Rasul (1)

Muhammad Husain Haekal MUHAMMAD sedang tidur. Khadijah menatapnya dengan hati penuhkasih dan harapan, kasih dan harapan terhadap orang yang tadimengajaknya bicara itu.

Setelah dilihatnya ia tidur nyenyak, nyenyak dan tenangsekali, ditinggalkannya orang itu perlahan-lahan. Ia keluar,dengan pikiran masih pada orang itu, orang yang pernahmenggoncangkan hatinya. Pikirannya pada hari esok, pada hariyang akan memberikan harapan baik kepadanya. Harapannya, suamiitu akan menjadi nabi atas umat, yang kini tengah hanyut dalamkesesatan. Ia akan membimbing mereka dengan ajaran agama yangbenar serta akan membawa mereka ke jalan yang lurus. Tetapi,sungguhpun begitu, menghadapi masa yang akan datang, ia merasakuatir sekali, kuatir akan nasib suami yang setia dan penuhkasih-sayang itu. Dibayangkannya dalam hatinya apa yang telahdiceritakan kepadanya itu. Dibayangkannya itu malaikat yangbegitu indah, yang memperlihatkan diri di angkasa, setelahmenyampaikan wahyu Tuhan kepadanya dan yang kemudian memenuhiseluruh ruangan itu. Selalu ia melihat malaikat itu kemanasaja ia mengalihkan muka. Khadijah masih mengulangi kata-katayang dibacakan dan sudah terpateri dalam dada Muhammad itu.



Semua itu dibentangkan kembali oleh Khadijah di depan matahatinya Kadang terkembang senyum di bibir, karena suatuharapan; kadang kecut juga rasanya, karena takut akan nasibyang mungkin akan menimpa diri al-Amin kelak. Tidak tahan ia tinggal seorang diri lama-lama. Pikirannyaberpindah-pindah dari harapan yang manis sedap kepadakesangsian dan harap-harap cemas. Terpikir olehnya akanmencurahkan segala isi hatinya itu kepada orang yang sudahdikenalnya bijaksana dan akan dapat memberikan nasehat.

Untuk itu, kemudian ia pergi menjumpai saudara sepupunya (anakpaman), Waraqa b. Naufal. Seperti sudah disebutkan, Waraqaadalah seorang penganut agama Nasrani yang sudah mengenalBible dan sudah pula menterjemahkannya sebagian ke dalambahasa Arab. Ia menceritakan apa yang pernah dilihat dandidengar Muhammad dan menceritakan pula apa yang dikatakanMuhammad kepadanya, dengan menyebutkan juga rasa kasih danharapan yang ada dalam dirinya. Waraqa menekur sebentar,kemudian katanya: "Maha Kudus Ia, Maha Kudus. Demi Dia yangmemegang hidup Waraqa. Khadijah, percayalah, dia telahmenerima Namus Besar1 seperti yang pernah diterima Musa. Dansungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakan kepadanya supayatetap tabah."

Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnyasuaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampurharap dan cemas. Dalam tidur yang demikian itu, tiba-tiba iamenggigil, napasnya terasa sesak dengan keringat yang sudahmembasahi wajahnya.

Ia terbangun, manakala didengarnyamalaikat datang membawakan wahyu kepadanya: "O orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan.Dan agungkan Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkanperbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerimalebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu." (Qur'an 74:17)

Dipandangnya ia oleh Khadijah, dengan rasa kasih yang lebihbesar. Didekatinya ia perlahan-lahan seraya dimintanya, supayakembali ia tidur dan beristirahat. "Waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah,"jawabnya. "Jibril membawa perintah supaya aku memberiperingatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supayamereka beribadat hanya kepada Allah. Tapi siapa yang akankuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan?"

Khadijah berusaha menenteramkan hatinya. Cepat-cepat iamenceritakan apa yang didengarnya dari Waraqa tadi. Denganpenuh gairah dan bersemangat sekali kemudian ia menyatakandirinya beriman atas kenabiannya itu. Sudah sewajarnya apabilaKhadijah cepat-cepat percaya kepadanya. Ia sudah mengenalnyabenar. Selama hidupnya laki-laki itu selalu jujur, orangberjiwa besar ia dan selalu berbuat kebaikan dengan penuh rasakasih-sayang. Selama dalam tahannuth, dilihatnya betapa besarkecenderungannya kepada kebenaran, dan hanya kebenaransemata-mata. Ia mencari kebenaran itu dengan persiapan jiwa,kalbu dan pikiran yang sudah begitu tinggi, membubungmelampaui jangkauan yang akan dapat dibayangkan manusia,manusia yang menyembah patung dan membawakan kurban-kurban kesana; mereka yang menganggap bahwa itu adalah tuhan yang dapatmendatangkan bencana dan keuntungan. Mereka membayangkan,bahwa itu patut disembah dan diagungkan. Wanita itu sudahmelihatnya betapa benar ia pada tahun-tahun masa tahannuthitu. Juga ia melihatnya betapa benar keadaannya tatkalapertama kali ia kembali dari gua Hira', sesudah kerasulannya.Ia bingung sekali. Dimintanya oleh Khadijah, apabila malaikatitu nanti datang supaya diberitahukan kepadanya.

Bilamana kemudian Muhammad melihat malaikat itu datang,didudukannya ia oleh Khadijah di paha kirinya, kemudian dipaha kanan dan di pangkuannya. Malaikat itupun masih jugadilihatnya. Khadijah menghalau dan mencampakkan tutup mukanya.Waktu itu tiba-tiba Muhammad tidak lagi melihatnya. Khadijahtidak ragu lagi bahwa itu adalah malaikat, bukan setan.

Sesudah peristiwa itu, pada suatu hari Muhammad pergi akanmengelilingi Ka'bah. Di tempat itu Waraqa b. Naufalmenjumpainya. Sesudah Muhammad menceritakan keadaannya, Waraqaberkata: "Demi Dia Yang memegang hidup Waraqa. Engkau adalahNabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar sepertiyang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akandidustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akandiperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pastiaku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yangsudah diketahuiNya pula." Lalu Waraqa mendekatkan kepalanyadan mencium ubun-ubun Muhammad. Muhammadpun segera merasakanadanya kejujuran dalam kata-kata Waraqa itu, dan merasakanpula betapa beratnya beban yang harus menjadi tanggungannya.

Sekarang ia jadi memikirkan, bagaimana akan mengajak Quraisysupaya turut beriman; padahal ia tahu benar mereka sangat kuatmempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia berperang danmati untuk itu. Ditambah lagi mereka masih sekeluarga dansanak famili yang dekat. Sungguhpun begitu, tetapi mereka dalam kesesatan. Sedang apayang dianjurkannya kepada mereka, itulah yang benar. Iamengajak mereka, agar jiwa dan hati nurani mereka dapat lebihtinggi sehingga dapat berhubungan dengan Allah Yang telahmenciptakan mereka dan menciptakan nenek-moyang mereka; agarmereka beribadat hanya kepadaNya, dengan penuh ikhlas, denganjiwa yang bersih, untuk agama. Ia mengajak mereka supayamereka mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan yangbaik, dengan memberikan kepada orang berdekatan, hak-hakmereka, begitu juga kepada orang yang dalam perjalanan; agarmereka menjauhkan diri dari menyembah batu-batu yang merekabuat jadi berhala yang menurut dugaan mereka akan mengampunisegala dosa mereka dari perbuatan angkara-murka yang merekalakukan, dari menjalankan riba dan memakan harta anak piatu.Penyembahan mereka demikian itu membuat jiwa dan hati merekalebih keras dan lebih membatu dari patung-patung itu. Iamemperingatkan mereka agar mereka mau melihat ciptaan Tuhanyang ada di langit dan di bumi; supaya semua itu menjaditamsil dalam jiwa mereka serta kemudian menyadari betapadahsyat dan agungnya semua itu.

Dengan kesadaran demikianmereka akan memahami kebesaran undang-undang Ilahi yangberlaku di langit dan di bumi. Selanjutnya, dengan ibadatnyaitu akan memahami pula kebesaran Al Khalik Pencipta alamsemesta ini, Yang Tunggal, tiada bersekutu. Dengan demikianmereka akan lebih tinggi, akan lebih luhur Mereka akan diisioleh rasa kasih-sayang terhadap mereka yang belum mendapatpetunjuk Tuhan, dan akan berusaha ke arah itu. Mereka akanberlaku baik terhadap semua anak piatu, terhadap semua orangyang malang dan lemah. Ya! Ke arah itulah Tuhanmemerintahkannya, supaya ia mengajak mereka. Akan tetapi, itu jantung yang sudah begitu keras, jiwa yangsudah begitu kaku, sudah jadi kering dalam menyembah berhalaseperti yang dilakukan oleh nenek-moyang mereka dahulu. Ditempat itu mereka berdagang, dan membuat Mekah menjadi pusatkunjungan penyembah berhala! Akan mereka tinggalkankah agamanenek-moyang mereka dan mereka lepaskan kedudukan kota merekayang berarti suatu bahaya bilamana sudah tak ada lagi orangyang akan menyembah berhala? Lalu bagaimana pula akanmembersihkan jiwa serupa itu dan melepaskan diri dari nodahawa-nafsu, hawa-nafsu yang akan menjerumuskan mereka, sampaikepada nafsu kebinatangannya, padahal dia sudah memperingatkanmanusia supaya mengatasi nafsunya, menempatkan diri di atasberhala-berhala itu? Kalau mereka sudah tidak mau percayakepadanya, apalagi yang harus ia lakukan? Inilah yang menjadimasalah besar itu. Ia sedang menantikan bimbingan wahyu dalam menghadapimasalahnya itu, menantikan adanya penyuluh yang akan menerangijalannya. Tetapi, wahyu itu sekarang terputus! Jibrilpun tidakdatang lagi kepadanya. Tempat di sekitarnya jadi sunyi, bisu.Ia merasa terasing dari orang, dan dari dirinya. Kembali iamerasa dalam ketakutan seperti sebelum turunnya wahyu. KononKhadijah pernah mengatakan kepadanya: "Mungkin Tuhan tidakmenyukai engkau." Ia masih dalam ketakutan. Perasaan ini juga yang mendorongnyalagi akan pergi ke bukit-bukit dan menyendiri lagi dalam guaHira'. Ia ingin membubung tinggi dengan seluruh jiwanya,menghadapkan diri kepada Tuhan, akan menanyakan: Kenapa ialalu ditinggalkan sesudah dipilihNya? Kecemasan Khadijahpuntidak pula kurang rasanya. Ia mengharap mati benar-benar kalau tidak karena merasakanadanya perintah yang telah diberikan kepadanya. Kembali lagiia kepada dirinya, kemudian kepada Tuhannya. Konon katanya:Pernah terpikir olehnya akan membuang diri dari atas Hira'atau dari atas puncak gunung Abu Qubais. Apa gunanya lagihidup kalau harapannya yang besar ini jadi kering laluberakhir?

Sementara ia sedang dalam kekuatiran demikian itu - sesudahsekian lama terhenti - tiba-tiba datang wahyu membawa firmanTuhan: "Demi pagi cerah yang gemilang. Dan demi malam bila senyapkelam. Tuhanmu tidak meninggalkan kau, juga tidak merasabenci. Dan sungguh, hari kemudian itu lebih baik buat kaudaripada yang sekarang. Dan akan segera ada pemberian dariTuhan kepadamu. Maka engkaupun akan bersenang hati. BukankahIa mendapati kau seorang piatu, lalu diberiNya tempatberlindung? Dan Ia mendapati kau tak tahu jalan, laludiberiNya kau petunjuk? Karena itu, terhadap anak piatu,jangan kau bersikap bengis. Dan tentang orang yang meminta,jangan kau tolak. Dan tentang kurnia Tuhanmu, hendaklah kausebarkan."(Qur'an, 93: 1-11)

Maha Mulia Allah. Betapa damainya itu dalam jiwa. Betapagembira dalam hati! Rasa cemas dan takut dalam diri Muhammadsemuanya hilang sudah. Terbayang senyum di wajahnya.Bibirnyapun mengucapkan kata-kata syukur, kata-kata kudus danpenuh khidmat. Tidak lagi Khadijah merasa takut, bahwa Tuhansudah tidak menyukai Muhammad dan iapun tidak lagi merasatakut dan gelisah. Bahkan Tuhan telah melindungi mereka berduadengan rahmatNya. Segala rasa takut dan keraguan-raguan hilangsama sekali dari hatinya. Tak ada lagi bunuh diri. Yang ada sekarang ialah hidup dan ajakan kepada Allah, danhanya kepada Allah semata. Hanya kepada Allah Yang Maha Besarmenundukkan kepala. Segala yang ada di langit dan di bumibersujud belaka kepadaNya. Hanya Dialah Yang Hak, dan yangselain itu batil adanya. Hanya kepadaNya hati manusiadihadapkan, seluruh hidup kesana juga bergantung dan kepadaNyapula ruh akan kembali. "Sungguh, hari kemudian itu lebih baikbuat kau daripada yang sekarang." Ya, hari kemudian tempat berkumpulnya jiwa dengan segalabentuknya yang penuh, yang tidak lagi kenal ruang dan waktu,dan semua cara hidup pertama yang rendah ini akan terlupakanadanya. Hari kemudian yang akan disinari cahaya pagi,berkilauan, dan malam yang gelap dan kelam. Bintang-bintang dilangit, bumi dan gunung-gunung, semua akan dihubungi oleh jiwayang pasrah menyerah. Kehidupan inilah yang akan menjaditujuan. Inilah kebenaran yang sesungguhnya. Di luar itu hanyabayangan belaka, yang tiada berguna. Kebenaran inilah yangcahayanya disinari oleh jiwa Muhammad, dan yang baru akandipantulkan kembali guna memikirkan bagaimana mengajak orangingat kepada Tuhan. Dan guna mengajak orang kepada Tuhan, iaharus membersihkan pakaiannya serta menjauhi perbuatanmungkar. Ia harus tabah menghadapi segala gangguan demimenjaga dakwah kepada Kebenaran. Ia harus menuntun umat kepadailmu yang belum mereka ketahui; jangan menolak orang meminta,jangan berlaku bengis terhadap anak piatu. Cukuplah Tuhantelah memilihnya sebagai pengemban amanat. Maka katakanlahitu. Cukup sudah, bahwa Tuhan telah menemukannya sebagaiseorang piatu, lalu dilindungiNya di bawah asuhan kakeknyaAbd'l-Muttalib, dan pamannya, Abu Talib. Ia yang hidup miskin,telah diberi kekayaan dengan amanat Tuhan kepadanya.Dipermudah pula dengan Khadijah sebagai kawan semasa mudanya,kawan semasa dalam tahannuth, kawan semasa kerasulannya, kawanyang penuh cinta kasih, yang memberi nasehat dengan rasakasih-sayangnya. Tuhan telah mendapatinya tak tahu jalan, laludiberiNya petunjuk berupa risalah. Cukuplah semua itu.Hendaklah ia mengajak orang kepada Kebenaran, berusaha sedapatmungkin. Begitulah ketentuan Tuhan terhadap seorang nabi yang telahdipilihNya. Ia tidak ditinggalkanNya, juga tidak dibenciNya.

Tuhan telah mengajarkan Nabi bersembahyang, maka iapunbersembahyang, begitu juga Khadijah ikut pula sembahyang.Selain puteri-puterinya, tinggal bersama keluarga itu Ali binAbi Talib sebagai anak muda yang belum balig. Pada waktu itusuku Quraisy sedang mengalami suatu krisis yang luarbiasa. AbuTalib adalah keluarga yang banyak anaknya.

Muhammad sekaliberkata kepada Abbas, pamannya - yang pada masa itu adalahyang paling mampu di antara Keluarga Hasyim: "Abu Talibsaudaramu anaknya banyak. Seperti kaulihat, banyak orang yangmengalami krisis. Baiklah kita ringankan dia dari anak-anaknyaitu. Aku akan mengambilnya seorang kaupun seorang untukkemudian kita asuh." Karena itu Abbas lalu mengasuh Ja'far dan Muhammad mengasuhAli, yang tetap tinggal bersama sampai pada masa kerasulannya. Tatkala Muhammad dan Khadijah sedang sembahyang, tiba-tiba Alimenyeruak masuk. Dilihatnya kedua orang itu sedang ruku' dansujud serta membaca beberapa ayat Qur'an yang sampai padawaktu itu sudah diwahyukan kepadanya.

Anak ifu tertegunberdiri: "Kepada siapa kalian sujud?" tanyanya setelahsembahyang selesai. "Kami sujud kepada Allah," jawab Muhammad, "Yang mengutuskumenjadi nabi dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembahAllah" Lalu Muhammadpun mengajak sepupunya itu beribadat kepada Allahsemata tiada bersekutu serta menerima agama yang dibawa nabiutusanNya dengan meninggalkan berhala-berhala semacam Lat dan'Uzza. Muhammad lalu membacakan beberapa ayat Qur'an. Alisangat terpesona karena ayat-ayat itu luarbiasa indahnya.

0 komentar: