Oleh : Toto Tasmara
Allah SWT berfirman, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak senang kepadamu sehingga kamu mengikuti agama mereka...." (al-Baqarah: 120).
Pihak zionis telah "memproklamasikan" perang global. Prajuritnya bukan dalam bentuk tentara berseragam dengan senjata konvensional, melainkan tentara dalam bentuk pemanfaatan dan pengembangan teknologi, seperti media massa, khususnya media elektronik/televisi. Musuh-musuh Islam sangat sadar bahwa umat Islam tidak bisa ditundukkan dengan senjata konvensional, betapapun berteknologi tinggi. Contohnya saja Negara Teluk yang diembargo oleh para zionis, bahkan diserang dengan kekuatan terpadu yang memakai sandi the blue star, tapi pada akhirnya dapat mengandaskan ambisi "Yahudi besar'' Amerika (sedangkan Yahudi kecilnya adalah Israel) Begitu pula dengan Uni Soviet dan Rusia "terkapar" tidak mampu menghancurkan semangat jihad kaum Mujahidin Afghanistan. Tentara Amerika pilihan tidak pula mampu menghantam negara Sudan maupun Libya. Mereka harus mengganti taktik, yaitu menghancurkan umat Islam dengan serangan budaya, ekonomi, sosial, dan politik. Mulailah dengan memecah-belah diantara mereka dan membiarkan kita memetik buah dari konffik internal umat Islam sendiri.
Alvin Toffler dalam bukunya Powershift (Pergeseran Kekuasaan) ketika membahas bab "Gladiator Global" menguraikan dengan sangat terperinci tentang kekuatan global gereja Katolik. Mereka mengirimkan para diplomatnya yang sangat terlatih untuk memberikan pengaruh di daerah mereka bertugas. Mereka harus menunjukkan aktivitasnya yang simpatik, melebur dalam denyut kehidupan sosio-politik dengan menghidupkan seluruh jaringan gereja. Jaringan ini bukanlah hanya sekadar rencana di atas meja, tetapi sebuah "panggilan suci". Kita dapati hasilriya mulai tampak nyata, mulai dari Filipina sampai Panama.
Gereja Polandia semakin menujukkan wibawanya sebagai "pemerintah yang tenang" (the silent government) dan dikagumi karena keberhasilannya mempengaruhi kaum buruh solidarinos melawan rezim Komunis. Para diplomat Vatikan mengakui bahwa berbagai perubahan yang terjadi seluruh Eropa Timur sebagian besar dipicu oleh Paus Johanes Paulus II yang didasarkan kepada obsesinya untuk membangun "kerajaan Tuhan" di dunia. Kebijakan Paus merujuk pada dokumen yang beredar di berbagai ibu kota Eropa pada tahun 1918, isinya mendesak pembentukan negara-negara super Katolik yang terdiri atas: Bavaria, Hongaria, Austria, Kroasia, Bohemia, Slovakia, dan Polandia. Usulan Paus mengenai Eropa yang Kristen, dewasa ini, mencakup seluruh Eropa, mulai dari Atlantik sampai Pegunungan Ural dengan populasi 700 juta jiwa (A. Toffler, Powershifi: 1990).
Semangat kesaksian mereka sungguh sangat mengagumkan. Mereka ditunjang oleh kekuatan dan profesionalisme, mempunyai dana, organisasi, sumber daya manusia dengan semangat "keterpanggilan" yang luar biasa. Setiap hari kerja, peta dunia digelar di meja para pembantu Paus di Vatikan. Peta dunia dianalisis dan diberikan berbagai catatan kecil sebagai petunjuk penilaian pencapaian gerakan para "prajurit Tuhan". Dari meja kepausan di Vatikan disebarkanlah jutaan pesan-pesan ke pelosok bumi. Dari mulai keuskupan di ibu kota sampai hutan belukar di pedalaman Afrika dan Papua Nugini.
Jutaan buku di perpustakaan disunting dan dibuatkan kliping serta garis besarnya untuk melengkapi bahan para "prajurit tuhan" melaksanakan kesaksian sucinya. Mereka membentuk ikatan para ahli, mulai dari sejarawan, antropolog, dokter, pekerja sosial yang menguasai berbagai bahasa, kebiasaan, budaya, sosial-ekonomi, bahkan kecenderungan politiknya. Mereka mendirikan berbagai pendekatan kemanusiaan yang berkualitas, mulai dari panti asuhan, rumah sakit, lembaga pendidikan sampai pada penampungan rumah jompo. Kaum zionis bersatu padu untuk menghantam dan menenggelamkan gerakan dan gairah dakwah Islamiyah. Itulah sebabnya, dalam perang global yang tidak "berbau" mesiu, tetapi "beraromakan" dunia materi hedonistik, mereka selundupkan ke pelosok negeri, umat Islam diingatkan Allah sebagaimana firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Dan barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (al-Maa'idah: 51).
Memang, kita tidak memilih "orang" dari kaum kafir untuk menjadi pemimpin. Akan tetapi sungguh sayang--disadari atau tidak--dengan penuh suka cita, kita menari dan mereguk seluruh umpan yang mereka taburkan dari pusat-pusat pengendalian mereka. Kita merasa menang dan bersorak, dengan penuh kebahagiaan yang meluap. Padahal di belahan bumi Barat, kaum zionis "mengangkat gelas" kemenangan menyaksikan umat yang telah kehilangan kepribadian (muru'ah) dan terpecah dalam kelompoknya (firqah)
0 komentar:
Posting Komentar