Bayang-Bayang Gurita (11)

Oleh : Jerry D.Gray (H. Abdurachman)

Pengendalian Penduduk Secara Selektif

Tahun 1970 Departemen Pertahanan Amerika Serikat Mengeluarkan dana 2 Juta Dolar (sekitar Rp 18 Milyar) per tahun selama 5 tahun untuk “pembangunan system kekebalan dengan menghancurkan agen-agen Senjata Biologis”. Inilah sumber dari virus HIV, yang menyebabkan AIDS. Virus yang dibuat ini kemudian diperkenalkan melalui komunitas homosexual melalui vaksin hepatitis dan masuk ke Afrika Tengah melalui vaksin cacar, ini berkat usaha-usaha dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)




Berita Harian dari Teluk Gulf Daily News 10 Oktober 2003
Virus HIV adalah Agen Biologis, Demikian Dikatakan Pemenang Nobel Nairobi: Ahli Lingkungan Kenya Wangari Maathai, perempuan Afrika pertama yang memenangkan Penghargaan Perdamaian Nobel, kemarin mengulangi pernyataannya bahwa virus AIDS adalah virus yang sengaja diciptakan untuk menjadi Agen Biologis.

“Beberapa orang menyatakan bahwa AIDS berasal dari monyet-monyet, dan saya meragukannya karena kami telah tinggal bersama monyet-monyet itu sejak jaman dahulu , sementara yang lain menyatakan bahwa itu kutukan dari Tuhan, tetapi saya katakan bahwa itu tidak seperti itu”
.
“Kami orang-orang Hitam dalam keadaan sekarat melebihi orang-orang manapun di atas planet ini..” Maathai mengatakan ini kepada para wartawan di Nairobi satu hari setelah memenangkan anugrah nobel untuk pengabdiannya dalam hak asasi manusia dan mengembalikan fungsi hutan di seluruh Afrika.

Konspirasi
“Adalah benar bahwa ada beberapa orang yang menciptakan agen-agen untuk menghilangkan kelompok lain. Jika tidak ada orang-orang seperti itu maka kita tidak dapat menginvasi Irak”.

“Kita menginvasi Irak karena kita percaya bahwa Saddam Hussein telah membuat, atau tengah dalam proses menciptakan agen-agen senjata biologis,”demikian dikatakan Maathai, yang juga Deputy Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Alam Kenya, yang dikenal memiliki reputasi sebagai pembicara yang berani.

Maathai menambahkan, “Kenyataannya virus HIV diciptakan oleh ilmuwan spesialis senjata biologis.”

“Mengapa terdapat banyak rahasia tentang AIDS? Ketika anda bertanya dari mana virus itu berasal, akan menunjuk banyak bendera. Itu membuat saya curiga.”

Di Afrika sendiri terhitung 25 juta dari 38 juta orang di dunia yang terinfeksi virus HIV, dan menurut perkiraan UN AIDS (Badan Bantuan PBB) mayoritas orang Afrika yang terinfeksi adalah perempuan.
Amerika Serikat memberikan selamat kepada Maathai atas kemenangan memperoleh anugrah Nobel Perdamaian, tetapi sekaligus menimbulkan kemarahan atas pernyataan Maathai tentang AIDS.
“Kami tidak setuju dengan pernyataan itu.” Pejabat Kenya menunjuk laporan tentang komentar Maathai yang diterbitkan bulan Agustus di harian Standard Kenya, di mana Maathai dikutip telah menyebutkan bahwa ”HIV/AIDS diciptakan oleh para ilmuwan.”

Mungkin Amerika Serikat akan setuju jika Maathai menyebutkan bahwa “ilmuwan gila” menciptakan HIV/AIDS. Tidak ada seorang ilmuwan pun di planet ini yang takut kepada Tuhan dan membuat pengakuan bahwa mereka menjadi bagian dari proses penciptaan virus itu; inilah ciri khas dari kejahatan setan yang mana hanya iblis dan pengikut setianya lah yang dapat melakukannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bukan juga malaikat. Mereka justru terlibat dalam sejumlah program vaksinasi di seluruh dunia, yang telah meninggalkan jejak berbagai penyakit yang mencurigakan dan gangguan kesehatan setelah mengikuti program-program vaksinasi terselubung) mereka.

Berita Terkini dan Komentar dari Penduduk Untuk Pemeritahan Resmi
Pada 1969, Pentagon memberikan perintah untuk menciptakan sebuah penyakit untuk mengganggu system kekebalan (AIDS). Setelah AIDS tersebar, pemerintah Amerika Serikat dan para ahli teori farmasi bersama-sama untuk menarik keuntungan dari “penyembuhannya”.

Afrika Selatan menyerang Amerika Serikta melalui Obat AIDS! Partai Presiden Thabo Mbeki yang tengah berkuasa menerbitkan serangan yang menyengat hari Jumat terhadap pejabat tinggi kesehatan AS, dan menuduh mereka memperlakukan orang-orang Afrika seperti “tikus-tikus” dan berbohong untuk mempromosikan obat kunci AIDS.

Berbagai dokumen yang didapatkan Dr. Edmund C. Tramont, Kepala Institut Kesehatan Nasional divisi AIDS, yang diperlihatkan oleh kantor berita AP, menulis kembali sebuah laporan Institut Kesehatan itu untuk menghilangkan berbagai kesimpulan negatif tentang cara Amerika Serikat mendanai percobaan obat-obatan yang dilakukan di Uganda, dan belakangan memerintahkan penelitian untuk melanjutkan tujuan-tujuan dari para stafnya.

Staf Dr. Tramont mengkawatirkan tentang adanya catatan membiarkan berbagai masalah, pelanggaran dari para pelindung pasien federal dan isyu-isyu lain yang terdapat dalam situs penelitian Uganda. “Dr. Tramont senang bahwa orang-orang Afrika harus diperlakukan sebagai “tikus-tikus”, diberikan obat-obatan yang ia sangat tahu tidak perlu memakai resep, “

Artikel itu menyatakan : “Dengan kata lain, mereka memasuki konspirasi dengan perusahaan farmasi untuk mengatakan kebohongan hanya untuk mempromosikan penjualan nevirapine di Afrika, dengan sama sekali tanpa mempertimbangkan kebohongan itu berdampak terhadap kesehatan dan nyawa dari jutaan orang Afrika.”

Kontrak Aids
Pertanyaan terakhir seharusnya: Apakah AIDS diproduksi di Laboratorium?
Prof. Jakob Segal yakin ia telah memperlihatkan hal itu, namun ia menjelaskan terlalu jauh. Ia juga yakin ia mengetahui siapa yang memproduksinya dan mengapa. Segal mengutip dari document yang dipresentasikan oleh pejabat Pentagon bernama Donald McArthur pada 9 Juni 1969, kepada Komisi Kongres di mana dibutuhkan 10 Juta dolar (Rp 180 milyar) untuk mengembangkan sebuah mikroorganisme baru yang menular dan dapat menghancurkan system kekebalan manusia, selama 5 sampai 10 tahun. “Apakah penelitian tersebut dikategorikan sebagai “penyerangan” atau “pertahanan” itu tidak penting, agar supaya seseorang mampu mempertahankan diri dari virus baru yang mungkin menyerang, jadi alasannya tetap ada, tetapi yang utama harus mengembangkan virus.”

Kongres Nasional Masyarakat Afrika Selatan Menuduh “The United States of Aids” (bukan …of America) Memanipulasi Obat-obatan
Oleh : Rebecca Harrison

JOHANNESBURG (Reuters) Partai yang tengah berkuasa di Afrika Selatan telah menuduh para pejabat tinggi Amerika Serikat memperlakukan orang-orang Afrika seperti “tikus-tikus” di tengah berbagai pertanyaan tentang percobaan obat kunci HIV/AIDS sebelum Amerika Serikat berada di belakang penyebaran virus tersebut ke seluruh benua Afrika.

Kongres Nasional Masyarakat Afrika (ANC) menyebutkan dalam situs internetnya bahwa pejabat kesehatan Amerika Serikat telah “berkonspirasi” dengan perusahaan obat Jerman Boehringer Ingelheim untuk menyembunyikan efek yang merugikan dari nevirapine ketika dicoba untuk digunakan sebagai obat pencegah penularan HIV dari seorang ibu ke anaknya.

Laporan-laporan media telah mengusulkan untuk dilakukan berbagai pengujian obat-obatan yang digunakan untuk perempuan hamil di Uganda yang mengakibatkan cacat dan di mana penggunaan dosis tunggal dari nevirapine justru menyebabkan orang tersebut menjadi kebal terhadap obat di masa mendatang.
Amerika Serikat telah menyangkal tuduhan-tuduhan itu dan menyatakan bahwa masih terdapat beberapa masalah prosedural berkaitan dengan pengujian yang hasilnya menunjukkan penurunan penularan HIV yang dramatis.

Tetapi Kongres Nasional Masyarakat Afrika mengeluarkan tanggapan yang keras Jumat malam yang menyatakan, Presiden Bush dan pemerintahannya yang telah menyebarkan obat-obatan ke seluruh Afrika dengan tindakan yang jelas-jelas mendukung perusakan benua ini dengan AIDS, harus bertanggung jawab untuk kelambanan penanganannya.
Kongres Nasional Masyarakat Afrika dalam surat kabar mingguannya menyatakan : “Para pejabat Amerika Serikat telah memasuki sebuah konspirasi dengan perusahaan-perusahaan farmasi dengan menyebarkan kebohongan untuk mempromosikan penjualan nevirapine di Afrika, yang tanpa mempertimbangkan sama sekali dampak kebohongan tersebut terhadap kesehatan dan nyawa jutaan orang Afrika.”

Mengutip laporan lembaga pemberitaan Associated Press, yang pertama kali mengeluarkan cerita tersebut, Kongres Nasional Masyarakat Afrika menyatakan bahwa para pejabat tinggi Institut Kesehatan Nasional Amerika dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika (FDA) telah mengatur sedemikian rupa untuk menarik kembali pendaftaran obat Amerika, ketika perhatian terhadap obat-obatan tengah ditingkatkan.
“TIDAK ADA YANG MEMPERHATIKAN KESELAMATAN WARGA MASYARAKAT”

Kongres Nasional Masyarakat Afrika mengutip laporan yang menyatakan bahwa Institut Kesehatan Nasional Amerika mengetahui bahwa ada masalah obat-obatan, namun tidak melaporkan ke Gedung Putih sebelum Bush akhirnya mengeluarkan rencana untuk mendistribusikan obat-obatan tersebut ke seluruh Afrika.
Tidak ada sama sekali tanggapan yang cepat dari Pemerintah Amerika atas tuduhan Kongres Nasional Masyarakat Afrika tersebut.
Namun Institut Nasional Amerika Untuk Alergi dan Penyakit Infeksi (NIAID), sebuah unit dari Institut Kesehatan Nasional Amerika yang membiayai penelitiannya, menyangkal pernyataan dalam situs internet tanggal 17 Desember tersebut, bahwa para pejabat memilih untuk tidak melaporkan ke Gedung Putih dengan alasan masalah-masalah keamanan obat-obatan tersebut.

NIAID menyatakan hanya terdapat masalah prosedural saja yang teridentifikasi saat Presiden mengumumkan program ADIS nya.
“ Para pejabat Institut Kesehatan Nasional Amerika tidak melaporkan secara langsung kepada Gedung Putih mengenai masalah prosedural yang teridentifikasi pada awal tahun 2002 karena mereka tidak menanggung keselamatan/keamanan dan kemanjuran dari dosis tunggal nevirapine yang digunakan untuk mencegah penularan HIV dari seorang ibu kepada bayinya,” demikian dinyatakan NIAID.

Perusahaan farmasi swasta Boehringer Ingelheim menyatakan bahwa nevirapine tidaklah ideal tetapi dapat memenuhi target di Afrika dan tidak ada efek yang merugikan selama pemakaiannya untuk terapi jangka panjang, maupun terapi jangka pendek untuk ibu hamil.
“Nevirapine bukan pemecahan yang optimal, tetapi dapat menangani dan tidak ada yang lebih baik untuk memberikan pertolongan bagi negara-negara miskin untuk mencegah penularan ibu yang terinfeksi positif virus HIV kepada anak-anak nya,” demikian dikatakan juru bicara perusahaan di Jerman.

Perusahaan tersebut menyatakan dalam situs internet tentang sebuah audit di tahun 2002 untuk pelaksanaan di Uganda di mana sebuah penelitian penyembuhan infeksi HIV dikirim ke Intitut Kesehatan Nasional Amerika, ke penyelidik Uganda dan Amerika Serikat “untuk membuat sebuah koreksi yang cepat mengenai kekurangan prosedural yang sudah dicatat sebelum audit dilakukan terhadap rencana FDA."
HIV/AIDS telah membunuh hingga 2,2 juta orang Afrika di tahun 2003 dan sekitar 2/3 dari 38 juta orang di dunia yang terinfeksi AIDS hidup di sub Sahara Afrika, demikian menurut PBB. Afrika Selatan adalah negara yang memiliki kasus HIV/AIDS tertinggi di dunia.
(Reuters 2004)

• Dr. Kary Mullis, Ahli Bio-kimia, Pemenang Penghargaan Nobel di tahun 1993 untuk Kimia:
“Jika ada bukti-bukti bahwa HIV menyebabkan AIDS, harus ada dokumen ilmiah, baik secara perorangan maupun kolektif yang menunjukkan fakta, setidaknya yang memiliki kemungkinan
yang besar. Tetapi tidak ada dokumen seperti itu.” (Sunday Times, London, 28 Nov. 1993)
• Dr. Heinz Ludwig Sänger, Professor ahli Biologi Molecular dan Virology, dari Intitut Max-Planck untuk Biokimia, München. Robert Koch Award 1978:
“Hingga kini sebenarnya tidak ditemukan satu pun bukti-bukti ilmiah yang benar-benar dapat meyakinkan tentang keberadaaan HIV. Bahkan tidak sekalipun virus-virus itu terisolasi dan termurnikan dengan metode-metode klasik ilmu virology (yang mempelajari virus).”
(Letter to Süddeutsche Zeitung 2000)
• Dr. Serge Lang, Professor Matematika, Universitas Yale:
“Saya tidak melihat hubungan sebab akibat antara HIV dan penyakit apapun yang telah ada. Saya telah melihat bukti yang dapat dipertimbangkan bahwa tidak ada angka statistik yang benar mengenai HIV dan AIDS yang telah diperhitungkan secara ilmiah, dan keanggotaan para ilmuwan di tingkat yang tinggi telah menunjukkan kecerobohannya, jika bukan tak bertanggung jawab, bersama-sama media menyebarkan informasi yang salah tentang sifat-sifat dari AIDS.” (Yale Scientific, Musim Gugur 1994)
• Dr. Harry Rubin, Professor Biologi Molecular dan Sel, Universitas Kalifornia di Berkeley:
“Tidak terbukti bahwa AIDS disebabkan infeksi HIV, tidak pula terbukti bahwa AIDS berperan menimbulkan gejala penyakit apapun.”
(Sunday Times (London) April 1994)
• Dr. Richard Strohman, Professor ahli Biologi sel di Universitas Kalifornia di Berkeley:
“Pada masa lalu disyaratkan bahwa para ilmuwan harus menyatakan berbagai kemungkinan untuk pembuktian hipotesis mereka, baik yang salah maupun yang benar.
Namun saat ini tidak ada satupun dalam standard program HIV-AIDS padahal dengan dana milyaran dolar.” (Penthouse April 1994)
• Dr. Harvey Bialy, Ahli Biologi Molecular, +Mantan editor (Bio/Technology dan Nature Biotechnology)
“HIV adalah turunan virus biasa. Tidak ada hal yang unik mengenai virus ini. Segala yang ditemukan mengenai HIV memiliki analogi dalam turunan virus-virus lain yang tidak menyebabkan AIDS. HIV hanya berisi serpihan informasi genetic yang sangat kecil. Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk mengelaborasi hal-hal yang mereka katakan. ”
(Spin Juni 1992)
• Dr. Roger Cunningham, Ahli Kekebalan Tubuh, Ahli Mikrobiologi, dan Direktur Pusat Kekebalan Tubuh di State University of New York di Buffalo:
“Sayang sekali munculnya AIDS seperti membentuk tantangan yang mundur secara intensif terhadap dogma yang ada di satu sisi, di sisi lain sering kali secara terus menerus mendikreditkan ide-ide.”
(Sunday Times, London, 3 April 1994)
• Dr. Gordon Stewart, Professor Kesehatan Masyarakat, Universitas Glasgow:
“AIDS adalah penyakit perilaku, yang disebabkan berbagai factor, yang diakibatkan oleh beberapa ketegangan secara simultan yang merusak system kekebalan tubuh, seperti obat-obatan, zat kimiawi, rekreasi dan penularan penyakit secara seksual , berbagai infeksi oleh virus.”
(Spin Juni 1992)
• Dr. Alfred Hässig, (1921-1999), Mantan Professor Ilmu Kekebalan Tubuh Universitas Bern, dan mantan direktur Bank Darah Palang Merah Swiss:
“Kalimat kematian yang menyertai diagnosis medis dari AIDS harus di hilangkan.”
(Sunday Times, London, 3 April 1994)
• Dr. Charles Thomas, Mantan Professor Bio-Kimia, Universitas Harvard dan Universitas John Hopkins:
“Dogma bahwa HIV menyebabkan AIDS mewakili penghancuran moral yang paling besar dan mungkin penipuan yang paling jahat yang pernah dilakukan terhadap kaum muda, baik laki-laki maupun perempuan di dunia Barat.”
(Sunday Times London, 3 April 1994)
• Dr. Joseph Sonnabend, Dokter New York, Pendiri Yayasan Amerika untuk Penelitian AIDS (AMFAR)
“Pemasaran HIV, melalui edaran pers dan berbagai peryataan, dinyatakan sebagai virus mematikan yang menyebabkan AIDS, tidak ada factor-faktor lain, itu merupakan penelitian dan penanganan yang sudah sangat berubah dari aslinya, yang bisa menyebabkan ribuan orang menderita dan mati.” (Sunday times, London, 17 May 1992)
• Dr. Andrew Herxheimer, Professor Farmakology, Pusat Cochrane Inggris, Oxford:
“Saya pikir zidovudine (AZT) tidak pernah benar-benar dievaluasi dengan semestinya, dan
kemanjurannya tidak pernah terbukti, tetapi justru zat racunnya yang pasti harus diperhatikan. Dan saya pikir zidovudine sudah membunuh banyak orang. Khususnya yang mendapatkan resep dengan dosis tinggi. Menurut saya pribadi sama sekali tidak berguna menggunakannya, baik digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. ”
(Continuum Oktober, 2000)
• Dr. Etienne de Harven, Professor Ahli Pathology, Universitas Toronto:
“Dengan dominasi media, kelompok-kelompok penekan yang khusus dan dengan kepentingan dari beberapa perusahaan farmasi, pemantapan upaya AIDS sebagai pengendali penyakit menjadi kehilangan kontak dengan para ilmuwan kedokteran yang berpikiran luas, saling menilai segala perkembangan, karena hipotesis HIV/AIDS tidak pernah terbukti, meski telah menerima 100% berbagai dana penelitian, sementara hipotesis-hipotesis lainnya malah diabaikan.”
(Reappraising AIDS Nov./Dec. 1998)
• Dr. Bernard Forscher, Mantan editor Pengembangan Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika Serikat:
“Peringkat hipotesis HIV dengan teori “udara buruk” seperti malaria dan teori infeksi bakteri dari beri-beri dan pellagra (disebabkan kekuarangan gizi). Ini olok-olok yang kemudian menjadi penipuan semata-mata untuk mencari keuntungan.” (Sunday Times, London, 3 April 1994)

Penularan Polio Besar-besaran Dilaporkan Terjadi di Nigeria
Jumat 2 Juli 2004
Oleh Oloche Samuel, Associated Press Writer KANO, Nigeria

Penularan penyakit polio dalam skala besar, yang menjadi tanda tanya, dilaporkan hari Jumat, telah menyerang anak-anak di Nigeria Utara yang umumnya adalah penduduk Muslim. Mereka akhirnya memboikot kampanye imunisasi dan penguasa lokal menyerukan untuk sesegera mungkin menyetop imunisasi untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.
Penularan skala besar yang mencurigakan ini terjadi di negara bagian Kano, salah satu dari beberapa daerah di Nigeria Utara yang diberikan vaksinasi polio yang merupakan vaksin-vaksin yang diberikan Amerika Serikat sebagai sumbangan untuk penduduk muslim, yang ternyata juga membuat anak-anak menjadi steril atau tidak akan mempunyai keturunan.
Pada hari Jumat, pejabat lokal di Negara bagian Kano, Rogo mengungkap bahwa mereka telah merekam puluhan kasus polio yang mencurigakan dalam minggu-minggu terakhir. Rogo terletak 60 mil (96 kilometer) sebelah tenggara ibu kota negara bagian, yang juga bernama Kano.
Setiap 15 kecamatan di Rogo terlihat rata-rata memiliki 2 kasus, Nasril Dalha, Wakil Ketua Dewan Kota menyatakan kepada Radio independen lokal. Semua kasus memperlihatkan gejala-gejala demam, lemas, kaku di bagian leher dan rasa sakit di bagian persendian, yang semuanya berhubungan dengan polio, di mana beberapa diantara kasus tersebut telah menyebabkan kelumpuhan.
Dalha menyerukan agar Gubernur Negara Bagian Kano dan pemerintahannya segera melakukan intervensi.
"Jika ini tiak segera diatasi , saya kawatir akan lebih banyak lagi anak-anak terkena dampaknya,” Ia menambahkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengirimkan sebuah tim ke daerah tersebut untuk mengevaluasi penularan polio yang dilaporkan, demikian seorang pejabat WHO berkata hari Jumat, membicarakan kondisi yang belum diketahui pasti. “Kecuali jika dilakukan beberapa pengujian, kita tidak dapat mengatakan bahwa itu polio.” Demikian dikatakan si pejabat.
Pada bulan September (2004-red), Shekarau menunda keikutsertaan program imunisasi global di berbagai lokasi, karena para ilmuwan lokal telah menemukan hormon dalam vaksin yang dibuat di luar negeri yang dikawatirkan dapat menyebabkan para perempuan menjadi mandul.
Beberapa pemimpin Islam lokal menuduh Pemerintah Federal Nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika untuk menghabiskan orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin.
Sementara WHO bersikeras menyatakan bahwa vaksin itu aman, dan menyangkal bahwa program vaksinasi dapat menimbulkan kembali ancaman penyakit kelumpuhan.
Kano kemudian melanjutkan untuk menghindari vaksinasi setelah beberapa negara bagian ikut bersama-sama membuat kampanye pada bulan Maret.

“Artikel di atas hanyalah salah satu dari ratusan artikel serupa yang menunjukkan kemungkinan kaitan yang melibatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam berbagai penyakit misterius yang muncul mengikuti program-program vaksinasi. ”

Apakah Berbagai Vaksin Menyebabkan Penyakit dari pada Menyembuhkan?
Oleh Alan Cantwell, Jr., M.D.

Berbagai Eksperimen Vaksin Terselubung Menggunakan anak-anak sebagai tikus percobaan dalam berbagai eksperimen pemberian vaksin yang berpotensi membahayakan si anak,
adalah mimpi terburuk bagi para orang tua. Namun hal ini telah terjadi di tahun 1989-1991 ketika “Kaiser Permanente” di Kalifornia Selatan dan Pusat-pusat Pengendalian Penyakit (CDC) lainnya bersama-sama melakukan eksperimen vaksin campak. Tanpa menyingkap apa yang sebenarnya terjadi kepada para orang tua, vaksin campak “high titre” buatan Yugoslavia Edmonton-Zagreb telah diuji coba pada 1500 anak-anak miskin keturunan orang hitam dan latin, di kota Los Angeles. Vaksin tersebut sangat direkomendasikan oleh WHO, vaksin yang juga sebelumnya diuji coba untuk disuntikkan kepada para bayi di Meksiko, Haiti dan Afrika. Program itu tidak dilanjutkan ketika kemudian didapati banyak anak-anak meninggal dunia dalam jumlah yang besar.
Sulit dipercaya, vaksin campak menyebabkan penindasan terhadap system kekebalan tubuh anak-anak dalam waktu panjang selama 6 bulan sampai 3 tahun. Akibatnya, anak-anak yang diberi vaksin mengalami penurunan kekebalan tubuh dan meninggal dunia dalam jumlah besar dari penyakitpenyakit lainnya, lebih banyak dari anak-anak yang tidak pernah diberi vaksin.
Yang lebih tragis, bayi-bayi perempuan Afrika diberi dosis dua kali dari bayi-bayi laki-laki, karenanya bayi-bayi perempuan mengalami tingkat kematian yang lebih tinggi. WHO kemudian menarik vaksin-vaksin tersebut dari pasar di tahun 1992.
ronisnya, vaksin campak E-Z yang diuji coba oleh Kaiser terhadap bayibayi kelompok minoritas seharusnya dapat meningkatkan system kekebalan tubuh bayi-bayi yang baru lahir. Namun kebalikannya vaksin tersebut justru menimbulkan efek penyakit. Sebuah editorial Times, Los Angeles 20 Juni 1996, menjamin para pembacanya bahwa “tidak ada satu pun dari 1,500 bayicacat sebagai akibat vaksin yang tidak berlisensi” dan juga menyebut Pusat Pengendali Penyakit (CDC) untuk menjamin bahwa percobaan-percobaan vaksin campak E-Z tidak akan pernah terjadi lagi.
Seseorang mempertanyakan seberapa banyak rahasia dari eksperimen-eksperimen vaksin yang dilakukan para pejabat kesehatan yang ternyata tidak pernah diketahui masyarakat umum. Selama dua tahun eksperimen vaksin campak dilakukan, saya dipekerjakan oleh Kaiser dan saya tidak pernah tahu apapun mengenai percobaan itu hingga saya membacanya dalam laporan Times 5 tahun kemudian, di tahun 1996.
Di kota-kota di seluruh negeri jumlah kasus penyakit asma tiba-tiba meledak dan para pejabat kesehatan tidak mengetahuinya mengapa itu terjadi.
Menurut CDC, 5000 penderita asma meninggal dunia setiap tahunnya, dan diperkirakan 17,3 juta orang (4,8 juta diantaranya anak-anak) menderita dari penyakit itu, meningkat dari 6,7 juta penderita di tahun 1980. Asma biasanya mulai menyerang pada usia di bawah 6 tahun, dan orang hitam biasanya dua sampai 3 kali lebih banyak yang cenderung meninggal dunia dibandingkan penduduk berkulit putih. Di wilayah Bronx dan Harlem di kota New York, tingkat perawatan di rumah sakit untuk penyakit asma 21 kali lebih tinggi dari pada daerah-daerah lain yang terserang di kota New York.
Dapatkah peningkatan penyakit asma secara tajam di kalangan anak-anak hitam berkaitan dengan penindasan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh serangan dari vaksin-vaksin dan juga karena kurangnya kualitas perawatan dan asuransi kesehatan, kemiskinan dan factor-faktor lingkungan?
Para pejabat kesehatan tidak pernah mengangkat ke permukaan kemungkinan keterkaitan antara penindasan kekebalan tubuh akibat vaksin dengan berbagai penyakit seperti asma.
Dengan berbagai eksperimen vaksin yang sering dilakukan di Afrika dan sekarang terhadap orang hitam Amerika, tidaklah mengherankan jika satu dari 4 orang Amerika keturunan Afrika percaya bahwa AIDS sengaja dikembangkan sebagai upaya pemerintah Amerika Serikat untuk pembersihan etnik, khususnya menghabiskan penduduk berkulit hitam.
Namun eksperimen-eksperimen vaksin di tahun 1990-an tidak terbatas pada orang hitam. Jutaan perempuan Meksiko, Nikaragua, dan Filipina telah menjadi korban penipuan yang harus mengikuti program vaksin tetanus, di mana beberapa diantaranya diisi hormon perempuan yang dapat menyebabkan keguguran pada ibu hamil dan kemandulan. Di tahun 1995, sebuah organisasi hak azasi manusia Katolik yang disebut Kehidupan Manusia Internasional (Human Life International) menuduh WHO telah mempromosikan vaksin tetanus buatan Kanada yang ditambahkan hormon kehamilan yang disebut “human choriogonadotropic hormone (HCG)”.
Kecurigaan semakin meningkat ketika vaksin tetanus ditulis dalam resep dengan dosis yang tidak wajar yakni lima kali lebih banyak dengan suntikan dalam waktu 3 bulan, dan hanya direkomendasikan untuk perempuan di usia produktif. Ketika sejumlah perempuan di luar normal mengalami pendarahan dan keguguran setelah mendapat suntikan, sebuah hormon tambahan dituding sebagai penyebabnya.
Tiba-tiba WHO melakukan percobaan vaksin anti kemandulan selama lebih dari 20 tahun. Perempuan-perempuan yang mendapat suntikan tetanus yang ditambahkan hormon bukan hanya mengembangkan antibody terhadap tetanus, tetapi juga mengembangkan antibody yang membahayakan bagi hormon kehamilan. Tanpa hormon HCG ini pertumbuhan janin akan terganggu. Akibatnya, vaksin yang diberi tambahan diberikan sebagai alat kontrasepsi terselubung. Komisi yang melakukan analisa vaksin, Asosiasi Kedokteran Filipina mendapati 20% dari vaksin tetanus WHO terkontaminasi dengan hormon. Tidak mengherankan, kemudian WHO menyangkal semua tuduhan itu sebagai “tuduhan tanpa dasar yang sama sekali tidak benar”, dan sebagian besar media tidak pernah memberitakannya sebagai sebuah kontroversi. Untuk mengetahui isyu ini secara lebih rinci, dapat berkonsultasi dengan situs internet Human Life International (http://www.hli.org/).

Bukti terbaru dari pengujian Vaksin menunjukkan pula resiko yang serius.
Pada Oktober 1999 sebuah vaksin untuk melawan infeksi “rotavirus” (yang menyebabkan mayoritas kasus diare pada anak-anak) ditarik dari pasaran.
Satu tahun setelah vaksin RotaShield disuntikkan kepada lebih dari satu juta bayi, ternyata didapati dapat meningkatkan resiko gangguan perut/pencernaan. Hampir 100 kasus gangguan pencernaan dilaporkan ke pemerintah, dan 20 bayi terkena gangguan pencernaan dalam waktu satu atau dua minggu setelah mendapat vaksin.

Berita Terbaru dari Penduduk Untuk Pemerintahan Resmi
6 Oktober 2004

Senjata Penghancur Massal Terbaru Amerika Serikat
Pembunuh virus flu diciptakan kembali di dalam Laboratorium. Para ilmuwan telah memperlihatkan bahwa ada perubahan kecil pada virus flu modern yang dapat menjadikan virus-virus itu menjadi gangguan yang sangat mematikan seperti yang terjadi di tahun 1918, yang telah membunuh jutaan orang. Sebuah tim eksperimen Amerika menambahkan dua macam gen dari sample virus tahun 1918 kepada virus modern, yang diketahui tidak memiliki pengaruh pada tikus-tikus. Namun binatang-binatang yang diberi formula ini menjadi sekarat dalam beberapa hari, dengan gejala-gejala yang sama yang didapati pada para korban wabah di tahun 1918.

Cacar
16 December 2002 - Menteri Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika, Tommy G. Thompson menyatakan bahwa ia tidak merencanakan untuk memberi suntikan vaksin cacar, dan ia merekomendasikan kepada anggota kabinet lainnya untuk tidak meminta pelaksanaan penyuntikan vaksin itu.
“Sejak vaksinasi secara masal diterapkan pada jutaan bayi, banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, system metabolisme dan gangguan lain mulai mengisi halaman-halaman jurnal kesehatan.” Kenyataannya vaksin untuk janin telah digunakan untuk memasukkan encephalomyelitis, yang dicirikan dengan terjadinya pembengkakan otak dan pendarahan di dalam.

Bart Classen, seorang dokter dari Maryland, menerbitkan data yang memperlihatkan bahwa tingkat penyakit diabetes berkembang secara signifikan di Selandia Baru mengikuti kampanye vaksin hepatitis B secara masal di kalangan anak-anak, dan tingkat penyakit diabetes ini naik secara tajam di Finlandia setelah 3 vaksin anak-anak diperkenalkan .

Thimerosal
Para anggota kongres menerapkan denda tindakan kriminal untuk institusi pemerintahan apapun yang mengetahui tentang bahaya thimerosal dalam vaksin dan tidak melakukan langkah apapun untuk melindungi anak-anak Amerika. Anggota Kongres Dan Burton (R-Indiana) selama dengar pendapat di Kongres : “Anda bermaksud mengatakan pada saya bahwa sejak 1929 kita telah menggunakan Thimerosal, dan satu-satunya pengujian yang anda tahu adalah dari tahun 1929, dan setiap orang dari mereka terkena meningitis dan mereka semua meninggal dunia?” Selama hampir satu jam Burton berulang kali bertanya kepada Pejabat Administrasi Makanan dan Obat Amerika (FDA) dan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) mengenai apa yang mereka ketahui dan kapan mereka mengetahuinya.
Thimerosal berisi tambahan mercury yang disebut ethyl mercury.

Mercury adalah zat racun logam yang dapat menyebabkan disfungi (tidak berfungsinya) kekebalan tubuh, safar-saraf sensorik, motorik dan dalam berperilaku. FDA menyebutkan bahwa beberapa bayi sangat tergantung pada vaksin apa yang mereka dapatkan dan kapan vaksin itu diberikan, yang dapat memacu tingkat berkembangnya ethyl mercury di luar dari standard yang ditetapkan pemerintahan federal seberapa besar toleransi masuknya ethyl mercury ke dalam tubuh. Gejala-gejala keracunan mercury pada anak balita adalah sama persis dengan gejala-gejala pada autisme. Hal ini dapat menjelaskan mengapa baru-baru ini terjadi peningkatan jumlah anak yang didiagnosa m,enderita autisme sejak awal 1990-an. Semakin banyaknya anak-anak yang didiagnosa menderita autisme tampaknya memiliki korelasi dengan adanya rekomendasi baik untuk mendapatkan vaksin Hepatitis B dan vaksin HIB kepada bayi-bayi di awal 1990-an. Autisme adalah tidak berfungsinya system saraf yang ditandai dengan gangguan saat berbahasa, perkembangan kognitif (pengetahuan) dan perkembangan social.”

0 komentar: