an kepada kami. Untuk menunaikan tugas agama yang mulia itu, setiap diperlukanpada waktu itu Muhammad selalu siap mengutussahabat-sahabatnya untuk memberikan bimbingan kepada orangdalam mengenal Tuhan dan agama yang benar, serta untuk menjadipengikut Muhammad dan sahabat-sahabatnya menghadapi lawan,seperti yang sudah kita lihat, ketika mereka dulu diutus keMedinah sesudah Ikrar 'Aqaba kedua. Oleh karena itu enam orangsahabat besar kemudian diutusnya berangkat bersama-sama denganrombongan utusan itu. Tetapi sesampainya di suatu pangkalanair kepunyaan Hudhail di bilangan Hijaz, di suatu daerah yangdisebut ar-Raji', ternyata mereka telah dikhianati, dengantindakan rombongan itu yang sudah tentu dengan meminta bantuanHudhail.

Tetapi ini tidak membuat keenam orang Muslimin itujadi gugup ketakutan, yang dalam perlengkapannya itu merekahanya membawa pedang. Kaum Muslimin itu segera mencabut pedanghendak mempertahankan diri. Tetapi pihak Hudhail berkatakepada mereka: "Demi Allah, kami tidak ingin membunuh kamu. Tapi dengan kamuini kami ingin memperoleh keuntungan dari penduduk Mekah. Kamiberjanji atas nama Tuhan bahwa kami tidak bermaksud membunuhkamu." Keenam orang Muslim itu berpandang-pandangan. Mereka sadarsudah bahwa dibawanya mereka satu-satu ke Mekah itu berartisuatu penghinaan yang sebenarnya lebih jahat dari pembunuhan.Mereka menolak janji Hudhail itu, dan mereka tetap akanmengadakan perlawanan, meskipun mereka sudah menyadari, bahwadalam jumlah yang sekecil itu mereka tidak berdaya. Tiga orangdari mereka ini dibunuh oleh Hudhail, sedang sisanya sudahmakin tak berdaya. Mereka semua ditangkap dan dibawa sebagaitawanan, yang kemudian dibawa ke Mekah dan dijual. Abdullah b.Tariq, salah seorang dari ketiga orang Islam itu di tengahjalan berhasil melepaskan belenggu dari tangannya lalu iamencabut pedang.

Oleh karena rombongan yang lain berada dibelakangnya, dihujaninya ia dengan batu dan ia puntewaskarenanya. Kedua orang tawanan lainnya sempat dibawa oleh Hudhail keMekah, lalu dijual. Zaid bin'd-Dathinna dijual kepada Shafwanb. Umayya yang sengaja membelinya untuk dibunuh. Ia diserahkankepada Nastas, budaknya supaya membunuhnya sebagai balasanatas kematian ayahnya Umayya b. Khalaf. Ketika dibawa, olehAbu Sufyan ia ditanya: "Zaid, sangat kuharapkan sekali. Bersediakah engkaumemberikan tempatmu itu kepada Muhammad? Dialah yang harusdipenggal lehernya, sedang engkau dapat kembali kepadakeluargamu." "Tidak," jawab Zaid. "Sekiranya Muhammad ditempatnya sekarangini akan menderita karena tusukan duri sekalipun, sedang akudi tempat keluarga, aku tidak sudi." Abu Sufyan kagum sekali, seraya katanya: "Belum pernah aku melihat seseorang mencintai kawannyademikian rupa seperti sahabat-sahabat Muhammad mencintaiMuhammad." Zaid lalu dibunuh oleh Nastas.

Maka ia pun gugur sebagaisyahid yang memegang teguh agama dan amanat Nabi. Adapun Khubaib waktu itu dalam penjara, yang kemudian dibawakeluar untuk disalib. Tapi ia berkata kepada mereka: "Dapatkah kamu membiarkan aku sekadar melakukan salat duaraka'at?" Permintaan demikian itu dikabulkan. Iapun sembahyang duaraka'at dengan baik dan sempurna. Kemudian ia menghadap merekalagi: "Kalau tidak karena kamu akan menyangka saya sengajamemperlambat karena takut dibunuh, niscaya saya masih akansembahyang lebih banyak lagi." Setelah ia dinaikkan dan diikat di atas tonggak kayu,dipandangnya mereka itu dengan mata sayu seraya katanya: "Ya Allah, hitungkan bilangan mereka itu, binasakan merekadalam keadaan cerai-berai dan jangan dibiarkan seorangpun darimereka itu." Mendengar suara yang keras itu mereka gemetar, merekamerebahkan diri takut terkena kutukannya. Sesudah itu ia pundibunuh. Seperti Zaid yang telah gugur sebagai syahid, Khubaibjuga kemudian gugur pula sebagai syahid untuk agama dan untukNabi. Dua ruh yang suci itu pun kini melayang pula.

Padahal,sebenarnya mereka akan dapat menyelamatkan diri daripembunuhan itu kalau saja mereka mau jadi murtad meninggalkanagamanya. Tetapi demi keyakinan mereka kepada Tuhan, kepadakeluhuran rohani dan hari kemudian - tatkala setiap jiwa hanyaakan mendapat balasan sesuai dengan perbuatannya dan tak adaorang yang akan memikul beban orang lain - mereka melihat mautitu - sebagai tujuan hidup - adalah tujuan yang paling baikdalam hidupnya demi akidah, demi iman dan demi kebenaran.Mereka pun yakin bahwa darah mereka, yang kini ditumpahkan diatas bumi Mekah, akan memanggil saudara-saudaranya kaumMuslimin supaya memasuki kota itu sebagai pihak yang menang,yang akan menghancurkan berhala-berhala, akan membersihkansegala noda paganisma dan kehidupan syirik. Dan kesucianKa'bah sebagai Baitullah akan dikembalikan juga sebagaimanamestinya, bersih dari segala sebutan nama-nama selain asmaAllah.

Dalam menghadapi peristiwa ini pihak Orientalis tidak bicaraapa-apa seperti ketika menghadapi peristiwa tawanan Badr yangdibunuh pihak Muslimin. Mereka tidak berusaha untuk memandangjijik perbuatan khianat yang diiakukan Banu Hudhail terhadapdua orang yang tidak berdosa itu, yang bukan ditawan darimedan perang, tapi diambil dengan cara tipu-muslihat, yangberangkat karena perintah Rasul dengan maksud supayamengajarkan agama kepada orang-orang yang mengkhianati merekaitu, orang-orang yang menyerahkan mereka kepada Quraisy,setelah kawan-kawannya yang lain pun dibunuh secara gelap danlicik. Kaum Orientalis tidak menganggap jijik perbuatanQuraisy terhadap dua orang yang tak bersenjata itu, padahalapa yang mereka lakukan adalah suatu perbuatan pengecut dantindakan permusuhan yang rendah sekali. Pada dasarnya prinsipkejujuran yang harus menjadi pegangan kaum Orientalis, yangmerasa tidak dapat menerima apa yang dilakukan kaum Musliminterhadap dua tawanan perang Badr itu, ialah akan merasa jijiksekali terhadap pengkhianatan Quraisy yang menerima penyerahandua orang untuk dibunuh itu, sesudah empat orang lainnya yangdidatangkan atas permintaan mereka untuk mengajarkan agama,telah lebih dulu pula mereka bunuh.

Semua Muslimin merasa sedih, Muhammad juga merasa sedih sekaliatas malapetaka yang telah menimpa keenam orang yang gugursebagai syahid di jalan Tuhan karena pengkhianatan Hudhailitu. Ketika itulah Hassan b. Thabit mengirimkan sajak-sajaknyasebagai elegi yang mendalam sekali buat Khubaib dan Zaid. Dalam pada itu lebih banyak lagi Muhammad memikirkan keadaanumat Muslimin. Kuatir sekali ia kalau hal semacam itu terulanglagi. Masyarakat Arab akan sangat merendahkan mereka. Sementara ia sedang berpikir-pikir demikian itu tiba-tibadatang Abu Bara' 'Amir b. Malik. Muhammad menawarkan kepadanyasupaya ia sudi masuk Islam, tapi ia menolak. Sungguhpun begitujuga ia tidak menunjukkan sikap permusuhannya terhadap Islam.Bahkan katanya: "Muhammad, kalau ada sahabat-sahabatmu yangdapat diutus ke Najd dan mengajak mereka itu menerima ajaranmusaya harap mereka itu akan menerima."

Tetapi Muhammad masih kuatir akan melepaskansahabat-sahabatnya itu ke Najd dan takut ia penduduk daerahitu nanti akan mengkhianati mereka seperti pernah dilakukanHudhail terhadap Khubaib dan kawan-kawan. Ia tidak yakin dantidak dapat mengabulkan permintaan Abu Bara'. "Saya menjamin mereka," katanya lagi. "Kirimkanlah utusankesana untuk mengajak mereka menerima ajaranmu." Abu Bara' adalah orang yang ditaati di kalangan masyarakatnyadan didengar orang perkataannya. Barangsiapa yang sudahdiberinya perlindungan ia tidak kuatir akan mendapat seranganpihak lain. Dengan demikian Muhammad mengutus al-Mundhir b. 'Amr dari BanuSa'ida dengan memimpin 40 orang Muslimin pilihan. Mereka punberangkat. Sampai di Bi'ir Masuna - antara daerah Banu 'Amirdan Banu Sulaim - mereka berhenti. Dari sana mereka mengutusHaram b. Milhan membawa surat Muhammad kepada 'Amirbin't-Tufail. Tetapi oleh 'Amir surat itu tidak dibacanya,malah orang yang membawanya dibunuh, dan dia minta bantuanBanu 'Amir supaya membunuhi kaum Muslimin.

Tetapi setelahmereka menolak untuk melakukan pelanggaran ataspertanggung-jawaban dan perlindungan yang telah diberikan olehAbu Bara' 'Amir meminta bantuan kabilah-kabilah lain.Permintaan ini oleh mereka dipenuhi dan kemudian bersama-samadia mereka berangkat dan mengepung rombongan Muslimin ditempat itu. Melihat keadaan ini pihak Muslimin pun segeramencabut pedang. Mereka mengadakan perlawanan mati-matiansampai akhirnya mereka terbunuh semua. Hanya Ka'b b. Zaid yang masih selamat, yang dibiarkan begitusaja oleh Ibn't-Tufail. Ternyata ia belum mati. Kemudian iapun pergi pulang ke Madinah. Demikian juga 'Amr b. Umayya,yang oleh 'Amir bin't-Tufail dimerdekakan karena dikiranya iamasih terikat dengan suatu niat ibunya. Dalam perjalananpulang di tengah jalan 'Amr bertemu dengan dua orang yangdikiranya turut menyerang kawan-kawannya. Dibiarkannya keduaorang itu sampai tidur lebih dulu, kemudian diserangnya dandibunuhnya.

Sesudah itu ia melanjutkan lagi perjalanannya.Sesampainya di Medinah diberitahukannya perbuatannya itukepada Rasul a.s. Ternyata kedua orang itu dari Banu 'Amir,dari golongan Abu Bara' dan yang juga terikat oleh suatuperjanjian Jiwar (bertetangga baik) dengan Rasulullah, dan iniberarti harus diselesaikan dengan diat. Bukan main Muhammad menahan perasaan pilu karena pembunuhan diBi'ir Ma'una itu. Sungguh berat hatinya menahan dukacita atassahabat-sahabatnya itu. Ia berkata: "Ini adalah perbuatan AbuBara'. Sejak semula saya sudah berat hati dan kuatir sekali." Abu Bara' juga merasa sangat terpukul karena pelanggaran 'Amirbin't-Tufail atas dirinya itu. Karena itu, Rabi'a anaknya lalubertindak menghantam 'Amir dengan tombak sebagai balasan atasperbuatannya terhadap ayahnya.

Begitu dalamnya rasa dukacitaMuhammad sehingga sebulan penuh setiap selesai salat Subuh iaberdoa semoga Tuhan mengadakan pembalasan terhadap mereka yangtelah membunuh sahabat-sahabatnya itu. Demikian juga seluruhumat Muslimin turut merasa pilu karena malapetaka yang telahmenimpa saudara-saudaranya seagama itu, meskipun sudah denganpenuh iman bahwa mereka semua gugur sebagai syuhada, danmereka semua akan mendapat surga. Malapetaka yang telah menimpa kaum Muslimin di Raji' dan diBi'ir Ma'una mengingatkan kaum munafik dan Yahudi Medinah akankemenangan Quraisy di Uhud, dan membuat mereka lupa akankemenangan Muslimin atas Banu Asad, juga mengurangi pandanganmereka terhadap kewibawaan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.Dalam menghadapi hal ini sekarang Nabi a.s. berpikir dengansuatu pemikiran politik yang cermat sekali serta pandanganyang jauh. Ketika itu bahaya yang paling besar mengancam kaumMuslimin ialah sikap penduduk Medinah yang kiranya akanmerendahkan kewibawaan mereka.

Begitu juga yang sangatdiharapkan oleh kabilah-kabilah Arab, mereka akan dapatmenanamkan perpecahan didalam, yang berarti akan dapatmenimbulkan perang saudara jika nanti ada saja tetangga yangmenyerbu Medinah. Disamping itu pihak Yahudi dan orang-orangmunafik seolah-olah memang sedang menantikan bencana yang akanmenimpa itu. Karena itu dilihatnya tak ada jalan lain yanglebih baik daripada membiarkan mereka, supaya nanti niatmereka terbongkar. Oleh karena Yahudi Banu Nadzir itu sekutu Banu 'Amir, makaNabi berangkat sendiri ke tempat mereka - yang tidak jauhdari Quba'[ - dengan membawa sepuluh orang Musliminterkemuka, diantaranya Abu Bakr, Umar dan Ali. Ia mintabantuan Banu Nadzir dalam membayar diat dua orang yang telahdibunuh tidak sengaja oleh 'Amr b. Umayya itu dan tidakdiketahuinya pula bahwa Nabi telah memberikan perlindungankepada mereka.

Setelah dijelaskan maksud kedatangannya, mereka memperlihatkansikap gembira dan dengan senang hati bersedia mengabulkan.Akan tetapi, sementara sebagian mereka sedang asyikbercakap-cakap dengan dia, dilihatnya yang lain sedangberkomplot. Salah seorang dari mereka pergi menyisih ke suatutempat dan tampaknya mereka sedang mengingatkan kematian Ka'bb. Asyraf. Salah seorang dari mereka itu ('Amr b. Jihasy b.Ka'b) tampak memasuki rumah tempat Muhammad sedang duduk-dudukbersandar di dinding. Ketika itulah ia merasa curiga sekali,lebih-lebih lagi karena persekongkolan mereka dan percakapanmereka itu telah didengarnya. Dengan demikian, diam-diam ia menarik diri dari tempat itudengan meninggalkan sahabat-sahabatnya. Mereka menduga iapergi untuk suatu urusan. Sebaliknya pihak Yahudi, mereka jadi kebingungan. Tidak tahulagi mereka; apa yang harus mereka katakan, dan apa pula yangharus mereka perbuat terhadap sahabat-sahabat Muhammad.

Kalaumereka ini yang akan mereka jerumuskan niscaya Muhammad akanmengadakan pembalasan keras. Jika mereka biarkan saja,kalau-kalau persekongkolan mereka terhadap Muhammad dansahabat-sahabatnya tetap tak akan terbongkar. Dengan demikianperjanjian mereka dengan pihak Muslimin tetap berlaku. Jadisekarang mereka berusaha meyakinkan tamu-tamu Muslimin ituyang mungkin akan dapat menghilangkan rasa kecurigaan merekatanpa samasekali menyebut-nyebut hal tersebut. Tetapi sahabat-sahabat Muhammad setelah lama menunggunya,mereka pun pergi pula mencarinya. Tatkala ada orang yangdatang dari Medinah dijumpai, tahulah mereka bahwa Muhammadsudah sampai di kota itu dan langsung menuju ke mesjid. Merekapun juga pergi ke sana. Ia menceritakan kepada mereka mengenaiapa yang telah menimbulkan kecurigaan dari sikap orang Yahudiitu serta maksud mereka yang hendak mengkhianatinya. Barulahmereka menyadari apa yang telah mereka lihat itu.

Merekapercaya akan ketajaman pandangan Rasul serta akan apa yangtelah diwahyukan kepadanya. Kemudian Nabi memanggil Muhammad b. Maslama, dan katanya: "Pergilah kepada Yahudi Banu Nadzir dan katakan kepada mereka,bahwa Rasulullah mengutus aku kepada kamu sekalian supaya kamukeluar dari negeri ini. Kamu telah melanggar perjanjian yangsudah kubuat dengan kamu dengan maksudmu hendak mengkhianatiaku. Aku memberikan waktu sepuluh hari kepada kamu.Barangsiapa yang masih terlihat sesudah itu akan dipenggallehernya." Yahudi Banu Nadzir sekarang merasa putus asa dan kebingungan.Atas keterangan itu mereka tidak dapat membela diri lagi,mereka tidak menjawab apa-apa lagi; kecuali katanya kepada IbnMaslama: "Muhammad, kami tidak menduga hal ini akan datang dari oranggolongan Aus." Ini adalah suatu isyarat tentang persekutuanmereka dengan pihak Aus dahulu dalam perang dengan Khazraj,tetapi Ibn Maslama hanya menjawab: "Hati orang sudah berubah." Selama beberapa hari golongan ini sudah bersiap-siap.

Tetapidalam pada itu tiba-tiba datang pula dua orang suruhanAbdullah b. Ubayy dengan mengatakan: "Jangan ada orang yangmau meninggalkan rumah-rumah kamu dan harta benda kamu.Tetaplah bertahan dalam benteng kamu sekalian. Dari golongankusendiri ada dua ribu orang dan selebihnya dari golongan Arabyang akan bergabung dengan kita dalam benteng dan mereka akanbertahan sampai titik darah penghabisan, sebelum ada pihaklain menyentuh kamu." Banu Nadzir mengadakan perundingan atas keterangan Ibn Ubayyitu. Mereka tambah bingung. Ada yang samasekali tidak percayakepada Ibn Ubayy. Bukankah dulu pernah ia menjanjikan BanuQainuqa' seperti yang dijanjikannya kepada Banu Nadzirsekarang, tetapi tiba waktunya ia cuci tangan dan menghilangmeninggalkan mereka? Juga mereka mengetahui, bahwa BanuQuraidza takkan dapat membela mereka mengingat adanya suatuperjanjian dengan pihak Muhammad.

Disamping itu, kalau merekakeluar dari kampung mereka itu ke Khaibar atau ke tempat lainyang berdekatan mereka masih akan dapat kembali ke Yathribbila kurma mereka nanti sudah berbuah; mereka akan memetikbuah kurma itu lalu kembali ke tempat mereka semula. Merekatidak akan mengalami banyak kerugian "Tidak," kata Huyayy b. Akhtab pemimpin mereka. "Malah kitayang harus mengirim pesan kepada Muhammad: bahwa kita tidakakan meninggalkan kampung kita dan harta-benda kita. Terserahapa yang akan diperbuat. Kita hanya tinggal memperbaiki kubukita; kita akan memasuki tempat ini sesuka hati kita. Kitaakan membiasakan memakai jalan-jalan kita, kita pindahkanbatu-batu ke tempat itu. Persediaan makanan kita cukup buatsetahun, air pun tidak pernah terputus. Muhammad tidak akanmengepung kita setahun penuh." Tetapi sepuluh hari sudah lampau. Mereka tidak juga keluardari perkampungan itu. Dengan membawa senjata pihak Muslimin selama duabelas malambertempur melawan mereka. Ketika itu bila sudah tampakMuslimin di jalan-jalan atau di rumah-rumah, mereka mundur kerumah berikutnya sesudah rumah-rumah itu mereka robohkan.Kemudian Muhammad memerintahkan sahabat-sahabatnya menebangipohon-pohon kurma kepunyaan orangorang Yahudi itu, lalumembakarnya. Dengan demikian orang-orang Yahudi itu tidak akanterlalu terikat pada harta-bendanya lagi dan tidak akanterlalu bersemangat mau berperang

Dengan tidak sabar orang-orang Yahudi itu berteriak: "Muhammad! Tuan melarang orang berbuat kerusakan. Tuan celaorang yang berbuat begitu. Tetapi kenapa pohon-pohon kurmaditebangi dan dibakar?!" Dalam hal ini firman Tuhan turun: "Mana pun pohon kurma yang kamu tebang atau kamu biarkanberdiri dengan batangnya, adalah dengan ijin Allah juga, dankarena Ia hendak mencemoohkan mereka yang melanggar hukumitu."(Qur'an, 59: 5) Sia-sia saja rupanya pihak Yahudi itu menunggu adanya bantuandari Abdullah b. Ubayy atau pertolongan yang mungkin datangdan salah satu golongan Arab. Sekarang mereka yakin, bahwamereka hanya akan beroleh nasib buruk saja apabila terusbersitegang hendak berperang. Setelah ternyata mereka dalamputus-asa dan ketakutan, mereka meminta damai kepada Muhammad,meminta jaminan keamanan atas harta-benda, darah sertaanak-anak keturunan mereka; sampai mereka keluar dari Medinah.Muhammad pun mengabulkan permintaan mereka; asal mereka keluardari kota itu: Setiap tiga orang diberi seekor unta denganmuatan harta-benda; persediaan makanan dan minuman sesuka hatimereka. Di luar itu tidak ada. Pihak Yahudi menerima. Merekadipimpin oleh Huyayy b. Akhtab.

Dalam perjalanan itu mereka ada yang berhenti di Khaibar, yanglain meneruskan perjalanan sampai ke Adhri'at di bilanganSyam. Harta-benda yang mereka tinggalkan menjadi barangrampasan Muslimin yang terdiri dari hasil bumi, senjata berupa50 buah baju besi, 340 bilah pedang, di samping tanah milikorang-orang Yahudi itu. Tetapi tanah ini tidak dapat dianggapsebagai rampasan perang; oleh karenanya tak dapatdibagi-bagikan kepada kaum Muslimin, melainkan khusus ditangan Rasulullah yang nantinya akan ditentukan sendirimenurut kebijaksanaannya. Dan tanah itu kemudiandibagi-bagikan kepada golongan Muhajirin yang pertama di luargolongan Anshar, setelah dikeluarkan bagian khusus yanghasilnya akan menjadi hak fakir-miskin.

Dengan demikian kaumMuhajirin itu tidak perlu lagi harus menerima bantuan kaumAnshar dan inipun sudah menjadi harta kekayaan mereka. Daripihak Anshar yang turut mendapat bagian hanya Abu Dujana danSahl b. Hunaif, yang sudah terdaftar sebagai orang miskin. Muhammad memberikan bagian kepada mereka ini seperti kepadakaum Muhajirin. Dari golongan Yahudi Banu Nadzir sendiri tak ada yang masukIslam kecuali dua orang. Mereka masuk Islam karena hartamereka, yang kemudian mereka peroleh kembali. Tidak begitu sulit orang akan menilai arti kemenangan Musliminserta pengosongan Banu Nadzir dari Medinah itu, setelah kitakemukakan betapa Rasul .a.s. memperhitungkan, bahwa adanyamereka di tempat itu akan memberikan semangat dalammenimbulkan bibit-bibit fitnah, akan mengajak orang-orangmunafik itu mengangkat kepala setiap mereka melihat pihakMuslimin mendapat bencana dan mengancam timbulnya perangsaudara bila saja ada musuh menyerang kaum Muslimin.

Tentang perginya Banu Nadzir itu Surah Hasyr (59) ini turun: "Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang bersikap munafik,yang berkata kepada saudara-saudaranya yang tak beriman darikalangan Ahli Kitab: Kalau kamu diusir keluar, niscaya kamipun akan keluar bersama kamu, dan tidak sekali-kali kami akandipengaruhi oleh siapa pun menghadapi persoalanmu ini; dankalau kamu dipengaruhi niscaya kami pun akan membelamu. TetapiTuhan mengetahui, bahwa mereka adalah pendusta belaka.Kalaupun mereka ini diusir keluar, mereka pun tidak akan ikutbersama-sama keluar, juga kalau mereka ini diperangi, merekapun tidak akan turut membantu. dan kalaupun mereka sampaimembantu, niscaya mereka akan lari mengundurkan diri; lalumereka ini tidak mendapat pertolongan. Sungguh dalam hatimereka kamu sangat ditakuti lebih dari Allah. Demikian itulah,sebab mereka adalah golongan yang tidak mengerti." (Qur'an,59: 11-13) Kemudian Surah itu dilanjutkan dengan memberi keterangantentang iman dan kekuasaannya. Iman hanya kepada Allahsemata-mata. Bagi jiwa manusia, yang tahu harga diri dankehormatan dirinya, yang dikenalnya hanyalah kekuasaan Tuhan. "Dialah Allah. Tiada tuhan selain Dia. Maha mengetahui segalayang gaib dan yang nyata. Dia Pengasih dan Penyayang. DialahAllah. Tiada tuhan selain Dia. Maha Raja, Maha Kudus. PembawaKeselamatan, Keamanan, Penjaga segalanya, Maha Kuasa, MahaPerkasa, Maha Agung. Maha Suci Allah dari segala yang merekapersekutukan. Dialah Allah. Pencipta, Pengatur, Pembentukrupa, PadaNyalah ada Asma Yang Indah. Segala yang ada dilangit dan di bumi berbakti kepadaNya. Dan Dia Maha Kuasa,Maha Bijaksana." (Qur'an, 59: 22 - 24)

Sampai pada waktu dikosongkannya Medinah dari Banu Nadzir,yang menjadi sekretaris Nabi ketika itu ialah orang Yahudi.Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengiriman surat-suratdalam bahasa Ibrani dan Asiria. Tetapi setelah orang-orangYahudi keluar, Nabi jadi kuatir kalau jabatan yang memegangrahasianya itu bukan di tangan orang Islam. Dari kalanganpemuda Islam di Medinah dimintanya Zaid b. Thabit supayamempelajari kedua bahasa tersebut, yang dalam segala urusankemudian ia akan menjadi sekretaris Nabi. Dan Zaid b. Thabitinilah yang telah mengumpulkan Qur'an pada masa khilafat AbuBakr, dan dia pula yang kembali dan mengawasi pengumpulanQur'an tatkala terjadi perbedaan cara membaca pada masapemerintahan Usman. Lalu yang dipakai hanya Mushhaf Usman,yang lain dibakar. Suasana Medinah jadi tenteram setelah Yahudi Banu Nadzirkeluar. Pihak Muslimin tidak lagi merasa takut terhadaporang-orang munafik. Bahkan kaum Muhajirin bersuka hatimemperoleh tanah bekas orang-orang Yahudi itu. Juga kalanganAnshar turut gembira karena Muhajirin sudah tidak lagibergantung pada bantuan mereka. Hati mereka semua merasa lega.

Dalam suasana yang begitu tenang, aman dan tenteram, baikMuhajirin maupun Anshar, semua mereka merasa senang. Dalampada mereka dalam keadaan demikian, setelah berlalu waktusetahun sejak peristiwa Uhud, teringat oleh Muhammad'alaihi'sh shalatu was-salam - ucapan Abu Sufyan: "Yangsekarang ini untuk peristiwa perang Badr. Sampai jumpa tahundepan!" serta ajakannya kepada Muhammad untuk mengadakanperang Badr lagi. Tetapi tahun itu sedang terjadi musim kering(paceklik). Harapan Abu Sufyan ialah sekiranya perang itudiadakan dalam waktu lain saja. Untuk itu diutusnya Nusaim (b. Mas'ud) ke Medinah denganmengatakan kepada pihak Muslimin, bahwa Quraisy telahmengerahkan tentaranya begitu besar yang belum ada taranyadalam sejarah Arab; sudah siap akan memerangi mereka, akanmenghancur-luluhkan mereka sehingga tidak akan tersisa lagi.Tampaknya kaum Muslimin pun mau menghindari bahaya itu. Banyakdiantara mereka yang memperlihatkan keengganan pergi ke Badr.Tetapi Muhammad jadi marah karena sikap lemah dan mau surutitu. Ia bersumpah mengatakan kepada mereka, bahwa ia akanpergi juga ke Badr walaupun seorang diri. Melihat kejengkelan yang luar biasa itu segala sikap majumundur dan perasaan takut-takut segera lenyap. Kaum Musliminsekarang siap memanggul senjata dan berangkat ke Badr. Dalamhal ini pimpinan kota Medinah oleh Nabi diserahkan kepadaAbdullah b. Abdullah b. Ubayy b. Salul. Muslimin yang sudah sampai di Badr, sekarang menantikankedatangan Quraisy. Mereka sudah siap bertempur.

Demikian jugapihak Quraisy dengan pimpinan Abu Sufyan sudah pula berangkatdari Mekah dengan kekuatan 2000 orang. Tetapi sesudah dua hariperjalanan tampaknya Abu Sufyan mau kembali pulang. Iamemanggil-manggil teman-temannya sambil katanya: "Saudara-saudara dari Quraisy, sebenarnya yang cocok buat kitahanyalah dalam musim subur, sedang sekarang kita dalam musimkering. Saya sendiri mau kembali pulang. Maka pulang sajalahkamu sekalian." Mereka itu kembali pulang. Tinggal lagi Muhammad dengan tentara Muslimin selama delapanhari terus-menerus menantikan mereka, yang selama di Badr itupula waktu mereka pergunakan sambil berdagang. Dan dalamperdagangan itu mereka mendapat laba. Mereka kembali keMedinah pun kemudian dengan gembira, telah mendapat karuniadari Tuhan. Dalam Badr Terakhir itulah firman Tuhan ini turun: "Mereka yang berkata kepada teman-temannya, dan mereka sendiritinggal di belakang: 'Sekiranya mereka itu mengikut kita,niscaya mereka takkan mati terbunuh.' Katakanlah: Cobalahhindarkan dirimu dari kematian, kalau memang kamu orang-orangyang benar. Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh dijalan Allah itu sudah mati. Tidak! Mereka itu hidup denganmendapat bagian dari Tuhan. Mereka dalam suasana gembirakarena karunia yang diberikan Tuhan juga; mereka girang sekaliterhadap mereka yang tidak ikut dan tinggal di belakang, bahwamereka tidak merasa takut dan tidak pula berdukacita. Merekagirang karena karunia dan nikmat Tuhan dan Tuhan tidak akanmenghilangkan jasa orang-orang beriman, orang-orang yang telahmemenuhi panggilan, Tuhan dan Rasul meskipun mereka sudahmengalami malapetaka, orang-orang yang berbuat baik dan dapatmemelihara diri dari kejahatan; mereka itulah yang akanmendapat pahala besar. Orang yang sudah berkata kepada mereka:'Sebenarnya orang-orang sudah berkumpul hendak melawan kamu.Karena itu hendaklah kamu takut kepada mereka.

Tetapi hal inibahkan menambah kuat iman mereka, dan jawab mereka: CukupTuhan bersama kami dan Ia Pelindung yang sebaik-baiknya.Mereka kembali mendapatkan nikmat dan karunia dari Tuhan.Mereka tidak mengalami bencana, dan mereka mengikut perkenaanAllah. Dan Allah Maha Pemberi karunia yang besar. Yangdemikian itu hanyalah setan yang menakut-nakutipengikut-pengikutnya. Jangan kamu takut kepada mereka, tapitakutlah kepadaKu, kalau benar-benar kamu orang-orangberiman." (Qura'an, 3: 168 - 175) Dengan demikian perang Badr yang terakhir benar-benar telahmenghapus pengaruh perang Uhud samasekali. Buat Quraisy hanyatinggal lagi menunggu kesempatan lain, dengan tetap merekabergelimang dalam kecemaran karena sifat pengecutnya yangtidak kurang cemarnya dari kekalahan yang mereka derita dalamperang Badr pertama. Dengan pertolongan Tuhan itu Muhammad merasa lega tinggal diMedinah, merasa tenteram hatinya karena kewibawaan Musliminkini telah kembali.

Sungguhpun begitu ia selalu waspadaterhadap segala tipu-muslihat musuh, selalu awas-awas kesegenap jurusan. Sementara dalam keadaan demikian itu, tiba-tiba terbetikberita, bahwa ada sebuah kelompok dari Ghatafan di Najd yangsedang bersepakat hendak memeranginya. Dan taktiknya selaludalam hal ini ialah menyergap musuh secara tiba-tiba sebelummusuh itu sempat mengadakan persiapan mempertahankan diri.Oleh karena itulah, dengan kekuatan empat ratus orang iaberangkat menuju Dhat'r-Riqa'. Di tempat ini pihak BanuMuharib dan Banu Tha'laba dari Ghatafan sudah berkumpul.Begitu ia dilihat oleh mereka, ia langsung melakukanpenyerbuan ke tempat-tempat mereka itu. Dengan meninggalkankaum wanita dan harta, mereka lari tunggang-langgang. Apa yangdapat dibawa oleh Muslimin dibawanya, dan mereka kembalipulang ke Medinah. Akan tetapi, karena dikuatirkan pihak musuh akan kembalimenyerang mereka, siang malam mereka pun secara bergantianmengadakan penjagaan.

Dalam pada itu dalam memimpin sembahyangjuga oleh Muhammad dilakukan dengan salat khauf.1 Dalam halini sebagian mereka menghadap ke jurusan musuh, karenadikuatirkan kalau-kalau pihak musuh menyusul menyerang mereka,sementara mereka sedang bersembahyang dua raka'at bersama-samaMuhammad itu. Akan tetapi selama itu tidak ada bayangan musuhyang tampak. Kemudian Nabi dan sahabat-sahabat kembali keMedinah setelah 15 hari meninggalkan kota itu. Dengan suksesdemikian ini mereka kembali dengan gembira sekali. Tidak lama sesudah itu Nabi pun berangkat lagi dalam suatuekspedisi, yakni ekspedisi Dumat'l-Jandal. Dumat'l-Jandal iniadalah sebuah wahah (oasis) pada perbatasan Hijaz-Syam, yangterletak pada pertengahan jalan antara Laut Merah dengan TelukPersia. Muhammad sendiri tidak sampai bertemu dengankabilah-kabilah yang ingin dihadapinya itu dan yang sukamenyerang kafilah-kafilah di sana; sebab baru mereka mendengarnamanya saja, mereka sudah ketakutan dan sudah kabur lebihdulu, dengan meninggalkan harta benda yang kemudian dibawaMuslimin sebagai barang ghanima (rampasan perang).

Berdasarkanbatas Dumat'l-Jandal secara geografis kita sudah dapat melihatbetapa luasnya pengaruh Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu,betapa jauhnya kekuasaan mereka dan betapa pula seluruhjazirah itu merasa takut. Begitu juga kita melihat bagaimanaMuslimin itu menanggung segala macam beban dalamekspedisi-ekspedisi itu, dengan tidak pedulikan panas terikyang rnembakar, tanah yang kering dan gersang, air yang sukardiperoleh, bahkan maut sendiri pun tidak lagi mereka hiraukan.Hanya satu yang menggerakkan mereka sampai mencapai kemenangandan sukses itu, yang telah memberikan kekuatan moril kepadamereka, yaitu: keteguhan iman, iman yang hanya kepada Allahsemata-mata.

Sekarang tiba waktunya buat Muhammad beristirahat di Medinahuntuk selama beberapa bulan berikutnya, sementara menantikanQuraisy sampai tahun depan - tahun kelima Hijrah - danmenjalankan perintah Tuhan menyelesaikan suatu susunanmasyarakat bagi umat Islam yang baru tumbuh itu, suatuorganisasi yang pada waktu itu meliputi beberapa ribu orangdan yang kemudian akan meliputi jutaan bahkan ratusan jutaumat Islam. Dalam membuat struktur masyarakat itu, iabertindak dengan cara yang begitu cermat dan baik sekali,sejalan dengan wahyu Tuhan yang diberikan kepadanya, danditentukannya sendiri pula mana-mana yang sesuai denganperintah dan ajaran wahyu itu, dengan ketentuan-ketentuanterperinci yang oleh sahabat-sahabat pada waktu itu diberitempat yang suci, dan yang selanjutnya akan tetap berlakubegitu sepanjang masa dan generasi; wahyu yang tiada dimasukikepalsuan dari manapun juga, baik dari semula maupun sesudahitu.

Catatan kaki:

1 Shalat'l-khauf, harfiah salat ketakutan, yakni sembahyang darurat dalam keadaan bahaya. Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuannya terdapat dalam buku-buku fikih (A).

0 komentar: